Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024


Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats


233
Pengaruh Kesiapan Teknologi, Karakteristik Perusahaan dan Adopsi Inovasi
Terhadap Keunggulan Kompetisi pada Perusahaan Konstruksi di Indonesia

Novi Sudiansyah
1, *
, Tri Joko Wahyu Adi
1

Departmen Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
1

Koresponden*, Email: [email protected]

Info Artikel
Abstract
Diajukan 11 Juli 2023
Diperbaiki 23 Juli 2023
Disetujui 11 Juli 2024






Keywords: competitive, technology
readiness, innovation adoption, Structural
Equation Model (SEM).

Currently, Indonesia's construction industry still shows weak competitiveness with foreign
construction companies. This is believed to be due to the low creativity and innovation in
construction practices. This study aims to model the relationship between company
characteristics, innovation adoption, and technology readiness to achieve competitive
advantage. The research variables were obtained through an in-depth literature review and
questionnaires, distributed to 106 large construction companies located in Indonesia. The
research respondents were technical staff or high-level management involved in implementing
construction innovations. Empirical data was then analyzed using Confirmatory Factor
Analysis with Structural Equation Model (SEM) tools. The results showed a significant
relationship between technology readiness, company characteristics, and competitive
advantage mediated by innovation adoption.














Kata kunci: bersaing, kesiapan teknologi,
adopsi inovasi, Model Persamaan struktural

Abstrak
Saat ini, industri konstruksi Indonesia masih menunjukkan daya saing yang lemah dengan
perusahaan konstruksi asing. Hal ini diduga disebabkan oleh rendahnya kreativitas dan
inovasi dalam praktik konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan hubungan
antara karakteristik perusahaan, adopsi inovasi, dan kesiapan teknologi untuk mencapai
keunggulan kompetitif. Variabel penelitian diperoleh melalui studi literatur mendalam dan
kuesioner yang disebarkan kepada 106 perusahaan konstruksi besar yang berlokasi di
Indonesia. Responden penelitian adalah staf teknis atau manajemen tingkat tinggi yang
terlibat dalam penerapan inovasi konstruksi. Data empiris kemudian dianalisis dengan
menggunakan Confirmatory Factor Analysis dengan alat bantu Structural Equation Model
(SEM). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kesiapan
teknologi, karakteristik perusahaan, dan keunggulan kompetitif yang dimediasi oleh
adopsi inovasi.
1. Pendahuluan
Dalam lingkungan persaingan yang serba cepat saat ini,
perusahaan menghadapi kebutuhan untuk menjadi semakin
gesit dan adaptif. Meskipun mereka sering kali mampu mem-
bangun tingkat kinerja tertentu berdasarkan teknologi yang
ada, mereka sering kali tidak siap dengan teknologi baru yang
muncul. [1] menyatakan bahwa tujuan setiap perusahaan
dalam lingkungan yang sangat kompetitif saat ini adalah
untuk mengungguli para pesaingnya dan memenangkan
pelanggan baru. Orang-orang yang memiliki kreativitas,
pengetahuan, dan keterampilan cenderung mengembangkan
ide-ide orisinil yang akan memberikan keunggulan kom-
petitif bagi perusahaan. Keunggulan kompetitif bagi pelang-
gan berarti bahwa perusahaan dapat menyediakan produk
atau layanan sesuai dengan harapan mereka. Sedangkan bagi
investor, keunggulan kompetitif berarti perusahaan dapat
memberikan keuntungan yang signifikan atau meminimalkan
risiko gagal bayar dalam hal pendanaan. Itulah sebabnya saat
ini, keunggulan kompetitif sangat dibutuhkan oleh peru-
sahaan untuk perkembangan yang lebih besar. Keunggulan
bersaing di definisikan sebagai sesuatu yang membuat suatu
produk/jasa lebih unggul dari pilihan konsumen lainnya [2] .
Persaingan merupakan inti dari keberhasilan atau kegagalan
perusahaan. Persaingan menentukan kelayakan aktivitas
perusahaan yang berkontribusi pada kinerja seperti inovasi,
budaya yang kohesif, atau implementasi yang baik. [3], [4]
mendefinisikannya sebagai kemampuan perusahaan untuk
menciptakan dan mempertahankan posisi perusahaan ter-
hadap para pesaingnya. Awwad [5] menyatakan bahwa
keunggulan bersaing perusahaan adalah keahlian yang
diperoleh melalui karakteristik dan sumber daya yang
dimiliki perusahaan sehingga dapat mengungguli perusahaan
lain dalam sektor industri yang sejenis.
Salah satu kontribusi keunggulan kompetitif dalam
industri konstruksi adalah penerapan inovasi. [6] menyatakan
bahwa inovasi adalah: perubahan produk atau jasa yang

