BLAZE: Jurnal Bahasa dan Sastra dalam Pendidikan Linguistik dan Pengembangan
Vol.1,No. 4 November 2023
E-ISSN: 2987-4793; p-ISSN: 2987-2987, Hal 156-168
DOI: https://doi.org/10.59841/blaze.v1i4


Received September 30, 2023; Accepted November 16, 2023
*Corresponding author, [email protected]






Pengembangan Media dan Teknologi
Dalam Pembelajaran
Miftahul Jannah
1
, Lalu Muhammad Arifrabbani
2
, Abdul Aziz
3
1,2,3
Universitas Islam Negeri Mataram
Alamat: Jl. Pendidikan No.35 Mataram, TELP: (0370)621298, Fax: (0370)621298
Korespondensi penulis: [email protected]


Abstract. Learning media can be a vehicle for distributing learning messages and
information. Well-designed learning media will greatly help students in digesting and
understanding the subject matter. In this era of globalization and information, the
development of learning media is also increasingly advanced. The use of Information
Technology (IT) as a learning medium is already a demand. Although IT-based media
design requires special skills, This does not mean that the media is avoided and
abandoned. IT-based learning media can be in the form of internet, intranet, mobile
phone, and CD Room / Flash Disk. The main components include Learning Management
System (LMS), and Learning Content (LC).
Keywords: Media, Technology, Learning

Abstrak. Media pembelajaran dapat merupakan wahana penyalur pesan dan informasi
belajar. Media pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta
didik dalam mencerna dan memahami materi pelajaran. Di era globalisasi dan informasi
ini, perkembangan media pembelajaran juga semakin maju. Penggunaan Teknologi
Informasi (TI) sebagai media pembelajaran sudah merupakan suatu tuntutan. Walaupun
perancangan media berbasis TI memerlukan keahlian khusus, bukan berarti media
tersebut dihindari dan ditinggalkan. Media pembelajaran berbasis TI dapat berupa
internet, intranet, mobile phone, dan CD Room/Flash Disk. Adapun komponen utamanya
meliputi Learning Management System (LMS), dan Learning Content (LC).
Kata kunci: media, teknologi, pembelajaran

LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi
tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat
sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004). Oleh karena itu pendidikan
diharapkan benar-benar diarahkan untuk menjadikan peserta didik mampu mencapai
proses pendewasaan dan kemandirian. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Pendidikan sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendewasaan
manusia tentu di satu sisi memiliki andil yang besar bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut, namun di sisi lain pendidikan juga perlu

memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh terhadap
penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga
pendidikan lainnya. Dewasa ini pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan
perkembangan teknologi informasi, sehingga terjadi perubahan dan pergeseran
paradigma pendidikan (Hujair, 2009). Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan
teknologi informasi dalam proses pembelajaran di kelas, sudah menjadi suatu kebutuhan
sekaligus tuntutan di era global ini. Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif. Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran tidak terkesan kurang menarik,
monoton dan membosankan sehingga akan menghambat terjadinya transfer of
knowledge. Oleh karena itu peran media dalam proses pembelajaran menjadi penting
karena akan menjadikan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih bervariasi dan tidak
membosankan.
Penelitian Eyler dan Giles (dalam Widharyanto, 2003) membuktikan bahwa
keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh media yang digunakan guru. Mereka
menemukan bahwa model pembelajaran yang letaknya paling atas dalam kerucut, yakni
pembelajaran yang hanya melibatkan symbol-simbol verbal melalui sajian teks adalah
pembelajaran yang menghasilkan tingkat abstraksi paling tinggi. Pembelajaran yang
paling efektif adalah pembelajaran yang berada pada dasar kerucut, yakni terlibat
langsung dengan pengalamanpengalaman belajar yang bertujuan. Tingkat abstraksi pada
model pembelajaran ini sangat rendah sehingga memudahkan siswa dalam menyerap
pengetahuan dan keterampilan baru.
KAJIAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2003) istilah media berasal dari bahasa Latin yang
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau
pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Proses belajar mengajar

