QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 98
PEMBELAJARAN TEMATIK (TELAAH KRITIS
METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM)

Lailatul Munawwaroh
1
1
FTK UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia

Info Artikel:

ABSTRAK
Diterima: 23 Juli 2022
Direvisi: 28 Agustus 2022
Dipublikasikan: 31 Agustus 2022


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran Tematik dan
kaitannya dengan metodologi pendidikan Islam. Penelitian ini merupakan
penelitian karya sastra melalui analisis dokumen berupa studi pustaka.
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang berupa
penggambaran dari suatu keadaan tertentu dengan menggunakan
metode interaktif. Penelitian ini mengungkap bagaimana pembelajaran
tematik (konsep dasar pembelajaran tematik), landasan pembelajaran
tematik, prinsip pembelajaran tematik, karakteristik pembelajaran tematik,
rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran tematik, dan integrasi Islam
dalam pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah salah satu
bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model terjala
(webbed). Adapun landasan filosofis terdiri atas berbagi hal, yakni
progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme. Sedangkan landasan
yuridis berakar dari Undang-undang, dan landasan psikologis merupakan
dasar-dasar perkembangan psikologis anak. Kaitannya dengan
pendidikan Islam, pembelajaran tematik dapat mengintegrasikan nilai-nilai
Islam dan memungkinkan siswa dapat mengintegrasikan ide-ide dalam
inter bidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi,
memperbaiki serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah,
terutama dalam bingkai moralitas dan spiritualitas Islam.

This study aimed to determine thematic learning and its relation to the
methodology of Islamic education. This study was a literary research
through document analysis in the form of literature study. The form of this
study was descriptive qualitative in the form of a description of a certain
situation using interactive methods. This study reveald how thematic
learning (basic concepts of thematic learning), thematic learning
foundations, thematic learning principles, thematic learning
characteristics, signs for thematic learning implementation, and the
integration of Islam in thematic learning. Thematic learning was one form
or model of integrated learning, namely the webbed model. The
philosophical foundation consisted of various things, namely
progressivism, constructivism, and humanism. While the juridical basis
was rooted in the law, and the psychological basis was the basis for the
psychological development of children. In relation to Islamic education,
thematic learning could integrate Islamic values and allowed students to
integrate ideas in inter-fields of study enabling students to study,
conceptualized, improved and assimilated ideas in solving problems,
especially in the frame of Islamic morality and spirituality.
How to Cite: Munawwaroh, L. (2022). Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi
Pendidikan Islam). QuranicEdu: Journal of Islamic Education, 2(1)
Kata Kunci:
Pembelajaran
Tematik
Metodologi
Pendidikan Islam
































Koresponden:
Nama: Lailatul Munawwaroh
Email: [email protected]

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 99
PENDAHULUAN
Proses pendidikan dari masa ke masa terus melakukan inovasi, sesuai
dengan perkembangan dan kemampuan manusia itu sendiri, sehingga
pendidikan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan
adanya penemuan-penemuan ilmu pengetahuan baru, yang sekaligus
menunjukkan bahwa pendidikan selalu bersifat maju (taqaddumiyah) yang
berorientasi ke depan (future oriented). Dalam perkembangannya, trend
dunia pendidikan abad 21 kelihatannya lebih berorientasi pada
perkembangan dan pengaktualisasian potensi manusia (Ichsan et al., 2021),
dan tidak lagi memusatkan pada kemampuan teknikal dalam melakukan
eksplorasi dan eksploitasi alam sebagaimana abad 20. Pergeseran ini
didorong tidak hanya oleh kenyataan terjadinya krisis ekologi, tetapi juga oleh
hasil riset terutama dalam bidang neuropsikologi (Albab, 2018).
Dalam setiap proses pembelajaran, selalu ada tiga komponen penting
yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen penting itu adalah materi
yang akan diajarkan, proses mengajarkan materi dan hasil dari proses
pembelajaran tersebut (Zahra & Aisyah, 2022). Ketiga aspek ini sama
pentingnya karena merupakan satu kesatuan yang membentuk lingkungan
pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini dirasakan dan dialami
adalah kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam menjalankan
proses pembelajaran. Selama ini, di sekolah, para guru banyak yang hanya
terpaku pada materi dan hasil pembelajaran (Fahrudin et al., 2021). Mereka
disibukkan oleh berbagai kegiatan dalam menetapkan tujuan (kompetensi)
yang ingin dicapai, menyusun materi apa saja yang perlu diajarkan, dan
kemudian merancang alat evaluasinya. Namun, satu hal yang penting yang
sering kali dilupakan adalah bagaimana mendesain proses pembelajaran
secara baik agar bisa menjembatani antara materi (tujuan/ kurikulum) dan
hasil pembelajaran (Aiman, 2016).
Praktek pembelajaran yang terjadi selama ini adalah bila guru mengajar
maka diasumsikan pada saat itu siswa akan belajar, yakni satu asumsi yang

