http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/eduriligia/index
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan
Vol. 6, 3 (Juli-September, 2022), pp.
ISSN: 2597-7377 EISSN: 2581-0251,
303


Perkembangan Pendidikan Islam Abad Kedua Hijriyah

Norhabibah

Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam UIN Antasari Banjarmasin; [email protected]


ARTICLE INFO ABSTRACT
Keywords:
Sejarah Pemikiran;
Peradaban Islam;
Masa Kenabian.



Perkembangan pemikiran Islam memberikan pengaruh pada
perkembangan peradaban Islam di seluruh penjuru dunia
Islam, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya
keterkaitan hubungan antara pemikiran dan peradaban Islam.
Sebagai generasi penerus peradaban yang berkecipung dalam
dunia pendidikan, maka sudah seharusnya kita mengkaji dan
memahami bagaimana sejarah pemikiran dan peradaban Islam
dari masa-kemasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana sejarah pemikiran dan peradaban
Islam pada masa kenabian, yang menjadi titik awal pemikiran
dan peradaban umat Islam pada masa -masa berikutnya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library
research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengkajian
kritis dan mendalam pada bahan -bahan pustaka yang
dianggap relevan dengan topik penelitian. Dengan
menggunakan pendekatan deskriptif dan juga metode sejarah
karena dalam pembahasan penelitian ini berkaitan dengan
kejadian masa lampau. Adapun hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pada sejarah pemikiran dan peradaban
Islam masa kenabian, kita dapat mengetahui sejarah pemikiran
Islam pada masa kenabian, yang pada masa itu pemikiran
Islam berpusat pada Nabi Muhammad Saw. Karena umat Islam
selalu mengembaliakn semua permasalahan yang dihadapi
kepada Nabi Muhammad Saw. dengan berpedoman kepada
wahyu yang diturunkan dan umat Islam menda patkan
penjelasan langsung dari Nabi atas persoalan dan pemecahan
masalah pada masa itu. Kemudian sejarah peradaban Islam
pada masa kenabian diawali dengan masa pra Islam, periode
Mekah, sampai periode Madinah.
Article history:
Received 2022-10-30
Revised 2022-10-30
Accepted 2022-10-31
This is an open access article under the CC BY-NC-SA license.

Corresponding Author:
Norhabibah
Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam UIN Antasari Banjarmasin; [email protected]

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

304

1. PENDAHULUAN
Sebagai generasi penerus peradaban yang berkecipung dalam dunia pendidikan,
maka sudah seharusnya kita mengkaji dan memahami bagaimana sejarah pemikiran
dan peradaban Islam dari masa-kemasa. Sebagaimana kita ketahui, dari awal sejak
bangsa Arab pra Islam sampai pada zaman sekarang sejarah pemikiran dan
peradaban Islam terus mengalami perkembangan yang pasang surut. Perkembangan
pemikiran Islam juga memberikan pengaruh pada perkembangan peradaban Islam di
seluruh penjuru dunia Islam, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya
keterkaitan hubungan antara pemikiran dan peradaban Islam.
Ajaran-ajaran inti dan perkembangan pemikiran yang ada dalam Islam dapat
dikaji dengan sejarah pemikiran Islam. Dalam kajianya, pemikiran Islam mempelajari
berbagai aspek, mulai dari sejarah, pendidikan, sosial, ekonomi, politik, budaya dan
lain sebagainya. Aspek-aspek ini merupakan faktor yang mempengaruhi ajaran Islam
dan juga akan memberikan pengaruh terhadap pemikiran Islam itu sendiri, karena
Islam selalu berkaitan dengan sejarah dan budaya yang ada di sekitarnya (Muh Alif
Kurniawan, dkk, 2014, hlm. 15).
Kalau dilihat dari kilas balik sejarahnya, Nabi Muhammad Saw. juga selalu
berbicara dengan kenyataan sosial dan budaya yang ada di sekitar beliau. Bahkan bisa
dikatakan bahwa Rasulullah Saw. menerima wahyu pun merupakan tanggapan atau
jawaban terhadap berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat dan umat Islam
pada saat itu (Muh Alif Kurniawan, dkk, 2014, hlm. 17).
Setelah Nabi Muhammad Saw. wafat, pemikiran dan peradaban Islam mengalami
perkembangan yang sangat pesat sesuai dengan perkembangan umat Islam dari
masa-kemasa. Namun, semua itu tentulah diawali dan tidak terlepas dari masa
dimana umat Islam dipimpin oleh sosok teladan terbaik sepanjang masa, yakni Nabi
Muhammad Saw.
Atas dasar inilah pentingnya untuk mengkaji sejarah pemikiran dan peradaban
Islam pada masa kenabian, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana sejarah pemikiran dan peradaban Islam pada masa kenabian.

2. METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research), yaitu
penelitian yang dilakukan melalui pengkajian kritis dan mendalam pada bahan-
bahan pustaka yang dianggap relevan (Milya Sari & Asmendri, 2020, hlm. 42).
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif, yaitu pendekatan
penelitian yang tujuannya menggambarkan suatu keadaan, peristiwa, objek berupa

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

305

orang atau segala variabel yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata. (Punaji
Setyosari, 2010, hlm. 27). Selain itu penelitian ini juga menggunakna metode sejarah,
karena dalam pembahasan penelitian ini berkaitan dengan kejadian masa lampau.
Metode sejarah sendiri berarti suatu proses pendekatan terhadap suatu masalah
yang meliputi rekonstruksi dan interpretasi terhadap peristiwa atau gagasan yang
muncul di masa lampau (Helius Sjamsuddin, 2007, hlm. 28). Adapun data yang
digunakan pada penelitian ini merupakan jenis data sekunder, yaitu data yang tidak
didapat langsung dari sumbernya (Kathrynn A. Adams & Eva K. Lawrence, 2019,
hlm. 181) namun, data pada penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal, maupun
sumber lainnya yang memuat informasi terkait sejarah pemikiran dan peradaban
Islam masa kenabian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Sejarah Pemikiran Islam pada Masa Kenabian
Pada masa kenabian, awal pemikiran Islam muncul dan berkembang dari sang
pemimpin umat Islam sendiri, yakni Nabi Muhammad Saw. Sebagai seorang Nabi
dan Rasul yang mengemban amanah dakwah untuk membina dan memimpin umat
Islam, maka tentu dibutuhkan pemikiran yang matang dalam setiap langkah yang
diambil. Beliau memiliki pemikiran yang jernih dan pandangan yang tajam dalam
melihat situasi dan kondisi umat Islam yang beliau pimpin. Sebelum Nabi di utus oleh
Allah, beliau memang sudah dianugrahi akal pikiran yang subur, kecerdasan yang
lebih, dikenal sebagai orang yang selalu memusatkan pikiran dan sering kali
memantau lembaran kehidupan, urusan manusia serta kondisi banyak kelompok.
Sehingga ketika beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul tidaklah mengherankan
beliau mampu mengatasi setiap permasalahan yang ada dengan penuh pertimbangan
dan pemikiran yang matang. Tentu hal ini juga tidak terlepas dari pertolongan Allah
Swt. melalui wahyu yang diturunkan kepada beliau (Akhmad Taufik, dkk, 2005, hlm.
22).
Selama kurang lebih 23 tahun perjalanan dakwah yang beliau lewati, Nabi
Muhammad Saw. banyak memberikan sumbangan pemikiran -pemikiran Islam yang
juga berimplikasi pada perkembangan peradaban Islam pada saat itu. Hal ini terbukti
dengan keberhasilan dakwah beliau yang menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan
daerah kekuasan umat Islam yang semakin meluas. Pemikiran Islam pada masa
kenabian dapat dilihat dari berbagai aspek, dari sosial-budaya, politik pemerintahan,
ekonomi, pendidikan dan sebagainya (Kharidatul Mudhiaah, 2015, hlm. 10).