Pengembangan Media dan Teknologi Dalam Pembelajaran
158 BLAZE-VOLUME 1, NO. 4, November 2023



pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan
dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
bagian dari sumber belajar yang merupakan kombinasi antara perangkat lunak (bahan
belajar) dan perangkat keras (alat belajar). Association for Education and
Communication Technology (AECT), mengartikan kata media sebagai segala bentuk
dan saluran yang dipergunakan untuk proses informasi. National Education
Association (NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda yang dapat
dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang
dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Sedangkan HEINICH, dkk (1982)
mengartikan istilah media sebagai “the term refer to anything that carries information
between a source and a receiver”.
Sementara, Marshall McLuhan (dalam Oemar Hamalik, 2003: 201)
berpendapat bahwa media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya
mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia.
Sesuai dengan rumusan ini, media komunikasi mencakup surat-surat, televisi, film
dan telepon, bahwa jalan raya dan jalan kereta api merupakan media yang
memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain.
Lebih lanjut Oemar Hamalik membedakan pengertian media menjadi dua
yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, media pengajaran
hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran
yang terencana, sedangkan dalam artian luas, media tidak hanya meliputi media
komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga mencakup alat-alat sederhana,
seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, objek-objek nyata, serta
kunjungan ke luar sekolah. Sejalan dengan pandangan itu, guru-guru pun dianggap
sebagai media penyajian, di samping radio dan televisi karena samasama
membutuhkan dan menggunakan banyak waktu untuk menyampaikan informasi
kepada siswa.
Romiszowski (dalam Oemar Hamalik, 2003: 201) merumuskan media
pengajaran “….as the carries of massages, from some transmitting source (which
may be a human being or an intimate object), to the receiver of the massages (which
is our case is the learner). Adapun Djamarah dan Aswan (2002: 136) mendefinisikan

media sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai wahana penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
konteks media sebagai sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan
dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan peserta didik
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
Pada hakikatnya berbagai batasan yang dikemukakan di atas mengandung
pengertian dasar yang sama. Dalam berkomunikasi kita membutuhkan media atau
sarana. Secara umum makna media adalah apa saja yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber Informasi ke penerima informasi. Jadi media pembelajaran
merupakan “perangkat lunak” (Software) yang berupa pesan atau informasi
pendidikan yang disajikan dengan memakai suatu peralatan bantu (Hardware) agar
pesan/informasi tersebut dapat sampai kepada mahasiswa. Di sini jelas bahwa media
berbeda dengan peralatan tetapi keduanya merupakan unsur-unsur yang saling terkait
satu sama lain dalam usaha menyampaikan pesan/informasi pendidikan kepada
mahasiswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa (a) media merupakan wadah
dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau
penerima pesan tersebut, dan (b) bahwa materi yang ingin disampaikan adalah pesan
pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.
B. Manfaat Media Pembelajaran
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi.
Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran,
tetapi di sisi lain ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran.
Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar
dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi
pembelajaran yang disampaikan.
Keberadaan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Guru sebagai
penyampai pesan memiliki kepentingan yang besar untuk memudahkan tugasnya
dalam menyampaikan pesan – pesan atau materi pembelajaran kepada peserta didik.
Guru juga menyadari bahwa tanpa media, materi pembelajaran akan sulit untuk
dapat dicerna dan dipahami oleh siswa, apalagi bila materi pembelajaran yang harus

Pengembangan Media dan Teknologi Dalam Pembelajaran
160 BLAZE-VOLUME 1, NO. 4, November 2023



