Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 21 No. 2, Desember 2023: 231-240 231

PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PANGANDARAN BERBASIS
KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN
Regional Development of Pangandaran District Based on Superior
Commodities of Food Crops
Reni Hendriany
*
, Andrea Emma Pravitasari, Ernan Rustiadi
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian IPB University
Jalan Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat, Indonesia
*Korespondensi penulis. Email: [email protected]
Naskah diterima: 12 Januari 2023 Direvisi: 13 Maret 2023 Disetujui terbit: 29 November 2023
ABSTRAK
The District of Pangandaran is a new district in the Province of West Java. The agricultural sector is the main
driver of economic growth in the District of Pangandaran. In the process of regional development, it is necessary to
develop the potential of the area with a priority on the growing and unique sector and the identification of unique
commodities as a basis for regional development policy. The objective of the research is to identify the unique
agricultural crops in the District of Pangandaran and to identify the development areas based on the availability of
facilities and infrastructure. The research was conducted in 2022. The type of data used is production data of food
crops from 2018-2021, infrastructure data from the Pangandaran Agricultural Office and village potential data from
the Central Bureau of Statistics. The method used is LQ and SSA and dendrogram. The results of the research
show that the unique food crops in the District of Pangandaran are: Wetland Rice, Dryland Rice, Corn, Soybeans,
Groundnuts, Green Beans, Cassava, and Sweet Potato. The dendrogram analysis shows that the Langkaplancar
Sub-district and Padaherang Sub-district are in hierarchy 1. This means that both areas have the potential to
become centers of activity for the development of food crop commodities because the facilities and infrastructure
are relatively more complete than other areas. This analysis can provide a basis for determining more effective
resource utilization policies for the development of unique commodities and with a focus on potential locations. This
will increase production and productivity, ultimately improving the well-being of the community.
Keywords: LQ-SSA, comparative advantage, competitiveness, regional economy, Scalogram

ABSTRAK
Kabupaten Pangandaran adalah kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat. Sektor pertanian menjadi penggerak
utama pada pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Pangandaran. Dalam proses pembangunan daerah,
dibutuhkan pengembangan potensi kewilayahan dengan prioritas pada sektor unggulan yang berkembang dan
identifikasi komoditas unggulan sebagai dasar kebijakan pengembangan wilayah. Tujuan penelitian adalah
mengidentifikasi komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Pangandaran serta identifikasi
wilayah pengembangan berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana. Penelitian ini dilakukan pada tahun
2022. Jenis data yang digunakan adalah data produksi tanaman pangan tahun 2018-2021, data sarana dan
prasarana yang bersumber dari Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran serta data potensi desa dari BPS.
Metode yang digunakan adalah LQ dan SSA serta skalogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas
unggulan tanaman pangan Kabupaten Pangandaran adalah: Padi Sawah, Padi Gogo, Jagung, Kedelai, Kacang
Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa Kecamatan
Langkaplancar dan Kecamatan Padaherang masuk pada hierarki 1. Hal ini berarti kedua wilayah tersebut
berpotensi untuk menjadi pusat kegiatan pengembangan komoditas tanaman pangan karena sarana dan prasarana
relatif lebih lengkap dari wilayah lainnya. Analisis ini dapat memberikan dasar pada penentuan kebijakan
penggunaan sumberdaya yang lebih efektif, untuk pengembangan komoditas unggulan dan dengan fokus
pengembangan pada lokasi yang potensial. Sehingga akan meningkatkan produksi dan produktivitas yang pada
akhirnya memningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci: Daerah pemekaran, LQ-SSA, Keunggulan komparatif, daya saing, perekonomian daerah, skalogram

232 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 21 No. 2, Desember 2023: 231-240

