Primary: Vol. 12, No. 01 (Januari-Juni) 2020
Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar
p-ISSN: 2086-1362, e-ISSN: 2623-2685. –
Running title is about five words
27

MEMBANGUN PEMAHAMAN KONSEP DASAR
MATEMATIKA PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR
MATEMATIKA DI MI

Building An Understanding Of The Basic Concept Of Mathematics In
Children In Difficulty Of Learning Mathematics in MI

SULTHON
1
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, IAIN Kudus
E-mail:[email protected]


Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui jenis kesulitan belajar
Matematika yang dialami siswa MI, 2) mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar
Matematika siswa MI, dan 3) mengetahui upaya mengatasi kesulitan belajar
Matematika siswa MI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif . Subjek
penelitian yaitu dua guru matematika dan 6 siswa yang terindikasi kesulitan belajar
matematika. Data dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Data kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan jenis
kesulitan belajar Matematika yang dialami siswa meliputi: (1) rendahnya keterampilan
dasar Matematika,(2) terjadi kesalahan konsep, (3) kesalahan prosedural dan (4)
kesalahan komputasi. Adapun faktor penyebab kesulitan belajar Matematika siswa MI
tersebut dikarenakan: (1) faktor internal yaitu minat dan motivasi belajar rendah,
kemampuan intelektual rendah, persepsi yang salah terhadap Matematika, dan tidak
dikuasainya konsep-konsep dasar Matematika, (2) faktor eksternal yaitu guru, guru
kurang menguasai materi Matematika, guru tidak memahami karakteristik siswa
dalam belajar, guru kurang mampu menggunakan teknik pembelajaran aktif, kurang
terpenuhinya buku siswa, lingkungan sekolah kurang mendukung, dan lingkungan
masyarakat. Alternatif upaya untuk mengatasi kesulitan belajar Matematika siswa MI
adalah: (1) membangun konsep dasar Matematika serta pemahaman Matematika
yang tepat dengan mengajarkan konsep, prinsip, dengan bahasa yang mudah bagi
siswa serta mengaitkan pengalaman sehari -hari siswa; (2) mengajar kembali konsep
Matematika dengan teori -teori atau rumus-rumus yang telah dipelajari; (3)
pengembangan berpikir intuitif siswa; (4) membangun kembali procedural Matematika
dengan mengulang kembali soal -soal atau permasalahan matematika dengan
memperhatikan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prisip yang pernah dipelajari; (5)
memberikan bimbingan pembelajaran remedial Matematika.
Kata Kunci: Kesulitan belajar, matematika, Madrasah Ibtidaiyah.

Abstract: This study aims to: 1) find out the types of mathematics learning difficulties
experienced by MI students, 2) find out the factors that cause difficulty learning
mathematics of MI students, and 3) know the concepts and understanding of
mathematics to overcome the difficulties of learning mathematics at Students Islamic
Elementary School (MI). The research method used in this study is qualitative. The
subjects of this study were two math subject teachers and sixs students who indicated
mathematics learning difficulties. While the data collection techniques are observation,
interviews, and documentation. Data analysis was carried out with descriptive analysis
with data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results showed
the types of Mathematical learning difficulties experienced by students include: (1) the
lack of basic Mathematical skills, (2) there was a concept error, (3) procedural errors
and (4) computational errors. The factors causing the difficulties of learning

Kesulitan belajar matematika siswa MI Sulthon et
PROS SEM NAS MASY BI ODIV INDON 1 (1): xx-
xx, Maret 2015
28

Mathematics of MI students are due to: (1) internal factors, namely low interest and
motivation to learn, low intellectual ability, wrong perceptions of Mathematics, and not
mastering the basic concepts of Mathematics, (2) external factors, namely teachers,
the teacher lacks mastery of Mathematics material, the teacher does not understand
the characteristics of students in learning, the teacher is less able to use active
learning techniques, the lack of fulfillment of student books, the school environment is
less supportive, and the community environment. Alternative efforts to overcome the
difficulty of learning Mathematics MI students are: (1) building basic concepts of
Mathematics and understanding proper Mathematics by teaching concepts, principles,
with language that is easy for students and linking students' daily experiences; (2) re-
teaching Mathematical concepts with theories or formulas that have been learned; (3)
the development of students' intuitive thinking; (4) rebuild procedural Mathematics by
repeating mathematical problems or problems by paying attention to facts, concepts,
and principles that have been learned; (5) provide Mathematical remidial learning
guidance.
Keywords: learning difficulties, mathematics, Islamic elementary school (MI)


