1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan
terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau
relatif dari kerja sekresi insulin.
1

Diabetes melitus disebut dengan the silent killer
2
karena penyakit
ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi
seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru,
gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang, penderita
diabetes melitus yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh
karena terjadi pembusukan.
3

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
intervensi terapi seumur hidup. Penyakit diabetes melitus dapat
disembuhkan dengan cara mengendalikan gula darah dalam batas normal.
Penyakit ini akan menyertai penderita seumur hidup penderita sehingga

1
Alfiatur Rizqi, “Health Belief Model Pada Penderita Diabetes Melitus” (Surabaya : Fak.
Psikologi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018), 2.
2
Pusat Data dan Informasi (Infodatin) Kementrian Kesehatan RI, “Waspada Diabetes, Eat Well,
Live Well” (Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan RI, 2014), 2.
3
Rizqi, Health Belief Model, 2.
1

2

akan mempengaruhi terhadap kecemasan penderita baik dari keadaan
kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.
4
Diabetes melitus
merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus mengalami
peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara berkembang,
sehingga dikatakan bahwa sudah menjadi masalah kesehatan atau penyakit
global pada masyarakat.
5

Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan
prevalensi pada penderita diabetes melitus yang diperoleh berdasarkan
wawancara yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013
sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter atau
gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan prevalensi terdiagnosis
dokter tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah
daerah Jawa Barat (0,5%).
6

Indonesia menempati peringkat ke tujuh dunia penderita Diabetes
Melitus (DM) tertinggi di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat
dengan jumlah estimasi sekitar 10 kasus pada Tahun 2015. Prevalensi
orang dengan diabetes di Indonesia menunjukkan kecenderungan
meningkat yaitu dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9% ditahun 2016.

4
Ibid., 3-4
5
Wizna Choirul Amalia, et. al., “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes
Mellitus Dan Gaya Hidup Dengan Tipe Diabetes Mellitus Di Puskesmas Wonodadi Kabupaten
Blitar” (Kediri : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, 2016), 14-15.
6
Ibid., 15.

3

Diabetes dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi
ketiga di Indonesia.
7

Faktor risiko diabetes melitus bisa dikelompokan menjadi faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, riwayat melahirkan
bayi dengan berat lebih dari 4000 gram, dan riwayat lahir dengan berat
badan lahir rendah (kurang 2500 gram). Sedangkan faktor resiko yang
dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang
sehat, yaitu berat badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya
aktifitas fisik, hipertensi, dyslipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang,
riwayat toleransi glukosa terganngu (TGT) atau gula darah puasa
terganggu (GDP Terganggu), dan merokok.
8

Dalam hal ini pemerintah juga telah menyampaikan untuk lebih
meningkatkan perilaku hidup sehat pada masyarakat seperti melakukan
pengecekan rutin, mengikuti anjuran petugas kesehatan, diet rendah kalori
dan gizi seimbang, kegiatan fisik yang aman, istirahat yang cukup, hindari
stres dan menghindari rokok, alkohol serta obat terlarang lainnya.
9

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan
perawatan diri seumur hidup. Perawatan diri dalam pengelolaan diabetes
mellitus meliputi nutrisi, pemantauan kadar gula darah dan aktivitas.

7
Agus Santosa, et. al., Hubungan Riwayat Garis Keturunan dengan Usia Terdiagnosis Diabetes
Melitus Tipe II (Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2017), 2.
8
Pusat Data dan Informasi (Infodatin) Kementrian Kesehatan RI, Waspada Diabetes., 5.
9
Ibid., 7

4

Perawatan diri pada diabetes melitus yang melibatkan perubahan perilaku
yang salah satunya dipengaruhi oleh Health Belief, dimana seseorang
memiliki kepercayaan terhadap penyakitnya.
10

Health belief model adalah model kepercayaan kesehatan individu
dalam menentukan sikap melakukan atau tidak melakukan perilaku
kesehatan. Health belief model merupakan model kognitif, yang berarti
bahwa khususnya proses kognitif, dipengaruhi oleh informasi dari
lingkungan, termasuk hitungan.
11

