Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 131
ARAH PENGEMBANGAN DAKWAH MELALUI
SISTEM KOMUNIKASI ISLAM
Hasyim Hasanah
UIN Walisongo
[email protected]
Abstrak
Kecenderungan studi komunikasi dalam kegiatan keagamaan marak
dilakukan dalam lini kehidupan, khususnya dakwah islamiyah.
Kecenderungan ini timbul akibat semakin berkembangnya arus
globalisasi, teknologi dan informatisasi serta semakin tingginya
kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
kondisi ini manusia memerlukan strategi pertahanan diri agar tugas
kehalifahan dapat diemban dengan baik. Salah satunya dengan
mengembangkan keilmuan dakwah Islam melalui komunikasi.
Dakwah dalam kacamata komunikasi merupakan sebuat aktifitas
menerangkan, menyampaikan pesan ajaran Islam secara kaffah,
sehingga orang yang diberi pesan dan informasi dapat terpengaruh dan
selanjutnya dapat merubah perilakunya secara islami. Perkembangan
selanjutnya kata dakwah juga dipakai oleh masyarakat di luar Islam
untuk berjuang (provokasi dan agitasi) atau mengajak umatnya dalam
menyeru kebaikan serta memperkuat akidahnya. Dakwah yang
demikian merupakan bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh
agamawan dengan memaknai bahwa pentingnya keberadaan dakwah
dalam keberlangsungan umat dan kehidupan manusia sepanjang masa.
Dakwah dalam konteks komunikasi Islam adalah strategi atraktif-
persuasif. Artinya kegiatan penyampaian pesan dikemas semenarik
mungkin dengan gaya dan model inovatif, melalui aktifitas nyata
dalam dimensi tabligh, sehingga membawa dampak positif bagi
akselerasi penyebaran agama serta perkembangan kuantitas umat
Muslim secara nyata. Implikasi dakwah dalam konsep komunikasi
Islam, berarti merumuskan konsep sistematisasi dakwah islamiah

Hasyim Hasanah
132 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
dalam fremwork sistem komunikasi Islam, melibatkan kerangka kerja
sistem komunikasi Islam. Penelitian ini secara teoretis diharapkan
dapat melengkapi informasi ilmiah tentang pengembangan Dakwah
melalui Sistem Komunikasi Islam. Manfaat praktis bagi Fakultas
dakwah dan komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dapat menentukan arah pengembangan dakwah,
mengembangkan sistem komunikasi sebagai acuan menyusun kebijakan
pengembangan kurikulum berbasis system, serta memasukkan
struktur matakuliah pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Agar tujuan penelitian tercapai maka peneliti menggunakan
metode library research dengan tekhnik analisis model interaktif.
Kata Kunci: Pengembangan Dakwah, Sistem Komunikasi Islam
PendahuluanA.
Dunia kita telah memasuki abad teknologi dan informasi,
dimana masyarakat atau umat manusia sedang dalam proses
menjadi masyarakat komunikasi. Artinya semua aspek kehidupan
akan sangat tergantung pada informasi yang didapatkan dan
diterima masyarakat. Era informasi menjadi tantangan yang terkini
dari dakwah islamiyah. Perkembangan teknologi informasi telah
membawa masyarakat (khususnya umat Islam) dalam budaya
populer yang lebih menekankan pada kehidupan materialistik dan
konsumeristik. Dampak yang paling mendasar bagi kehidupan
beragama tentu pada pergeseran pola dan orientasi beragama
umat Islam. Untuk itu perlu dan menjadi keniscayaan, bahwa
dakwah harus memformat ulang dan mengkonstruksi diri agar
lebih efektif dan operasional. Upaya tersebut menjadi sangat
penting diantara pola aktivitas dakwah yang masih mengagungkan
khazanah lama dan penguatan fundamentalisme beragama (Nafis,
2010:3)
Dalam perkembangan terkini dakwah secara substantif
bisa dipahami dalam dua dimensi yaitu pertama, dakwah sebagai
ilmu dan kedua, dakwah sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, dakwah
merupakan kesatuan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
yang antar bagiannya saling berhubungan dan memiliki tujuan

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 133
tertentu yang bersifat teoritis maupun praktis (Ahmad, 1996:13).
Sedangkan dakwah sebagai aktivitas hakikatnya merupakan
pergerakan (harakah) transformasi Islam menjadi tatanan
kehidupan pribadi, keluarga, jama’ah, ummah dan daulah.
Berangkat kepentingan akademik dan realitas sosial
dakwah di masyarakat maka beberapa ilmu-ilmu sosial menjadi
relevan untuk pengembangan jurusan yang ada di fakultas dakwah
secara teoritis dan substantif, terutama ilmu sosial yang selama ini
sudah mapan, karena telah lama menjadi bahan kajian di fakultas
ilmu-ilmu sosial pada perguruan tinggi umum. Namun sebagian
harus beradaptasi karena konten kefakultasan dakwah seringkali
dilekatkan padanya, padahal dalam tradisi akademis dari keilmuan
induknya belum secara umum menjadi kajian atau tradisi teoritis,
metodologis dan terutama substantif materi kajiannya tertata
secara baik. Diantara kajian ilmu sosial yang selama ini dilekati
dengan dakwah adalah Ilmu komuniksi (Saputra, 2011:225).
Pemanfaatan ilmu komunikasi dalam pengembangan
ilmu dakwah pada yang krusial yaitu sebagai landasan berpijak.
Adapun yang menjadi pertimbangan penetapan landasan pijakan
ilmu komunikasi dalam pengembangan ilmu dakwah yaitu karena
ilmu komunikasi telah memiliki sistem yang mapan dan mudah
dipahami dalam pengembangan keilmuannya. Diantaranya
dalam proses pengembangan teorinya, menggunakan prinsip
konseptualisasi dan generalisasi dari fenomena empirik dengan
metode ilmiah yang bersifat; rasional, empiris dan sistematis
(Bustanuddin, 1999:4). Proses tersebut dilakukan secara kontinyu
dalam ruang dan waktu yang berbeda, sehingga kekayaan data
dan metode yang digunakan menjadi lebih beragam. Akibatnya
tentu tingkat generalisasinya menjadi lebih luas, intrepretasinya
kaya, kesimpulannya semakin kuat dan tingkat abstraksi atas
berbagai gejala menjadi lebih tinggi. Dari sinilah bangunan teori
suatu ilmu menjadi kokoh atau munculah grand theory.
Mencari formulasi arah pengembangan dakwah melalui
sistem komunikasi Islam merupakan suatu upaya yang bersifat
akademis untuk memetakan dimensi-dimensi teoritis dari dakwah
secara akademik maupun praktis dengan menggunakan teori-teori