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


234
dijual ke pasar, perubahan produk atau jasa yang berbeda dari
fungsi sebelumnya, dan perubahan pangsa pasar untuk pro-
duk atau jasa yang sebelumnya hanya untuk kalangan
tertentu atau pasar tertentu, perubahan cara produk atau jasa
yang dikembangkan dan disampaikan jauh dari desain ope-
rasional dan logistik semula.
Adopsi inovasi telah menjadi subjek studi teoritis dan
empiris yang ekstensif dan sekarang secara luas diakui se-
bagai faktor penentu penting dari kinerja unggul yang ber-
kelanjutan. Adopsi biasanya dimulai dengan adanya kebu-
tuhan dan dilanjutkan dengan mencari solusi, kemudian
keputusan awal untuk mencoba mengadopsi solusi tersebut,
dan akhirnya keputusan akhir untuk mencoba melanjutkan
implementasi solusi tersebut [7]–[9]. Industri konstruksi
dengan segala karakteristiknya dikenal sangat konservatif
dalam hal mengadopsi inovasi, baik dari inovasi teknologi
digital maupun inovasi struktur manajemen, jika diban-
dingkan dengan industri lainnya. Sulit untuk memprio-
ritaskan inovasi di sektor konstruksi, terutama ketika sebuah
proyek memiliki perubahan yang dinamis dan sumber daya
yang terbatas. Kendala keuangan dari sektor konstruksi juga
harus dipertimbangkan; anggaran untuk investasi dalam
adopsi inovasi terkadang kurang karena risiko yang terlibat
dalam investasi dalam inovasi dengan tingkat pengembalian
yang rendah.
Menurut data Global Competitiveness Index 4.0 yang
dirilis oleh [10] pada bulan Oktober tahun lalu, Indonesia
berada di peringkat ke-50 dari 141 negara. Salah satu bukti
lemahnya inovasi konstruksi Indonesia adalah lebih ba-
nyaknya kontraktor asing yang bekerja di Indonesia diban-
dingkan kontraktor nasional yang berekspansi ke luar negeri.
Selain itu, nilai ekspor jasa konstruksi Indonesia pada tahun
2020 sebesar Rp 2,2 triliun dan nilai impor jasa konstruksi
Indonesia mencapai 130,6 triliun di tahun yang sama [11],
[12].
Suanda [13] menyatakan bahwa Indonesia sangat lemah
dalam hal penelitian/pengembangan yang merupakan pen-
dukung utama proses inovasi. Rendahnya tingkat inovasi di
Indonesia antara lain disebabkan oleh karakter perusahaan
industri konstruksi yang secara tradisional enggan untuk
menerapkan inovasi terbaru baik dalam teknologi konstruksi
maupun teknologi kolaborasi data. Karakteristik perusahaan
merupakan suatu konsep yang menggambarkan ciri khas dari
suatu perusahaan, yang dapat dilihat dari beberapa faktor,
seperti bidang usaha, pasar, dan sumber daya [14]. Karak-
teristik perusahaan juga dapat digunakan untuk menentukan
luas pengungkapan laporan tahunan perusahaan [15].
Beberapa faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan
laporan tahunan perusahaan adalah karakteristik perusahaan,
struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan kondisi pasar
[16]–[18]. Sementara itu, karakteristik perusahaan dipahami
sebagai ciri-ciri yang menggambarkan pengaruh pemilik,
manajer, karyawan, dan mitra bisnis terhadap proses
pengambilan keputusan untuk menentukan tujuan utama
perusahaan dan konsekuensi perilaku yang dihasilkan [19].
Karakteristik perusahaan pada iIndustri konstruksi yang lebih
berorientasi pada proyek dengan waktu yang relatif singkat
membuat proses inovasi tidak lagi menjadi prioritas karena
inovasi membutuhkan waktu khusus untuk menentukan
tujuan, eksplorasi - formula ide/uji coba, dan simulasi.
Dari sisi kesiapan teknologi konstruksi di Indonesia,
menurut Tim Pengembangan Industri Konstruksi dari
LPJKN dalam [20], dikatakan bahwa kesiapan teknologi
konstruksi masih lambat bahkan belum banyak mengalami
peningkatan yang signifikan. Bahkan untuk beberapa
perusahaan besar pun, penggunaan teknologi konstruksi yang
berkaitan dengan informatika juga belum sepenuhnya
maksimal, apalagi untuk perusahaan kecil dan menengah
yang hampir tidak ada inovasi. Kesiapan teknologi adalah
tingkat kemampuan perusahaan dalam mengimplemen-
tasikan teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas [21]. Kesiapan teknologi merupakan faktor
penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan dalam
mengadopsi teknologi baru karena perusahaan yang lebih
siap dalam mengadopsi teknologi baru cenderung memiliki
keunggulan kompetitif yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang kurang siap [22]–[24]. Kesiapan
teknologi adalah kombinasi dari keyakinan terkait teknologi
yang secara kolektif menentukan kecenderungan pelanggan,
pengguna, atau organisasi untuk menerima dan meng-
gunakan teknologi baru [25]. [26] menciptakan Technology
Readiness Index (TRI) untuk mengukur seberapa jauh
seseorang secara umum percaya pada teknologi. Pengukuran
tersebut memiliki empat indikator persepsi, yaitu optimisme,
inovasi, ketidaknyamanan, dan ketidakamanan dalam peng-
gunaan teknologi baru. Keempat indikator ini membuat
seseorang siap atau tidak untuk adopsi teknologi baru dan
kesiapan teknologi diakui sebagai faktor kunci dalam kinerja
perusahaan kontraktor [27]. Penelitian oleh Paraskevas dan
Avgerou (2011) dalam [28] menyelidiki dampak dari
kesiapan teknologi terhadap kinerja sistem TI yang digu-
nakan oleh perusahaan konstruksi. Penelitian ini menemukan
bahwa kesiapan teknologi memiliki dampak yang signifikan
terhadap kinerja sistem TI, dengan kesiapan teknologi yang
lebih tinggi menghasilkan kinerja yang lebih baik [29]. Selain
itu, penelitian ini menemukan bahwa tingkat kesiapan
teknologi merupakan prediktor kinerja yang lebih baik
daripada tingkat kompleksitas sistem TI [30]. Hal ini

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


235
menunjukkan bahwa perusahaan konstruksi harus fokus pada
peningkatan kesiapan teknologi untuk meningkatkan kinerja
sistem TI mereka.
Sehubungan dengan fenomena di atas, terdapat hubungan
antara kesiapan teknologi yang dipengaruhi oleh karak-
teristik perusahaan untuk mengadopsi inovasi, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan keunggulan bersaing pada industri konstruksi
di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengajukan
model persamaan struktural atau Structured Equition
Modelling (SEM) untuk menganalisis pengaruh tingkat
kesiapan teknologi, karakteristik perusahaan, dan adopsi
inovasi terhadap keunggulan bersaing pada industri
konstruksi di Indonesia.