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 100
salah dan menyesatkan. Kehadiran seorang guru dan sejumlah pembelajar di
dalam kelas tidak berarti proses pendidikan berlangsung secara otomatis. Bila
ada proses pengajaran, tidak berarti pasti diikuti dengan proses
pembelajaran. Kedua proses ini merupakan dua kegiatan yang berbeda,
meskipun diusahakan untuk bisa dicapai secara bersama (Abdullah, 2017).
Memahami beberapa masalah di atas, maka perlu dilakukan
pembaharuan dalam menerapkan model pembelajaran, supaya
pembelajaran yang terjadi antara pendidik dan siswa dapat bermakna. Maka
dari itu, penelitian ini bertujuan untuk membahas apa pembelajaran tematik
dan kaitannya dengan metodologi pendidikan Islam.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian karya sastra melalui analisis
dokumen berupa studi pustaka. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yang berupa penggambaran dari suatu keadaan tertentu dengan
menggunakan metode interaktif. Metode interaktif digunakan untuk menelaah
isi dari suatu dokumen. Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah
dokumen (Suwendra, 2018). Sumber data dokumen yaitu berupa buku dan
jurnal yang berkaitan dengan pembelajaran tematik dan kaitannya dengan
metodologi pendidikan Islam.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah analisis isi. Analisis
isi yaitu dengan mencatat dokumen atau arsip yang berkaitan erat dengan
tujuan penelitian (Sugiyono, 2015). Analisis isi dilakukan dengan
membahas pembelajaran tematik dan kaitannya dengan metodologi
pendidikan Islam. Prosedur analisis data dengan reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan pengumpulan
informasi dan data mengenai konsep pembelajaran tematik dan kaitannya
dengan metodologi pendidikan Islam. Dari pengumpulan dokumen, kemudian
penyajian data dilakukan dengan pemaparan informasi dengan
menyederhanakan makna dan menginterpretasikan informasi. Selanjutnya,

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 101
penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara memberikan kesimpulan dari
hasil penelitian sesauai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti
(Moleong, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian Pembelajaran Tematik
Menurut T. Raka Joni bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik. Secara sederhana apa yang
dimaksudkan dengan pembelajaran tematik adalah kegiatan siswa
bagaimana seorang siswa secara individual atau secara kelompok dapat
menemukan kelimuan yang holistik (Kadir & Asrohah, 2014).
Pembelajaran tematik atau terpadu menawarkan model -model
pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh
makan bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal, meliputi
pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan
dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan
pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia
kehidupannya (Kadir & Asrohah, 2014).
Menurut Hadi Subroto, pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yag dikaitkan dengan
pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang
dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi
atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka
pembelajaran menjadi pembelajaran yang lebih bermakna. Maka pada
umumnya pembelajaran tematik atau terpadu adalah pembelajaran yang
menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata
pelajaran dengan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 102
dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa (Kurniawan,
2014).
Dengan demikian, dalam pembelajaran tematik, anak didik dapat
membangun kesalingterkaitan antara satu pengalaman dengan pengalaman
yang lainnya atau pengetahuan dengan pengetahuan lainnya atau antara
pengetahuan dengan pengalaman, sehingga memungkinkan pembelajaran
itu menarik. Salah satu alasan yang mungkin bisa dikemukakan bahwa setiap
anak didik mendapat tambahan satu informasi baru (baik berupa
pengetahuan maupun pengalaman) akan selalu terhubung dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah ia miliki baik secara asimilatif
(menghubungkan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak didik) maupun
secara akomodatif (proses pemanfaatan konsep-konsep dalam pikiran anak
didik untuk menafsirkan objek). Pembelajaran demikian justru akan
mendorong anak didik untuk aktif berpartisipasi, karena dorongan minat dari
dalam diri murid (motivasi intrinsik), sehingga pembelajaran menjadi minat
anak didik. Tidak hanya itu, anak didik juga lebih memahami bagaimana ia
seharusnya belajar, sehingga proses belajarnya menggunakan gaya belajar
sesuai dengan potensi dalam dirinya (Ichsan, 2020).