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

306

Intinya, pada masa kenabian pemikiran Islam berpusat pada Nabi Muhammad
Saw. Karena umat Islam selalu mengembaliakn semua permasalahan yang dihadapi
kepada Nabi Muhammad Saw. dengan berpedoman kepada wahyu yang diturunkan
dan umat Islam mendapatkan penjelasan langsung dari Nabi atas persoalan dan
pemecahan masalah pada masa itu. Oleh karena itu, umat Islam tidak membutuhkan
ijtihad dalam pemikirannya sendiri, apalagi jika menyangkut masalah keyakinan dan
agama lainnya. Selain itu Rasulullah Saw. melarang segala perbedaan keyakinan dan
tidak terbiasa berdebat di kalangan umat Islam (Mugiyono, 2013, hlm. 5).
Kemunculan pemikiran Islam sebagai pelopor lahirnya peradaban Islam pada
dasarnya telah ada pada awal perkembangan Islam, yaitu sejak pertengahan abad ke-
7 M, komunitas Islam pada saat itu didirikan oleh Khulafa’al-Rasyidin. Kemudian
mulai berkembang pada masa dinasti Umayyah dan mencapai puncaknya pada masa
dinasti Abbasiyah (Mugiyono, 2013, hlm. 6).
Menurut pemikir Islam Mesir Muhammad al-Bahi, aktivitas ideologis semacam ini
tidak muncul pada awal sejarah Islam di zaman Nabi, karena pada saat itu umat Islam
memusatkan perhatiannya pada dakwah dan berseru kepada orang-orang Mekah. Di
bawah bimbingan dan tuntunan langsung Rasulullah Saw., memeluk Islam di dalam
dan sekitarnya, memajukan keimanan, serta menanamkan unsur keimanan dan
akhlak mulia di dalamnya (Mugiyono, 2013, hlm. 7).
b. Sejarah Peradaban Islam pada Masa Kenabian
1) Peradaban Bangsa Arab Sebelum Kehadiran Nabi Muhammad Saw. (Pra
Islam)
Dilihat dari segi topografinya, Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian, tepian
merupakan tempat penduduk perkotaan sering turun hujan, sedangkan bagian
tengah merupakan tempat penduduk gurun yang jarang hujan. Untuk menelusuri
asal muasal bangsa Arab, sejarah mereka dapat dirunut sejak dahulu kala, yaitu sosok
Ibrahim dan keturunannya yang merupakan keturunan dari nenek moyang bangsa
Arab, Sam bin Nuh. Kondisi kehidupan dan kondisi alam masyarakat Arab
berpengaruh besar terhadap karakter dan pembentukan karakter mereka. Tanahnya
gersang dan tandus, dengan jenis vegetasi yang sedikit dan hanya sebagian kecil dari
wilayahnya. Sangat sulit bagi orang untuk mendapatkan air. Cuaca pada siang hari
sangat panas dan iklim pada malam hari sangat dingin. Angin kencang dan angin
bercampur pasir dan debu, semuanya itu turut membentuk watak dan temperamen
negara-negara Arab, baik yang bersifat positif maupun negatif (Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2017, hlm. 49).