Hasyim Hasanah
134 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
komunikasi yang selama ini telah mapan dikaji dalam komunikasi.
Aspek metodologis merupakan dimensi lain, yang berhubungan
dengan bagaimana memanfaatkan beberapa metode yang telah
berkembang dalam keilmuan komunikasi. Adanya kejelasan
metode yang digunakan, akan membantu upaya menemukan
materi yang menjadi fokus perhatian keilmuan dakwah. Materi
tersebut tentu bisa ditangkap dalam ranah akademik ataupun
ranah praktis dari dakwah.
Dimensi komunikasi dari dakwah bisa ditangkap dari
pola interaksi dakwah di masyarakat. Proses berdakwah berawal
dari upaya menyampaikan pesan ajaran Islam kepada seseorang
atau sekelompok orang agar dapat mempengaruhi sikap, perilaku
dan tindakannya sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Tumbuhnya
segala bentuk sikap, perilaku dan tindakan yang Islami dilandasi
atas kebutuhan bahwa dakwah merupakan sesuatu yang
bermanfaat dan akan menyelamatkan kehidupan seseorang dan
atau sekelompok orang. Kemudian dakwah dihadapkan pada
realitas perubahan sosial yang sangat kompleks. Kondisi tersebut
tidak mampu dipahami secara komprehensif dalam bentuk kajian,
analisa dan prediksi kemungkinan ke depan persoalan yang bisa
timbul dari perubahan tersebut (Kusnawan, 2004: 2-3).
Sebagai alternatif arah pengembangan dakwah dalam
sistem komunikasi Islam secara teoritis maupun praktis terdiri
dari 2 (dua) hal yaitu sistem pers dakwah (secara teoritis) dan
teknologi dakwah (secara praktis terapan). Berdasarkan kajian
pengambangan profesionalitas dalam kegiatan dakwah, sistem
komunikasi tidak hanya melibatkan pola interaksi secara simbolik
dan konvensional berupa informasi esan secara personal,
melainkan telah menyentuh aspek ruang publik secara masif
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi seperti
ponsel, internet dan jejaring sosial (Nurudin, 2008:187; Mulyana,
2005:19). Perkembangan realitas komunikasi yang semakin tidak
mengenal batas, menuntut aktivitas dakwah yang selaras dengan
pengembangan kebutuhan komunikasi ruang publik, sehingga
kegiatan dakwah dapat berjalan lebih efektif dan efisien serta
menyentuh aspek ruang publik secara sistematis.

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 135
Berangkat dari realitas di atas bahwa secara subtantif materi
sistem komunikasi Islam belum tertata secara baik, pada ranah
teoritis, metodologis dan pokok-pokok kajiannya, maka peneliti
menarik untuk melakukan penelitian dengan pokok persoalan
arah pengembangan dakwah melalui sistem komunikasi  Islam.
PembahasanB.
Konstruksi ilmu pengetahuan1.
Perkembangan ilmu pengetahuan bukanlah terjadi secara
kumulatif, tetapi terjadi secara revolusioner dan selanjutnya
menjadi paradigm keilmuan. Paradigma merupakan suatu
pandangan yang mendasar dari ilmuan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya oleh suatu cabang
ilmu pengetahuan. Setiap orang dalam kehidupannya senantiasa
dihadapkan pada peristiwa atau fenomena yang bisa jadi baik
atau buruk, senang atau tidak senang, sebagai suatu rutinitas atau
insidental (Esposito, 2007: 86).
Dari semua peristiwa atau fenomena tersebut menuntut
setiap orang untuk menginterpretasikan atau memaknai sehingga
relevan dengan kehidupannya atau bisa memahaminya. Proses
inilah yang disebut berteori. Interpretasi atas fenomena atau
peristiwa disebut berteori jika ada upaya menghubungkan
situasi sekarang dengan pengalaman atau keputusan-keputusan
yang dibuat berdasarkan peristiwa yang sama di masa lampau,
pengaruh sosial atau tekanan orang lain, krisis-krisis yang pernah
terjadi, hambatan-hambatan dan kesempatan yang tersedia di
lingkungan (Praja, 2002: 2-3).
Diantara cara memahami konstruksi suatu ilmu
pengetahuan adalah dengan menggunakan pendekatan
paradigmatik. Disadari atau tidak dalam perkembangan suatu ilmu
pengetahuan termasuk disini ilmu komunikasi, akan senantiasa
muncul suatu spesialisasi fokus kajian dan metodologi yang
digunakan. Upaya memahami suatu teori dalam ilmu-ilmu sosial
dapat dilakukan dengan cara memahaminya pada tiga dimensi
yaitu pada tingkat analisa utamanya, asumsi-asumsi dasar yang
melatar belakanginya, dan pokok perhatian yang menjadi titik

Hasyim Hasanah
136 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
tekan kajiannya. Ketiga dimensi tersebut sebagai satu kesatuan
dalam mengkonstruksi sebuah teori.
Konstruksi sebuah teori akan senantiasa mencerminkan
suatu usaha untuk menyatakan asumsi-asumsi dalam bentuk yang
seeksplisit mungkin, terutama saat mendefinisikan istilah-istilah
yang spesifik menjadi kajiannya, dan selalu ada asumsi filosofis
dalam bentuknya yang implisit (Lawang, 1989: 6-7). Dalam ilmu
sosial tingkatan analisa utamanya terdiri dari 3 (tiga) bentuk.
Bentuk unit analisis dapat dilihat dalam tabel 1:
Tabel 1
Tingkatan Analisa Utama Ilmu komunikasi
Tingkat analisa Pokok kajianSub pokok kajian
Tingkat Analisa
Luas
Pola-pola 1.
komunikasi budaya
Struktur komunikasi2.
Persepsi, nilai, moral -
Pengkodean sistem simbol -
pesan di masyarakat
Pemahaman -
Perubahan sikap dan -
perilaku
Difusi.-
Inovasi-
Jaringan-
Teknologi-
Tingkat Analisa
Hubungan
antarpribadi
Pola-pola hubungan
antar pribadi dan
kelompok.
Faktor-faktor yang -
menyebabkan terjadinya
hubungan komuniksia
antar pribadi dan
kelompok.
Intensitas dan frekuensi -
hubungan komuniksi antar
pribadi dan kelompok.
Kerjasama antar pribadi -
dan kelompok.
Hambatan komunikasi -
antar pribadi dan
kelompok.

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 137
Tingkat Analisa
Individu
Dinamika individu Persepsi, sugesti, dan -
motivasi perilaku,
prasangka dan
diskriminasi.
Karakteristik pribadi.-
Orientasi subyektif.-
Upaya-upaya mengklasifikasi teori merupakan sesuatu
yang sangat penting, dalam rangka untuk mempertegas
perbedaan-perbedaan antar satu teori dengan teori yang lain.
Adanya perbedaan yang jelas sangat berguna ketika menganalisis
suatu realitas sosial, upaya tersebut tentunya bersifat abstrak.
Faktor yang sangat mendasar dalam proses klasifikasi teori yaitu
masing-masing memiliki asumsi dasar, konsep-konsep yang
khusus dan titik tekan yang menjadi perhatian utama. Namun
demikian resiko yang bersifat negatif dari upaya mengklasifikasi
suatu teori yaitu adanya penyederhanaan pada aspek tertentu
yang dapat mengganggu aspek-aspek tertentu. Kemungkinan
yang lain yaitu adanya upaya melebih-lebihkan aspek tertentu
dari suatu teori (Lawang, 1989: 5).
Sebuah prinsip dalam memahami keberadaan suatu
teori yaitu teori jangan dianggap sebagai sebuah dogma yang
tidak dapat diubah. Keberadaan teori tidak mengenal akhir,
mempelajarinya sangat berguna dalam memahami kenyataan
sosial. Pemikiran ilmuan terdahulu dalam memberikan arti dan
makna atas kenyataan sosial, penting bagi seseorang untuk
memahami kenyataan sosialnya sendiri. Sikap kritis atas sebuah
teori diperlukan untuk mengevaluasi relevansi sebuah teori
terhadap kenyataan-kenyataan terkini. Apalagi sebuah teori
tidak sepenuhnya bisa diharapkan memberikan gambaran dan
penjelasan yang menyeluruh atas kenyataan sosial terkini. Sebuah
teori bisa jadi hanya mampu menjelaskan kenyataan sosial secara
jelas pada bagian tertentu, tetapi tidak jelas pada bagian yang
lain, sebagai bagian dari adanya pengabaian. Untuk pengguna
beberapa teori secara komprehensif menjadi sebuah kebutuhan,
mengingat kompleksitas dan dinamika kenyataan sosial yang
selalu berubah (Lawang, 1989: 6-7).