2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Sampel populasi
diambil dengan menggunakan sampel non-probabilistik pada
populasi perusahaan konstruksi yang berada di Pulau Jawa
dengan kriteria responden yang pernah terlibat dalam
pengambilan keputusan atau kegiatan langsung untuk me-
ngimplementasikan inovasi di perusahaan baik berupa
inovasi manajemen maupun inovasi teknologi konstruksi
yang dimaksudkan untuk memberikan jawaban sesuai
dengan tujuan penelitian. Kuesioner menggunakan skala
Likert mulai dari 1 sangat tidak setuju sampai dengan 5
sangat setuju.
Pengumpulan data dianalisis menggunakan analisis
konfirmatori faktor bertingkat dan pengujian hipotesis meng-
gunakan pemodelan persamaan struktural dengan bantuan
perangkat lunak smartPLS. Model awal memiliki tiga
variabel endogen: kesiapan teknologi (KT), adopsi inovasi
(AI), dan keunggulan bersaing (KB), dan satu variabel
eksogen: karakteristik perusahaan (KP). Variabel Adopsi
Inovasi (IA juga berperan sebagai variabel mediasi (inter-
vening variable) dalam model awal yang dapat dilihat pada
Gambar 1. Model tersebut memiliki variabel karakteristik
perusahaan (KP) dengan 3 indikator [31]–[38][37]-[44],
kesiapan teknologi dengan 4 indikator [26], [39]–[41] adopsi
inovasi dengan 6 indikator [42]–[49] dan keunggulan
kompetitif dengan 4 indikator [50]–[56].
Berdasarkan model awal yang telah diuraikan diatas
maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :
 H1: Karakteristik Perusahaan berpengaruh positif
terhadap adopsi inovasi
 H2: Kesiapan teknologi berpengaruh positif terhadap
adopsi inovasi
 H3: Karakteristik Perusahaan berpengaruh positif
terhadap kesiapan teknologi
 H4: Adopsi inovasi berpengaruh positif terhadap
keunggulan bersaing
 H5: Karakteristik Perusahaan berpengaruh positif
terhadap keunggulan bersaing


Gambar 1. Model Konseptual Penelitian

3. Hasil dan Pembahasan
Pengolahan data menggunakan SmartPLS dikarenakan
karena penelitian ini memiliki sample yang kecil (106
responden) dan hanya fokus untuk menguji suatu hubungan
antar variabel laten dalam suatu kerangka teoritis.Setelah
data di analisis, di dapat empat variabel laten yaitu karak-
teristik perusahaan (KP), kesiapan teknologi (KT), adopsi
inovasi (AI) dan keunggulan bersaing (KB). Karena variabel
kesiapan teknologi (KT) memiliki dimensi dan masing-
masing dimensi memiliki indikator , maka peneliti mengubah
model menjadi first order model dan second order model
yang tampak pada Gambar 2 dan Gambar 3.
A. Uji Model pengukuran
1. Uji Konvergen
Pada uji ini menggunakan nilai outer loading Tabel 1 dan
Average Variance Extracted (AVE) Tabel 2.
Tabel 1. Outer Loading

AI INV KB KP KTA KTN OPT
AI1 0,855

AI2 0,889

AI3 0,908

AI4 0,917

AI5 0,863

AI6 0,913

KB2

0,882

KB3

0,913

KB4

0,897

KP1

0,872

KP2

0,756

KP3

0,864

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


236

AI INV KB KP KTA KTN OPT
KT1.1

0,844
KT1.2

0,804
KT1.4

0,766
KT1.5

0,822
KT1.6

0,708
KT2.1

0,791

KT2.2

0,819

KT2.3

0,869

KT2.4

0,831

KT2.5

0,823

KT3.1

0,889

KT3.2

0,831

KT4.1

0,876

KT4.2

0,855

KT4.5

0,709


Gambar 2 First Order Construct

Tabel 2. Avarage Variance Extracted
Variabel Average Variance Extracted (AVE)
AI 0,794
INV 0,684
KB 0,805
KP 0,693
KTA 0,667
KTN 0,741
OPT 0,624


Gambar 3. Second Order Construct

Terlihat dari hasil uji, nilai AVE pada masing-masing
variabel pada rentang 0,624 sampai dengan 0,805 (variabel
laten di nyatakan valid apabila nilai di atas 0,7), sehingga
dapat di katakan sudah baik dan sudah mencerminkan
variabel-variabel laten nya.
2. Uji Diskriminan
Uji diskriminan adalah suatu metode untuk menilai
sejauh mana suatu konstruk berbeda dari konstruk lainnya
secara empiris. Pada penelitian ini, menggunakan kreteria
Fornel-Locker Tabel 3 dan nilai faktor Loading Tabel 4.

Tabel 3. Kriteria Fornel Locker
AI INV KB KP KTA KTN OPT
AI 0,891
INV 0,778 0,827
KB 0,666 0,442 0,897
KP 0,776 0,591 0,636 0,832
KTA 0,298 0,254 0,09 0,523 0,817
KTN 0,326 0,306 0,304 0,470 0,552 0,861
OPT 0,622 0,583 0,504 0,485 0,140 0,232 0,790

Dari hasil Tabel 3 telah menunjukan hasil yang baik,
dimana nilai variabel laten diri sendiri lebih besar di banding
variabel laten lainnya, contoh di atas adalah variabel AI
terhadap AI bernilai 0,891 lebih besar daripada AI terhadap
INV yang bernilai 0,778, dan seterusnya. Hal ini menunjukan
indikator-indikator yang berada didalam variabel laten yang
sama adalah valid.