Landasan Pembelajaran Tematik
a. Landasan Filosofis
Pembelajaran tematik berlandaskan filsafat pendidikan
progresivisme, sedangkan progresivisme bersandar pada filsafat
naturalisme, realisme dan pragmatisme. Disamping itu, pembelajaran
tematik bersandar juga pada filsafat pendidikan konstruktivisme dan
humanisme.
Secara filosofis, anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan secara signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat
evolusionis, karena lingkungan hidup anak didik merupakan suatu dunia
yang terus berproses (becoming) secara evolusionis pula. Pengetahuan

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 103
anak didik adalah kumpulan kesan-kesan dan informasi yang terhimpunn
dalam pengalaman empiri yang partikular dan seharusnya siap untuk
digunakan. Kesan-kesan dari luar itu diterima oleh indra, tetapi antara
indra yang bersifat jasmani merupakan satu kesatuan degan ruhani, oleh
karena itu jasmani dan ruhani perlu mendapatkan kebebasan dalam
menerima kesan-kesan dari lingkungannya dan dalam memanisfestasikan
kehendak dan tingkah lakunya. Dengan demikian, pendidikan yang
diperlukan bagi anak didik adalah pendidikan yang menyeluruh dan
menyentuh aspek jasmani dan ruhani dengan memberikan tempat yang
wajar pada anak didik (Kadir & Asrohah, 2014).
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa
kini dan masa akan datang bangsa yang dikembangkan dari warisan nilai
dan prestasi bangsa di ma sa lalu, kemudian diwariskan serta
dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi kehidupan
bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi
landasan fiosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan prestasi
bangsa di masa lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan
individu sebagai anggota masyarakat, modal yang digunakan dan
dikembangkan untuk membangun kualitas bangsa dan individu untuk
membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan bagi
kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan warga
negara di masa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut
kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-
budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai
warga negara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk
kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa
depan yang lebih baik lagi (Majid, 2014).

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 104

b. Landasan Psikologis
Secara teoritik maupun praktik pembelajaran tematik berlandaskan
pada psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi atau materi
pembelajaran tematik yang diberikan kepada anak didik agar tingkat
keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta
didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi
atau materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada anak didik
dan bagaimana pula anak didik harus mempelajarinya. Dari sisi psikologis
belajar bahwa anak didik:
1. Memiliki tujuan, tidak diperoleh secara pasif, tetapi anak didik secara
aktif mengkontruksi struktur kognitifnya;
2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan
anak didik;
3. Pengetahuan sesuatu dikonstruksi secara personal;
4. Pembelajaran perlu melibatkan pengaturan situasi kelas;
5. Kurikulum adalah seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber
(Miftahurrohman et al., 2021).
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar yang mendorong
tercapainya pembelajaran tematik dari sisi pskologi belajar, maka ada
baiknya mengambil saran dari Tytler bahwa rancangan pembelajaran,
sebagai berikut (Tytler, 1996):
1. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasa sendiri:
2. Memberi kesempatan kepada anak didik untuk berpikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif;
3. Memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencoba gagasan
baru;

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 105
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki anak;
5. Mendorong anak didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka;
6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.


c. Landasan Yuridis
Dalam implementasinya, pembelajaran tematik diperlukan payung
hukum sebagai landasan yuridisnya. Payung hukum yuridis sebagai
legalitas penyelenggaran pembelajaran tematik, dalam arti bahwa
pembelajaran tematik dianggap sah bilamana telah mendapatkan legalitas
formal.
Dalam pembelajaran tematik peraturan yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis
tersebut adalah (Akbar, 2016):
Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 31
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan yang layak. Undang-undang no 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak, pasal 9 menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya. Undang-undang no. 23
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab V pasal 1-b
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya.


Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik sebagai berikut (Majid, 2014):
1. Anak didik sebagai pusat pembelajaran
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center). Hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 106
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini,
siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret), sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Menghilangkan batas pemisahan antar mata pelajaran
Sesuai dengan karakter pembelajaran tematik yang terintegrasi,
maka pemisahan antara berbagai mata pelajaran menjadi tidak jelas. Mata
pelajaran disajikann dalam satu unit atau tema, dan dalam satu unit atau
tema mengandung banyak mata pelajaran. Dalam artian, satu unit atau
tema ditinjau dari berbagai perspektif mata pelajaran.
4. Fleksibel (luwes)
Pembelajaran tematik dilakukan dengan menghubung-hubungkan
antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan yang lain, atau
menghubungkan antara pengalaman yang satu dengan pengalaman yang
lain, bahkan menghubung-hubungkan antara pengetahuan yang satu
dengan pengalaman dan sebaliknya, lebih-lebih sangat ditekankan jika
yang perlu dihubungkan adalah pengetahuan dan pengalaman yang sudah
dimiliki oleh anak didik dengan sesuatu yang baru dan perlu dimiliki oleh
anak didik.
5. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik
Yakni, sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik yang harus
disesuaikan dengan kebutuhan anak, maka pembelajaran tematik tentunya
akan memberikan dorongan untuk timbulnya minat dan motivasi belajar
anak didik dan anak didik dapat memperoleh kesempatan banyak untuk
mengoptimalkan potensi yang telah dimilikinya sesuai dengan minat dan
kebutuhannya.

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 107
6. Menggunakan prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan)
Yakni, pembelajaran tematik berangkat dari prinsip bahwa belajar itu
harus melibatkan anak didik secara aktif dalam mengembangkan
kreativitas anak didik tetapi juga mencapai sasaran. Semua prinsip
tersebut harus ditata dalam suasana yang menyenangkan supaya tidak
membosankan. Pembelajaran yang demikian akhirnya akan menimbulkan
dorongan minat dan motivasi anak didik (Al-Tabany, 2015).
7. Holistik
Yakni, pembelajaran tematik bersifat integrated, dan satu tema dilihat
dari berbagai prespektif.
8. Bermakna
Yakni, meningkatkan kebermaknaan (meaningfull) pembelajaran.
Bahwa pembelajaran akan semakin bermakna jika memberikan kegunaan
bagi anak didik (Samsudin & Asrofi, 2021).

Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan;
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester;
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan.
Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara
tersendiri;
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap
diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri;
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca,
menulis dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral;
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa,
lingkungan, dan daerah setempat (Hakim, 2014).

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 108
Adapun prinsip-prinsip pemilihan tema dapat dijelaskan sebagaimana
berikut :
1. Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat
dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan
anak.
2. Kesederhanaan,artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema
yang sederhana, ke tema-tema yang lebih rumit bagi anak.
3. Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang
menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak.
4. Keinsidentalan, artinya peristiwa ataukejadian di sekiar anak (sekolah)
yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung, hendaknya
dimasukkan dalam pembelajaran walapun itu tidak sesuai dengan tema
yang dipilih pada hari itu (Hakim, 2014).