PENDAHULUAN
Matematika adalah ilmu yang bersifat abstrak menggunakan simbol-
simbol yang sulit dipahami oleh anak pada fase perkembangan operasional
kongkrit oleh anak usia SD (Widodo & Kartikasari, 2017). Matematika memiliki
kontribusi yang penting dalam kehidupan sehari -hari siswa, karena
Matematika mengembangkan siswa dalam kemampuan berpikir kritis, kreatif,
logis, dan membentuk pola pikir dan pemecahan masalah. Kemampuan pola
pikir dan keterampilan dalam pemecahan masalah akan berguna dalam
menghadapai berbagai masalah dalam hidup siswa. Diakui ata u tidak dalam
kehidupan siswa selalu menghadapi masalah yang membutuhkan
keterampilan dalam pemecahan masalah baik individu maupun dengan
lingkungan (Dirgantoro, 2018).
Matematika menjadi modal dasar dalam kemajuan teknologi da n
membangun berbagai dasar keilmuan. Matematika diajarkan mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi, matematika meningkatkan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta
kemampuan bekerja sama. Keterampilan Matematika menj adi dasar dalam
menghadapi kehidupan yang lebih kompetitif dan berubah secara cepat
(Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah (Husna, Saragih, & Siman, 2013).
Matematika sebagai pelajaran yang memiliki peran sangat penting
dalam kehidupan anak mendatang namun dalam realitasnya anak justru
kurang serius, cenderung menganggap sulit, dan tidak menyukai pelajaran

Primary: Vol. 12, No. 01 (Januari-Juni) 2020
Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar
p-ISSN: 2086-1362, e-ISSN: 2623-2685. –
Running title is about five words
29

Matemaika. Matematika merupakan pelajaran yang menjadi momok dan
dianggap sulit bagi siswa. Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV
SDN 02 Muaro Paneh menghasilkan bahwa 45% siswa tidak menyukai
pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya (Maiyulita, 2015).
Mujiyono Abdurrahman (1999) menjelaskan dari banyaknya pelajaran
yang diajarkan di sekolah, Matematika adalah satu -satunya pelajaran yang
tidak mudah bagi siswa baik yang tidak mengalami kesulitan belajar apalagi
yang berkesulitan belajar (Husna, Saragih, & Siman, 2013) . Matematika
merupakan mata pelajaran yang dianggap sebagian besar siswa kurang
diminati, hal ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya, kurangnya
kemampuan dalam memahami keterampilan dasar matematikan. Matematika
sebagai ilmu yang sangat urgen harus dipelajari karena memiliki manfaat
yang sangat besar dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan
pemecahan masalah. Seorang yang memiliki pemahaman matematika yang
baik, akan mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam h idupnya
lebih baik. Hal ini disebabkan karena kemampuan dasar matematika terkait
dengan berpikir intuitif, memecahkan masalah (kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh) (BSNP, 2006)
Matematika menjadi pelajaran yang mempunyai sifat dan karakteristik
yang berbeda dari pelajaran yang lain sehingga dibutuhkan kemampuan dasar
yang khusus pula, dalam memahami matematika diperlukan pemahaman
keterampilan dasar dalam menghitung, seperti penjumlahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian, konsep hubungan, pengukuran, geometri, dan
kumpulan atau himpunan. Tanpa menguasai keterampilan ini, rasanya sulit
untuk bisa mempelajari matematika dengan bai k.
Dari sinilah terlihat bahwa siswa dalam menghadapi pelajaran
matematika banyak mengalami kesulitan dan rintangan sehingga tidak sedikit
siswa yang memperoleh hasil yang rendah atau tidak mencapai KKM dalam
pelajaran Matematika. Jenis kesulitan yang dihadapi siswa pada prinsipnya
secara umum banyak berkaitan dengan adanya kesalahan dasar matematika,
seperti kesalahan operasi hitungan, baik penjumlahan, pengurangan,
perkalian, maupun pembagian. Hasil penelitian Saputro menunjukkan bahwa,
kesalahan operasi hitung penjumlahan sebesar 5,49%, operasi hitung