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


237
Tabel 4. Faktor Loading

AI INV KB KP KTA KTN OPT
AI1 0,855 0,603 0,587 0,677 0,327 0,331 0,524
AI2 0,889 0,709 0,605 0,673 0,272 0,249 0,574
AI3 0,908 0,684 0,574 0,664 0,252 0,232 0,505
AI4 0,917 0,721 0,534 0,728 0,324 0,359 0,533
AI5 0,863 0,701 0,551 0,703 0,220 0,264 0,574
AI6 0,913 0,732 0,698 0,704 0,207 0,311 0,607
KB2 0,488 0,288 0,882 0,493 -0,015 0,210 0,362
KB3 0,575 0,401 0,913 0,506 -0,012 0,194 0,449
KB4 0,694 0,471 0,897 0,679 0,223 0,381 0,520
KP1 0,731 0,618 0,618 0,872 0,471 0,343 0,421
KP2 0,457 0,236 0,483 0,756 0,463 0,502 0,273
KP3 0,714 0,564 0,482 0,864 0,382 0,362 0,496
KT1.1 0,536 0,473 0,464 0,471 0,134 0,240 0,844
KT1.2 0,431 0,559 0,279 0,305 0,149 0,154 0,804
KT1.4 0,568 0,505 0,416 0,444 0,133 0,215 0,766
KT1.5 0,496 0,455 0,478 0,375 0,099 0,195 0,822
KT1.6 0,380 0,279 0,309 0,268 0,012 0,070 0,708
KT2.1 0,670 0,791 0,389 0,499 0,193 0,275 0,422
KT2.2 0,620 0,819 0,279 0,428 0,222 0,228 0,345
KT2.3 0,684 0,869 0,365 0,524 0,216 0,270 0,556
KT2.4 0,626 0,831 0,429 0,435 0,144 0,225 0,552
KT2.5 0,611 0,823 0,363 0,547 0,273 0,262 0,526
KT3.1 0,354 0,334 0,319 0,408 0,457 0,889 0,248
KT3.2 0,194 0,179 0,193 0,402 0,500 0,831 0,142
KT4.1 0,306 0,258 0,063 0,471 0,876 0,415 0,188
KT4.2 0,264 0,259 0,135 0,412 0,855 0,434 0,083
KT4.5 0,139 0,082 0,017 0,396 0,709 0,531 0,053
Pada Tabel 4 terlihat untuk masing-masing variabel laten
memiliki faktor loading (yang berwarna gelap) dibandingkan
dengan cross loading faktor nya, memiliki nilai paling tinggi
untuk masing-masing indikator nya. Hal ini menunjukan
bahwa kriteria validitas diskriminan berdasarkan cross
loading terlihat baik.
3. Uji Reliabilitas
Dengan menggunakan metoda Cronbach alpha > 0,7 dan
Composite Reliability > 0,7, maka hasil analisa dapat di lihat
pada Tabel 5.
Hasil uji perhitungan pada penelitian ini, menunjukan
nilai alpha Cronbach dan Composite Reliability di atas 0,7
kecuali utk KTN sehingga dapat dikatakan kuesioner yang di
gunakan sudah reliabel atau dapat di andalkan.
Dari hasil uji pada first order construct, model
pengukuran dapat di katakan valid dan reliabel, sehingga
model akhir dapat di lihat pada Gambar 4.

Tabel 5. Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha Composite Reliability
AI 0,948 0,959
INV 0,884 0,915
KB 0,881 0,925
KP 0,779 0,871
KTA 0,748 0,856
KTN 0,653 0,851
OPT 0,850 0,892

Gambar 4 Model Akhir First Order Construct

Setelah first order construct telah valid, langkah
selanjunya peneliti menguji second order construct, dimana
variabel laten Kesiapan Teknologi (KT) yang akan di uji.
Sama seperti pengujian untuk first order construct, uji
konvergensi dan uji determinan harus di lakukan untuk
menguji variabel laten KT valid atau tidak.
Adapun hasil uji keduanya dapat dilihat pada Tabel 6 dan
Tabel 7 dimana CA = Cronbach Alfa, CR = Composite
Reliability dan AVE = Average Variance Excrated.
Tabel 6. Uji Konvergensi Second Order Construct
CA CR AVE
KT 0,678 0,800 0,504
Tabel 7. Fornel Locker Second Order Construct
AI KB KP KT
AI 0,891

KB 0,666 0,897

KP 0,778 0,634 0,832

KT 0,762 0,499 0,727 0,710

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


238
B. Uji Model Struktur
1. Uji Hipotesa
Uji ini menganalisis dari nilai olah data yang ditunjukkan
oleh output SmartPLS yang berupa path coefficient pada
evaluasi model structural seperti terlihat pada Gambar 5,
dibandingkan dengan batasan statistik yang diisyaratkan,
yaitu nilai uji t ≥ t tabel dan p value < 0,05 dan besarnya
hubungan dilihat dari nilai original sample. Batasan nilai uji
t pada model yaitu t statistik ≥ 1,980. Apabila hasil olah data
pada Tabel 8 menunjukkan nilai yang memenuhi syarat
tersebut, maka hipotesis penelitian yang diajukan dapat
diterima begitu juga sebaliknya apabila nilai olah data tidak
memenuhi syarat tersebut, maka hipotesis ditolak.

Tabel 8 . Hipotesa
Jalur Koefisi
en
Std.
Dev
T. Stat P.Val
H1 :KP -> AI 0,475 0,090 5,294 0,000
H2: KT -> AI 0,417 0,078 5,351 0,000
H3: KP -> KT 0,725 0,048 15,105 0,000
H4:AI -> KB 0,432 0,101 4,269 0,000
H5:KP -> KB 0,300 0,089 3,376 0,001



Gambar 5. Path Koefisien
H1: mengevaluasi jika karakteristik perusahaan (KP)
berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan teknologi
(KT). Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai β =
0,475, t = 5,294 dan p < 0,001, sehingga dapat dikatakan
hipotesa nomor 1 (H1) di terima. Hasil penelitian ini
konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya yang menun-
jukkan bahwa karakteristik perusahaan memiliki pengaruh
positif terhadap kesiapan teknologi [57]–[61]. Dalam
kesiapan teknologi perlu di pertimbangkan karakteristik
organisasi dan karakteristik lingkungan [57].
H2: mengevaluasi jika karakteristik perusahaan (KP)
berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi inovasi (AI).
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai β = 0,417, t =
5,351 dan p < 0,001, sehingga dapat dikatakan hipotesa
nomor 2 (H2) di terima. Hasil penelitian ini konsisten dengan
temuan-temuan sebelumnya yang menunjukkan bahwa
karakteristik perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
adopsi inovasi [32], [33], [36], [62]–[68]
H3: mengevaluasi jika kesiapan teknologi (KT)
berpengaruh secara signifikan terhadap adopsi inovasi (AI).
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai β = 0,725, t =
15,105 dan p < 0,001, sehingga dapat dikatakan hipotesa
nomor 3 (H3) di terima. Hal ini sejalan dengan beberapa
penelitian lainnya yang menunjukkan bahwa kesiapan
teknologi berpengaruh secara positif terhadap adopsi inovasi
[26], [41], [69]–[73].
H4: mengevaluasi jika adopsi inovasi (AI) berpengaruh
secara signifikan terhadap keunggulan bersaing (KB).
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai β = 0,432, t =
4,269 dan p < 0,001, sehingga dapat dikatakan hipotesa
nomor 4 (H4) di terima. . Hasil penelitian ini konsisten
dengan temuan-temuan sebelumnya yang menunjukkan
bahwa adopsi inovasi memiliki pengaruh positif terhadap
keunggulan bersaing [50], [52], [74]
H5: mengevaluasi jika karakteristik perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan bersaing
(KB). Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai β =
0,300, t = 3,376 dan p < 0,001, sehingga dapat dikatakan
hipotesa nomor 5 (H5) di terima. Hasil penelitian ini
konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya yang
menunjukkan bahwa adopsi inovasi memiliki pengaruh
positif terhadap keunggulan bersaing [75]–[78].