Health belief model sendiri merupakan faktor yang sangat penting
dalam membantu proses pengobatan atau penyembuhan pada pasien
diabetes mellitus. Hal serupa juga dijelaskan dalam suatu penelitian pasien
hepatitis B pada pecandu yang menjelaskan bahwa metode pelatihan
berbasis health belief model merupakan metode yang efektif sebagai
perilaku pencegahan.
12

Menurut health belief model, kemungkinan individu akan
melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil
dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health belief) yaitu :
ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or

10
Aulia Rahma dan Yuni Dwi Hastuti, Gambaran Health Belief Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2017), 2.
11
Alfiatur Rizqi, Health Belief Model…, 1
12
Masoud Khodaveisi, Mitra Salehi Khah, dkk., “The Effect Of Health Belief Model Based
Training on Preventive Behavior Of Hepatitis B In Addict”, (IR Iran: Hamadan University of
Medical Sciences Iran, 2017), (dipublish oleh The Official Journal of Zahedan University of
Medical Sciences: International Journal Of High Risk Behavior And Addiction, 2018)

5

illness) dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (benefit and
costs).
13

Health Belief Model berkaitan dengan faktor-faktor predisposisi
kognitif seseorang ke perilaku kesehatan, menyimpulkan dengan
keyakinan seseorang evektifitas diri untuk perilaku tersebut. Dalam HBM
masih banyak yang harus dijelaskan oleh faktor-faktor pendukung dan
memperkuat perilaku seseorang, dan faktor-faktor ini menjadi semakin
penting ketika model digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi
perilaku gaya hidup yang lebih kompleks yang perlu dipertahankan
seumur hidup.
14

Upaya pengendalian dan pencegahan menjadi tujuan yang sangat
penting dalam mengendalikan dampak komplikasi yang menyebabkan
beban yang sangat berat bagi individu maupun keluarga dan juga
pemerintah.
15
Dengan demikian sangat diperlukan langkah antisipasi
mencegah timbulnya penyakit diabetes melitus antara lain melalui
pengaturan pola makan sehat, aktivitas yang seimbang, kontrol terhadap
kondisi kesehatan sebelum masalah kesehatan menjadi parah.
16

Kontrol diri merupakan kemampuan yang dirasakan dapat
mengubah kejadian secara signifikan. Individu dianggap mempunyai
kemampuan dalam mengelola perilakunya. Kemampuan tersebut membuat

13
Ibid., 1-2
14
Alfiatur Rizqi, Health Belief Model…, 2
15
Pusat Data dan Informasi (Infodatin) Kementrian Kesehatan RI, Waspada Diabetes., 7.
16
Dyah Widodo., et. al., Faktor Risiko Timbulnya Diabetes Mellitus Pada Remaja SMU (The Risk
Factors Of Diabetes Mellitus In Adolescent Senior High School In Malang City) (Malang :
Poltekkes Kemenkes Malang, 2012), 45

6

individu mampu memodifikasi kejadian yang dihadapinya, sehingga
berubah sesuai dengan kemampuannya.
17

Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktifitas pengendalian
tingkah laku. Pengendalian tingkah laku mengandung makna, yaitu
melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum
memutuskan sesuatu untuk bertindak.
18
Kontrol diri diperlukan guna
membantu individu dalam mengatasi kemampuannya yang terbatas dan
mengatasi berbagai hal merugikan yang mungkin terjadi berasal dari
luar.
19
Semakin tinggi kontrol diri semakin intens pengendalian terhadap
tingkah laku.
20

Seperti halnya upaya pengendalian dan pencegahan saat ini
menjadi tujuan yang sangat penting dalam mengendalikan dampak
komplikasi, pemerintah memiliki program untuk membantu masyarakat
dalam mengontrol kesehatan para penderita diabetes mellitus yaitu
PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). PROLANIS
merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif
yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, seluruh
Fasilitas Kesehatan (Faskes) dan BPJS Kesehatan di berbagai daerah.
21

Tujuan prolanis adalah mendorong peserta penyandang penyakit
kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta

17
Itto Nesyia Nasution, Hubungan control diri dengan perilaku sulit tidur (imsomnia)
(Pekanbaru : Universitas Abdurrab, 2017), 42-43.
18
Gufron, M.N., Rini Risnawita, Teori-teori Psikologi (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), 25-26
19
Ibid., 23
20
Ibid., 26
21
BPJS Kesehatan. Panduan Praktis PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis). BPJS
Kesehatan, 4