PENDAHULUAN
Pemekaran daerah merupakan salah satu
pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah yang diharapkan mampu
mengembangkan wilayah dan sekitarnya dengan
menumbuhkan pusat -pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah (Hamri et al. 2016).
Berdasarkan Undang -undang Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Kabupaten Pangandaran di
Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Pangandaran
menjadi daerah otonomi terpisah dari Kabupaten
Ciamis. Struktur perekonomian Kabupaten
Pangandaran Selama lima tahun terakhir (2016-
2020) didominasi oleh 5 (lima) kategori lapangan
usaha, diantaranya: (1) Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan; (2) Perdagangan Besar dan
Eceran, (3) Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor;
(4) Transportasi dan Pergudangan; (5)
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; serta
Konstruksi.
Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB
Pangandaran pada tahun 2020 masih dihasilkan
oleh kategori lapangan usaha Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan sebesar 27,34
persen, kategori lapangan usaha Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda
Motor sebesar 19,52 persen (BPS Kabupaten
Pangandaran, 2021). Salah satu isu strategis di
Kabupaten Pangandaran adalah perekonomian
Kabupaten Pangandaran ditopang oleh
beberapa kegiatan utama yaitu aktivitas
pertanian (yang menjadi sektor basis, dengan
kontribusi terhadap PDRB terbesar, akan tetapi
termasuk sektor yang lambat tumbuh). Laju
pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten
Pangandaran tahun 2020 sebesar 2,79 persen
(BPS 2021), cenderung lambat jika dibandingkan
sektor lain. Aktivitas pedagangan dan juga
aktivitas akomodasi dan makanan, minuman
(aktivitas yang terkait dengan ekonomi
pariwisata) yang masih belum mak simal
kontribusi terhadap PDRB. Peningkatan PAD
dan PDRB dianggap penting karena merupakan
sumberdaya penting bagi pemerintah daerah
dalam pengembangan wilayah dan juga dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat (Rustiadi
et al., 2011). Berdasarkan kondisi tersebut
muncul beberapa isu wilayah diantaranya adalah
rendahnya daya ungkit kinerja ekonomi
Kabupaten Pangandaran dalam merespon
peluang percepatan pengembangan wilayah.
Sektor pertanian memiliki peran yang
signifikan dalam menyerap tenaga kerja di
Kabupaten Pangandaran. Jumlah tenaga kerja
yang terlibat dalam sektor pertanian sebesar
67.703 orang atau 15,87% dari total jumlah
penduduk menunjukkan bahwa sektor ini
merupakan salah satu sumber pendapatan
penting bagi masyarakat setempat. Jumlah
tenaga kerja yang bekerja sebagai petani jauh
lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga
kerja yang bekerja sebagai nelayan. Penduduk
yang bekerja sebagai petani sebanyak 63.900
orang, sementara yang bekerja sebagai nelayan
hanya 2.398 orang (BPS Kab. Ciamis, 2021). Ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki
peran yang sangat penting dalam menopang
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Pangandaran. Oleh karena itu,
peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam
sektor pertanian sangat penting untuk
memperkuat dan meningkatkan daya saing
perekonomian daerah.
Dominasi sektor pertanian di Kabupaten
Pangandaran menjadikan pertanian sebagai
kegiatan utama masyarakat yang menjadikan
produksi sebagai capaian keberhasilan. Potensi
sektor pertanian terutama subsektor tanaman
pangan memiliki permintaan yang tinggi dalam
pasar domestik dan global, sehingga dapat
menghasilkan pendapatan bagi petani dan
perekonomian daerah (Darlen, 2015).
Pemerintah setempat melihat potensi ini dan
memprioritaskan pengembangan sektor
pertanian dengan fokus pada tanaman pangan
untuk memajukan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat. Hasil produksi
pertanian tanaman pangan cenderung surplus
jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi
masyarakat Kabupaten Pangandaran. Pada
tahun 2020 jumlah produksi beras Kabupaten
Pangandaran sebesar 129.898, 30 ton dengan
jumlah penduduk sebanyak 426.283 orang,
dengan jumlah kebutuhan konsumsi 42.435 ton
sehingga terdapat surplus sebanyak 87.463,24
ton atau sebesar 67,33% (Bappeda Kab.
Pangandaran 2021).
Kabupaten Pangandaran memiliki potensi
lahan pertanian yang sangat besar, dengan luas
lahan sawah sebesar 16564 Ha dan lahan
pertanian bukan sawah seluas 59.850 Ha. Ini
merupakan peluang besar bagi pemerintah
setempat untuk memfokuskan pada
pengembangan se ktor pertanian dan
meningkatkan produktivitas lahan, terutama
dengan memperkuat sistem irigasi, menyediakan
akses terhadap teknologi pertanian dan pelatihan
bagi petani, serta memfasilitasi pemasaran hasil
pertanian.
Pandemi Covid-19 yang terjadi lebih dari 2
tahun (dari awal 2020 hingga 2021)
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik di
provinsi maupun kabupaten/kota yang ada di

PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PANGANDARAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN 233
Reni Hendriany, Andrea Emma Pravitasari, Ernan Rustiadi