4. Simpulan
Karakteristik perusahaan berpengaruh signifikan terha-
dap adopsi inovasi di industri konstruksi. Ukuran, kepemim-
pinan, dan sumber daya perusahaan memainkan peran kunci.
Perusahaan besar dengan kepemimpinan inovatif dan sumber
daya memadai cenderung lebih siap dalam mengadopsi tek-
nologi baru dan membuka diri terhadap inovasi.
Kesiapan teknologi krusial dalam adopsi inovasi di
industri konstruksi Indonesia. Perusahaan yang siap secara
teknologi cenderung terbuka pada teknologi baru dan
memiliki infrastruktur yang memadai. Ini juga memengaruhi
implementasi inovasi yang ada. Kemampuan teknologi
memberi keuntungan dalam memperkenalkan produk atau
layanan baru.

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


239
Karakteristik perusahaan juga dapat mempengaruhi
kesiapan teknologi di industri konstruksi. Perusahaan yang
lebih besar dan lebih inovatif cenderung memiliki budaya
organisasi yang mendukung penggunaan teknologi baru dan
memiliki lebih banyak sumber daya untuk mengadopsi nya.
Selain itu, perusahaan yang memiliki tim teknologi yang kuat
dan terampil dapat memberikan dorongan bagi perusahaan
untuk mengadopsi teknologi baru.
Adopsi inovasi dapat memberikan keunggulan kompetitif
di industri konstruksi . Perusahaan yang mampu mengadopsi
teknologi baru cenderung dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas, serta menghasilkan produk atau layanan yang
lebih inovatif dan lebih baik dari pesaing nya. Hal ini dapat
membantu perusahaan memenangkan tender dan mening-
katkan reputasinya di pasar. Adopsi inovasi juga dapat mem-
bantu perusahaan untuk mengurangi biaya produksi, mening-
katkan kualitas dan keselamatan produk, serta meningkatkan
kinerja keseluruhan perusahaan. Oleh karena itu, adopsi
inovasi dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi peru-
sahaan di industri konstruksi di Indonesia.
Karakteristik perusahaan dapat memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Faktor-
faktor tersebut antara lain keterampilan, strategi perusahaan,
manajemen proyek, diferensiasi dan inovasi, serta faktor-
faktor utama dan faktor prioritas yang mempengaruhi daya
saing perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan konstruksi
perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk dapat
mempertahankan keunggulan bersaing di industri konstruksi.

Daftar Pustaka
[1] H. Urbancova, “Competitive Advantage Achieve-
ment through Innovation and Knowledge,” Journal of
Competitiveness, vol. 5, pp. 82–96, Mar. 2013, doi:
10.7441/joc.2013.01.06.
[2] Michael. E. Porter, Competitive Advantage: Creating
and Sustaining Superior Performance. FREE PRESS,
1998.
[3] Danang Sunyoto, Keunggulan Bersaing (Competitive
Advantage), 1st ed. Yogyakarta: CAPS (Center for
Academic Publishing Service), 2015.
[4] M. Tracey, M. A. Vonderembse, and J.-S. Lim,
“Manufacturing technology and strategy formulation:
keys to enhancing competitiveness and improving
performance,” Journal of Operations Management,
vol. 17, no. 4, pp. 411–428, Jun. 1999, doi:
10.1016/S0272-6963(98)00045-X.
[5] A. S. Awwad, A. A. Al Khattab, and J. R. Anchor,
“Competitive Priorities and Competitive Advantage in
Jordanian Manufacturing,” Journal of Service Science
and Management, vol. 06, no. 01, pp. 69–79, 2013, doi:
10.4236/jssm.2013.61008.
[6] D. Johnson, “What is innovation and entrepreneurship?
Lessons for larger organisations,” Industrial and
Commercial Training, vol. 33, no. 4, pp. 135–140, Jan.
2001, doi: 10.1108/00197850110395245.
[7] F. Damanpour and M. Schneider, “Phases of the
Adoption of Innovation in Organizations: Effects of
Environment, Organization and Top Managers,”
British Journal of Management, vol. 17, no. 3, pp. 215–
236, Sep. 2006, doi: 10.1111/j.1467-
8551.2006.00498.x.
[8] M. J. Gallivan, “Organizational Adoption and
Assimilation of Complex Technological Innovations:
Development and Application of a New Framework,”
SIGMIS Database, vol. 32, no. 3, pp. 51–85, Jul. 2001,
doi: 10.1145/506724.506729.
[9] P. Mendel, L. S. Meredith, M. Schoenbaum, C. D.
Sherbourne, and K. B. Wells, “Interventions in
Organizational and Community Context: A Framework
for Building Evidence on Dissemination and
Implementation in Health Services Research,”
Administration and Policy in Mental Health and
Mental Health Services Research, vol. 35, no. 1–2, pp.
21–37, Mar. 2008, doi: 10.1007/s10488-007-0144-9.
[10] Klaus Schwab, “The Global Competitiveness Report
2019,” Switzerland, 2019.
[11] Vika Azkiya Dihni, “Ekspor Jasa Konstruksi Indonesia
Meningkat 8,25% pada 2020,” databoks.katadata.
co.id, 2020. https://databoks.kata data.co.id/data
publish/2022/01/03/ekspor-jasa-konstruksi-indonesia-
meningkat-825-pada-2020 (accessed Oct. 10, 2022).
[12] Vika Azkiya Dihni, “Nilai Impor Jasa Konstruksi
Indonesia Turun 10% pada 2020,” 2022.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/03
/nilai-impor-jasa-konstruksi-indonesia-turun-10-pada-
2020 (accessed Oct. 10, 2022).
[13] B Suanda, “Ada Apa Dengan Inovasi Konstruksi
Indonesia? ,”Manajemen Proyek Indonesia, Sep. 22,
2022.https://manajemenproyekindonesia.com/?p=376
3 (accessed Sep. 25, 2022).
[14] S. Susan, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela Dan
Implikasinya Terhadap Biaya Modal Ekuitas Studi
Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016,” Universitas
Pasundan, Bandung, 2018.
[15] M. K. Silaban, “Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Dalam