Kesulitan belajar matematika siswa MI Sulthon et
PROS SEM NAS MASY BI ODIV INDON 1 (1): xx-
xx, Maret 2015
30

pengurangan sebesar 23,08%, operasi hitung perkalian sebesar 53,85%, dan
operasi hitung pembagian sebesar 14,28% (Saputro, 2016). Selain kesalahan
operasi hitungan juga ada kesalahan akibat kecerobohan/kelalaian 26,3%,
acak 11,1% sistematis 50,6%, konversi 26,2% , dan pemahaman, 14,9%
(Idris & Narayanan, 2011). Selain itu ada pula kesalahan dalam pengkodean
27,58), keterampilan proses (27,33%), transformasi (24,17%) dan
pemahaman (20,92%). Secara umum kesalahan siswa dalam belajar
Matematika dapat dikelompakkan kedalam kesalahan konsep, kesalahan
fakta, kesalahan prinsip, dan kesalahan prosedural (Ramlah, Bennu, &
Baharudin, 2016).
Aspek dasar Matematika menjadi syarat untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan Matematika, tanpa memahami komponen Matematika akan
mengalami kesulitan dalam belajar Matematika. Oleh karena itu banyak siswa
di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar yang rendah hasil belajar
Matematika lebih banyak disebabkan oleh kurang dikuasainya aspek dasar
dalam Matematika ini.
Secara umum dapat dipahami bahwa kesulitan dal am belajar atau
penguasaan ilmu Matematika lebih sering dipengaruhi oleh ketidakmampuan
dalam keterampilan dasar dalam Matematika, mu lai dari kelemahan dalam
hitung-menghitung, kurang memahami nilai tempat suatu bilangan, sulit
menguasai bangun ruang, pola dan hubungan, geometri, pengukuran,
pengumpulan dan membandingkan. Rendahnya ranah ini akan mengakibatkan
pemahaman Matematika anak menjadi rendah , keterampilan dasarnya kurang
baik dan akibat selanjutnya prestasi Matematika anak akan rendah pula.
Berdasarkan hasil survey Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS), diperoleh bahwa mayoritas nilai prestasi Matematika
anak Indonesia berada di bawah nilai rata-rata internasional (skor rata-rata
internasional 500). Dengan demikian dap at dikatakan bahwa kemampuan
Matematika siswa Indonesia masih rendah (Paladang, Indriani, & Dirgantoro,
2018) ; (Hikmasari, Kartono, & Mariani, 2018)
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan ma salah penelitian
sebagai berikut: 1) apa jenis kesulitan belajar matematika yang dialami siswa
MI, 2) apa faktor penyebab kesulitan belajar matematika siswa MI, dan 3)
bagaimana upaya dalam mengatasi kesulitan belajar matematika siswa MI.

Primary: Vol. 12, No. 01 (Januari-Juni) 2020
Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar
p-ISSN: 2086-1362, e-ISSN: 2623-2685. –
Running title is about five words
31

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif , yaitu
penelitian yang didasarkan pada data -data berupa kata deskriptif. Subjek
penelitian diambil dua guru mata pelajaran matematika dan 4 siswa kelas V
MI-Al-Mukmin Sunan Prawoto, Prawoto, Sukolilo, Kab. Pati, Jawa Tengah yang
terindikasi kesulitan belajar Matematika. Sedangkan teknik pengumpulan data
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan
dengan analisis deskriptif dengan langkah: reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang berhasil dikumpulkan dari subjek penelitian digunakan untuk
menjawab rumusan masalah yang telah diungkapkan pada bagian
pendahuluan. Data yang terkumpul juga disinkronkan dengan teori dan
beberapa peneltian yang relevan.
1) Jenis kesulitan belajar Matematika yang dialami siswa
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa yang menjadi subjek
penelitian, diperoleh informasi mengenai jenis kesulitasn belajar matematika
yang dialami siswa sebagai berikut :
a. Rendahnya keterampilan dasar Matematika yang berkaitan dengan
kesalahan membaca soal, memahami masalah , transformasi, keterampilan
proses penulisan jawaban;
b. Terjadi kesalahan konsep yang meliputi: kes alahan dalam menentukan
teorema/rumus, tidak menuliskan teorema/rumus ;
c. Kesalahan prosedural yaitu, ketidakmampuan memanipulasi langkah -
langkah pengerjaan Matematika , dan tidak menggunakan penalaran
kesimpulan dengan benar;
d. Kesalahan komputasi yang terdir i dari kesalahan dalam memanipulasi
operasi, dan tidak memeriksa hasil hitungannya kembali.