disampaikan tergolong rumit dan kompleks. Untuk itu penggunaan media mutlak
harus dilakukan agar materi dapat sampai ke peserta didik secara efektif dan efisien.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien. Tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media yang
lebih rinci. Kemp dan Dayton (dalam Depdiknas, 2003) mengidentifikasikan
beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar
8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan di atas, masih
terdapat beberapa manfaat praktis. Manfaat praktis media pembelajaran tersebut
adalah :
1. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkret
2. Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu
3. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia.
4. Media dapat menyajikan objek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka
dan berbahaya ke dalam kelas.
5. Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan
memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa secara
praktis media pembelajaran memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Mengkonkretkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga dapat
mengurangi verbalisme. Misalnya dengan menggunakan gambar, skema,
grafik, model, dan sebagainya.
2. Membangkitkan motivasi, sehingga dapat memperbesar perhatian individual
siswa untuk seluruh anggota kelompok belajar sebab jalannya pelajaran tidak
membosankan dan tidak monoton.
3. Memfungsikan seluruh indera siswa, sehingga kelemahan dalam salah satu
indera (misal: mata atau telinga) dapat diimbangi dengan kekuatan indera
lainnya.
4. Mendekatkan dunia teori/konsep dengan realita yang sukar diperoleh dengan
cara-cara lain selain menggunakan media pembelajaran. Misalnya untuk
memberikan pengetahuan tentang pola bumi, anak tidak mungkin
memperoleh pengalaman secara langsung. Maka dibuatlah globe sebagai
model dari bola bumi. Demikian juga benda-benda lain yang terlalu besar atau
terlalu kecil, gejala-gejala yang gerakannya terlalu cepat atau terlalu lambat,
gejala-gejala/objek yang berbahaya maupun sukar didapat, hal-hal yang
terlalu kompleks dan sebagainya, semuanya dapat diperjelas menggunakan
media pembelajaran.
5. Meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi langsung antar siswa dengan
lingkungannya. Misalnya dengan menggunakan rekaman, eksperimen,
karyawisata, dan sebagainya.
6. Memberikan uniformitas atau keseragaman dalam pengamatan, sebab daya
tangkap setiap siswa akan berbeda-beda tergantung dari pengalaman serta
intelegensi masing-masing siswa. Misalnya persepsi tentang gajah, dapat
diperoleh uniformitas dalam pengamatan kalau binatang itu diamati langsung
atau tiruannya saja dibawa ke depan kelas.
7. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan. Misalnya berupa rekaman, film, slide, gambar,
foto, modul, dan sebagainya.
C. Jenis-jenis Media
Berdasarkan kategori media, Paul dan David (1999) melalui Rishe (2007)
berpendapat bahwa ada enam kategori, yaitu media yang tidak diproyeksikan, media

Pengembangan Media dan Teknologi Dalam Pembelajaran
162 BLAZE-VOLUME 1, NO. 4, November 2023



yang diproyeksikan, media audio, media film dan video, multimedia, dan media
berbasis komunikasi. Sementara, menurut Schramm mengkategorikan media dari
dua segi: dari segi kompleksitas dan besarnya biaya dan menurut kemampuan daya
liputannya. Briggs mengidentifikasikan tiga belas macam media pembelajaran yaitu
objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film televise,
dan film gambar.
Gagne menyebutkan tujuh macam pengelompokkan media, yaitu benda untuk
didemostrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film
bersuara, dan mesin belajar. Menurut Edling, ada enam macam media pembelajaran
yaitu kodifikasi subjektif visual, dan kodifikasi objektif audio, kodifikasi subjektif
audio, dan kodifikasi objektif visual, pengalaman langsung dengan orang, dan
pengalaman langsung dengan benda-benda. Soeparno (1988), berpendapat bahwa
klasifikasi media dilakukan dengan menggunakan tiga unsure berdasarkan
karakteristiknya, berdasarkan dimensi presentasinya, dan berdasarkan
pemakaiannya.
Bretz (dalam Hujair., 2009) mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga
unsur pokok, yaitu suara, visual, dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu
gambar, garis, dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat
ditangkap dengan indera penglihatan. Di samping itu, Bretz juga membedakan antara
media siar (telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat
delapan klasifikasi media:
(1) media audio visual gerak,
(2) media audio visual diam,
(3) media audio visual semi gerak,
(4) media visual gerak,
(5) media visual diam,
(6) media semi gerak,
(7) media audio, dan
(8) media cetak.
Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dengan
pengalaman suara (audio), penglihatan (visual), dan pengalaman gerakan dapat