Hasyim Hasanah
138 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
Berteori merupakan suatu upaya menciptakan atau
mempertahankan kenyataan sosial. Kesadaran diri dalam berteori
mempunyai ruang yang luas dan dianggap lazim, jika lingkungan
sosial yang ada bersifat terbuka dan pluralistis. Berteori seringkali
tidak sepenuhnya disadari seseorang sehingga teoritisasi atas
kenyataan sosial yang dihadapinya bersifat implisit (tidak terbuka).
Padahal upaya menginterpretasi, menjelaskan, meramalkan,
dan merencanakan atas sesuatu kenyataan untuk kehidupan,
senantiasa dilakukan setiap orang (Lawang, 1989: 12-13).
Eksplisitas dan obyektivitas sebuah teori tidak akan
bersifat absolut, oleh karena asumsi-asumsi implisit dan
kebenaran yang diterima begitu saja (taken for granted), tidak bisa
sepenuhnya hilang dari diri seorang teoritisi dalam membangun
sebuah teori. Oleh karean itu pembentukan teori tidak pernah
dimulai dari awal atau nol. Pengalaman-pengalaman pribadi
yang begitu mengesan dan telah mengendap dalam alam bawah
sadar seorang akan berpengaruh pada diri seorang teoritisi
ilmu sosial dalam memandang kenyataan (dunia) sosial, kondisi
tersebut mempunyai pengaruh sangat kuat bagi ilmuan sosial
dalam berteori. Apalagi proses berteori senantiasa berlandaskan
pada gambaran-gambaran (images) fundamental mengenai
kenyataan  sosial.
Perkembangan ilmu sosial dalam Islam memberikan
kerangka dasar dan pijakan yang lebih kuat, sehingga Ilmu-ilmu
keislaman dapat mencapai kemantapan teori, interpretasi yang
dalam dan kaya metodologi. Semua itu tentunya merupakan hasil
sintesa dan kreasi baru untuk menggantikan ilmu pengetahuan dan
teori sebelumnya komprehensip dan secara konseptual berbeda
dan akhirnya menghasilkan fragmentasi dan profesionalisasi
aktifitas ilmiah. Makna mutlak yang ada pada tiap ilmu tidak lagi
diusahakan oleh kebutuhan atas satu kebenaran secara filosofis
namun hampir semua dalam batas-batas disiplinernya sendiri-
sendiri (Esposito, 2007: 85).
Komunikasi Islam berbasis Ilmu Dakwah2.
Komunikasi dalam dakwah menurut Jalaluddin Rakhmat
merupakan proses dan aktivitas menggabungkan ide dakwahnya

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 139
melalui kemampuan berkomunikasi yang baik, sehingga jelas
bahwa baik kata komunikasi ataupun dakwah secara khusus
tidak memiliki kesamaan, namun secara umum kesamaan antara
komunikasi dan dakwah terletak pada pesannya, dimana pesan
pada keilmuan bidang komunikasi lebih bersifat umum sedangkan
pesan yang ada dalam keilmuan bidang dakwah lebih khusus
pada bidang keagamaan Islam (islamisasi). Tujuan komunikasi
secara umum adalah adanya keserasian penyandian pesan dari
komunikator ke komunikan sehingga terjadi kesepahaman makna
dan perubahan sikap (Effendi, 1995: 14). Tujuan dari komunikasi
dalam dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi. Pertama, tujuan
awal dimana tujuan dari proses komunikasi dakwah itu adalah
tersampaikannya pesan dakwah, terjadi pemahaman pesan
dakwah selanjutnya terjadinya perubahan pemikiran, sikap dan
prilaku dari komunikan. Kedua, tujuan sementara dimana tujuan
ini hanya difokuskan pada perubahan kehidupan selama di dunia
saja. Adapun yang hendak dicapai dari tujuan komunikasi dakwah
itu sendiri mencakup dua tujuan diatas sampai pada tujuan akhir
dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sebagai wujud dari aktivitas dakwah, proses komunikasi
Islam yang terjadi di masyarakat melibatkan dua dimensi besar
yaitu kerisalahan dan kerahmatan. Dimensi kerisalahan menyangkut
upaya penyampaian pesan secara benar dan sempurna (efektif
dan efisien), sedangkan dimensi kerahmatan yaitu mencakup
pengaplikasian nilai-nilai kebenaran dan keshalihan. Pada tingkatan
penyampaian pesan islami target utamanya adalah agar manusia
lebih mengetahui, memahami, menghayati dan mengamalkan
Islam sebagai pandangan hidup, sehingga penyampaian pesan
tersebut dapat berujung pada perubahan perilaku manusia kearah
yang makin islami. Lebih lanjut dijelaskan oleh Kusmawan (2009:
16) dimensi kerisalahan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan
kesadaran umat dan terjadi proses internalisasi. Dalam dimensi
ini diturunkan menjadi dua hal yaitu yang disebut dengan irsyad
dan tabligh.
Irsyad berarti penyebarluasan ajaran Islam yang sangat
spesifik di kalangan tertentu (melibatkan hubungan personal)