Kesulitan belajar matematika secara sederhana dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang dihadapi siswa dalam belajar Matematika dimana
terdapat kendala secara khusus dalam mencapai hasil belajar matematika

Kesulitan belajar matematika siswa MI Sulthon et
PROS SEM NAS MASY BI ODIV INDON 1 (1): xx-
xx, Maret 2015
32

siswa (Waskitoningtyas, Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V
SD Kota Balikpapan, 2016).
Jenis kesulitan belajar Matematika yang dialami siswa banyak disebabkan
karena: 1) kesalahan membaca soal ( reading); 2) memahami masalah
(comprehension); 3) transformasi (transformation); 4) keterampilan proses
(process skills); dan 5) penulisan jawaban (encoding) (Hikmasari, Kartono, &
Mariani, 2018). Jenis kesalahan di atas dalam belajar Matematika lebih
berhubungan dengan keterampilan dasar Matematika, yaitu bagaimana siswa
mampu memahami soal dan masalah.
Nasution membagi tiga jenis kesalahan dalam belajar Matematika yaitu:
(1) kesalahan konsep yang meliputi: kesalahan dalam menentukan
teorema/rumus, tidak menuliskan teorema/rumus dan tidak merumuskan
suatu konsep matematika dengan benar, (2) kesalahan pros edural yang
meliputi, keterkaitan langkah -langkah, ketidakmampuan memanipulasi
langkah-langkah dan tidak menggunakan penalaran kesimpulan dengan
benar, (3) Kesalahan komputasi yang meliputi, kesalahan dalam komputasi,
kesalahan dalam memanipulasi operasi, dan tidak memeriksa hasil
hitungannya kembali (Fitriyani, 2009).
Kesalahan konsep yaitu, kesulitan dalam menerapkan rumus untuk
menyelesaikan suatu problem dan rumus yang digunakan tidak sesuai
berlakunya rumus. Kesalahan keterampilan menunjuk pada proses
menggunakan operasi dasar matematika dalam penjumlahan, pengurang an,
perkalian, dan pembagian sebagai jenis keterampilan matematika. Kesalahan
pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Pemecahan
masalah biasanya melibatkan konsep dan keterampilan dalam pengerjaannya
sesuai situasi baru atau situasi yang berbeda dari sebelumnya . Kesalahan
konsep disebabkan karena kesulitan menentukan rumus yang sesuai
berlakunya rumus untuk menyelesaikan suatu masalah sedang kesalahan
keterampilan karena kesalahan menggunakan operasi dasar seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sedang pemecahan
masalah merupakan kesulitan aplikasi dari konsep dan keterampilan dalam
menyelesaikan Matematika (Darjiani, Meter, & Negara, 2015).
Kesulitan belajar matematika yang dialami siswa SD/MI terletak dalam
hal fakta, konsep, keterampilan, dan prinsip , fakta sebesar 14,4 %,

Primary: Vol. 12, No. 01 (Januari-Juni) 2020
Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar
p-ISSN: 2086-1362, e-ISSN: 2623-2685. –
Running title is about five words
33

pemahaman konsep sebesar 56,9 %, dalam keterampilan sebesar 42,2%, dan
prinsip sebesar 76,7 % (Waskitoningtyas, 2016).
Berdasarkan rendahnya hasil belajar Matematika siswa dapat dianalisis
kesulitan belajar yang dialaminya dengan ciri -ciri sebagaimana dijelaskan
Wood yaitu: 1) tidak mudah mengidentifikasi angka, simbol -simbol, serta
bangun ruang; 2) tidak bisa menghafal dalil -dalil matematika; 3) ukuran
angka kecil dan tak terbaca; 4) tidak dapat berpikir abstrak; 5) rendah
pemahaman metakognisi (lemahnya kemampuan mengidentifikasi serta
memanfaatkan algoritma dalam memecahkan soal -soal matematika (Yeni,
2015).
Pendapat senada juga disampaikan Ahmad Susanto bahwa kesulitan
belajar Matematika siswa memiliki ciri -ciri; 1) kesulitan dalam
pengelompokkan; 2) kesulitan dalam nilai tempat; 3) kesulitan persepsi
visual; 4) kelemahan dalam menghitung; 5) kesulitan da lam mentransfer
pengetahuan; dan 6) pemahaman bahasa matematika yang kurang (Susanto,
2015).
2) Faktor penyebab kesulitan belajar Matematika siswa MI adalah,
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru
yang menjadi subjek penelitian, diperoleh informasi mengenai apa saja faktor
penyebab munculnya kesulitasn belajar matematika yang dialami siswa
sebagai berikut :
a. Faktor internal, yaitu minat dan motivasi belajar rendah, kemampuan
intelektual rendah, persepsi yang salah terhadap Matematika, dan tidak
dikuasainya konsep-konsep dasar Matematika;
b. Faktor eksternal, yaitu guru kurang menguasai materi Matematika, guru
tidak memahami karakteristik siswa dalam belajar, guru kurang mampu
menggunakan teknik pembelaja ran aktif, kurang terpenuhinya buku siswa,
lingkungan sekolah kurang mendukung, dan lingkungan masyarakat.
Kesulitan belajar Matematika merupakan hal yang sulit dipelajari karena
banyaknya faktor yang bisa menjadi pemicunya, baik faktor dari dalam diri
seperti kemampuan, motivasi maupun faktor dari luar yaitu, guru, sekolah,
dan lingkungan yang lebih luas (masyarakat).
Rendahnya prestasi belajar Matematika yang dialami siswa lebih banyak
disebabkan karena persepsi yang negatif terhadap Matematika sebagaima na