7

terdaftar yang berkunjung ke faskes tingkat pertama memiliki hasil “baik”
pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit diabetes melitus Tipe 2 dan
Hipertensi sesuai panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi penyakit.
22

Kegiatan pada program Prolanis sendiri meliputi konsultasi
kesehatan dan pengecekan kesehatan (plan of care), pelayanan obat,
pemeriksaan penunjang (HBa1C dan kimia darah) dan kegiatan kelompok
(senam, aktifitas fisik ataupun edukasi kesehatan). Berdasarkan data
tertulis yang peneliti peroleh dari BPJS Kesehatan Kota Kediri, jumlah
seluruh peserta prolanis untuk Kota Kediri yaitu 3761 peserta yang
terdaftar di berbagai faskes yang tersedia di Kota Kediri. Dengan jumlah
peserta pada masing-masing puskesmas di Kota Kediri sebagai berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Peserta Prolanis (Tiap Puskesmas Induk) Kota Kediri
Nama Puskesmas Penderita DM Penderita Hipertensi
Pesantren I 332 17
Ngletih 151 14
Pesantren II 139 32
Mrican 81 3
Kota Wilayah Utara 77 51
Balowerti 75 30
Kota Wilayah Selatan 57 19

22
Ibid.,

8

Sukorame 53 16
Campurejo 29 34

UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri merupakan salah satu
faskes tingkat pertama dalam program Prolanis BPJS Kesehatan. UPTD
Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri menjadi puskesmas di Kota Kediri
yang memiliki jumlah penderita diabetes melitus terbanyak yaitu 332
peserta.
Rasio peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP merupakan
indikator untuk mengetahui kesinambungan pelayanan terhadap penderita
penyakit kronis. Dengan formulasi sebagai berikut :

Rasio =
Jumlah Peserta Prolanis yang rutin berkunjung
x 100
Jumlah Peserta Prolanis yang terdaftar di FKTP

Dari formulasi di atas, didapatkan nilai rasio sebagai berikut :
Tabel 1.2
Rasio kehadiran peserta Prolanis
Nama Puskesmas
Rasio
Juli 2019
Rasio
Agustus 2019
Rasio
Rata-rata
Ngletih 68.45 81.2 74.815
Campurejo 81.69 64.3 72.99
Mrican 69.41 69.4 69.41
Pesantren I 66.39 70.4 68.405
Sukorame 71.62 64.0 67.99

9

Kota Wilayah Selatan 60.76 64.9 62.85
Kota Wilayah Utara 63.16 59.5 61.35
Pesantren II 49.69 55.7 52.695
Balowerti 56.36 37.0 46.7

UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri menjadi salah satu
FasKes tingkat 1 yang termasuk peringkat 5 besar dalam rasio kehadiran
peserta pada kegiatan program Prolanis di Kota Kediri dengan nilai 68,405
sebagai rata-rata rasio kehadiran pada bulan Juli dan Agustus 2019.
Dengan adanya Prolanis sebagai program utama pemerintah dalam
mendorong peserta Prolanis untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih
baik sehingga dapat mencegah meningkatnya resiko terjadinya komplikasi
pada penderita diabetes mellitus terutama di UPTD Puskesmas Pesantren I
Kota Kediri yang merupakan Puskesmas dengan rasio kehadiran yang baik
serta melihat betapa pentingnya health belief model pagi penderita
diabetes melitus, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Health Belief Model dengan Kontrol Diri pada Penderita
Diabetes Melitus Program Prolanis di UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota
Kediri”.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari judul diatas maka rumusan masalah yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :

10

1. Bagaimana tingkat health belief model pada penderita diabetes
melitus Program Prolanis di UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota
Kediri ?
2. Bagaimana tingkat kontrol diri pada penderita diabetes melitus
Program Prolanis di UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri ?
3. Apakah terdapat hubungan antara health belief model dan kontrol
diri pada penderita diabetes melitus Program Prolanis di UPTD
Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Melihat dari rumusan masalah di atas dapat disimpulkan tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat health belief model pada
penderita diabetes melitus Program Prolanis di UPTD Puskesmas
Pesantren 1 Kota Kediri.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kontrol diri pada penderita
diabetes melitus Program Prolanis di UPTD Puskesmas Pesantren 1
Kota Kediri.
3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara health belief model dan
kontrol diri pada penderita diabetes melitus Program Prolanis di
UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri

11

D. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Kegunaan Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberi masukan
yang bersifat ilmiah atau memberi informasi yang bermanfaat
untuk memperkaya khazanah kepustakaan.
b. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ruang lingkup
wacana pemikiran tentang health belief model dan kontrol diri
sehingga dapat menambah wawasan bagi penelitian selanjutnya
khususnya Program Studi Psikologi Islam IAIN Kediri.
2. Kegunaan Praktis
a. Penelitian Selanjutnya
Dapat menjadi bahan pijakan dan refensi pada penelitian-
penelitian selanjutnya yang berubungan dengan health belief
model serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
b. Bagi penderita, keluarga dan pemerintah
Diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan bagi
individu, keluarga maupun pemerintah dalam upaya mengontrol
serta pengendalian pada kesehatan penderita diabetes melitus.
c. Bagi lembaga kesehatan
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
mengembangkan program kesehatan pada masa kedepannya.

12

E. ASUMSI PENELITIAN
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang
sesuatu yang dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian.
Asumsi dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat Health Belief Model dan Kontrol Diri pada
Penderita Diabetes Mellitus Program Prolanis di UPTD Puskesmas
Pesantren 1 Kota Kediri.
2. Mengetahui hubungan Health Belief Model dengan Kontrol Diri pada
Penderita Diabetes Mellitus Program Prolanis di UPTD Puskesmas
Pesantren 1 Kota Kediri.

F. PENEGASAN ISTILAH
1. Health belief models adalah serangkaian keyakinan yang berisi
persepsi-persepsi seseorang yang menghasilkan suatu perilaku sehat.
23

Health belief models berisi beberapa konsep utama yang memprediksi
mengapa orang akan mengambil tindakan untuk mencegah,
menyaring, atau mengendalikan kondisi penyakit.
2. Kontrol diri merupakan kemampuan untuk membimbing tingkah laku
sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi implus-implus
atau tingkah laku implusif. Kontrol diri sebagai suatu kemampuan

23
Ani Muflihah, Uji Validitas Konstruk Instrumen Health Belief Model Dan Dukungan Sosial
Dengan Metode Confirmatory Factor Analysis (Cfa) (Jakarta : Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014).

13

yang dirasakan dapat merubah kejadian secara signifikan. Individu
dianggap memiliki kemampuan untuk mengelola perilakunya.

G. TELAAH PUSTAKA
Untuk mendukung dan melengkapi laporan penelitian ini, penulis
menggunakan pijakan dan kajian dari peneliti sebelumnya yang berkaitan
dengan masalah yang sama dengan kajian penulis tentang health belief
model dan kontrol diri. Penelitian terdahulu yang digunakan peneliti
adalah sebagai berikut :
1. SKRIPSI dari Neng Ainur Fitri Habibillah mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Sunan Gunung Djati tahun 2017 dengan judul
“Hubungan Antara Health Belief Model Dan Kontrol Diri Dengan
Kebiasaan Mengonsumsi (Eating Habit) Junk Food Pada Mahasiswa”.
Penelitian ini menggunakan subjek penelitian sebanyak 215 orang
yang merupakan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
24

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan secara
signifikan antara health belief model dengan kontrol diri dengan
kebiasaan mengkonsumsi (eating habbits).
25

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan analisis korelasi berganda.
26
Peneliti disini lebih menekankan

24
Neng Ainur Fitri Habibillah, Hubungan Antara Health Belief Model Dan Kontrol Diri Dengan
Kebiasaan Mengonsumsi (Eating Habit) Junk Food Pada Mahasiswa, (Bandung: Fakultas
Psikologi UIN Sunan Gunung Djati, 2017), 46.
25
Ibid,. 80.
26
Ibid,. 44