Hasyim Hasanah
140 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
khususnya dalam proses penakhlukan ilham takwa atau internalisasi
ajaran Islam. Sedangkan tabligh merupakan penyebarluasan ajaran
Islam yang memiliki ciri-ciri tertentu yaitu bersifat insidental, oral,
missal, seremonial, bahkan kolosal, melibatkan beragram agregat
social dari berbagai kalangan. Dalam kerangka tabligh, kegiatan
komunikasi Islam atau dakwah mencakup penyebarluasan ajaran
Islam melalui sarana pemancar atau sarana transmisi dengan
menggunakan media elektromagnetik. Tabligh juga bermakna
difusi yaitu penyebarluasan ajaran Islam dengan bahasa lisan,
tulisan melalui bermacam media yang berorientasi pada khalayak
(Kusmawan, 2009: 17-18).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi
Islam yang berbasis ilmu dakwah merupakan kegiatan atau proses
internaliasai, transmisi, difusi dan transformasi guna mencapai
tujuan dakwah yaitu dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
Arah pengembangan Dakwah3.
Sebagai suatu ilmu sosial, pengembangan dakwah mutlak
diperlukan, hal ini dimaksudkan agar dakwah sebagai ilmu memiliki
tingkat generalisasi lebih luas, intrepretasi kaya, kesimpulan yang
semakin kuat dan tingkat abstraksi atas berbagai gejala menjadi
lebih tinggi. Mendasarkan hal tersebut, maka pengembangan
dakwah harus memiliki arah yang jelas dan sistematis. Pada
pengembangan dakwah Islam tentu tidak akan lepas dari analisis
interaksi unsur dalam dakwah yang kemudian ditinjau dari aspek
ontologi, axiologi dan epistimologi membentuk bangunan
keilmuan yang utuh. Dalam hal ini analisis yang terlibat dalam
proses pengembangan dakwah islamiyah meliputi unsur doktriner
ajaran Islam, da’i, mad’u, dan tujuan dakwah islamiyah.
Kerangka analisis yang terbentuk dari interaksi unsur
dakwah (a) doktrin Islam dan da’i akan menghasilkan hakekat dan
pemahaman esensi pesan, (b) da’i dan mad’u akan menghasilkan
kegiatan tabligh dan silaturrahmi, (c) mad’u dan tujuan dakwah
akan menghasilkan model perilaku islam secara empiris (amal
shaleh) dan (d) tujuan dakwah dan da’i akan menghasilkan
efisien dan efektivitas pencapaian tujuan dan sasaran dakwah.

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 141
Lebih lanjut, tema pengembangan dakwah selalu berkaitan
dengan aspek keilmuan dakwah itu sendiri yaitu (meliputi aspek
teoritis, metodologis dan pokok-pokok kajiannya (subject matter)
kemudian diselaraskan dengan aspek epistimologis, axiologis dan
ontologi keilmuan dakwah menggunakan kerangka kajian sistem
komunikasi Islam.
Arah pengembangan dakwah Islam secara teoritis meliputi
tiga bahasan utama yaitu sosiologi, psikologi dan komunikasi.
Arah pengembangan dakwah dalam term komunikasi didasarkan
pada hakekat dakwah sebagai proses penyampaian pesan dakwah
yang harus dikemas secara sistematis baik melibatkan sistem dasar
komunikasi ataupun dengan melibatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Peran komunikasi dalam dakwah sangat bergantunng
pada kehidupan sosial manusia berupa fungsi sosial manusia
yaitu komunikasi sosial, kontrol sosial, dan kerjasama sosial
Laudlow, dkk., (1996: 143). Lebih lanjut dikatakan oleh Laudlow,
dkk., (1996: 144) bahwa pengembangan yang melibatkan proses
komunikasi terletak pada efektivitas komunikasi. Efektifitas
komunikasi paling tidak harus menimbukan:
Pengertian yaitu penerimaan yang cermat dari isi stimuli a.
seperti apa yang di maksud oleh komunikator
Kesenangan yaitu disebut juga komunikasi fasis (b. phatic
communication) yang dimaksud untuk menimbulkan
kesenangan. Komunikasi menjadi hubungan antar individu
menjadi hangat, akrab dan menyenangkan sehingga timbul
suasana kekeluargaan dan kekerabatan.
Pengaruh pada sikap dan perilaku maksudnya komunikasi c.
sering juga dilakukan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku orang lain, seperti dalam kegiatan dakwah, da’i ingin
meningkatkan dan mempengaruhi serta membangkitkan
sikap keagamaan dan mendorong jama’ahnya beribadah
dengan baik secara persuasif. Komunikasi ini memerlukan
pemahaman tentang faktor-faktor dalam diri komunikator
dan pesan yang dapat menimbulkan efek perubahan
perilaku pada komunikan.
Hubungan makin baik maksudnya bahwa komunikasi d.

Hasyim Hasanah
142 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan yang
baik, karena manusia adalah makhluk social yang dalam
kehidupannya selalu melakukan interaksi dengan orang
lain. Dalam hal ini komunikasi berarti proses mewujudkan
kebutuhan social manusia seperti menumbuhkan
dan mempertahankan hubungan dengan orang lain
(inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control) dan cinta
kasih  ( affection).
Tindakan, dimaksudkan bahwa tindakan nyata merupakan e.
indicator dari efektivitas komunikasi atau kegiatan dakwah,
karena itu untuk menimbulkan tindakan, seseorang
harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian,
membentu, dan mengubah sikap atau menumbuhkan
hubungan baik. Tindakan merupakan hasil akumulatif
dari seluruh proses komunikasi, dan disertai proses
timbal balik yang linier (Faizah, dkk., 2009: 147; Rahmad,
2001:  13).
Pengembangan dakwah secara metodologis berarti
mengkaji mengenai metodologi penalaran yang digunakan dalam
disiplin ilmu sistem komunikasi Islam yang dapat ditempuh
dengan empat jalan yaitu:
Al Tharuq al istimbatha. yaitu metode penalaran dengan
menggunakan teori-teori komunikasi dari sumber pokok
hukum Islam yaitu al qur’an dan al hadits secara langsung.
Dari sisi ini belum banyak dikembangkan acuan pokok dan
mendasar yang dijadkan konsep dasar teori komunikasi
yang bersumber dari kaedah ini.
Al Tharuq al Iqtibasb. yaitu metode penalaran dengan
meminjam teori-teori tentang komunikasi khususnya
perilaku kemanusiaan yang telah berkembang sejauh
tidak bertentangan dengan sumbeh hukum pokok yaitu
al qur’an dan al hadits. Dengan metodologi penalaran
inilah teori tentang komunikasi yang berkembang dapat
dijadikan landasan keilmuan terapan (bantu) sehingga
dakwah lebih bersifat aplikatif dan praktis.

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 143
Al Tharuq al istiqra’c. yaitu metode penalaran dengan
meminjam berbagai kajian penelitian dan hasil riset
mengenai komunikasi, pengalaman-pengalaman empiris
sejauh memiliki keajegan ilmiah dan tidak bertentangan
dengan sumber hukum ajaran Islam.
Al jam’u Bayan u’qul al Shafiyyah wa al Nufus al Zakiyyah.d.
Metode penalaran ini disebut sebagai metode irfani yaitu
model metode yang didasarkan pada pendekatan dan
pengalaman langsung (direct experience) atas realitas yang
berkembang di kalangan masyarakat khususnya realitas
atau pengalaman spiritual. Dalam komunikasi metodologi
ini dipakai untuk memahami simbol-simbol bahasa baik
verbal maupun bahasan non verbal selanjutnya juga untuk
dapat menginterpretasikan teks-teks normatif yang ada,
memahami makna pesan yang abstrak dalam doktrin
ajaran Islam.
Arah pengembangan dakwah Islam secara ontologis,
dapat ditinjau dari wujud perilaku keberagamaan manusia, jadi
seluruh perilaku keberagamaan manusia dalam dimensi sosio-
psikologisnya berupa proses internalisasi, transmisi, difusi dan
transformasi ajaran Islam yang melibatkan unsur dakwah secara
sistematis dalam rentang waktu untuk mewujudkan kehidupan
umat yang salam, hasanah dan thayyibah serta memperoleh ridha
Allah SWT.
Sebagai sebuah sistem kegiatan, dakwah merupakan
sistem penjelas yang proporsional dalam mencermati perilaku
keberagamaan umat menyangkut empat hal yaitu irsyad, tabligh,
tamkin/tathwir dan tadbir. Mengacu pada empat hal tersebut
Sukriadi Sambas merangkum menjadi dua kegiatan sistem
dakwah, pertama irsyad dan tabligh Islam sebagai bagian integral
dari da’wah bi ahsani al aq-wal (dakwah yang banyak menggunakan
lisan), kedua takwim dan tadbir Islam sebagai bagian dari da’wah bi
ahsani al a’mal (dakwah dengan tindakan nyata atau perbuatan)
(Arifin, 2006: 2-3).
Berdasarkan formulasi disiplin ilmu dakwah maka secara
etimologis kegiatan irsyad berisikan kegiatan Bimbingan dan