Jawa Barat, salah satunya Kabupaten
Pangandaran. Dampaknya dapat dirasakan
mulai dari Triwulan I-2020 hingga Triwulan III-
2020, walaupun pada akhir Triwulan III-2020
mulai adanya perubahan. Dari 17 (tujuh belas)
kategori lapangan usaha, 4 (empat) kategori
lapangan usaha mengalami sedikit pertumbuhan
positif dan 13 (tiga belas) kategori mengalami
pertumbuhan negatif. Dari keempat kategori
lapangan usaha yang mengalami perumbuhan
positif yaitu pertanian, konsumsi listrik, informasi
dan komunikasi serta jasa kesehatan (BPS
2020). Sebagai sektor yang tidak terdampak
signifikan dimana pada tahun 2020, Sektor
Pertanian menjadi salah satu sektor yang
mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi.
Namun, laju pertumbuhan PDB Sektor Pertanian
tersebut masih lebih rendah daripada periode
sebelum terjadi pandemi Covid-19 (Abidin 2021).
Kabupaten Pangandaran telah menghasilkan
beberapa kemajuan, namun masih perlu upaya
untuk meningkatkan daya saing daerah dengan
merumuskan strategi pengembangan wilayah
serta menciptakan iklim investasi yang kondusif
untuk perkembangan wilayah. Untuk menuju
kemandirian, daerah otonom perlu melakukan
upaya-upaya yang besar untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya dan meningkatkan
pembangunan wilayah. Ini bisa dilakukan dengan
cara memperkuat sektor ekonomi lokal dan
pengembangan infrastruktur. Dalam proses
pembangunan daerah diperlukan
pengembangan potensi kewilayahan dengan
prioritas pengembangan sektor unggulan
(Zamhari, 2017). Pengembangan potensi untuk
mendukung pertumbuhan wilayah memerlukan
perencanaan dan tata kelola yang baik sehingga
dapat menghasilkan pembangunan yang optimal
serta berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi komoditas unggulan
tanaman pangan di Kabupaten Pangandaran
dan identifikasi wilayah pengembangan
berdasarkan ketersediaan sarana dan
prasarana.
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran
Potensi, masalah dan karakteristik yang
dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, sehingga
dalam pengembangan wilayah diperlukan upaya
yang sesuai dengan kondisi wilayah tersebut.
Penentuan komoditas unggulan merupakan
upaya penting dalam menentukan prioritas
strategi pengembangan komoditas unggulan
pertanian. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor
pertanian. Alur pemikiran pada penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
Lingkup Bahasan
Lingkup penelitian menganalisis komoditas
unggulan tanaman pangan, periode waktu 2015-
2020 dengan locus setiap kecamatan di

Gambar 1. Dasar Pikir Penelitian

234 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 21 No. 2, Desember 2023: 231-240




Kabupaten Pangandaran, serta identifikasi
wilayah pengembangan berdasarkan
ketersediaan sarana dan prasarana.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Pangandaran sebagai wilayah pemekaran baru
di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi
pertanian yang belum banyak berkembang.
Secara geografis, Kabupaten Pangandaran
terletak pada 108°30’ sampai dengan 108°40’
Bujur Timur dan7°40’20” sampai dengan
7°50’20’’ Lintang Selatan. Penelitian dilakukan
mulai bulan juni sampai dengan agustus 2022.
Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini
berupa data sekunder diperoleh dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Pangandaran, Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran, dan Badan
Pusat Statistik Kabupaten Pangandaran. Data
sekunder berupa data Produksi tanaman pangan
dan tahun 2018-2021 dan data sarana dan
prasarana pertanian serta data potensi desa. Alat
yang digunakan dalam mengolah data adalah:
alat tulis, seperangkat komputer yang dilengkapi
software Microsoft Office, Excel, Statistica 10 dan
software sistem informasi geografis (Qgis).
Analisis Data
Untuk mengidentifikasi komoditas
unggulan digunakan analisis Location Quotient
(LQ) dan Shift Share Analysis (SSA). Sedangkan
identifikasi wilayah pengembangan berdasarkan
ketersediaan sarana dan prasarana
menggunakan analisis skalogram. Dalam
penelitian Novitasari (2018) data yang digunakan
dalam perhitungan LQ untuk menentukan
komoditas pertanian merupakan data produksi
pertanian. Model perhitungan yang dibuat untuk
mendapatkan hasil Location Quotient (LQ) dapat
dinyatakan melalui persamaan:


Dimana:
LQij : Location Quotient lokasi kecamatan i
untuk komoditas j
Xij : jumlah produksi tanaman pangan ke-j di
kecamatan-i (ton)
Xi : jumlah seluruh produksi komoditas
tanaman pangan di kecamatan ke-i (ton)
Xj : jumlah produksi tanaman pangan ke-j di
seluruh Kabupaten Pangandaran (ton)
X.. : jumlah produksi total tanaman pangan di
Kabupaten Pangandaran (ton)
Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan
adanya komoditas unggulan tanaman pangan di
sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan
dengan total wilayah atau terjadi pemusatan
komoditas unggulan tanaman pangan di sub
wilayah ke-i. Jika nilai LQij = 1, maka sub wilayah
ke-i tersebut mempunyai pangsa komoditas
unggulan tanaman pangan setara dengan
pangsa total. Jika LQij < 1, maka sub wilayah ke-
i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil
dibandingkan dengan komoditas tanaman
pangan yang secara umum ditemukan di seluruh
wilayah.
Analisis Keunggulan Kompetitif
menggunakan Metode Shift Share Analysis
(SSA)
Tujuan dari SSA adalah untuk mengetahui
keunggulan kompetitif komoditas tanaman
pangan di Kabupaten Pangandaran. SSA juga
bertujuan untuk menghitung besar kontribusi
sektor atau wilayah terhadap pertumbuhan
sektor lainnya di Kabupaten Pangandaran.
Indikator yang digunakan pada SSA adalah
jumlah produksi Komoditas Tanaman Pangan
pada tahun 2018 dan 2021. Berikut adalah tahap
perhitungan SSA:
(1) Menghitung pergeseran secara agregat di
tingkat regional (regional agregat shift-
share), yaitu pertumbuhan produksi tingkat
regional/kabupaten (RASS). Hasil
perhitungan ini dapat menunjukkan maju
atau lambatnya perubahan perekonomian di
tingkat Kabupaten Pangandaran.
(2) Menghitung pergeseran secara sektoral,
tanpa memperhatikan lokasi (proportional
shift-share), yaitu rasio jumlah produksi per
komoditas dari sektor pertanian tahun akhir
dan tahun awal minus rasio produksi
kabupaten tahun akhir dan tahun awal
(PSS), dari hasil perhitungan dapat
diketahui sektor yang relatif maju atau
kurang maju di Kabupaten Pangandaran.
(3) Menghitung komponen pertumbuhan
pangsa lokal (different shift-share) yaitu
rasio produksi setiap komoditas dari sektor
pertanian di setiap kecamatan tahun akhir
dan tahun awal (DSS), hasil perhitungan IJ
IJ I
J
LQ
XX
XX
=
/
/
.
. ..

PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PANGANDARAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN 235
Reni Hendriany, Andrea Emma Pravitasari, Ernan Rustiadi

menunjukkan komoditas yang relatif maju
atau lambat di setiap kecamatan ataupun
kecamatan-kecamatan yang relatif maju
atau lambat dalam setiap sektor.
Perhitungan SSA dengan ketiga komponen
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana :
a : komponen regional share
b : komponen proportional shift
c : komponen differential shift
X.. : Nilai total produksi komoditas
tanaman pangan di Kabupaten
Pangandaran (ton)
Xij : Nilai produksi komoditas komoditas
tanaman pangan di Kecamatan I
(ton)
X.j : Nilai total produksi komoditas
tanaman pangan di Kabupaten
Pangandaran (ton)
t1 : Nilai tahun akhir
t2 : Nilai tahun awal
Analisis Skalogram
Analisis skalogram digunakan untuk
mengidentifikasi wilayah pengembangan
berdasarkan ketersediaan sarana dan
prasarana. Identifikasi tingkat kemampuan
fasilitas di tiap kecamatan menggunakan analisis
Skalogram Guttman menghasilkan output berupa
hierarki kecamatan di Kabupaten Pangandaran
yang menjadi acuan untuk pengembangan
budidaya komoditas tanaman pangan
berdasarkan lokasi yang memiliki kelengkapan
sarana dan prasarana yang mendukung proses
produksi dari hulu ke hilir untuk komoditi tanaman
pangan di Kabupaten Pangandaran. Hasil
analisis juga menunjukkan kaitan antara fasilitas
yang tersedia dan fungsi daerah sebagai pusat
pertumbuhan. Semakin lengkap fasilitas yang
dimiliki maka wilayah tersebut memiliki fungsi
yang lebih besar dibandingkan wilayah lain.
k = 1 + 3,3 log n
selanjutnya menentukan besarnya interval kelas
atau range
Range = A–B
k
Keterangan:
A = jumlah fasilitas tertinggi
B = jumlah fasilitas terendah
k = banyak kelas
Langkah terakhir dalam melakukan analisis
skalogram adalah dengan menghitung Coeffisien
of Reproducibility (COR), yang memiliki fungsi
untuk menguji kelayakan analisis skalogram.
Penelitian dengan analisis skalogram dapat
dikatakan layak jika nilai COR sebesar 0,9
sampai 1.
(CR)= 1 − ∑
Keterangan:
CR : tingkat kesalahan
∑ : Jumlah kesalahan
N : Jumlah fasilitas
K : Jumlah kecamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan wilayah sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan ekonomi pada wilayah
tersebut (Anggraeni, 2020). Berdasarkan teori
basis, bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah dapat ditentukan oleh besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah yang memiliki
komoditas basis sehingga dapat mendorong
pertumbuhan suatu wilayah (Tarigan, 2005).
Menurut Monica (2020), sektor basis berpotensi
untuk dikembangkan sebagai penunjang
ekonomi wilayah. Sektor pertanian merupakan
salah satu sektor yang berpotensi untuk
dikembangkan di Kabupaten Pangandaran.
Selain capaian PDRB yang mendominasi,
pengembangan sektor pertanian terutama pada
komoditas unggulan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat ..
Pengembangan pertanian dapat diupayakan
salah satunya dengan pengembangan
komoditas unggulan di kawasan pertanian yang
berpotensi pada suatu wilayah (Novitasari,
2020).
Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Hasil analisis LQ pada komoditas Tanaman
Pangan, dengan menggunakan data produksi
tahun 2021 semua kecamatan memiliki
komoditas unggulan yang dikaji dari sisi produksi
dengan kriteria LQ>1 yang berarti terdapat
pemusatan kegiatan produksi pada kecamatan
dengan nilai LQ>1. Hasil analisis LQ
menunjukkan adanya keunggulan komparatif
untuk komoditi tanaman pangan di seluruh
kecamatan. Merujuk pada tabel 1 diketahui
kecamatan Langkaplancar memiliki jenis
komoditas unggulan Tanaman Pangan paling
banyak. Sedangkan Kecamatan yang tidak
memiliki komoditas unggulan tanaman pangan