14

penelitian tentang perilku konsumtif pada mahasiswa UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Berbeda dengan penelitian yang akan
dilakukan, peneliti menggunakan analisis korelasi tunggal dan
berfokus pada penderita diabetes melitus di Puskesmas 1 Pesantren
Kota Kediri.
2. Jurnal Penelitian dari Itto Nesyia Nasution tahun 2017 mahasiswa
Fakultas Psikologi, Universitas Abdurrab, dengan judul “Hubungan
Kontrol Diri dengan Perilaku Sulit Tidur (Insomnia). Penelitian ini
bertujuan untuk mencari hubungan antara kontrol diri dengan perilaku
sulit tidur (insomnia). Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini
adalah 75 orang mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia dengan karakteristik subjek berusia 18-24 tahun.
27
Skala
kontrol diri dikembangkan dengan memodifikasi skala kontrol diri
oleh Puspitasari (2007) berdasarkan klasifikasi kontrol diri seperti
yang disarankan oleh Sarafino (1994). Sedangkan skala perilaku sulit
tidur (insomnia) berdasarkan teori dari PPDGJ III (1993).
28
Hasilnya
menunjukkan bahwa kontrol diri tidak berkorelasi dengan perilaku
sulit tidur (insomnia).
29

Dari penjelasan diatas dapat dilihat beberapa perbedaan antara
penelitian tersebut dan penelitian yang akan dilakukan. Salah satu
perbedaan tersebut adalah penelitian terdahulu berfokus pada perilaku

27
Itto Nesyia Nasution, Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Sulit Tidur (Insomnia),
(Pekanbaru: Universitas Abdurrab, 2017), 43.
28
Ibid,.
29
Ibid,. 45

15

sulit tidur pada mahasiswa sedangkan penelitian yang akan datang
berfokus pada penderita diabetes mellitus dan teori yang digunakan
penelitian terdahulu menggunakan modifikasi skala kontrol diri oleh
Puspitasari tahun 2007
30
berdasarkan klasifikasi kontrol diri seperti
yang disarankan oleh Sarafino sedangkan penelitian yang akan datang
menggunakan teori kontrol diri dari Calhoun dan Acocella yang telah
dimodifikasi oleh Gufron dan Rini Risnawita tahun 2010.
3. Jurnal penelitian dari Faldhy Dwi Budiansyah dan Dra. Sita
Rositawati, M.Si. tahun 2014-2015 dari Universitas Bandung dengan
judul “Hubungan Health Belief dengan Health Locus Of Control pada
Lansia Etnis Tionghoa Hipertensi di Kelompok Senam Aerobik
Tegalega”. Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 16 orang
yang menjadikan penelitian ini menjadi jenuh.
31
Hasil hubungan yang
positif yang tidak signifikan,
32
penelitian ini memiliki hubungan
positif yang bertaraf rendah yang artinya hubungan antar 2 variabel
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
33

Dalam penelitian terdahulu, peneliti menggunakan subjek penderita
hipertensi pada lansia etnis Tionghoa. Sedangkan penelitian yang akan
datang menggunakan subjek penderita diabetes mellitus program
Prolanis.

30
Ibid,. 43.
31
Faldhy Dwi Budiansyah dan Dra. Sita Rositawati, M.Si., “Hubungan Health Belief dengan
Health Locus Of Control pada Lansia Etnis Tionghoa Hipertensi di Kelompok Senam Aerobik
Tegalega”, (Bandung: Universitas Bandung, 2015), 570
32
Ibid,. 572.
33
Ibid,.

16

4. Skripsi penelitian dari Alfiatur Rizqi tahun 2018 mahasiswa Fakultas
Psikologi, UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Health Belief
Model Pada Penderita Diabetes Melitus”. Penelitian ini menjelaskan
Health Belief Model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan
alasan dari individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku
sehat.
34
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif.
35
Penelitian ini melibatkan sebanyak 4 subjek di Rumah
Diabetes UBAYA yang menjelaskan tentang bagaimana Health belief
model yang terjadi pada pasien diabetes mellitus untuk menjaga pola
hidup sehat sesuai dengan pengetahuan yang didapatkan di rumah
diabetes tersebut.
36

Penelitian yang akan datang akan lebih berfokus pada hubungan
health belief model pada penderita diabetes mellitus sedangkan
penelitian terdahulu tentang bagaimana gambaran health belief model
pada penderita diabetes mellitus. Penelitian yang akan datang adalah
menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode korelasi
sedangkan penelitian terdahulu menggunakan penelitian kualitatif
dengan metode fenomenologi.

34
Alfiatur Rizqi, Health Belief Model ….. 17.
35
Ibid,. 36.
36
Ibid,. 37.