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

307

Peradaban Arab adalah hasil dari pengaruh budaya negara tetangga, dan budaya
ini jauh lebih maju daripada budaya dan peradaban Arab. Dua hal yang
mempengaruhi situasi politik Jazirah Arab dapat diperhatikan, yaitu interaksi antara
dunia Arab dengan dua negara adidaya saat itu, yaitu kekaisaran Bizantium dan
Persia, serta persaingan antara Yahudi dan persaingan antar berbagai faksi. Umat
Kristen dan Zoroaster (Philip K. Hitti, 2006, hlm. 37).
Secara teologis, sebagian besar penduduk Arab adalah penyembah berhala.
Ditemukan sebanyak 360 patung di sekitar Ka’bah. Orang Arab sebelum Islam
biasanya disebut Arab Jahiliyah, yang merupakan negara tidak beradab dan bodoh
yang tidak mengenal alfabet. Penyebutan ini tidak perlu membuat kita
menyimpulkan bahwa tidak ada penduduk Jazirah Arab yang dapat membaca atau
menulis, karena diketahui bahwa beberapa sahabat Nabi Muhammad Saw. mampu
membaca dan menulis sebelum mereka menganut Islam. Saat itu, membaca dan
menulis bukanlah tradisi, tidak dianggap penting, juga bukan tolak ukur kecerdasan
seseorang (M. Yakub, 2015, hlm 33).
Kaum Quraisy sendiri adalah seorang bangsawan di antara orang Arab, dan hanya
ada 17 orang yang pandai membaca dan menulis. Penduduk suku Yastrib (Madinah),
Aus dan Khazraj, hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca. Hal ini membuat
orang Arab tahu sedikit tentang sains dan kecerdasan lainnya. Kehidupan mereka
mengikuti hasrat, perjudian, perpecahan, dan perjuangan satu sama lain. Yang kuat
mengalahkan yang lemah dan wanita tidak berharga. Keahlian mereka hanya terletak
pada ketinggian bidang ketidaktahuan yang disampaikan melalui hafalan (M. Yakub,
2015, hlm 37).
2) Periode Mekah
Periode ini merupakan periode pertama dalam perjalanan dakwah kenabian yang
berlangsung sekitar 13 tahun. Nabi Muhammad Saw. mulai mendakwahkan Islam
secara diam-diam pada awal menerima wahyu, mengingat kondisi sosial dan politik
saat itu masih belum stabil, dimulai dari dirinya dan keluarga dekatnya. Pertama,
Nabi mengajari istrinya Kadijah untuk beriman kepada Allah, kemudian anak
angkatnya Ali bin Abi Thalib (putra pamannya) dan Zaid bin Haritshah (pembantu
yang kemudian diadopsi olehnya) (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2017,
hlm. 79).
Kemudian sahabatnya Abu Bakar as-Siddiq. Lambat laun ajakan tersebut
diajarkan secara luas, namun masih terbatas pada kerabat dekat suku Quraisy, seperti
Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auf,
Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin abil Arqam, Fatimah

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

308

binti Khattab, Said bin Zaid dan lainnya, semuanya dikenal sebagai “Assabiqunanal
Awwalun”. Islam lahir dalam masyarakat, memperkenalkan hukum baru sebagai
norma dasar tauhid dan masyarakat untuk mengatur tingkah laku manusia dalam
hidup dan bermasyarakat. Selain itu, prinsip-prinsip dasar tersebut menjadi dasar
bagi pengembangan sistem sosial, ekonomi, politik dan budaya (Syamruddin
Nasution, 2017, hlm. 42).
Langkah dakwah Nabi Muhammad Saw. selanjutnya adalah melakukan
himbauan kepada masyarakat. Nabi mulai secara terbuka menghimbau Islam ke
semua sektor masyarakat, termasuk bangsawan dan hamba sahaya. Nabi memulai di
Mekah dulu, dan kemudian penduduk negara lain. Selain itu, Nabi juga mengimbau
masyarakat dari berbagai negara yang datang ke Mekah untuk menunaikan ibadah
haji. Kegiatan dakwah dilakukan tanpa kenal lelah.
Dengan usahanya yang tak henti-hentinya, hasil yang diharapkan mulai muncul.
Jumlah pengikut Nabi Muhammad Saw. hanya belasan dan terus meningkat setiap
hari. Mereka sebagian besar terdiri dari wanita, budak, pekerja dan orang non-
pekerja. Meski kebanyakan dari mereka adalah orang-orang lemah, semangat mereka
sangat kuat. Ketika gerakan Nabi Muhammad semakin meluas dan pengikutnya
bertambah, seruannya menjadi lebih tegas dan terbuka, hal ini tentu menimbulkan
kemarahan dari penduduk kaum kafir Quraisy pada saat itu. Mereka bangkit
melawan dakwah Nabi Muhammad dan mencoba menghentikannya dengan
berbagai cara. Ketika mereka menyaksikan peningkatan jumlah pengikut Islam,
kebencian kaum Musyrikin terhadap Nabi Muhammad semakin meningkat. Tidak
hanya menimbulkan hinaan bagi Nabi Muhammad, tapi juga merencanakan
pembunuhan yang dipelopori oleh Abu Sufyan. Kaum Musyrikin gagal mencegah
dakwah Nabi Muhammad Saw. karena Nabi Muhammad dilindungi oleh Bani
Hasyim dan Bani Muthalib. Menyadari hal ini, Kaum kafir memboikot dua keluarga
besar pelindung Nabi tesebut (Aksin Wijaya, 2016, hlm. 56).
Rasa sakit yang dirasakan Nabi Muhammad sebagai akibat dari boikot belum juga
sembuh, dan paman Nabi Abu Thalib dan istrinya Khadijah telah meninggal dunia.
Karenanya, tahun ini disebut “tahun kesedihan”. Menghadapi ujian yang berat, Allah
Swt. memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk melakukan perjalanan malam dari
Masjid al-Haram di Mekah ke Bait al-Maqdis di Palestina, dan kemudian ke sidrah al-
Muntaha. Itulah kewajiban Nabi Muhammad Saw. untuk menerima ajaran Islam dan
shalat lima waktu. Peristiwa ini dinamakan peristiwa Isra'a dan Mi'raj yang terjadi
pada tanggal 27 Rajab. Selain memperkuat keimanan dan memperkuat pemikiran
Nabi Muhammad Saw., Isra dan Mi'raj juga menghadapi ujian sulit terkait misi