Hasyim Hasanah
144 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
Penyuluhan Islam (BPI); kegiatan tabligh berisikan cerama popular/
ilmiah/ konvensional, khitobah diniyah, seni Islam dan futuhat
yang disebut pula ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI);
kegiatan tamkin/tathwir berisikan penjelasan Pengembangan
Masayarakat Islam (PMI); dan tadbir berisikan pelembagaan dan
pengelolaan Menejemen Dakwah Islam (MDI).
Formulasi ilmu dakwah dalam melengkapi eksistensi
sekaligus pengembangan secara epistimologis tabligh Islam
melahirkan ilmu komunikasi dan penyiaran Islam yang terdiri
dari kegiatan:
Sistem Pers dakwah a.
Kitabah1) seperti Artikel, feacture, resensi buku dan film,
puisi, skenario, dan lain-lain.
I’lan2) yaitu penyiaran radio, televisi dan produksi Film,
jejaring social
Sistem teknogi dakwahb.
Pengelolaan Media konvensional seperti Khitobah 1)
Diniyah, Ta’tsiriyah
Pengelolaan Media Digital dengan memanfaatkan 2)
teknologi berbasis sistem informasi dan teknologi
digital seperti internet, telepon, dan media online
lainnya.
Arah pengembangan ilmu komunikasi Islam dan
dakwah, secara aksiologis dapat melengkapi manfaat kebutuhan
pengembangan sistem pengelolaan pesan informasi nilai ajaran
Islam yang dikemas dalam sistem pers dakwah maupun dengan
menggunakan teknologi dakwah sehingga informasi pesan
dakwah lebih berorientasi pada kemampuan, kecakapan dan
kebebasan penyampaian informasi ruang publik secara massif
sehingga menimbulkan perilaku dan kesadaran kolektif secara
bersifat lebih efektif dan efisien.
Sistem Komunikasi Islam4.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa sistem komunikasi
Islam merupakan upaya sistematis meletakkan informasi pesan
dakwah yang dilandaskan pada nilai-nilai ajaran Islam, sehingga

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 145
dapat mempengaruhi pola sikap dan perilaku yang mengarah
pada pola sikap dan perilaku islami. Setiap proses kegiatan
komunikasi (baik secara interpersonal, maupun kelompok)
harus mendasari diri pada pola interaksi yang berdasar pada nilai
islamiyah, komunikasi berpijak pada norma tingkah laku yang
berdasar pada ketentuan dan kaidah nilai-nilai ajaran Islam.
Alasan pentingnya Sistem Komunikasi Islam didasarkan
pada pertimbangan sebagai berikut:
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi a.
yang kian pesat (bahkan akan terus berkembang di masa
mendatang), sehingga akan mempengaruhi pola arus
informasi yang semakin kompleks.
Islam merupakan ajaran yang berlaku sepanjang perjalanan b.
kehidupan manusia, sebagaimana dijelaskan oleh Harun
Nasution bahwa Islam agalah ajaran atau doktrinasi yang
sempurna pada konteks tempat (syumuliyatul makan),
ruang, waktu zaman (syumuliyatul zaman) dan seluruh
sistem kehidupan manusia (syumuliyatul minhaj). Selain
itu perkembangan Islam yang begitu pesat diharuskan
dapat mengakomodir kepentingan multietnis agar tidak
menyebabkan konflik SARA ditengah masyarakat.
Belum meratanya perkembangan teknologi komunikasi c.
masyarakat Muslim (selama ini masih berkembang di
masyarakat perkotaan sedangkan masyarakat Muslim
di pedesaan masih jauh dari jangkauan teknologi
komunikasi).
Sistem komunikasi secara umum melibatkan bahasan d.
yang begitu kompleks dan beragam, sehingga perlu
disusun kajian yang bisa memberikan pemahaman nyata
dan bersifat realistis bagi masyarakat khususnya dalam
upaya penyebarluasan pesan informasi dakwah Islam yang
berorientasi pada teknologi komunikasi.
Sistem komunikasi Islam berbeda dengan sistem e.
komunikasi pada umumnya, perbedaan tersebut
dilatarbelakangi oleh kepentingan doktrinasi, sistem sosial,
budaya bahkan politik masyarakat muslim, sehingga hal

Hasyim Hasanah
146 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
ini akan memberikan corak dan warna sistem komunikasi
yang berkembang.
Konsep Dasar Sistem Komunikasi Islam5.
Konsep dasar sistem komunikasi Islam berasal dari adanya
hubungan dan pola interaksi sosial yang terbina dari umat. Hal ini
lahir sebagai bentuk kesadaran pola hubungan komunikasi yang
berdasar dari pola tingkah laku yang bersumber dari ajaran Islam
(al-Qur’an dan al-Hadits). Untuk dapat menyusun pesan dalam
proses komunikasi yang berlangsung didalam kegiatan dakwah
islamiyah, maka perlu adanya kesadaran mentransformasikan
dan difusi nilai ajaran Islam dalam perilaku sehari-hari.
Sebagai suatu sistem, maka pola komunikasi yang terbentuk
mengacu pada kepentingan umat, bertolak dari peraturan dasar
dalam ajaran Islam, sehingga pesan yang disampaikan dituntut
menggunakan pesan yang tidak menimbulkan prasangka, yaitu
pesan yang disusun dengan mempertimbangkan norma dan nilai
baik secara psikologis, sosiologis dan agamis. Sistem komunikasi
Islam juga mengenal proses komunikasi dua arah dimana interaksi
yang terbentuk antara komunikan dan komunikator berlaku
secara timbal balik, dan mengacu pada perhatian dan tolak ukur
nilai-nilai ajaran Islam. Pola hubungan yang terjadi disamping
melahirkan pola komunikasi baru, diharapkan terbentuk suatu
dinamika psikologis berupa hubungan kekerabatan dan kedekatan
emosional dalam menjalankan proses komunikasi.
Aspek kekerabatan ini menurut Rahmad (2001: 14) akan
menimbulkan efek komunikasi yang harmonis dan berujung
pada terbentuknya struktur komunikasi lanjutan, sehingga
pemahaman terhadap pesan yang disampaikan dapat meresap
dan menjadi pemahaman komunikasi yang sifatnya langgeng/
kekal. Sistem komunikasi Islam pada hakekatnya merupakan
kegiatan pengorganisasian pesan dakwah yang bertujuan untuk
mempengaruhi perilaku manusia agar sejalan dan adanya saling
pengertian satu sama lain sehingga tujuan dakwah islamiyah
tercapai. Dalam sistem komunikasi Islam paling tidak selalu
melibatkan:
Sekumpulan unsur komunikasi dan atau dakwah Islam a.

