ARTIKEL RISET
URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh6304

Faktor Genetik dan Konsumsi Purin sebagai Prediktor Asam Urat Pada Masyarakat
Pesisir


K
Irma
1
, Ellen Yulanda
2
, La Ode Liaumin Azim
3
, Kamrin
4

1,2,3
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo
4
Program Studi Kesehatan Maasyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo
Email Penulis Korespondensi (
K
): [email protected]
[email protected]
1
, [email protected]
2
,[email protected]
3
,
[email protected]
4
(082395050404)

ABSTRAK

Insidensi asam urat di dunia diperkirakan sebesar 47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi yang tersebar
diseluruh dunia. Prevalensi asam urat pada penduduk umur >15 tahun menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Tenggara berdasarkan diagnosa dokter tertinggi adalah di Buton Utara (12,62%) oleh karena itu
Kabupaten Buton Utara khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu dipilih sebagai lokasi penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediktor asam urat pada masyarakat di daerah pesisir. Penelitian ini
menggunakan rancangan case control study. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir wilayah kerja Puskesmas Kulisusu dengan jumlah sampel sebanyak 106 sampel (53 kasus dan 53
kontrol). Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner dan data yang sudah terkumpul dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji chi
square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) yang bertujuan untuk menganalisis prediktor asam urat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dengan nilai (p=0.004; OR=3.559; CI = 1,483-8,539) dan pola
konsumsi purin dengan nilai (p=0.02; OR=3.103; CI=1,162-8,288). Dapat disimpulkan bahwa faktor genetik dan
pola konsumsi purin merupakan prediktor atau faktor risiko kejadian asam urat pada masyarakat pesisir diwilayah
kerja Puskesmas Kulisusu. Sebaiknya masyarakat pesisir membatasi makanan yang mengandung purin tinggi
seperti kerang-kerangan dan daging, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan asam urat.

Kata kunci : Prediktor; asam urat; genetik; purin
















Window of Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
Article history :
Received 31 Oktober 2022
Received in revised form 22 Februari 2023
Accepted 08 April 2023
Available online 25 Juli 2023
licensed by Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
PUBLISHED BY :
Public Health Faculty
Universitas Muslim Indonesia
Address :
Jl. Urip Sumoharjo Km. 5 (Kampus II UMI)
Makassar, Sulawesi Selatan.
Email :
[email protected], [email protected]
Phone :
+62 85255997212


Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 258

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 259

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
ABSTRACT

The incidence of uric acid in the world is estimated at 47.2% which varies in various populations throughout the
world. The highest prevalence of uric acid in people aged >15 years according to districts/cities in Southeast
Sulawesi Province based on doctors' diagnoses was in North Buton (12.62%), therefore North Buton District,
especially in the working area of the Kulisusu Health Center was chosen as the location of this study. This study
aims to determine the predictors of uric acid in people in coastal areas. This study uses a case control study design.
The population in this study were people living in the coastal area of the Kulisusu Health Center with a total
sample of 106 samples (53 cases and 53 controls). Sampling using simple random sampling technique. Data was
collected using a questionnaire and the data that had been collected was analyzed statistically using the chi square
test at a 95% confidence level (α = 0.05) which aims to analyze predictors of gout. The results showed that genetic
factors had a value (p=0.004; OR=3.559; CI = 1.483-8.539) and purine consumption patterns had a value
(p=0.02; OR=3.103; CI=1.162-8.288). It can be concluded that genetic factors and purine consumption patterns
are predictors or risk factors for gout in coastal communities in the working area of the Kulisusu Health Center.
Coastal communities should limit foods that contain high purines such as shellfish and meat, especially for those
who have a family history of uric acid.

Keywords: Predictors; gout; genetics; purine


PENDAHULUAN
Penyakit gout arthritis atau masyarakat biasa mengenalnya dengan asam urat merupakan suatu
penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh.
1
Asam urat
merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat
dalam inti sel tubuh
2
. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia
seperti perasaan nyeri didaerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat
bagi penderitanya.
3
Akhir – akhir ini ada kecenderungan terjadinya transisi epidemiologi penyakit. Dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular seperti diabetes melitus dan penyakit – penyakit metabolik
lainnya
4
. Salah satu penyakit tidak menular yang patut untuk diwaspai adalah asam urat atau gout
arthritis karena dapat menimbulkan komplikasi yang serius. Selain penyakit asma urat, penyakit lain
yang penting untuk diwaspadai dan dicegah adalah penyakit hipertensi, terutama hipertensi pada
kehamilan
5

World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi asam urat secara global sekitar
2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi yang tersebar diseluruh dunia. World Health
Organization (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 335 juta orang di dunia menderita penyakit asam
urat, dan di Negara Amerika Serikat diperkirakan 13,6% dari 100.000 penduduk
6
Data dari hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 yang lalu diperoleh bahwa prevalensi penyakit asam urat
di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaka kesehatan sebesar masih cukup tinggi yaitu sebesar 7,3%.
Provinsi dengan prevalensi tertinggi secara berturut – turut Ace sebesar 13,265, Bengkulu sebesar
12,11%, Bali 10,46%, dan Papua sebesar 10,43% dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 5,63%
7
.
Prevalensi penyakit radang sendi (asam urat) pada penduduk umur >15 tahun menurut kabupaten/kota
yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Butan Utara merupakan kabuapen dengan angka
prevalensi asam urat tertinggi yang ada di Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 12,62%. Angka ini jauh
lebih tinggi dari angka prevalensi asam urat pada tingkat nasional (7,3%) dan angka prevalensi tingkat