Kesulitan belajar matematika siswa MI Sulthon et
PROS SEM NAS MASY BI ODIV INDON 1 (1): xx-
xx, Maret 2015
34

dijelaskan berikut ini: sebagian siswa masih mempunyai kesan negatif
terhadap matematika, Matematika sebagai momok (Yaniawati, 2007),
matematika menakutkan (Sulaepin, 2006; Lasedu, 2006), matematika sulit
dan membosankan (Becker & Schneider, 2006), mate matika tidak
menyenangkan (Zainuri, 2007), matematika merupakan ilmu yang kering,
melulu teoritis dan hanya berisi rumus-rumus, seolah-olah mengawang dan
tidak bersinggungan dengan realitas siswa (Sriyanto, 2007) (MZ, 2013).
Tatang Herman juga menjelaskan alasan siswa merasa matematika sulit dan
menakutkan adalah:
1) Tidak dikuasainya konsep -konsep dalam Matematika sehingga
menyebabkan kesulitan ketika konsep tersebut menjadi dasar (syarat) dan
berhubungan dengan penyelesaian mat ematika;
2) Matematika sebagai ilmu yang bersifat abstrak dan sulit dipahami siswa;
3) Belajar matematika menuntut adanya pemahaman yang jauh lebih sukar
dikuasai siswa daripada mengingat atau mengerjakan kegiatan algoritmis.
4) Jika penguasaan Matematika siswa r endah karena banyak bagian
matematika tidak dipahami, maka menjadikan siswa tidak senang dan
berpotensi timbul kecemasan dalam belajar (MZ, 2013).
Berbagai faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa diantaranya
adalah: 1). faktor dari diri siswa; 2). faktor dari keluarga; 3). faktor dari
lingkungan sekolah; dan 4). faktor dari masyarakat (Nugraha, 2019)
Sejalan dengan Dumont (dalam Van Steenbrugge, 2010) kesulitan
belajar dikelompokkan dalam dua macam penyebab, yaitu: 1) hambatan
belajar yang berpusat pada perkembangan kognitif siswa sendiri, dan 2)
kesulitan belajar yang penyebabnya adalah faktor yang berasal dari luar siswa
atau problem lain (Yeni, 2015)
Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa faktor dari luar diri siswa yang
berdampak pada sukses tidaknya hasil belajar siswa adalah terkait dengan
kemampuan guru, gaya belajar siswa, situasi dan kondisi lingkungan belajar.
Sedang faktor internal siswa yang mempengaruhi hasil belajar bersifat
kognitif, afektif, dan psikomotor. 1) aspek kognitif berkaitan dengan
kemampuan mentalnya rendah (intelegensi); 2) aspek afektif lebih banyak
disebabkan oleh sikap, emosi, motivasi, minat, dan 3) aspek psikomotor