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

309

penyampaian pesannya, dan juga merupakan ujian khusus bagi umat Islam untuk di
percaya atau diingkari (Aksin Wijaya, 2016, hlm. 60).
Bagi para pemuka suku Quraisy, kejadian ini dijadikan bahan untuk mengejek
Nabi Muhammad Saw. bahkan menuduhnya sebagai orang yang mengalami
gangguan jiwa. Pasca peristiwa Isra’ dan Mikraj, terjadi perkembangan besar dalam
perkembangan dakwah Islam, yang datang dari warga Yasthrib yang berziarah ke
Mekah. Mereka yang terdiri dari suku Aus dan suku Kharaj telah masuk Islam.
Mereka mewakili penduduk Yastrib, mohon Nabi Muhammad Saw. pindah ke
Yatsrib. Mereka berjanji akan melindungi Nabi Muhammad Saw. dari berbagai
ancaman. Nabi pun menyetujui usul mereka. Perjanjian ini disebut perjanjian
“Aqabah”. Kemudian Nabi Muhammad Saw. pindah ke Yasth rib (Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2017, hlm. 211).
3) Periode Madinah
Periode ini merupakan periode kedua perjalanan dakwah Nabi pada masa
kenabian yang berlangsung selama 10 tahun. Tahun Islam (Hijriyah) dimulai ketika
Nabi Muhammad Saw. pindah dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M. Saat itu,
umat Islam masih dalam posisi lemah dan tidak bisa menahan kekuatan para kaum
kafir Quraisy di Mekah. Akhirnya Nabi, sahabatnya, dan umat Islam lainnya
meninggalkan kota itu dan pindah ke Yasthrib, yang disebut Madinah, kota Nabi. Di
kota ini, keadaan Nabi dan umat Islam telah mengalami perubahan besar. Jika di
Mekah dulu mereka adalah orang yang lemah dan tertindas, di Madinah mereka
memiliki kedudukan yang baik dan menjadi orang yang kuat dan mandiri. Nabi
sendiri menjadi kepala masyarakat yang baru terbentuk ini dan akhirnya menjadi
sebuah bangsa. Untuk memberi penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw., nama
kota Yasthrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota nabi) atau Madinatul Munawwarah
(kota cahaya), dan kota itu hanya disebut Madinah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-
Mubarakfuri, 2017, hlm. 232).
Karena nabi memiliki kekuasaan, maka Islam lebih mudah menyebar, sehingga
pada akhirnya Islam dapat menguasai wilayah dari Spanyol di Barat hingga Filipina
di Timur dan dari Afrika Tengah di Selatan hingga Danau Aral Utara. Untuk
memperkuat masyarakat dan bangsa baru, Nabi Muhammad Saw. segera meletakkan
dasar kehidupan sosial.
Pertama-tama, pembangunan masjid tidak hanya sebagai tempat shalat, tetapi
juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan umat Islam dan menghubungkan
jiwa mereka, serta sebagai tempat berdiskusi tentang permasalahan yang mereka
hadapi. Masjid di zaman Nabi bahkan menjadi pusat pemerintahan. Landasan kedua