Pentingnya Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Pembelajaran Tematik
Seringkali banyak terjebak pada dikotomi atau pemisahan antara ilmu-
ilmu keIslaman dengan ilmu-ilmu yang bukan Islam. Bilamana seorang guru
masih merasa nyaman dengan pendapat demikian, maka pembelajaran
tematik yang dirancang oleh guru harus mengeksplisitkan nilai-nilai
keIslaman. Rancang bangun maupun pelaksanaan pembelajaran tematik
harus terpampang jelas bagian-bagian yang perlu mendapatkan tekanan nilai
keIslaman. Ketika seorang guru akan merancang apalagi
mengimplementasikan pembelajaran tematik yang berhubungan jual beli
sebagaimna yang terjadi atau yang biasa dialami oleh anak didik maka guru
harus menjelaskan jual beli yang sah dan dibolehkan menurut ajaran Islam.
Barangkali jual beli yang terjadi di lingkungan tempat anak didik belajar
jula beli secara ijon (jual beli buah-buahan semasa buah-buahan itu masih
muda). Jual beli yang seperti itu adalah hal yang biasa terjadi di lingkungan
anak didik dan anak didik sering mengamati hal tersebut. Jual beli ijon seperti
itu bisa masuk dalam pembahasan pembelajaran tematik. Namun guru harus

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 109
mengelaborasi lebih lanjut bahwa jual beli seperti itu tidak diperbolehkan
dalam Islam, sehingga dengan demikian anak didik mengerti tentang berbagai
macam jual beli. Namun diharapkan anak didik hanya mempraktikkan yang
boleh menurut nilai-nilai Islam.
Contoh yang mungkin sering terjadi pada anak didik adalah pinjam
meminjam uang. Pinjam meminjam demikian adalah satu fakta yang biasa
dialami oleh anak didik. Namun pengenalan anak didik terhadap riba atau
rente sebagai upaya menghindarkan anak didik dari perbuatan riba. Oleh
karena itu, dalam setiap kesempatan guru menyampaikan pembelajaran
tematik, maka pada bagian-bagian tertentu yang memunyai kaitan dengan
nilai keIslaman saharusnya menanamkan pula nilai keisalaman agar supaya
tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan di madrasah untuk mendidik anak
didik menjadi muslim yang bertakwa mudah dicapai.
Di era globalisasi, agama menjadi peranan penting dalam kehidupan
manusia. Di zaman modern, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
dipandang sebagai faktor utama dalam kemajuan bangsa karena Iptek
mendatangkan kemajuan dan membuat kehidupan manusia menjadi lebih
muda dan nyaman. Akan tetapi, pada saat yang sama, masyarakat modern
lebih cenderung kepada pendewaan terhadap materi. Kecenderungan
materialistik mendorong manusia dihadapkan pada budaya kompetitif yang
berujung pada kekerasan dan kezaliman.
Di abad ke-21, lembaga pendidikan Islam diharapkan dapat menjadi
pendidikan alternatif. Dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi, agama
sangat relevan bagi kehidupan manusia. Agama menawarkan nilai-nilai yang
dapat menciptakan keseimbangan sosial dan mengeliminir segala bentuk
permusuhan, kebencian, kekerasan dan eksploitasi manusia. Pentingnya
agama di abad ke-21 menjadi kekuatan bagi lembaga pendidikan Islam yang
selama ini menjadi ciri khas. Jiwa lembaga pendidikan Islam sebagai benteng
moral-kultural bangsa Indoensia sangat relevan dengan visi pengembangan

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 110
pendidikan nasional, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang takwa dan
produktif (Ichsan et al., 2020).
Abad ke-21 menuntut kualitas manusia yang menguasai iptek dan
memiliki keimanan dan ketakwaan yang kokoh sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan peradaban di atas dasar
rasionalitas dan etika kegaaman yang humanis. Agama dan rasionalitas akan
bertemu. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia yang
beriman sekaigus bertakwa. Lembaga pendidikan Islam dapat mengemban
misi ini. Misi lembaga pendidikan Islam tidak hanya menjadi “cagar budaya”
atau berperan pada pada fungsi moral-spiritual, tetapi juga sebagai “agent of
change” (agen perubahan) sehingga lembaga pendidikan bersifat responsif
terhadap tuntutan masa depan (Kadir & Asrohah, 2014).
Dengan demikian, lembaga pendidikan dituntut mampu
mengembangkan fungsi edukatif yang diembannya. Lembaga pendidikan
tidak hanya bisa memberikan perhatian pada fungsi moral-spiritual, tetapi juga
harus mengembangkan fungsi pada aspek ekonomis, politis dan sosial-
budaya tanpa kehilangan ciri keIslamannya. Kebutuhan bagi modernisasi
menuntut lembaga pendidikan Islam menghasilkan kepemimpinan
modernitas dan inovator yang memelihara dan meningkatkan pembangunan;
mempersiapkan anak didik melalui kemampuan mengisi berbagai lapangan
pekerjaan; dan memelihara stabilitas dan peningkatan sosial-kultural bagi
pembangunan bangsa.
Tuntutan tersebut membawa implikasi yang cukup mendasar,
terutama pada pengemasan kurikulum dan proses belajar mengajar.
Kurikulum di lembaga pendidikan Islam tidak bisa mengutamakan
pengetahuan umum dan mengabaikan pendidikan agama sehingga karakter
utama pendidikan Islam memudar. Jika lembaga pendidikan Islam
memberikan porsi yang cukup besar antara keduanya, kurikulumnya akan
sarat dengan muatan sehingga dikhawatirkan hasilnya akan setengah-
setengah. Oleh karena itu, diperlukan kurikulum yang luas, tetapi terbatas.