Primary: Vol. 12, No. 01 (Januari-Juni) 2020
Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar
p-ISSN: 2086-1362, e-ISSN: 2623-2685. –
Running title is about five words
35

berkaitan dengan adanya hambatan kurang berfungsinya alat indera
(Dirgantoro, 2001)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kesulitan
belajar yang dialami siswa dapat berasal dari dalam diri siswa sendiri atau
bersifat bawaan dari lahir termasuk kemampuan intelektual, kesehatan tubuh,
dan dari luar diri siswa yang meliputi: lingkungan sosial yang berkaitan
dengan suasana lingkungan yang kacau atau karena lingkungan keluarga yang
kurang harmonis, atau lingkungan sekolah yang kurang mendukung belajar
siswa dan sebagainya.
3) Upaya untuk mengatasi kesulitan belajar Matematika siswa MI
Berdasarkan data mengenai jenis dan fa ktor kesulitan belajar
matematika siswa yang sudah diungkapkan di atas dan teori-teori yang
relevan, ada beberapa alternative yang mungkin digunakan untuk mengatasi
kesulitan belajar Matematika siswa MI.
a. Membangun konsep dasar Matematika serta pemahaman Matematika yang
tepat dengan mengajarkan konsep, pri nsip, dengan bahasa yang mudah
bagi siswa serta mengaitkan pengalaman sehari-hari siswa;
b. Mengajar kembali konsep Matematika dengan teori -teori atau rumus-rumus
yang telah dipelajari;
c. Pengembangan berpikir intuitif siswa;
d. Membangun kembali prosedural Matem atika dengan mengulang kembali
soal-soal atau permasalahan matematika dengan memperhatikan fakta -
fakta, konsep-konsep, dan prisip yang pernah dipelajari;
e. Memberikan bimbingan pembelajaran remidial Matematika.
Kesulitan belajar Matematika yang dialami siswa harus dipahami dan
diupayakan perbaikannya karena pelajaran Matematika merupakan pelajaran
penting dalam membangun sikap ilmiah matematika dalam perilaku hidup
sehari-hari (Susanto, 2015). Matematika juga meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan menggunakan keterampilan matematika dalam hidup
(Galih Kurniadi, Jayanti Putri Purwaningrum, 2018).
Untuk mengatasi kesulitan belajar Matematika siswa MI/SD dibutuhkan
berbagai cara diantaranya dengan meningkatkan pemahaman Matematika
siswa, tentunya tidak lepas dari faktor-faktor yang menjadi penyebab dan
jenis kesulitan yang dialami siswa dalam belajar Matematika secara umum.

Kesulitan belajar matematika siswa MI Sulthon et
PROS SEM NAS MASY BI ODIV INDON 1 (1): xx-
xx, Maret 2015
36

Untuk mengatasi kesulitan belajar Matematika dapat dilakukan antara
laian:
1) Mengajarkan konsep, prinsip, atau keterampilan matematika dengan
mengaitkan pengalaman sehari-hari siswa yang didapat dari lingkungan
sekitarnya.
2) Melibatkan dalam membuat generalisasi. Guru menuntun siswa untuk
mampu membuat kesimpulan berdasarkan sifat-sifat yang khas dari suatu
situasi yang diberikan.
3) Hendaknya menjelaskan konsep -konsep Matematika kepada siswa dengan
bahasa yang sederhana. Dengan menggunakan alat peraga Matematika.
4) Membantu mengatasi kesalahan yang dihadapi siswa, dila kukan dengan
pembelajaran remedial. Baik kesalahan konseptual maupun kesalahan
procedural (Yeni, 2015) & (Paridjo, 2006).
Apabila terjadi kesalahan konseptual, dapat diatasi dengan cara
mengajar kembali teori teori atau rumus -rumus yang telah dipelajari.
Kesalahan procedural diatasi dengan mencoba kembali soal -soal atau
permasalahan dengan memperhatikan fakta -fakta, konsep-konsep, dan prisip
yang telah dipelajari sebelumnya (Paridjo, 2006).
Usodo (2011) mengatakan bahwa untuk mengatasi kesulitan
matematika dapat dikembangkan cara berpikir intuitif karena dengan intuisi
siswa yang kreatif dalam memecahkan masalah matematika, siswa akan
mampu menyelesaikan soal matematika secara cerdas, sehingg a memberikan
jawaban yang singkat dan akurat. Ada 3 faktor yang mempengaruhi berpikir
intuitif pada seseorang saat mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah
yaitu: berdasarkan feeling, intrinsik, dan intervensi (Sao, 2014). Berpikir
intuitif adalah proses kognitif melalui feeling dan persepsi. kebenaran yang
munculnya secara subjektif dan diterima secara langsung (tanpa pembuktian)
merupakan berpikir intuitif (Kustos, 2010).
Polya (1973) menjelaskan prosedur dalam penyelesaian masalah
Matematika yaitu, 1) understanding the problem (memahami masalah), 2)
devising a plan (merencanakan suatu pemikiran, 3) carrying out the plan, dan
4) looking back. Kesulitan siswa dalam penyeles aian masalah adalah
kurangnya memahami masalah dalam soal, oleh karena itu anak harus dilatih
dengan menemukan apa yang dicari, apa yang diketahui dan apa yang