236 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 21 No. 2, Desember 2023: 231-240




yaitu Kecamatan Kalipucang. Beberapa hal yang
menyebabkan perbedaan tersebut terjadi karena
kondisi lahan di Kecamatan Langkaplancar
cenderung lebih subur dan merupakan daerah
dataran tinggi ( Bappeda Kabupaten
Pangandaran, 2021). Suatu komoditas dapat
masuk ke dalam kriteria unggulan jika memiliki
keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif oleh karena itu untuk mengukur
keunggulan kompetitif dilakukan melalui analisis
SSA.
Hasil analisis SSA menggunakan data
produksi tahun 2021 dan 2018 nilai DS>0 (positif)
yang berarti terdapat pertumbuhan produksi
pada komoditi tersebut dalam pergeseran waktu
dari tahun 2018 ke 2021. Untuk komoditas
tanaman pangan menunjukan bahwa nilai
differential shift positif terdapat pada sembilan
kecamatan, dan satu kecamatan tidak memiliki
nilai DS positif yaitu Kecamatan Kalipucang.
Komoditas unggulan adalah komoditas yang
memiliki nilai LQ >1 dan DS +. Untuk mengetahui
komoditas unggulan tanaman pangan pada
setiap kecamatan di Kabupaten Pangandaran
dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil analisis LQ dan SSA terdapat 8
komoditas tanaman pangan yang menjadi
unggulan Kabupaten Pangandaran. S ecara
keseluruhan pada sistem pengelolaan komoditas
unggulan tanaman pangan di setiap kecamatan
di Kabupaten Pangandaran menunjukkan bahwa
Padi Sawah, padi Gogo, Jagung, Kedelai,
Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu dan Ubi
Jalar merupakan komoditas unggulan di
Kabupaten Pangandaran, dengan sebaran lokasi
pada 9 kecamatan. Sebaran komoditas unggulan
dapat dilihat pada gambar 1. Terdapat 1
kecamatan yang tidak memiliki komoditi
unggulan yaitu Kecamatan Kalipucang. Hal ini
dikarenakan salah satunya adalah dukungan
kualitas lahan dan topografi di Kecamatan
Kalipucang yang di dominasi oleh lereng yang
memiliki tingkat kemiringan kurang mendukung
untuk budidaya tanaman pangan. Komoditas
tanaman pangan yang dapat dikembangkan
adalah komoditas tanaman pangan yang
memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif atau salah satunya (Fafurida, 2012).
Teridentifikasinya komoditas unggulan tanaman
pangan di setiap wilayah yang dianalisis dapat
memberikan input dalam menentukan arahan
kegiatan pengembangan baik untuk budidaya
komoditas unggulan dan peningkatan sarana
dan prasarananya (Nurfani et al, 2020).
Berdasarkan gambar 1, sentra komoditas
padi sawah terdapat pada Kecamatan
Padaherang dan Cijulang. Komoditas ubi kayu
terpusat di Kecamatan Cimerak, Langkaplancar
dan Sidamulih. Komoditas Ubi Jalar hanya
terpusat di Kecamatan Cigugur. Komoditas
Jagung dikembangkan di Kecamatan
Langkaplancar, Parigi dan Padaherang, hal ini
didukung oleh lahan yang lebih luas jika
dibandingkan kecamatan lainnya. Kecamatan
Parigi muncul sebagai sentra budidaya kacang
Tabel 1. Komoditi Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Pangandaran
No. Kecamatan
Komoditas
Komoditi Unggulan
LQ > 1 DS>0 (+)
1. Cimerak Padi Gogo, Ubi Kayu Ubi Kayu Ubi Kayu
2. Cijulang Padi Sawah Padi sawah, kacang dan
kacang tanah
Padi Sawah
3. Cigugur Padi Sawah, Kacang
Tanah, Ubi Jalar
Ubi Jalar Ubi Jalar
4. Langkaplancar Jagung, Kedelai, Ubi
Kayu
Padi Sawah, Jagung, Kedelai,
Ubi Kayu
Jagung, Kedelai, Ubi
Kayu
5. Parigi Jagung, Kacang Tanah Jagung, Kacang Tanah, Ubi
Jalar
Jagung, Kacang
Tanah
6. Sidamulih Padi Sawah, Padi Gogo,
Ubi Kayu, Ubi Jalar
Kedelai, Kacang hijau, Ubi
Kayu
Ubi Kayu
7. Pangandaran Padi Gogo Padi Sawah, Padi Gogo,
Jagung
Padi Gogo
8. Kalipucang Jagung, Kedelai - -
9. Padaherang Padi Sawah, Jagung Padi Sawah, Jagung Padi Sawah, Jagung
10. Mangunjaya Padi Sawah, Kedelai,
Kacang Hijau
Kedelai, Kacang hijau Kedelai, Kacang
hijau
Sumber: Data Diolah (2022)

PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PANGANDARAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN 237
Reni Hendriany, Andrea Emma Pravitasari, Ernan Rustiadi

tanah. Terpusatnya kegiatan budidaya kacang
tanah di Kecamatan Parigi, berdasarkan hasil
analisis di lapangan selain dukungan kualitas
lahan dan kondisi lahan yang luas serta datar, hal
tersebut terjadi juga karena kebiasaan petani
yang secara berkelanjutan menanam kacang
tanah pada setiap pergantian musim. Begitupun
dengan Kecamatan Mangunjaya yang
merupakan sentra penghasil komoditas kacang
kedelai dan kacang hijau yang didukung oleh
lahan yang luas dan datar serta kebiasaan
masyarakat atau petani menanam komoditas
tersebut. Kesesuaian lahan menjadi salahsatu
faktor utama keberhasilan budidaya (Purnama,
F.2019). Munculnya komoditas unggulan di
kabupaten ini belum didukung perlakuan pasca
panen yang lebih memadai untuk meningkatkan
nilai tambah, serta belum banyaknya peluang
pemasaran. Sehingga belum dapat dipasarkan
secara kontinyu ke luar daerah. Menurut
Azwartika dan Sardjito (2013), perekonomian
wilayah dapat ditingkatkan melalui peningkatan
nilai tambah pada komoditas unggulan dengan
pengolahan pasca panen.
Identifikasi Wilayah Pengembangan
berdasarkan Ketersediaan Sarana dan
Prasarana
Metode skalogram digunakan untuk
menganalisis pemusatan kegiatan di suatu
wilayah. Hal ini dilakukan untuk menentukan
tingkat perkembangan wilayah di Kabupaten
Pangandaran sebagai upaya untuk menentukan
wilayah pendukung kegiatan pertanian terutama
tanaman pangan. Penentuan daerah-daerah
yang memiliki potensi dan kelengkapan fasilitas
wilayah untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi, dapat mempercepat terjadinya
kemajuan ekonomi, (Ardila 2012). Berdasarkan
hasil penelitian Klau et al. (2019), identifikasi
fasilitas-fasilitas yang relevan dalam suatu
wilayah dapat diperoleh informasi hierarki pusat-
pusat pertumbuhan. Infrastruktur merupakan
variabel penting sebagai tolok ukur layanan
infrastruktur pada suatu wilayah dan merupakan
awal berkembangnya lokasi pusat pertumbuhan.
Melalui identifikasi fasilitas-fasilitas yang
relevan dalam kegiatan pertanian tersebut dapat
diperoleh informasi nilai indeks perkembangan
wilayah (IPW). Semakin tinggi nilai IPW maka
hirarki wilayah atau kecamatan akan semakin
tinggi. Ketersediaan sarana prasarana suatu
wilayah baik dari segi jumlah maupun jumlah
jenisnya, merupakan salah satu kriteria yang
dapat digunakan untuk menggambarkan
perkembangan wilayah (Anggraeni, M., et
al.2020). Hirarki satu menunjukkan bahwa
semakin tinggi pelayanan suatu wilayah dan
tingkat perkembangannya. Sedangkan hirarki
kedua dan ketiga mengambarkan semakin
rendah tingkat pelayanan dan tingkat
perkembangan wilayah. Variabel yang
digunakan dalam melakukan analisis skalogram
pada penelitian ini adalah fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas ekonomi dan fasilitas
pertanian. Hasil analisis skalogram yang
ditunjukkan dengan nilai IPW dan hirarki wilayah
dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2.
Hasil analisis skalogram terhadap 9
kecamatan yang menjadi pusat komoditas
unggulan tanaman pangan dengan
menggunakan variable jumlah penduduk, jenis
fasilitas, dan jumlah unit fasilitas sebagai dasar
menentukan hierarki, mengindikasikan bahwa
wilayah yang berpotensi untuk pengembangan
komoditas unggulan tanaman pangan adalah
Padaherang. Kedua kecamatan tersebut masuk
pada hirarki 1 yang berarti bahwa kelengkapan

Sumber: Data diolah (2022)
Gambar 1. Daerah Basis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Kabupaten Pangandaran

238 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 21 No. 2, Desember 2023: 231-240