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 147
terdiri dari para pelaku komunikasi dan atau dakwah yaitu
da’i dan mad’u, sarana prasarana dakwah (washilah), dan
fasilitas lainnya.
Tujuan sistem komunikasi yaitu penyebarluasan informasi b.
pada umat atau khalayak, membentuk image positif, brand
awareness, persuasif.
Wujud atau hasil proses sistem komunikasi selama jangka c.
waktu tertentu (media cetak, penerbitan intern, press release,
online programme)
Pengelolaan bahan atau data dan atau energi berupa berita, d.
artikel, straight atau dept news, tajuk rencana, fact finding dan
lain sebagainya (Rahmadi, 1999: 90).
Dengan demikian ciri mendasar dari sistem komunikasi
ini terlihat adanya interpedensi atau komponen yang saling
berkaitan; tercapainya output kegiatan yang sesuai dan konsisten
dengan tujuan utamanya; adanya totalitas atau kesatuan eksistensi
masing-masing komponen sistem yang terstruktur dengan jelas
melalui unsur dan perangkat sistemnya.
Pengembangan dakwah melalui sistem komunikasi 6.
Islam
Dakwah islamiyah merupakan proses transformasi nilai
ajaran yang bertujuan untuk merubah paradigma dan perilaku
umat. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang jelas khususnya
dalam menyerasikan pesan yang disampaikan dengan tolak ukur
hubungan interaksi komunikasi antar pelaku komunikasinya
(Amin, 2009: 113). Oleh sebab itu perlu ada kebijakan khusus
terkait dengan aspek keserasian antara pesan yang dikirimkan
dengan suasana saling menerima dan saling menguntungkan,
menghindari prasangka akibat hubungan komunikasi dan
melahirkan perilaku yang Islam. Perhatian pada tata nilai ajaran
Islam menjadi fokus utama dalam kajian ini karena untuk dapat
mempengaruhi pola perilaku seseorang, menurut ajaran Islam
perlu dibingkai dalam sistem komunikasi yang memberikan efek
rasa aman, nyaman dan tenang, sehingga proses dakwah islamiyah
bisa berjalan secara efektif dan efisien (Ilahi, 2010: 98).

Hasyim Hasanah
148 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
Sistem komunikasi Islam dalam kegiatan dakwah pada
dasarnya berkaitan dengan sistem-sistem disekitarnya yautu
sistem sosial, sistem budaya, bahkan sistem politik. Itu artinya
bahwa corak sistem komunikasi Islam yang berkembang di
masyarakat sangat ditentukan oleh corak, bentuk dan keragaman
masyarakat muslim. Namun yang menjadi fokus kajian sistem
komunikasi Islam adalah perkembangan sekompleks apapun
komuniatas masyarakat muslim tidak dapat merubah pondasi
filosofis doktrin ajaran Islam yaitu menjadikan Islam sebagai
tuntunan dan pandangan hidup bagi umat manusia, sehingga
umat dapat senantiasa mengarahkan hidupnya kepada perilaku
yang makin islami.
Menurut Nurudin, arah pengembangan sistem komunikasi
selalu dipengaruhi pada realitas kehidupan manusianya, oleh
karenanya dalam hal ini pengembangan sistem komunikasi
Islam sebagaimana telah disebutkan di atas terdiri dari dua hal
penting yang tetap mengacu pada dimensi kerisalahan dakwah
islamiyah  yaitu:
Sistem pers dakwaha.
Sistem pers dakwah merupakan subsistem utama dari
sistem komunikasi. Unsur yang paling penting dalam sistem
pers adalah media massa. Media massa menjalankan fungsi
dan perannya sebagai alat mempengaruhi sikap dan perilaku
masyarakat. Melalui media, masyarakat dapat melakukan counter
social secara berkesinambungan, selain itu terjadi proses difusi
inovasi kegiatan islamisasi atau dakwah didalam masyarakat.
Seorang pakar komunikasi Marshall Mc Luhan dalam Roger,
dkk (1987: 23) menyebutkan bahwa media maasa merupakan
repersesntasi dari eksistensi kehidupan kemanusiaan (Hanafi,
1987: 23).Sistem pers dakwah di masyarakat merupakan sistem
pengelolaan penyebarluasan nilai Islam yang sangat berkaitan
dengan peristiwa penting kehidupan manusia. Pers menjadi
media penggagas, peristiwa, ide, gagasan, informasi dakwah
islamiyah. Artinya berbagai informasi berbasis nilai-nilai islami
yang diolah melalui media menjadi hasil bagi proses keluaran
sistem komunikasi. Hasilnya adalah pada kegiatan Kitabah seperti

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 149
artikel, feacture, resensi buku dan film, puisi, skenario, dan lain-
lain; kegiatan I’lan yaitu siaran radio, televisi dan produksi film,
jejaring sosial (Suhandang, 2007: 16).
Sistem pers dakwah dalam skema SKI (system komunikasi
Indonesia) terdiri dari dua wilayah garapan yaitu system pers dakwah
pedesaan dan system pers dakwah perkotaan. Masing-masing
wilayah ini memiliki corak yang beragam, dimana kecenderungan
system pers dakwah wilayah pedesaan didominasi oleh peran
komunikasi massa tradisional seperti Koran, majalah, radio,
dan televisi dan nimedia rakyat, sedangkan system pers dakwah
masyarakat kota lebih memiliki keragaman khususnya dengan
pengembangan jaringan nir-kabel dan transmisi online seperti
ponsel, berita online, jaringan internet dan lain  sebagainya.
Sistem pers dakwah tentu harus selalu menghadirkan
semangat filosofis, nilai dan idiologi ajara Islam, pers dakwah
harus melayani kepentingan umat Islam khususnya dalam
internaliasai, transmisi, difusi dan transformasi ajaran Islam.
Sistem pers dakwah merupakan wujud tanggung jawab sosial
artinya pers bertanggung jawab dalam meningkatkan ketahanan
moral, menjaga kesalehan sosial serta membebaskan umat dari
degradasi moral. Menyebarkan dan menginformasikan semangat
ketuhanan dan pelaksanaan perbuatan yang beretika luhur.
Artinya pers sebagai media dakwah harus mengembangkan dan
menjaga moralitas dan etika kehidupan masyarakat yang sesuai
dengan tuntunan Islam (hablum minallah wa hablum minannas).
Sistem Teknologi Dakwah b.
Berkembangnya media sistem komunikasi menuntut
upaya kreatif dan inovatif dalam mengemas informasi dakwah
islamiyah. Oleh sebab itu diperlukan sistem teknologi dakwah
yang modern dan selaras dengan kemajuan zaman. Dalam ilmu
dakwah dan komunikasi Islam sistem teknologi dakwah disebut
dengan kemampuan teknis keahlian profesi dakwah dan teknik
operasional kegiatan dakwah. Karena Komunikasi dan penyiaran
Islam merupakan bentuk kegiatan tabligh, maka sistem tenologi
dakwah yang terbentuk adalah teknologi tabligh dakwah.