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 111
Artinya, antara pengetahuan umum dan agama seimbang tetapi tidak sarat
dengan muatan. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan strategi
pembelajaran yang bisa mengintegrasikan antara pengetahuan umum
dengan nilai-nilai agama Islam. Strategi yang dapat dijadikan sebagai pilihan
adalah pembelajaran.
Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pembelajaran tematik
memungkinkan siswa dapat mengintegrasikan ide-ide dalam inter bidang
studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki
serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah, terutama dalam
bingkai moralitas dan spiritualitas Islam (Afwadzi, 2019). Dengan adanya
hubungan atau kaitan antara gagasan di dalam satu bidang studi, siswa-siswa
mempunyai gambaran yang lebih komprehensif dari beberapa aspek tertentu
mereka mempelajarai secara lebih mendalam.

Langkah-langkah Pengembangan Integrasi Nilai-nilai Islam dengan
Berbagai Mata Pelajaran
a. Melakukan analisis kompetensi
Integrasi nilai-nilai Islam dengan berbagi mata pelajaran dapat
dilakukan dengan melakukan analisis kompetensi dengan mengidentifikasi
bentuk-bentuk sikap. Identifikasi sikap dapat menggunakan matriks yang
menghadapkan pokok-pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran dengan
sikap. Matriks yang digunakan sebagai alat untuk menjabarkan sikap-sikap
bernilai Islami.
b. Mengembangkan pengalaman belajar sebagai sarana menanamkan sikap-
sikap yang bernilai islami
Pengalaman belajar bukan muatan mata pelajaran atau materi
pelajaran. Pengalaman belajar sebagaimana dijelaskan Tyler adalah
interaksi antara pelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan dimana
siswa dapat berekasi. Pengalaman belajar sangat bermanfaat untuk
mencapai tujuan pembelajaran, seperti mengembangkan ketrampilan

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 112
berpikir, memperoleh informasi, dan membantu dalam mengembangkan
masalah sosial. Misalnya, untuk menanamkan sikap bersyukur kepada
orang tua karena hak-hak yang diperoleh anak, guru dapat memilih
pengalaman belajar refleksi untuk menyadari bimbingan orang tua dalam
pendidikan.

KESIMPULAN
Metode pendidikan Islam adalah cara-cara yang digunakan dalam
mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam. Karena pengajaran adalah bagian dari pendidikan Islam, maka metode
mengajar itu termasuk metode pendidikan. Pembelajaran tematik adalah
salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model terjala
(webbed). Yang pada intinya menekankan pada pola pengorganisasian
materi yang terintegrasi dipadukan oleh suatu tema. Pembelajaran tematik
adalah salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model
terjala (webbed). Yang pada intinya menekankan pada pola
pengorganisasian materi yang terintegrasi dipadukan oleh suatu tema.
Langkah-langkahnya yakni dengan: 1) melakukan analisis kompetensi; 2)
mengembangkan pengalaman belajar sebagai sarana menanamkan sikap-
sikap yang bernilai islami.