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

310

adalah ukhuwwah Islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Nabi membawa
persaudaraan antara orang-orang Muhajirin yang berimigrasi ke Madinah dari
Mekah dan penduduk Madinah Ansar yang telah menganut Islam dan membantu
Muhajirin. Yang dilakukan Nabi adalah menciptakan bentuk baru persaudaraan,
yakni persaudaraan berdasarkan agama, bukan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan partai politik lain yang tidak
menerima Islam.
Di Madinah, selain Muslim Arab, juga terdapat kelompok Yahudi dan Arab yang
masih memegang teguh kepercayaan agama nenek moyang mereka. Untuk mencapai
stabilitas sosial, Nabi Muhammad Saw. mencapai kesepakatan dengan mereka.
Sebuah piagam dikeluarkan untuk menjamin kebebasan beragama orang Yahudi
sebagai komunitas. Setiap kelompok sosial memiliki hak tertentu dalam bidang
politik dan agama. Kebebasan beragama dijamin, dan semua anggota masyarakat
memiliki kewajiban untuk mempertahankan keamanan nasional dari serangan luar.
Kesepakatan tersebut secara jelas menetapkan bahwa Nabi adalah kepala
pemerintahan, karena dari segi aturan umum, Nabi memiliki kekuasaan yang mutlak.
Di bidang sosial, ia juga meletakkan dasar kesetaraan antar manusia. Sejauh
menyangkut konstitusi, perjanjian tersebut sekarang biasa disebut sebagai
“Konstitusi Madinah” (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2017, hlm. 266).
Perang pertama yang menentukan masa depan Islam adalah Perang Badar, yaitu
perang antara Muslim dan Kaum Musyrikin. Pada tanggal 8 Ramadhan, tahun kedua
Hijriyah, Nabi Muhammad Saw. dan 305 umat Islam pindah ke luar kota dengan
peralatan sederhana. Di daerah Badar, sekitar 120 kilometer dari Madinah, pasukan
Nabi bertemu dengan pasukan Kafir Quraisy yang terdiri dari 900 hingga 1.000 orang.
Dalam perang ini, kaum Muslim menang. Pada tahun keenam Haji, Nabi
Muhammad Saw. memimpin sekitar seribu umat Islam ke Mekah untuk umrah, tetapi
orang-orang Mekah tidak mengizinkan mereka masuk ke kota. Terakhir, kesepakatan
yang disebut Perjanjian Hudaibiyah berisi:
a) Umat Islam tidak akan dapat mengunjungi Ka’bah tahun ini, tetapi akan
ditunda hingga tahun depan.
b) Waktu kunjungan dibatasi hingga tiga hari.
c) Umat Islam terpaksa memulangkan orang Mekah yang mengungsi ke
Madinah, sebaliknya kaum Quraisy tidak harus menolak orang Mekah
yang kembali ke Mekah.
d) Sepuluh tahun gencatan senjata antara orang Madinah dan Mekah.