diatasi sikap pasif peserta didik dalam pembelajaran. Pengembangan Media
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi (TI) di era globalisasi dan informasi ini
penggunaan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi (TI) menjadi sebuah
kebutuhan dan tuntutan namun dalam implementasinya bukanlah merupakan hal
yang mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa
teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan
tidak menyimpang dari tujuan media tersebut.
Arief S. Sadiman, dkk (2006) mengatakan bahwa ditinjau dari kesiapan
pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena
merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap
pakai (media by utilization) dan media rancangan yang perlu dirancang dan
dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu. Dari
pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer dan LCD
Proyektor meupakan media rancangan yang di dalam penggunaannya sangat
diperlukan perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat
dimanfaatkan. Perangkat keras (hardware) yang difungsikan dalam
menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan satu unit komputer lengkap
yang sudah terkoneksikan dengan LCD Proyektor. Dengan demikian media ini
hendaknya menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
Teknologi jaringan komputer/internet memberi manfaat bagi pemakainya untuk
melakukan komunikasi secara langsung dengan pemakai lainnya. Hal ini
dimungkinkan dengan diciptakannya sebuah alat bernama modem. Jaringan
komputer/internet memberi kemungkinan bagi pesertanya untuk melakukan
komunikasi tertulis dan saling bertukar pikiran tentang kegiatan belajar yang mereka
lakukan. Jaringan komputer dapat dirancang sedemikian rupa agar dosen dapat
berkomunikasi dengan mahasiswa dan mahasiswa dapat melakukan interaksi belajar
dengan mahasiswa yang lain.
Interaksi pembelajaran dengan menggunakan jaringan komputer tidak saja dapat
dilakukan secara individual, tetapi juga untuk menunjang kegiatan belajar kelompok.
Pemanfaatan jaringan komputer dalam sistem pendidikan jarak jauh dikenal juga
dengan istilah Computer Conferencing System (CCF). Biasanya sistem ini dilakukan

Pengembangan Media dan Teknologi Dalam Pembelajaran
164 BLAZE-VOLUME 1, NO. 4, November 2023



melalui surat elektronik atau E-mail. Beberapa kelebihan pemanfaatan jaringan
komputer dalam sistem pendidikan jarak jauh yaitu: dapat memperkaya model-model
tutorial, dapat memecahkan masalah belajar yang dihadapi mahasiswa dalam waktu
yang lebih singkat dan dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam
memperoleh informasi. CCF memberi kemungkinan bagi mahasiswa dan dosen
untuk melakukan interaksi pembelajaran langsung antar individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok (Mason, 1994 dalam Benny A. Pribadi
dan Tita Rosita, 2002:13-14) I Ketut Gede Darma Putra (2009) mengemukakan
beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis TI, adalah:
1. Internet Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TI,
karena perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning,
distance learning, web base learning, dan istilah pendidikan berbasis TI lainnya.
Internet merupakan jaringan komputer global yang mempermudah,
mempercepat akses dan distribusi 8 informasi dan pengetahuan (materi
pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat
diperbaharui. Sudah seharusnya dalam penerapan pendidikan berbasis TI
tersedia akses internet. Saat ini wilayah Indonesia yang terjangkau jaringan
internet semakin meluas hal ini sebagai dampak dari perkembangan yang pesat
dari jaringan telekomunikasi. Mulai dari jaringan telepon rumah/kantor, jaringan
Speedy telkom, leased line ISP, sampai dengan komunikasi melalui GPRS, 3G,
HSDPA dengan memanfaatkan modem GSM dan CDMA dari provider seluler
adalah sederetan teknologi yang dapat digunakan untuk akses internet. Dengan
kata lain, saat ini tersedia banyak pilihan teknologi untuk melakukan koneksi
pada jaringan global.
2. Intranet Apabila penyediaan infrastruktur internet mengalami suatu hambatan,
maka intranet dapat dijadikan alternatif sebagai media pendidikan berbasis TI.
Karakteristik intranet hampir sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal
(dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau antar gedung). Model-model
pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan mudah dan lebih murah
dijalankan pada intranet. Menurut penulis, pada kondisi-kondisi tertentu intranet
justru dapat menjadi pilihan tepat dalam menerapkan pendidikan berbasis TI.