Primary: Vol. 12, No. 01 (Januari-Juni) 2020
Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar
p-ISSN: 2086-1362, e-ISSN: 2623-2685. –
Running title is about five words
37

ditanyakan. Selanjutnya merencanakan penyelesaian berdasarkan urutan apa
yang dicari, diketahui, dan ditanyakan tadi sebagai dasar dalam penyelesaian
masalah dan setelah selesai dikoreksi kembali apakah hasil yang didapat
sudah benar sesuai dengan yang ditanyakan apa belum (Widyastuti, 2015).
Sebagai upaya membangun pemah aman Matematika pada siswa MI
adalah dengan mengajarkan konsep, prinsip, atau keterampilan matematika
dengan benar, menggunakan bahasa yang mudah bagi siswa serta
mengaitkan pengalaman sehari -hari siswa yang didapat dari lingkungan
sekitarnya (Paridjo, 2006).
Dalam membangun pemahaman Matematika perlu ditekankan pada
pengembangan berpikir intuitif karena dengan intuisi siswa yang kreatif dalam
memecahkan masalah matematika, siswa akan mampu menyelesaikan soal
matematika secara cepat dan tepat. berpikir intuitif pada seseorang saat
mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah yaitu: berdasarkan feeling,
intrinsik, dan intervensi (Sao, 2014).

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis kesulitan belajar Matematika yang dialami siswa MI/SD meliputi; 1)
rendah keterampilan dasar Matematika yaitu berkaitan dengan kesalahan
membaca soal memahami masalah; transformasi, keterampilan proses
penulisan jawaban (encoding); 2) terjadi kesalahan konsep yang meliputi:
kesalahan dalam menentukan teorema/rumus, tidak menuliskan
teorema/rumus, 3) kesalahan prosedural yaitu, ketidakmampuan
memanipulasi langkah -langkah pengerjaan Matematika dan tidak
menggunakan penalaran kesimpulan dengan benar; 4) kesalahan
komputasi yang terdiri dari kesalahan dalam memanipulasi operasi, dan
tidak memeriksa hasil hitungannya kembali
2. Faktor penyebab kesulitan belajar Matematika siswa MI adalah, 1) faktor
internal yaitu minat dan motivasi belajar rendah, kemampuan intelektual
rendah, dan persepsi yang salah terhadap Matematika, dan tidak
dikuasainya konsep-konsep dasar Matematika; 2) faktor eksternal yaitu
guru, guru kurang menguasai materi Matematika, guru tidak memahami
karakteristik siswa dalam belajar, guru kurang mampu menggunakan teknik

Kesulitan belajar matematika siswa MI Sulthon et
PROS SEM NAS MASY BI ODIV INDON 1 (1): xx-
xx, Maret 2015
38

pembelajaran aktif, kurang terpenuhinya buku siswa, lingkungan sekolah
kurang mendukung, dan lingkungan masyarakat.
3. Upaya untuk mengatasi kesulitan belajar Matematika siswa MI adalah , 1)
membangun konsep dasar Matematika serta pemahaman Matematika yang
tepat dengan mengajarkan konsep, prinsip, dengan bahasa yang mudah
bagi siswa serta mengaitkan pengalaman sehari -hari siswa; 2) mengajar
kembali konsep Matematika dengan teori teori atau rumus -rumus yang
telah dipelajari; 3) pengembangan berpikir intuitif siswa; 4 membangun
kembali procedural Matematika dengan mengulang kembali soal -soal atau
permasalahan matematika dengan memperhatikan fakta -fakta, konsep-
konsep, dan prisip yang pernah dipelajari; 5) memberikan bimbingan
pembelajaran remidial Matematika.
DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta.
Darjiani, N. N., Meter, I. G., & Negara, I. G. (2015). Analisis Kesulitan Belajar
Matematika Siswa Kelas V SD Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di
SD Piloting se-Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal
Mimbar PGSD Undiksha Vol.3 No.1 , 1-11.
Dirgantoro, K. P. (2001). Kompeten si Guru Matematika Dalam
Mengembangkan Kompetensi Matematis Siswa. Scholaria: Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan vol. 8 no.2 , 157-166.
Dirgantoro, K. P. (2018). Kompetensi Guru Matematika dalam
Mengembangkan Kompetensi Matematis Siswa. Scholaria: Jurnal
Pendidikan Kebudayaan, 8(2) , 157-166.
Fitriyani, K. (2009). Analisis Kesalahan dalam Mengerjakan Soal Matematika
Bentuk Uraian pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan
Kuadrat Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Guntur. Semarang: Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Hikmasari, P., Kartono, & Mariani, S. (2018). Analisis Hasil Asesmen
Diagnostik dan Pengajaran Remedial pada Pencapaian Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika melalui Model Problem Based
Learning ,. Prosiding, Seminar Matematika (pp. 400-408). Semarang:
FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Husna, R., Saragih, S., & Siman. (2013). Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik melaluai Pendekatan