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

311

e) Setiap Kabilah yang ingin bergabung dengan Quraisy atau kaum Muslim
dapat berpartisipasi dengan bebas tanpa menemui hambatan. Untuk
menjaga agar penyebaran informasi Islam tetap aman dan mencegahnya
terhalang, dunia Islam terus melakukan perang, termasuk Perang Uhud,
Perang Ahzab atau Perang Parit (Khandak) (Syaikh Shafiyyurrahman Al-
Mubarakfuri, 2017, hlm. 278).
Setelah penandatanganan Perjanjian Hudaibiyah, keadaan menjadi lebih
tenang dari sebelumnya, oleh karena itu Nabi Muhammad Saw. mengirimkan surat
kepada penguasa di luar Jazirah Arab, mengajak mereka untuk beriman. Hal ini
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. diutus tidak hanya kepada penduduk
Jazirah Arab, tetapi juga kepada seluruh manusia di muka bumi (Philip K. Hitti, 2006,
hlm. 153).
Melalui upaya tersebut, Islam berkembang. Umat Islam semakin banyak, dan
ruang lingkup Islam juga berkembang. Sepeninggal Nabi, wilayah Islam telah
menutupi sebagian Jazirah Arab. Tentu bukan negaranya seperti sekarang ini, tapi
pelopor pertama adalah Rasulullah dan para sahabat. Negara dengan tuntutan zaman
yang tinggi adalah negara demokrasi berbentuk republik. Melalui upaya ini, Nabi
menciptakan peradaban Islam. Dalam rentang waktu 23 tahun, Nabi Muhammad
mengubah negara Arab dari negara Jahiliyah menjadi negara yang beradab dengan
semangat, persatuan, akhlak mulia, dan ilmu keislaman.
Pemikiran dan gagasan pada masa kenabian yang perlu diperhatikan dan
dikembangkan untuk perbaikan dunia pendidikan Islam ke depan ini adalah
pendidikan yang dilakukan oleh Rasullullah baik di fase Mekah maupun fase
Madinah bertujuan untuk membina kaum muslim agar mempunyai pribadi yang
kuat, bermartabat dan mampu memperbaiki aqidah, akhlak dan kehidupan sosial
kemasyarakatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keimanan dan ketauhidan.
Pendidikan Islam di fase Mekkah lebih dititiberatkan pada penanaman akidah
dan memperkuatnya mengingat masyarakat banyak yang masih menganut agama
pagan dan kepercayaan nenek moyang. Tahap selanjutnya adalah memperbaiki
akhlak dari masyarakat. Pemikiran pendidikan Islam yang dilakukan oleh nabi tentu
tidak lepas dari wahyu yang Allah turunkan. Pemikiran pendidikan pada fase
Mekkah ini lebih menekankan pada aspek akidah (keimanan) dan akhlak (perilaku).
Pemikiran ini dapat dikembangkan untuk kemajuan dunia pendidikan Islam saat ini,
mengingat kondisi umat Islam sekarang yang sangat mengkhawatirkan, terutama
akhlak para pemudanya. Dapat dikatakan bahwa umat Islam saat ini sedang
mengalami krisis moralitas, sehingga perlu adanya gagasan atau ide baru dalam
dunia pendidikan Islam dalam menangani hal seperti ini. Tentu hal ini harus menjadi
perhatian besar bagi kita sebagai umat Islam, bagaimana cara pembinaan akhlak yang

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

312

baik di kalangan kaum muda di tengah krisis moralitas yang melanda. Barangkali
gagasan pemikiran terkait pembinaan akhlak pada masa kenabian ini harus kita kaji
dan kembangkan kembali dalam dunia pendidikan Islam.
Kemudia terkait sistem pendidikan Islam pada masa Rasulullah yang terdiri
dari beberapa komponen yaitu tujuan pendidikan, materi, metode, pendidik dan
peserta didik serta lembaga penyelenggara. Tiap komponen pendidikan mampu
menghadirkan nilai-nilai keislaman dalam proses pelaksanaan pembelajaran di
dalamnya (Abuddin Nata, 2010, hlm. 36). Pemikiran terkait sistem pendidikan pada
masa kenabian ini juga harus terus dikembangkan untuk kemajuan dunia pendidikan
Islam kedepannnya, karena salah satu kunci dari suksesnya pendidikan Islam adalah
terbentuknya sistem pendidikan yang baik. Sehingga tujuan pendidikan, materi,
metode, pendidik, peserta didik dan lembaganya harus terus di kembangkan ke arah
yang lebih baik seiring dengan perkembangan zaman, namun tetap tidak melupakan
sumber hukum dan ajaran Islam.
Terkait materi pendidikan Islam, pada masa kenabian, Alquran juga menjadi
materi wajib yang diberikan kepada kaum muslim. Materi pendidikan Alquran terdiri
dari 3 bentuk kegiatan, yakni; Materi baca tulis Alquran; Materi menghafal ayat-ayat
yang ada dalam Alquran; dan Materi pemahaman Alquran, yang bertujuan untuk
mendalami isi Alquran agar ternanam kuat dalam kalbu sehingga bisa mengubah
pola pikir dari sisa-sisa kejahiliyahan mereka (Agung Ibrahim Setiawan & M. Al
Qautsar Pratama, 2018, hlm. 12). Pemikiran ini juga harus dikembangkan untuk
kemajuan dalam dunia pendidikan Islam, karena memang sudah seharusnya dunia
pendidikan Islam menomorsatukan materi tentang kitab Alquran yang menjadi
sumber hukum dan pedoman ajaran Islam. Apalagi saat ini banyak sekali di buka
rumah-rumah Quran, baik dalam bidang tahsin maupun tahfidz nya.
4. KESIMPULAN
Bertitik tolak pada paparan tersebut di atas, maka dapat penulis simpulkan
bahwa sejarah pemikiran dan peradaban Islam pada masa kenabian merupakan titik
awal mula tumbuh dan berkembangnya pemikiran dan peradaban Islam dari masa-
kemasa sampai mencapai puncak kejayaannya. Meskipun dalam sejarah panjang
perkembangannya mengalami pasang surut, namun tentu hal ini merupakan bagian
yang harus dilewati dalam perjalanan umat Islam. Sebagaimana yang telah kita
ketahui, bahwa selama masa kenabian berlangsung, yang juga tidak dapat dipisahkan
dari masa pra Islam (bangsa Arab sebelum Islam) telah banyak pemikiran dan
peradaban Islam yang Rasulullah bangun untuk membina umat pada saat itu, dengan
berkaca pada kondisi sosial dan budaya masyarakatnya dan berpedoman pada
wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada beliau.