Hasyim Hasanah
150 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
Ilmu teknologi tabligh dakwah meniputi berbagai teknik
operasional dalam kegiatan dakwah yang memanfaatkan sarana
prasarana teknologi komunikasi yang berkembang di era kekinian
seperti teknik produksi, teknik peliputan, teknik penerbitan dan
teknik pengembangan feature dan kebijakan strategi informasi
Islam (Enjang dan Aliyudin, 2009: 37; Umar dalam Roudhanah,
2002). Teknik produksi, peliputan, penerbitan dan pengembangan
ini biasa digunakan dalam kegiatan produksi radio, televisi, film
dakwah (RTF dakwah), tajuk rencana media massa, pengembangan
geografi Islam, kaifiyah mujadalah, pengembangan majelis taklim
berbasis sistem komunikasi, PPM dan lain sebagainya.
Teknologi tabligh dakwah pada era sekarang dapat
memanfaatkan berapa sistem komunikasi massal seperti telepon
seluler, media online, jejaring sosial, internet dan sarana audio-
visual dan virtual lainnya. Hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan
dakwah sebagai sistem komunikasi Islam selalu dapat eksis
menyebarluaskan nilai, filosofis dan tatanan keislamannya sehingga
perubahan perilaku islami dapat tercipta di masyarakat dengan
menggunakan teknologi komunikasi yang selalu berkembang.
Perkembangan corak dan difusi jaringan teknologi tabligh
dakwah Islam biasanya melahirkan bentuk teknologi online
dalam menyampaikan pesan dakwah, berkembangnya situs-
situs dakwah dan jaringan tv online menambah kecanggihan
teknologi yang dapat digunakan dalam aktivitas dakwah. Selain
itu Everett M. Rogers menyebutkan bahwa teknologi jaringan
komunikasi modern disebut sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu
tertentu dalam sistem sosial agar pesan-pesan informasi lebih
menciptakan informasi baru, hangat dengan sifat ketermasaan
(newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang
menyangkut ketidakpastian (uncertainy).
Unsur utama teknologi komunikasi ini adalah (a) inovasi;
(b.) yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu; (c.) dalam
jangka waktu tertentu dan tidak terbatas; (d) diantara anggota
suatu sistem jaringan tertentu dengan melahirkan produk inovasi
yang meliputi : (a) Pengetahuan yaitu berupa kesadaran individu

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 151
akan adanya inovasi dan pemahaman tertentu tentang bagaimana
inovasi tersebut berfungsi dengan baik dan optimah, (b) Persuasi,
yaitu individu dapat membentuk sikap setuju atau tidak setuju
terhadap inovasi yang ada, (c) keputusan, dalam hal ini individu
mampu melibatkan diri pada aktivitas proses komunikasi
yang mengarahkan dirinya pada pilihan untuk menerima atau
menolak suatu inovasi dan (4) konfirmasi, yaitu individu dapat
menemukan penguatan (dukungan social) terhadap keputusan
yang telah dibuatnya, tetapi ia mungkin saja berbalik keputusan
jika ia memperoleh isi pernyataan yang bertentangan dengan
keyakinannya (McQuail dan Windahl, 1993: 61).
Pada umumnya teknologi informasi komunikasi berkaitan
dengan proses adopsi inovasi (hal-hal/ nilali baru). Hal ini sangat
relevan bagi masyarakat baik yang sedang berkembang maupun
masyarakat maju (perkotaan), khususunya berkembangnya kondisi
dan kebutuhan masyarakat sehingga menimbulkan perubahan
potensial dan metode baru bagi masyarakat. Dalam kerangka
pengembangan difusi teknologi dakwah islam usaha yang ingin
dicapai tidak hanya berhubungan dengan masalah keberagamaan
saja, melainkan juga berorientasi pada pembangunan aspek
kemanusiaan seperti keimanan, keislaman, ekonomi, kesehatam,
sosial, politik dan pertahanan dan keamanan (Roger dalam
McQuail dan Windahl, 1961: 65). Selain itu pengembangan
teknologi dakwah bertujuan untuk dapat meletakkan system
monitoring dan penerapan etika teknologi informasi dan
komunikasi, sehingga didapatkan produk-produk dakwah yang
inovatif, santun dan beretika moral tinggi.
Pengembangan dakwah selanjutnya adalam pengembangan
dimensi kerahmatan, sebagai upaya terus menerus untuk
membuktikan validitas Islam yang telah diklaim sebagai Islam
rahmatan lil ‘alamin, maka bentuk dimensi dakwah dalam hal
ini adalam menjabarkan nilai-nilai Islam secara normatif dengan
mengoptimalkan fungsi lembaga dan organisasi komunikasi
dakwah. Dalam perspektik komunikasi, maka fungsi dan peran
lembaga dakwah secara institusional dapat berwujud manajemen
pers dakwah. Manajemen pers dakwah merupakan proses kerja
jurnalistik lembaga masayarakat (berbentuk pers maupun lembaga

Hasyim Hasanah
152 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
dakwah atau lembaga kemasyarakatan lainnya) untuk mencapai
masyarakat yang islami dan madani (Suhandang, 2007: 15).
Sub pokok bahasan manajemen pers dakwah paling tidak
meliputi empat hal yaitu:
Perencanaan pers dakwah, yaitu berpikir secara rasional a.
berdasarkan fakta dan data yang ada untuk dapata
mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna
mewujudkan apa yang hendak dicapai dalam kegiatan
dakwah.
Pengorganisasian pers dakwah, yaitu pengadaan sarana b.
prasarana manajemen (sumber daya manusia dengan
segala fasilitasnya) untuk keperluan pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen pers dakwah (dalam bentuk kegiatan
jurnalistik dakwah) dimana Sumber daya yang diperlukan
adalah mereka dengan predikkat da’i
Penggerakan pers dakwah, yaitu kegiatan pembinaan c.
pada pengembangan dan peningkatan karir sumber daya
dakwah di bidang jurnalistik dan dakwah islamiyah.
Jurnalistik dakwah dimaknai sebagai suatu keterampilan d.
atau seni penyusunan pemberitahuan, penyampaian serta
penyajian (produk jurnalistik) yang menarik perhatian,
dan bertujuan untuk mempengaruhi khalayak atau publik
dengan berlandaskan pada kebutuhan hati nurani publik.
Pengawasan dalam manajeman pers dakwah dimaksudkan e.
sebagai kegiakan pengkajian dan penelitian terhadap
penyimpangan yang terjadi dalam kegiatan jurnalistik dan
pers dakwah, sehingga bisa dicari solusi perbaikannya dan
mengarahkan pada pencapaian tujuan yang ditentukan
dalam perencanaan (fungsi pertama dalam manajemen
pers dakwah) (Suhandang, 2007: 192-193).
Beberapa konsep arah pengembangan dakwah dalam
term komunikasi inilah yang akan memberikan kerangka
pemahaman secara mendalam kaitannya mendapatkan formulasi
bentuk operasionalisasi kegiatan dakwah yang tersistematisasi
dengan  baik.