3. Mobile Phone Pembelajaran berbasis TI juga dapat dilakukan dengan
menggunakan media telpon seluler, hal ini dapat dilakukan karena kemajuan
teknologi telpon seluler yang pesat. Seseorang bisa mengakses materi
pembelajaran, mengikuti pembelajaran melalui telpon seluler. Begitu
canggihnya perkembangan teknologi ini sampai memunculkan istilah baru
dalam pembelajaran berbasis TI yang disebut M-learning (mobile learning).
4. CD-ROM/Flash Disk Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan
apabila koneksi jaringan internet/intranet tidak tersedia. Materi pembelajaran
disimpan dalam media tersebut, kemudian dibuka pada suatu komputer.
Pemanfaatan media CD-ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran
berbasis TI yang paling sederhana dan paling murah. Selain itu I Ketut Gede
Darma Putra (2009) Ada 2 komponen utama dalam pembelajaran berbasis TI,
yaitu Learning Management System (LMS), dan Learning Content (LC).
a) Learning Management System
Ada suatu ungkapan yang menyatakan “if learning content is king, then
infrastructure (LMS) is god”. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa
pentingnya komponen LMS dalam pembelajaran berbasis TI. LMS
merupakan suatu sistem komputer yang dapat diibaratkan sebagai staff
administrasi yang akan mengatur penyelenggaraan proses belajar mengajar.
Berikut adalah beberapa fungsi dari LMS:
1) Mengelola materi pembelajaran Setiap mata pelajaran akan memiliki
materi pembelajaran. Setiap materi pembelajaran akan dikelompokkan
berdasarkan kelas (seperti kelas 1, 2, 3) dan juga semester. Pada setiap
semester, materi pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan
pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap materi
pembelajaran kemudian dapat mengalami perubahan atas dasar
pergantian kurikulum. Kondisi di atas akan menjadi rumit ketika kita
mencoba untuk menjawab pertanyaanpertanyaan berikut ini:
2) Bagaimana kemudian kalau ada puluhan mata pelajaran dengan ratusan
materi pembelajaran?
3) Bagaimana caranya agar peserta (siswa) tidak salah masuk kelas (tidak
salah mengambil materi pembelajaran)?

Pengembangan Media dan Teknologi Dalam Pembelajaran
166 BLAZE-VOLUME 1, NO. 4, November 2023



4) Bagaimana kemudian kalau pengajar ingin menambah atau
memperbaiki materi pembelajaran pada suatu semester tertentu?
5) Bagaimana caranya dalam proses belajar mengajar dapat
membandingkan materi pembelajaran dari kurikulum yang berbeda
atau dari meteri tahun sebelumnya?
6) Dan banyak pertanyaan lainnya yang dapat membuat keadaan dalam
proses belajar mengajar berbasis TI menjadi ruwet. Pertanyaan-
pertanyaan ruwet di atas akan menjadi begitu mudah bila proses
pembelajaran memiliki LMS. Inilah peran pertama LMS yang mampu
mengelola materi pembelajaran dan memandu pengajar dan peserta
dalam proses belajar mengajar.
7) Registrasi dan Persetujuan LMS dapat melakukan pendaftaran para
peserta pembelajaran dan melakukan hal-hal yang bersifat persetujuan
apabila ada kondisi yang membutuhkan persetujuan dalam
pembelajaran. Fungsi ini juga bermanfaat dalam membatasi mereka
yang berhak mengikuti pelajaran dengan mereka yang tidak berhak.
8) Merekam aktifitas belajar mengajar Peran ketiga dari LMS adalah
merekam aktifitas belajar mengajar. Peran ini akan mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti: berapa lama, kapan mulai, kapan
berakhir proses belajar mengajar (mengakses materi pembelajaran),
siapa saja yang hadir, proses diskusi (tanya jawab) yang terjadi, dan
memberikan peringatan kepada peserta.
9) Melakukan evaluasi Fungsi keempat LMS adalah melakukan evaluasi
terhadap proses belajar mengajar menyangkut: mengukur kemajuan
peserta antara sebelum melakukan pembelajaran dengan sesudah
pembelajaran, mengukur seberapa jauh pemahaman peserta terhadap
materi, dan atas dasar hasil evaluasi kemudian memberikan saran ke
peserta untuk mengulang kembali beberapa materi pembelajaran yang
dianggap kurang. Aspek evaluasi lain yang bisa dilakukan adalah
mengukur kepuasan atau persepsi peserta terhadap materi pembelajaran
terutama dalam hal penyajian materi. Bagaimanapun ada korelasi yang