Kecamatan Langkaplancar dan Kecamatan
sarana dan prasarana yang dimiliki untuk
pengembangan komoditas tanaman pangan
relatif lebih lengkap dari wilayah lainnya
(Noviyanti, et al.2020). Kecamatan yang masuk
pada hirarki 1 menunjukkan adanya pusat
pertumbuhan yang dapat mendorong melalui
pelayanan terhadap wilayah disekitarnya.
Kecamatan Padaherang dan Langkaplancar
merupakan wilayah yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten lain sehingga konektivitas
dan alternatif sarana lebih banyak serta fasilitas
terutama sarana dan prasarana pertanian yang
terus bertambah mendorong kegiatan budidaya
yang lebih baik. Kecamatan yang masuk pada
hirarki 2 dan 3 yang ada di Kabupaten
Pangandaran pada umumnya memiliki potensi
untuk berkembang. Melalui penambahan
layanan infrastruktur perkembangan wilayah
dapat berlangsung dan akan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat. Identifikasi
kebutuhan infratruktur dapat membantu dalan
menentukan prioritas untuk pembangunan
wilayah. Sesuai dengan hasil penelitian Gulo
(2015), bahwa keterkaitan antara fasilitas yang
tersedia dengan fungsi daerah sebagai pusat
pertumbuhan akan semakin kuat, dimana
semakin banyaknya fasilitas yang dimiliki maka
wilayah tersebut memiliki fungsi yang lebih besar
dibandingkan wilayah lain. Semakin lengkap
fasilitas ekonomi dan sosial maka semakin
menarik bagi penduduk untuk melakukan
aktivitas di wilayah itu.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, komoditas
unggulan tanaman pangan di Kabupaten

Sumber: Data diolah (2022)
Gambar 2. Hierarki Wilayah untuk pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan
di Kabupaten Pangandaran
Tabel 2. Hasil analisis skalogram
No Nama Kecamatan IPW Jumlah Jenis Fasilitas Hierarki
1. Langkaplancar 161,47 27 Hirarki 1
2. Padaherang 139,15 22 Hirarki 1
3. Cimerak 119,90 27 Hirarki 2
4. Parigi 133,89 28 Hirarki 2
5. Cijulang 93,40 30 Hirarki 3
6. Cigugur 92,69 26 Hirarki 3
7. Sidamulih 65,48 27 Hirarki 3
8. Pangandaran 92,31 22 Hirarki 3
9. Mangunjaya 85,33 23 Hirarki 3

PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PANGANDARAN BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN 239
Reni Hendriany, Andrea Emma Pravitasari, Ernan Rustiadi