REFERENSI
Abdullah, A. (2017). Pendekatan dan model pembelajaran yang mengaktifkan
siswa. EDURELIGIA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1), 45–62.
https://doi.org/10.33650/EDURELIGIA.V1I2.45
Afwadzi, B. (2019). Spider Web atau Shajarah al-’Ilm?: Mencari Format Ideal
Kajian Hadis Integratif di Indonesia. Diya Al-Afkar: Jurnal Studi Al-Quran
Dan Al -Hadis, 7(01), 25 –66.
https://doi.org/10.24235/DIYAAFKAR.V7I01.4527
Aiman, U. (2016). Evaluasi Pelaksanaan Penilaian Autentik Kurikulum 2013;

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 113
Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tempel Sleman Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan Madrasah, 1(1).
Akbar, S. (2016). Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. PT
Remaja Rosdakarya.
Al-Tabany, T. I. B. (2015). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik
Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI Implementasi
Kurikulum 2013. Prenada Media Gorup.
Albab, U. (2018). TEORI MUTAKHIR PEMBELAJARAN: KONSEP
EDUTAINMENT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM. El-Tarbawi, 11(1), 51 –62.
https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol11.iss1.art4
Fahrudin, F., Ansari, A., & Ichsan, A. S. (2021). Pembelajaran Konvensional
dan Kritis Kreatif dalam Perspektif Pendidikan Islam. Hikmah, 18(1), 64–
80. https://doi.org/10.53802/hikmah.v18i1.101
Hakim, N. I. (2014). Pembelajaran Tematik-Integratif di SD/MI dalam
Kurikulum 2013. Jurnal Insani, 19(1).
Ichsan, A. S. (2020). Rekonsepsi Pendidikan Tahfiz Al Qur’an Melalui Model
Learning Styles pada Anak Usia Sekolah Dasar. Al Ulya: Jurnal
Pendidikan Islam, 5(1).
Ichsan, A. S., Samsudin, S., & Pranajati, N. R. (2021). Pesantren and
Liberating Education: A Case Study at Islamic Boarding School ISC
Aswaja Lintang Songo Piyungan Yogyakarta. DAYAH: Journal of Islamic
Education, 4(1), 112–127. https://doi.org/10.22373/JIE.V4I1.8269
Ichsan, A. S., Sembiring, I. D., & Luthfiah, N. (2020). Pendidikan Islam
Menghadapi Tradisi, Transisi, dan Modernisasi. Fitrah: Journal of Islamic
Education, 1(1), 107–123. https://doi.org/10.53802/FITRAH.V1I1.11
Kadir, A., & Asrohah, H. (2014). Pembelajaran Tematik. Rajawali Press.
Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan
Penilaian). Alfabeta.
Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. PT Remaja Rosdakarya.

QuranicEdu: Journal of Islamic Education
Vol. 2, No. 1, 2022
Journal Homepage: https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu
=======================================================================




Pembelajaran Tematik (Telaah Kritis Metodologi Pendidikan Islam) | 114
Miftahurrohman, M., Ichsan, A. S., & Yunianta, R. D. (2021). Upaya Guru Al-
Qur’an Hadis dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 MI
Sananul Ula Piyungan Bantul Yogyakarta pada Masa Pandemi.
QuranicEdu: Journal of Islamic Education , 1(1), 19–39.
https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu/article/view/112
Moleong, L. J. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Samsudin, S., & Asrofi, M. (2021). Hukuman dalam Pendidikan Islam: Studi
atas Dampak Psikologis Anak Usia Dasar dan Citra Guru. Tarbiyatuna:
Jurnal Pendidikan Islam , 14(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.36835/tarbiyatuna.v14i2.892.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kualitatif (22nd ed.). Alfabeta.
Suwendra, W. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial,
Pendidikan, Kebudayaan. Nila Cakra.
Tytler, R. (1996). Constructtivism and Conceptual Change View of Leraning
in Science (Majalah Pendidikan IPA: Khasanah Pengajaran IPA).
IMAPIPA.
Zahra, D. N., & Aisyah, N. (2022). Pembelajaran Model Pendidikan Anak
dalam Al-Qur’an terhadap Kisah Nabi Ibrahim | QuranicEdu: Journal of
Islamic Education. QuranicEdu: Journal of Islamic Education, 1(2).
https://jurnalannur.ac.id/index.php/QuranicEdu/article/view/189