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


240
Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,” Universitas HKBP
Nommensen, Medan, 2020.
[16] P. Dian, “Pengaruh Corporate Governance Dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Otomotif Di BEI,”
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta,
2018.
[17] A. Luciana Spica and R. Ikka, “Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ,” in Proceeding
Seminar Nasional : Inovasi dalam Menghadapi
Perubahan Lingkungan Bisnis , FE Universitas
Trisakti Jakarta, 2007.
[18] K. Ayu Andari, “Pengaruh Biological Asset Intensity
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Aset Biologis,” Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pasundan, Bandung,
2018.
[19] Richard Whitley, Divergent Capitalisms : The Social
Structuring and Change of Business Systems.
OXFORD University Press, 2002.
[20] R. Permatasari, I. Mahardika, and B. W. Soemardi,
“Kajian Penerapan Teknologi Konstruksi Oleh
Kontraktor Dalam Menghadapi Kondisi Pandemi
Covid-19,” in Konferensi Nasional Teknik Sipil 15,
Semarang, Sep. 2021.
[21] F. Damanpour, “Organizational Complexity and
Innovation: Developing and Testing Multiple
Contingency Models,” JSTOR Journals, vol. 42, no.
5, pp. 693–716, 1996.
[22] S. Geng, K. M. Y. Law, and B. Niu, “Investigating
self-directed learning and technology readiness in
blending learning environment,” International
Journal of Educational Technology in Higher
Education, vol. 16, no. 1, pp. 1–22, Dec. 2019, doi:
10.1186/S41239-019-0147-0/TABLES/9.
[23] M. Tarafdar, Q. Tu, B. S. Ragu-Nathan, and T. S.
Ragu-Nathan, “The Impact of Technostress on Role
Stress and Productivity,” http://dx.doi.org/10.2753/-
MIS0742-1222240109, vol. 24, no. 1, pp. 301–328,
2014, doi: 10.2753/MIS0742-1222240109.
[24] T. S. H. Teo and W. R. King, “Integration between
business planning and information systems planning:
an evolutionary-contingency perspective,” Journal of
management information systems, vol. 14, no. 1, pp.
185–214, 1997.
[25] IGI Global, “What is Technology Readiness | IGI
Global,” 2022, 2022. https://www.igi-global.com/-
dictionary/technology-adoption-expectancy-value-
prediction/29543 (accessed Feb. 02, 2023).
[26] A. Parasuraman, “Technology Readiness Index (Tri),”
J Serv Res, vol. 2, no. 4, pp. 307–320, May 2000, doi:
10.1177/109467050024001.
[27] South Bay Construction, “5 Ways Technology Can
Improve Construction Efficiency,” South Bay
Construction, 2022. https://www.sbci.com/-
technology-can-improve-construction-efficiency/
(accessed Feb. 02, 2023).
[28] R. Panday, “Technology Readiness on Information
Technology Performance at Contractors Company,”
2019, doi: 10.4108/eai.1-4-2019.2287263.
[29] V. Holzmann, M. Lechiara, V. Holzmann, and M.
Lechiara, “Artificial Intelligence in Construction
Projects: An Explorative Study of Professionals’
Expectations,” European Journal of Business and
Management Research, vol. 7, no. 3, pp. 151–162, May
2022, doi: 10.24018/EJBMR.2022.7.3.1432.
[30] M. Gunduz and B. K. Khader, “Construction Project
Safety Performance Management Using Analytic
Network Process (ANP) as a Multicriteria Decision-
Making (MCDM) Tool,” Comput Intell Neurosci, vol.
2020, 2020, doi: 10.1155/2020/2610306.
[31] E. Huergo and J. Jaumandreu, “How Does Probability
of Innovation Change with Firm Age?,” Small Business
Economics, vol. 22, no. 3/4, pp. 193–207, Apr. 2004,
doi: 10.1023/B:SBEJ.-0000022220.07366.b5.
[32] E. M. Kamal, N. Yusof, and M. Iranmanesh,
“Innovation creation, innovation adoption, and firm
characteristics in the construction industry,” Journal of
Science & Technology Policy Management, vol. 7, no.
1, pp. 43–57, Mar. 2016, doi: 10.1108/JSTPM-03-
2015-0011.
[33] S. Kannebley, G. S. Porto, and E. T. Pazello,
“Characteristics of Brazilian innovative firms: An
empirical analysis based on PINTEC—industrial
research on technological innovation,” Res Policy, vol.
34, no. 6, pp. 872–893, Aug. 2005, doi:
10.1016/J.RESPOL.2005.04.003.
[34] C. Low, Y. Chen, and M. Wu, “Understanding the
determinants of cloud computing adoption,” Industrial
Management & Data Systems, vol. 111, no. 7, pp.
1006–1023, Jan. 2011, doi: 10.1108/-
02635571111161262.
[35] V. Matta, D. Koonce, and A. Jeyaraj, “Initiation,
Experimentation, Implementation of innovations: The