Pangandaran terdiri dari: padi Gogo, Jagung,
Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu
dan Ubi Jalar. Sebaran komoditas unggulan
tersebut terdapat pada 9 kecamatan dengan
masing-masing unggulan komoditas yang
berbeda di setiap kecamatan. Sebagai upaya
pengembangan komoditas unggulan tanaman
pangan, dapat dilakukan dengan pemusatan
wilayah atau kawasan budidaya pada prioritas
kecamatan yang masuk pada hierarki 1 yaitu
Kecamatan Langkaplancar dan Padaherang.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki
kedua wilayah tersebut lebih lengkap
dibandingkan kecamatan lain. Namun, tidak
menutup kemungkinan untuk kecamatan lainnya
dapat berkembang dengan peningkatan sarana
dan prasarana baik secara kualitas dan
kuantitasnya. Sehingga dapat meningkatkan
perekonomian wilayah Kabupaten Pangandaran.
Implikasi Kebijakan
Hasil analisis dapat digunakan untuk input
dalam menentukan strategi dan arahan dalam
mendukung perkembangan wilayah Kabupaten
Pangandaran. Komoditas unggulan yang telah
teridentifikasi dapat dijadikan sebagai dasar
penentuan fokus kegiatan budidaya dan
pemilihan pusat lokasi untuk peningkatan
produksi pertanian. Prioritas pengembangan
kawasan budidaya tanaman pangan pada
wilayah yang masuk kategori hierarki lebih tinggi
dapat meningkatkan efektifitas penggunaan
sumberdaya. Diperlukan peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana prasarana pada wilayah
yang belum masuk pada hierarki 1, agar
peningkatan produksi dan produktivitas lebih
maksimal. Dukungan kualitas sumberdaya
manusia dan keterlibatan stakeholders yang
berkesinambungan sangat diperlukan. Terutama
integrasi antara pengambil keputusan,
perencana dan petani serta akademisi. Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih
fokus pada analisis kesesuaian lahan bagi
komoditas unggulan di Kabupaten Pangandaran
serta pengkajian dari segi agribisnis dan
kelembagaan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan atas
dukungan dari Pusbindiklatren Bappenas, Dinas
Pertanian Kabupaten Pangandaran, Bappeda
serta divisi pengembangan wilayah, ilmu
perencanaan wilayah IPB University.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M. Z. (2021). Pemulihan Ekonomi Nasional
Pada Masa Pandemi Covid -19: Analisis
Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian.
Indonesian Treasury Review: Jurnal
Perbendaharaan, Keuangan Negara Dan
Kebijakan Publik , 6(2), 117 –138.
https://doi.org/10.33105/itrev.v6i2.292
Anggraeni, M., Rustiadi, E., & Yulianto, G. (2020).
Peranan Sektor Perikanan Terhadap
Perekonomian Kabupaten Natuna. Jurnal
Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan
Perikanan, 10(1), 11.
https://doi.org/10.15578/jksekp.v10i1.8155
Ardila, R. (2012). Analysis of Development of
Economic Growth Center in Banjarnegara District.
Economics Development Analysis Journal, 1(2), 1–
9.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/articl
e/view/482
Azwartika, R. R., & Sardjito. (2013). Pengembangan
Komoditas Unggulan Pertanian dengan Konsep
Agribisnis di Kabupaten Pamekasan. Teknik
Pomits, 2(2), 168–172.
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Pangandaran. 2020.
Kabupaten Pangandaran dalam Angka 2019.
Pangandaran (ID). Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Pangandaran
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Pangandaran. 2021.
Kabupaten Pangandaran dalam Angka 2020.
Pangandaran (ID).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Statistika Indonesia
2019. Jakarta: BPS. \
[BPS Kab. Ciamis] Badan Pusat Statistik Kabupaten
Ciamis. 2021. Pangandran dalam Angka 2020.
Ciamis: BPS.
Darlen, M. F., Hadi, S., & Ardiansyah, M. (2015).
Pengembangan Wilayah Berbasis Potensi
Unggulan di Kabupaten Manggarai Timur Provinsi
NTT Sebagai Daerah Otonom Baru. Tataloka,
17(1), 37-52.
Fafurida. 2012. Perencanaan Pengembangan Sektor
Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan Di
Kabupaten Kulonprogo. JEJAK J Ekon dan
Kebijak. 2(2):144 –155.
doi:10.15294/jejak.v2i2.1467.
Gulo Y. 2015. Identifikasi Pusat-Pusat Pertumbuhan
Dan Wilayah Pendukungnya Dalam
Pengembangan Wilayah Kabupaten Nias.
Widyariset. 18(1):37–48.
Hamri, E., Putri, E. I. K., Siregar, H. J., &
Bratakusumah, D. S. (2016). Kebijakan
Pemekaran Wilayah Dan Pengembangan Pusat
Pertumbuhan Ekonomi Kota Tasikmalaya. Jurnal
Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 7(1), 111.
https://doi.org/10.22212/jekp.v7i1.412

240 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 21 No. 2, Desember 2023: 231-240




Klau, Delviana, A., Rustiadi, E., & Siregar, H. (2019).
Analisis Pengembangan Kawasan Agropolitan
berbasis Tanaman Pangan di kabupaten Malaka
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Journal of Regional
and Rural Development Planning. Oktober 2019, 3
(3): 172 -179. DOI:
http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2019.3.3.172-179
Monica, M. (2020). Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah Berbasis Sektor Ekonomi Unggulan di
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Geodika: Jurnal
Kajian Ilmu Dan Pendidikan Geografi, 4(2), 220–
230. https://doi.org/10.29408/geodika.v4i2.2881
Novitasari, F., & Ayuningtyas, R. V. (2018). Identifikasi
Komoditas Unggulan Pertanian dalam Mendukung
Kawasan Agropolitan Studi Kasus: Kecamatan
Pasaleman, Kabupaten Cirebon. Journal of
Regional and Rural Development Planning, 2(3),
218. https://doi.org/10.29244/jp2wd.2018.2.3.218-
227
Noviyanti, D., Emma Pravitasari, A., & Sahara, S.
(2020). Analisis Perkembangan Wilayah Provinsi
Jawa Barat Untuk Arahan Pembangunan Berbasis
Wilayah Pengembangan. Jurnal Geografi, 12(01),
280. https://doi.org/10.24114/jg.v12i01.14799

























Nurfani HD, Dewanti AN, Sitaresmi DT. 2020.
Penentuan Kecamatan Basis Komoditas Padi
Menggunakan Analisis LQ Dan DLQ di Kabupaten
Kutai Kartanegara. J. Penelit. Pertan. Terap.
20(3):183–190. doi: 10.25181/ jppt.v20i3.1660.
http://www.jurnal.polinela.ac.id/JPPT
Purnama, F. (2019). Arahan dan strategi
pengembangan komoditas perkebunan rakyat
untuk pengembangan wilayah di kabupaten aceh
barat fandi purnama .
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/992
61
Rustiadi E, Saefulhakim S, dan Panuju DR. 2011.
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Obor
Indonesia.
Tarigan, R. (2005). Ekonomi Regional Teori dan
Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.