Primary: Vol. 12, No. 01 (Januari-Juni) 2020
Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar
p-ISSN: 2086-1362, e-ISSN: 2623-2685. –
Running title is about five words
39

Matematika Realistik pada Siswa SMP Kelas VIII Langsa. Jurnal
Pendidikan Matematika PARADIKMA, 6(2) , 175-186.
Idris, N., & Narayanan, L. M. (2011). Error Patterns in Addition and
Subtraction of Fractions among Form Two Students. Journal of
Mathematics Education, 4 (2) , 35-54.
Kustos, P. N. (2010). Trens concerning four misconception in student’s
intuitively-based probabilistic reasoning sourced in the heuristic of
representativeness. Diperoleh dari
http://udini.proquest.com/view/trends-concerning-four.
Maiyulita, Y. (2015). Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian
Mengguanakan Teknik Jari tangan pada Pelajaran Matematika Siswa
SD. PEDAGOGI, Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan XV (1) , 24-28.
MZ, Z. A. (2013). Perspektif Gender dalam Pembelajaran Matematika, marwah
XII (1). Marwah XII (1) , 14-31.
Nugraha, M. L. (2019). Analisis Kesulitan Belajar Matematika terhadap Siswa
Keluarga “Broken Home” di SMA Uswatun Hasanah Jakarta Timur.
Jurnal SAP 3(3) , 210-215.
Paladang, K. K., Indriani, S., & Dirgantoro, K. P. (2018). Analisis Kesalahan
Siswa Kelas VIII SLH Medan dalam Mengerjakan Soal Matematika
Materi Fungsi ditinjau dari Prosedur Newman (Analyzing Students’
Errors in Solving Mathematics Problems in Funtion Topics Based on
Newman’s Procedures in Grade 8 at SLH Medan). Journal of Holistic
Mathematics Education 1 (2) , 93-103.
Paridjo. (2006). Suatu Solusi Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika. Jurnal
Cakrawala vol.2 no.4 .
Ramlah, Bennu, S., & Baharudin, P. (2016). Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan di Kelas
VII SMPN Model Terpadu Madani. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
, 182-194.
Sao, S. (2014). Berfikir Intuitif dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding
seminar nasional TEQIP (teachers quality improvement program)
membangun karakter bangsa melalui pembelajaran bermakna
Universitas Negeri Malang. Malang: UM Press.
Saputro, B. A. (2016). Kemampuan Penalaran Matematis Siswa yang Belajar
OPerasi Pecahan Menggunakan Permainan Tradisional. Jurnal
Penelitian dan Pembelajaran Matematika Vol.9 No.1 , 63-72.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R& D.
Bandung: Alfabeta.
Susanto, A. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kharisma Putra Utama.

Kesulitan belajar matematika siswa MI Sulthon et
PROS SEM NAS MASY BI ODIV INDON 1 (1): xx-
xx, Maret 2015
40

Waskitoningtyas, R. S. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa
Kelas V SD Kota Balikpapan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Vol.5 No.1 , 24-32.
Widodo, S., & Kartikasari. (2017). Pembelajaran Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Sekolah Dasar d engan Model Creative Problem
Solving (CPS). Jurnal PRISMA, VI (1) , 57-65.
Widyastuti, R. (2015). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika berdasarkan Teori Polya ditinjau dari Adversity Quotient
Tipe Climber. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika Vol.6 No.2 , 183-
193.
Yeni, E. M. (2015). Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar. JUPENDAS
Vol.2 No.2 , 1-10.