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


241
case for Radio Frequency Identification Systems,” Int
J Inf Manage, vol. 32, no. 2, pp. 164–174, Apr. 2012,
doi: 10.1016/J.IJINFOMGT.-2011.10.002.
[36] M. Rahmouni, M. Ayadi, and M. Yildizoĝlu,
“Characteristics of innovating firms in Tunisia: The
essential role of external knowledge sources,”
Structural Change and Economic Dynamics, vol. 21,
no. 3, pp. 181–196, Aug. 2010, doi: 10.1016/J.-
STRUECO.2010.05.001.
[37] U. S. Daellenbach, A. M. McCarthy, and T. S.
Schoenecker, “Commitment to innovation: The
impact of top management team characteristics,” R&d
Management, vol. 29, no. 3, pp. 199–208, 1999.
[38] C. C. J. Cheng and E. K. R. E. Huizingh, “When is
open innovation beneficial? The role of strategic
orientation,” Journal of Product Innovation
Management, vol. 31, no. 6, pp. 1235–1253, Nov.
2014, doi: 10.1111/JPIM.12148.
[39] D. Ahmet, “Technology readiness for innovative
high-tech products: how consumers perceive and
adopt new technologies,” The Business Review, 2008.
[40] O. Ali, A. Shrestha, V. Osmanaj, and S. Muhammed,
“Cloud computing technology adoption: an evaluation
of key factors in local governments,” Information
Technology & People, vol. 34, no. 2, pp. 666–703,
Apr. 2020, doi: 10.1108/ITP-03-2019-0119.
[41] M. A. Nugroho, “Hubungan Kesiapan Teknologi
Dengan Persepsi Kebermanfaatan Teknologi Pada
Umkm,” Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan
Manajemen, vol. 11, no. 2, pp. 356–369, Sep. 2022,
doi: 10.21831/nominal.v11i2.52425.
[42] M. Aboramadan, B. Albashiti, H. Alharazin, and S.
Zaidoune, “Organizational culture, innovation and
performance: a study from a non-western context,”
Journal of Management Development, vol. 39, no. 4,
pp. 437–451, Dec. 2019, doi: 10.1108/JMD-06-2019-
0253.
[43] J. Barlow, “Innovation and learning in complex
offshore construction projects,” Res Policy, vol. 29,
no. 7–8, pp. 973–989, Aug. 2000, doi:
10.1016/S0048-7333(00)00115-3.
[44] M. M. Crossan and M. Apaydin, “A Multi-
Dimensional Framework of Organizational
Innovation: A Systematic Review of the Literature,”
Journal of Management Studies, vol. 47, no. 6, pp.
1154–1191, Sep. 2010, doi: 10.1111/j.1467-
6486.2009.00880.x.
[45] M. Dziallas and K. Blind, “Innovation indicators
throughout the innovation process: An extensive
literature analysis,” Technovation, vol. 80–81, pp. 3–
29, Feb. 2019, doi: 10.1016/J.TECHNOVATION.-
2018.05.005.
[46] E. C. Martins and F. Terblanche, “Building
organisational culture that stimulates creativity and
innovation,” European Journal of Innovation
Management, vol. 6, no. 1, pp. 64–74, Mar. 2003, doi:
10.1108/14601060310456337/FULL/PDF.
[47] B. Ozorhon, “Analysis of Construction Innovation
Process at Project Level,” Journal of Management in
Engineering, vol. 29, no. 4, pp. 455–463, Oct. 2013,
doi: 10.1061/(ASCE)ME.1943-5479.0000157.
[48] B. Ozorhon and K. Oral, “Drivers of Innovation in
Construction Projects,” J Constr Eng Manag, vol.
143, no. 4, Apr. 2017, doi: 10.1061/(ASCE)CO.-
1943-7862.0001234.
[49] D. Veshosky, “Managing Innovation Information in
Engineering and Construction Firms,” Journal of
Management in Engineering, vol. 14, no. 1, pp. 58–
66, Jan. 1998, doi: 10.1061/(ASCE)0742-
597X(1998)14:1(58).
[50] P. Chatzoglou and D. Chatzoudes, “The role of
innovation in building competitive advantages: an
empirical investigation,” European Journal of
Innovation Management, vol. 21, no. 1, pp. 44–69,
Jan. 2018, doi: 10.1108/EJIM-02-2017-0015.
[51] T.-Y. Chiou, H. K. Chan, F. Lettice, and S. H. Chung,
“The influence of greening the suppliers and green
innovation on environmental performance and
competitive advantage in Taiwan,” Transp Res E
Logist Transp Rev, vol. 47, no. 6, pp. 822–836, Nov.
2011, doi: 10.1016/j.tre.2011.05.016.
[52] A. Hinterhuber and S. M. Liozu, “Is innovation in
pricing your next source of competitive advantage?,”
Bus Horiz, vol. 57, no. 3, pp. 413–423, May 2014, doi:
10.1016/J.BUSHOR.2014.01.002.
[53] A. Sethi and S. Sethi, “Flexibility in manufacturing: A
survey,” International Journal of Flexible
Manufacturing Systems, vol. 2, no. 4, Jul. 1990, doi:
10.1007/BF00186471.
[54] Z. Zhang and H. Sharifi, “A methodology for
achieving agility in manufacturing organisations,”
International Journal of Operations & Production
Management, vol. 20, no. 4, pp. 496–513, Apr. 2000,
doi: 10.1108/01443570010314818.
[55] Q. Zhang, M. A. Vonderembse, and J.-S. Lim,
“Manufacturing flexibility: defining and analyzing
relationships among competence, capability, and
customer satisfaction,” Journal of Operations