tinggi antara kemampuan daya serap peserta dengan cara penyajian
materi pembelajaran.
10) Media komunikasi LMS dapat menjadi media komunikasi,
menyampaikan pengumuman, meningkatkan interaktifitas antara
pengajar, peserta, dan pihak administrator.
11) Pelaporan Muara akhir dari fungsi-fungsi di atas adalah pembuatan
pelaporan otomatis dan transparan menyangkut hasil dari proses belajar
mengajar. Pembuatan laporan dapat dibuat berdasarkan hak-hak akses
dari komponen sekolah. Sebagai contoh pelaporan untuk pimpinan
(pihak atasan), pengajar, peserta bahkan mungkin orang tua dapat
mengakses dengan fasilitas yang berbeda-beda.
b) Learning Content
adalah materi pembelajaran itu sendiri, yang akan disajikan kepada
peserta pembelajaran. Isi materi harus dibuat oleh mereka yang punya
kompetensi di bidangnya, tidak peduli apakah mereka memahami
banyak tentang TI atau tidak. Setelah isi materi selesai dibuat baru
kemudian dibuatkan versi elektroniknya oleh para pengembang content
(content developers) sehingga bisa dimasukkan ke LMS.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan studi dokumen atas hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. pembahasan tentang penggunaan media
pembelajaran berbasis teknologi dan data sebelum dan sesudah penggunaan media
pembelajaran berbasis teknologi diterapkan di madrasah.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Media pembelajaran dapat merupakan wahana penyalur pesan dan informasi belajar.
Media pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta didik
dalam mencerna dan memahami materi pelajaran. Fungsi media dalam kegiatan
pembelajaran bukan sekedar alat peraga bagi guru melainkan sebagai pembawa
informasi/pesan pembelajaran. Masing-masing jenis media pembelajaran memiliki
karakteristik, kelebihan serta kekurangannya. Itulah sebabnya maka perlu adanya
perencanaan yang sistematis untuk penggunaan media pembelajaran.

Pengembangan Media dan Teknologi Dalam Pembelajaran
168 BLAZE-VOLUME 1, NO. 4, November 2023



2. Di era globalisasi dan informasi ini, perkembangan media pembelajaran juga
semakin maju. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) sebagai media pembelajaran
sudah merupakan suatu tuntutan. Walaupun perancangan media berbasis TI
memerlukan keahlian khusus, bukan berarti media tersebut dihindari dan
ditinggalkan. Media pembelajaran berbasis TI dapat berupa internet, intranet, mobile
phone, dan CD Room/Flash Disk. Adapun komponen utamanya meliputi Learning
Management System (LMS), dan Learning Content (LC).
3. Penggunaan media pembelajaran ekonomi dapat memperlancar proses pembelajaran
dan mengoptimalkan hasil belajar untuk itu sebagai pendidik seyogyanya mampu
memilih dan mengembangkan media yang tepat agar proses pembelajaran dapat
berjalan lebih efektif dan efisien.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing pada mata kuliah media dan
teknologi yang sudah mengajari dan membimbing kami sampai di terbitkannya artikel
ini.
DAFTAR REFERENSI
Achmad Munib (2004) Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES
Arief S. Sadiman, dkk (2006) Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Edisi Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Depdiknas (2003) Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002, Strategi Belajar Mengajar,
Cetakan Kedua, Jakarta: Rineka Cipta
Heinich, Robert, Michael Molenda, James D. Russel, (1982) Instructional Media:
and the New Technology of Instruction, New York: Jonh Wily and Sons.
Hujair AH. Sanaky (2009) Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press
I Ketut Gede Darma Putra (2009) Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi.
Makalah ini disampaikan pada Rakorda Disdikpora Bali – 10 Maret 2009
Oemar Hamalik (2003) Media Pendidikan, Cetakan VI, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti Soeparno (1988). Media Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT Inter-Pariwisata