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

313

Setelah mengetahui sejarah pemikiran dan peradaban Islam pada masa kenabian,
maka kita dapat memetik banyak pelajaran dari apa yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw. dalam membangun pemikiran dan peradaban umat Islam dari awal
mula agama Islam diturunkan. Amanah dakwah yang beliau terima dari Allah Swt.
menjadikan beliau pelopor bagi perkembangan pemikiran dan peradaban umat Islam
di seluruh dunia.
Penelitian ini hanyalah sedikit gambaran untuk kita mengetahui sejarah
pemikiran dan peradaban Islam pada masa kenabian yang menjadi titik awal
pemikiran dan peradaban umat Islam pada masa-masa berikutnya. Selanjutnya,
penulis menyarankan untuk melakukan penelitian terkait sejarah pemikiran dan
peradaban Islam pada masa Khulafaurasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah
dan juga Dinasti-dinasti lain setelahnya.

REFERENCES
Abdullah, Boedi. (2010). Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung: Pustaka Setia.
A. Adams, Kathrynn & Eva K. Lawrence. (2019). Research Methods, Statistics, and
Applications. California: SAGE.
Alif Kurniawan, .Muh, dkk. (2014). Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Dari Masa
Klasik, Tengah, Hingga Modern). Yogyakarta: Qaulun Publisher.
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. (2017). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Darul
Haq.
K. Hitti, Philip. (2006). History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Mudhiaah, Kharidatul. (2015). Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa
Klasik. Jurnal Iqtishadia, 8(2).
Mugiyono. (2013). Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam Perspektif
Sejarah. Jurnal JIA, XIV(1).
Nasution, Syamruddin. (2017). Sejarah Perkembangan Peradaban Islam. Pekanbaru: Asa
Riau.
Nata, Abuddin. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Sari, Milya & Asmendri, (2020). Penelitian kepustakaan (library research) dalam
penelitian pendidikan IPA. Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA Dan
Pendidikan IPA, 6 (1).
Setiawan, Agung Ibrahim dan M. Al Qautsar Pratama. (2018). Karakteristik
Pendidikan Islam Periode Nabi Muhammad Di Makkah dan Madinah Nalar .
Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam, 2(2).
Setyosari, Punaji. (2007). Metode Penelitian Penelitian dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana.
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Norhabibah; Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Masa Kenabian
Edu-Riligia: Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan

314

Taufik, Akhmad, dkk. (2005). Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Umar. (2016). Pemikiran Politik Era Kenabian, Sahabat dan Sekte-Sekte Islam:
Tinjauan Sketsa Historisitas. Jurnal MIMBAR, 1(1).
Wijaya, Aksin. (2016). Sejarah Kenabian dalam Perspektif Tafsir Nuzuli Muhammad Izzat
Darwazah. Bandung: Mizan Pustaka.
Yakub, .M. (2015). Sejarah Peradaban Islam: Pendekatan Periodesasi. Medan: Perdana
Publishing.