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


242
Management, vol. 21, no. 2, pp. 173–191, Mar. 2003,
doi: 10.1016/S0272-6963(02)00067-0.
[56] M. S. Sharifirad and V. Ataei, “Organizational culture
and innovation culture: Exploring the relationships
between constructs,” Leadership and Organization
Development Journal, vol. 33, no. 5, pp. 494–517, Jul.
2012, doi: 10.1108/-01437731211241274/FULL/
XML.
[57] R. B. Cooper and R. W. Zmud, “Information
Technology Implementation Research: A
Technological Diffusion Approach,” Manage Sci, vol.
36, no. 2, pp. 123–139, Feb. 1990, doi:
10.1287/mnsc.36.2.123.
[58] Everrett M Roger, Diffusion of Innovation, 5th ed.
New york: FREE PRESS, 2003.
[59] P. Y. K. Chau and K. Y. Tam, “Factors Affecting the
Adoption of Open Systems: An Exploratory Study,”
MIS Quarterly, vol. 21, no. 1, p. 1, Mar. 1997, doi:
10.2307/249740.
[60] G. Kannabiran and P. Dharmalingam, “Enablers and
inhibitors of advanced information technologies
adoption by SMEs,” Journal of Enterprise
Information Management, vol. 25, no. 2, pp. 186–209,
Jan. 2012, doi: 10.1108/17410391211204419.
[61] M. G. Aboelmaged, “Predicting e-readiness at firm-
level: An analysis of technological, organizational and
environmental (TOE) effects on e-maintenance
readiness in manufacturing firms,” Int J Inf Manage,
vol. 34, no. 5, pp. 639–651, Oct. 2014, doi:
10.1016/j.ijinfomgt.2014.05.002.
[62] Y. A. Kuntadi, U. Sumarwan, M. Najib, and S. Jahroh,
“The Effect Of Firm Characteristics And
Collaboration Experience On The Relationship
Between Decision-Makers Behavioral Preferences
And University’S Innovations Adoption,” Jurnal
Aplikasi Manajemen, vol. 18, no. 3, pp. 475–485, Sep.
2020, doi: 10.21776/UB.JAM.2020.018.03.07.
[63] S. D. Scott, R. C. Plotnikoff, N. Karunamuni, R. Bize,
and W. Rodgers, “Factors influencing the adoption of
an innovation: An examination of the uptake of the
Canadian Heart Health Kit (HHK),” Implementation
Science, vol. 3, no. 1, pp. 1–8, Oct. 2008, doi:
10.1186/1748-5908-3-41/FIGURES/1.
[64] J. Ober, “Innovation Adoption: Empirical Analysis on
the Example of Selected Factors of Organizational
Culture in the IT Industry in Poland,” Sustainability
2020, Vol. 12, Page 8630, vol. 12, no. 20, p. 8630, Oct.
2020, doi: 10.3390/SU12208630.
[65] C. Pryor, S. C. Santos, and J. Xie, “The Curvilinear
Relationships Between Top Decision Maker Goal
Orientations and Firm Ambidexterity: Moderating
Effect of Role Experience,” Front Psychol, vol. 12, p.
621688, Apr. 2021, doi: 10.3389/FPSYG.-
2021.621688.
[66] B. Peters, H. Lööf, and N. Janz, “Firm Level
Innovation and Productivity: Is there a Common Story
Across Countries?,” ZEW - Leibniz Centre for
European Economic Research, 2003. doi: DOI:
[67] Vitaliy Roud, “Firm-level research on innovation and
productivity: Russian experience,” in Proceeding
from the Conference on Micro Evidence on Innovation
in Developing Countries, Moscow, Russian
Federation: Institute of Statistical Studies and
Economics of Knowledge, May 2007.
[68] T. Heimonen, “What are the factors that affect
innovation in growing SMEs?,” European Journal of
Innovation Management, vol. 15, no. 1, pp. 122–144,
Jan. 2012, doi: 10.1108/14601061211192861.
[69] T. Oliveira, M. Thomas, and M. Espadanal,
“Assessing the determinants of cloud computing
adoption: An analysis of the manufacturing and
services sectors,” Information & Management, vol.
51, no. 5, pp. 497–510, Jul. 2014, doi: 10.1016/J.IM.
2014.03.006.
[70] F. Damanpour, F. Sanchez-Henriquez, and H. H.
Chiu, “Internal and External Sources and the Adoption
of Innovations in Organizations,” British Journal of
Management, vol. 29, no. 4, pp. 712–730, Oct. 2018,
doi: 10.1111/1467-8551.12296.
[71] F. D. Davis, R. P. Bagozzi, and P. R. Warshaw, “User
Acceptance of Computer Technology: A Compa-rison
of Two Theoretical Models,” Manage Sci, vol. 35, no.
8, pp. 982–1003, 1989, [Online]. Available:
http://www.jstor.org/stable/2632151
[72] M. I. Effendi, D. Sugandini, Y. Istanto, R. Arundati,
and T. Adisti, “The Technology-Organization-
Environment Framework: Adopsi Teknologi Pada
UKM,” no. 1, p. 325, 2020, Accessed: Feb. 06, 2023.
[Online]. Available: https://www.researchgate.net/-
publication/345989050_The_Technology-Organiza-
tion-Environment_Framework_ADOPSI_TEKNO-
LOGI_PADA_UKM
[73] V. Venkatesh and F. D. Davis, “A Theoretical
Extension of the Technology Acceptance Model:
Four Longitudinal Field Studies,” Manage Sci, vol.
46, no. 2, pp. 186–204, Feb. 2000, doi: 10.1287
/mnsc.46.2.186.11926.

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


243
[74] W. Mulyadi, R. Tarigan, and A. Widjaja, Pengaruh
Inovasi, Kreativitas, Dan Kepuasan Konsumen
Terhadap Keunggulan Kompetitif: Sebuah Studi
Kasus. 2016.
[75] G. B. Dagnino, P. M. Picone, and G. Ferrigno,
“Temporary Competitive Advantage: A State‐of‐the‐
Art Literature Review and Research Directions,”
International Journal of Management Reviews, vol.
23, no. 1, pp. 85–115, Jan. 2021, doi: 10.1111/
ijmr.12242.
[76] C. Lee, C. Wu, and D. Jong, “Understanding the
Impact of Competitive Advantage and Core
Competency on Regional Tourism Revitalization:
Empirical Evidence in Taiwan,” Front Psychol, vol.
13, May 2022, doi: 10.3389/fpsyg.2022.922211.
[77] M. Thomran, M. Alshallaqi, Y. H. Al-Mamary, and M.
Abdulrab, “The key enablers of competitive
advantage formation in small and medium enterprises:
The case of the Ha’il region,” Front Psychol, vol. 13,
Oct. 2022, doi: 10.3389/fpsyg. 2022.1030405.
[78] I. Farida and D. Setiawan, “Business Strategies and
Competitive Advantage: The Role of Performance
and Innovation,” Journal of Open Innovation:
Technology, Market, and Complexity 2022, Vol. 8,
Page 163, vol. 8, no. 3, p. 163, Sep. 2022, doi:
10.3390/JOITMC8030163.

Novi Sudiansyah

dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 22, Nomor 3, Agustus 2024 (233-244)


244




















Halaman ini sengaja dikosongkan