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 153
Implikasi Sistem Komunikasi Islam bagi Dakwah 7.
Islamiah
Salah satu implikasi yang dapat diperoleh dari sistem
komunikasi yang Islam secara epistimologis berkaitan dengan
kemapanan keilmuan menyangkut bagaimana batasan dan
cara mengetahui sistem komunikasi Islam, dengan kata lain
mempersoalkan objek materia dan forma sistem komunikasi
Islam dalam dakwah. Yang kedua dalam ontologis keilmuan
sistem komunikasi Islam, hal ini berarti mendasarkan pada apa-
apa saja yang harus diketahui dan dipelajari, dengan kata lain
mempersoalkan pembidangan, rincian disiplin sistem komunikai
Islam serta metodologi yang digunakan untuk pengembangan
dakwah melalui sistem komunikasi Islam. Ketiga berkaitan
dengan axiologis yaitu kemanfaatan sistem komunikasi Islam
dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah.
Dengan mendasarkan pada implikasi keilmuan tersebut,
maka kegiatan dakwah tidak hanya berorientasi pada kegiatan
praktis melainkan sebagai suatu sebagai sistem yang menjelaskan
interaksi antar unsur komunikasi dakwah serta problem interaksi
tersebut. Selanjutnya implikasi yang terbentuk dalam kemanfaatan
sistem komunikasi islam atau dakwah melahirkan alternatif
problem solving dalam menyelesaikan problem kemasyarakatan
melalui sistem komunikasi Islam baik dengan memanfaatkan
sistem pers dakwah maupun sistem teknologi dakwah secara
integral dan komprehensif.
Kaitannya untuk mewujudkan tatanan etika moralitas,
sistem komunikasi Islam dapat melahirkan regulasi dalam
strategi kebijakan inimformasi publik berbasis dakwah islamiyah,
baik melalui tampilan kontens pesan dakwah maupun tampilan
kemasan dakwah yang bersifat atraktif-persuasif.
SimpulanC.
Dakwah merupakan bentuk komunikasi yang
dipergunakan oleh agamawan dengan memaknai bahwa
pentingnya keberadaan dakwah dalam keberlangsungan umat
dan kehidupan manusia sepanjang masa. Dakwah dalam konteks

Hasyim Hasanah
154 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
komunikasi Islam adalah strategi atraktif-persuasif. Artinya
kegiatan penyampaian pesan dikemas semenarik mungkin dengan
gaya dan model inovatif, melalui aktifitas nyata dalam dimensi
tabligh, sehingga membawa dampak positif bagi akselerasi
penyebaran agama serta perkembangan kuantitas umat Muslim
secara nyata. Implikasi dakwah dalam konsep komunikasi Islam,
berarti merumuskan konsep sistematisasi dakwah islamiah dalam
fremwork sistem komunikasi Islam, melibatkan kerangka kerja
sistem komunikasi Islam. Penelitian ini secara teoretis diharapkan
dapat melengkapi informasi ilmiah tentang pengembangan
Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam. Manfaat praktis bagi
Fakultas dakwah dan komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam dapat menentukan arah pengembangan
dakwah, mengembangkan sistem komunikasi sebagai acuan
menyusun kebijakan pengembangan kurikulum berbasis system,
serta memasukkan struktur matakuliah pada Fakultas Dakwah
dan Komunikasi. Agar tujuan penelitian tercapai maka peneliti
menggunakan metode library research dengan tekhnik analisis
model interaktif.

Arah Pengembangan Dakwah melalui Sistem Komunikasi Islam
Vol. 4, No. 1 Juni 2016 155
Daftar Pustaka
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam sebagai Ilmu (Sebuah Kajian
Epistimologis, dan Struktur Keilmuan Dakwah, Makalah
dalam pertemuan ilmiah dekan fakultas dakwah se
Indonesia, Sumatera Utara 1996
Amin, Syamsul Munir, 2009. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah.
Arifin, Muhammad, 2006. Dakwah Multi Media, Surabaya: Graha
Ilmu.
Azis, Jum’ah Amin Abdul, 2005. Fiqh Dakwah, Jakarta:
Intermedia.
Bustanuddin, Agus, 1999. Pengembangan ilmu-ilmu Sosial, Studi
Banding antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran Islam, Jakarta:
Gema Insani.
Devito, Joseph A., 1998. Komunikasi Antar Manusia. Kuliah Dasar.
Edisi Kelima. (Judul Asli: Human Communication).
Jakarta: Professional Books.
Efendi, Onong Utjayana, 1995. Teori Komunikasi dan Praktek,
Bandung: PT. Rosdakarya.
Enjang, A.S, dkk, 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Bandung: Widya
Padjajaran.
Esposito, John L., (ed), 2007. Sain-sains Islam, Jakarta: Inisiasi
Press.
Faizah, dkk., 2009. Psikologi Dakwah, Bandung: Widyapadjajaran.
Hanafi, Abdillah, 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru, Surabaya:
Usaha Nasional.
Ilahi, Wahyu, 2010. Komunikasi Dakwah, Bandung: Rosda.
Johnson, Doyle Paul, 1989. Sosiologi Klasik dan Modern, Jilid I, (terj)
Lawang, Robert M. Z. Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta:
Gramedia.
Kusnawan, Aep (Ed)., 2009. Napak Tilas Perjalanan : Dari Dakwah
ke Ilmu Dakwah, dalam, Dimensi Ilmu Dakwah : Tinjauan
Dakwah dari Aspek Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, hingga
Paradigma Pengembangan Profesionalisme, Bandung: Widya
Padjajaran.
McQuail, Dannis dan Steven Windahl, 1993. Communication Model

Hasyim Hasanah
156 AT-TABSYIR: Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam
for The Study of Mass Communication, London and New
York: Longman.
Miles, Matthew B., dan A. Michael Huberman, 1992. Analisis Data
Kualitatif, terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, UI Press,
Jakarta.
Moehajir, Noeng, 1996. Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta:
Rakai Sarasin.
Muhyidin, Asep dan Safei, Agus Ahmad, 2002. Metode Pengembangan
Dakwah, Bandung: Pustaka Setia.
Mulyana, Deddy, 2005. Ilmu Komunikasi, Bandung: PT. Rosda.
Nafis, M., Quo Vadis Dakwah di Era Teknologi Informasi dan
Komunikasi, makalah yang disampaikan dalam Seminar
Nasional, Dakwah Berbasis Teknologi Komunikasi dan
Informasi, oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang, 25 Oktober 2010
Nuruddin, 2004. Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Rajawali
Press.
Praja, Juhaya S., 2002. Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islamdan
Penerapannya di Indonesia, Jakarta: Teraju.
Rachmadi, F., 1999. Sistem Komunikasi: Anaslisis Deskriptif Sistem
Pers di Berbagai Negara, Jakarta: PT. Gramedia.
Rahmad, Jalaludin, 2001. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Roger, Everett M dan F. Floyd Shoemaker, 1987. “Communication
of Inovations” dalam Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan
Ide-Ide Baru, Surabaya: Usaha Nasional.
Rogers, Everett, and Lawrence D. Kincaid, 1981. Communication
Network To Ward a New Paradigm for Research, New York:
The Free Press.
Saputra, Wahidin, 2011. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta:
Rajawali  Press.
Suhandang, Kustadi, 2007. Manajemen Pers Dakwah,
Bandung:  Marja.
Umar dalam Roudhanah, Komunikasi Persuasif dalam Dakwah,
Jurnal Kajian Dakwah, Vol. 4 Nomor I, Agustus 2002.