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 260

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
provinsi (5,63%)
8
.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara menunjukkan dari 10 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Buton Utara, jumlah kasus asam urat tertinggi ada di Puskesmas Kulisusu
9
. Kasus asam urat
pada Puskesmas Kulisusu dari tahun ke tahun juga terus mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil
skrining atau pemeriksaan oleh petugas puskesmas diperoleh bahwa insidensi asam urat pada tahun 2019
sebesar 44,5%, tahun 2020 sebesar 45,05% dan tahun 2021 sebesar 47,9%
10
.
Penyakit asam urat apabila tidak dilakukan penanganan yang baik, maka akan menimbulkan
berbagai komplikasi yang serius pada penderita. Komplikasi akibat asam urat ini disebut juga
dengan deformitas sendi
11
Deformitas sendi bisa terjadi karena peradangan kronis yang menyebabkan
serangan asam urat secara terus menerus serta terbentuknya tophi di sekitar persendian.
12
Kondisi ini
jika berlangsung terus menerus dan mengalami serangan yang berulang dalam intensitas yang lebh
sering, akan berkembang menjadi lebih parah diikuti berbagai komplikasi penyakit yang lebih serius.
Beberapa komplikasi serius dari penyakit ini antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit
atau gangguan ginjal lainnya
13
.
Banyak faktor risiko yang menyebabkan seseorang mengalami peningkatan kadar asam urat yaitu
antara lain usia, jenis kelamin, asupan purin tinggi
14
. Faktor lain seperti kebiasaan konsumsi alkohol
berlebih, hipertensi dan penyakit jantung, obat obat tersentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi
ginjal
15
. Penelitian dari Rosdian et al
16
menunjukkan bahwa assam urat memang merupakan salah satu
masalah kesehatan khususnya pada masyarakat pedesaan. Alasan dilaksanakan penelitian ini karena
permasalahaan hyperuricemia dapat mengenai berbagai kelompok masyarakat dan berbagai kelompok
umur. Dalam penelitiannya menemukan bahwa ada hubungan antara asupan purin dengan kejadian asam
urat dengan nilai p=0,001
16
.
Penelitian terdahulu diperoleh bahwa faktor risiko meningkatnya kadar asam urat adalah asupan
purin. Makan makanan yang tidak seimbang (konsumsi protein dengan kandungan purin tinggi)
merupakan faktor penting meningkatnya kadar asam urat. Purin ditemukan pada semua bahan makanan
dengan kandungan protein, protein hewani dan nabati
17
. Penelitian tentang faktor risiko kejadian asam
urat memang sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Namun demikian masih berbeda
dengan penelitian ini, karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor genetik dan pola
konsumsi purin sebagai prediktor kejadian asam urat khusus pada masyarakat yang ada di daerah pesisir
di wilayah kerja Puskemas Kulisusu, kabupaten Buton Utara. Daerah pesisir wilayah kerja Puskesmas
Kulisusu menjadi lokasi penelitian ini karena Puskesmas Kulisusu merupakan puskesmas dengan kasus
asam urat tertinggi dari 10 puskesmas yang ada di daerah Kabupaten Buton Utara dan masyarakat
dilokasi penelitian ini memiliki kebiasaan mengkonsumsi kerang laut.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik kuantitatif dengan desain case control study yang
bersifat retrospektif. Pemilihan desain penelitian ini diambil karena pertimbangan bahwa penelitian ini bertujuan

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 261

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
untuk menganalisis dan memastikan bahwa faktor genetik (riwayat keluarga) dan pola konsumsi purin sebagai
prediktor atau faktor risiko kejadian asam urat pada masyarakat pesisir diwilayah kerja Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara. Dalam penelitian ini peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi kelompok kasus (penderita
asam urat) dan kelompok kontrol (bukan penderita asam urat), kemudiann mengidentifikasi faktor prediktor
(faktor genetik dan pola konsumsi purin) yang terjadi dimasa lampau. Sehingga dapat menerangkan mengapa
kelompok kasus dapat terkena efeknya dan kelompok kontrol tidak
18
. Penelitian ini dilakukan pada bulan bulan
Aprin – Juni 2022 pada masyarakat pesisir wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara, karena
Puskesmas Kulisusu merupakan puskesmas dengan kasus asam urat tertinggi yang ada di Kabupaten Buton Utara
dan Buton Utara juga merupakan kabupaten dengan prevalensi asam urat tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara
dari 17 kabupaten/kota yang ada. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung untuk
memeriksakan diri di Poli Umum Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara pada tahun 2021 yakni berjulah
238 pasien. Sampel pada penelitian ini berjumlah 106 yang terdiri dari sampel kasus sebanyak 53 orang dan
sampel kontrol sebanyak 53 orang atau dengan perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol adalah
1 : 1. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling dengan kriteria
inklusifnya antara lain responden yang menderita asam urat berdasarkan hasil diagnosis medis dan penderita asam
tanpa komplikasi penyakit degeneratif ataupun penyakit lainnya untuk kelompok kasus dan bukan penderita asam
urat untuk kelompok kontrol, selain itu pemilihan sampel juga didasarkan pada beberapa pertimbangan kesetaraan
dari karakteris sampel seperti umur dan jenis kelamin. Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara
statistik dengan menggunakan uji Chi square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05)
19
. Selanjutnya hasil
dianalisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel kontingensi yang disertai dengan narasi.

HASIL
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini mencakup distribusi reponden berdasarkan status responden
yakni kasus dan kontro l, faktor genetik (riwayat keluarga) dan pola konsumsi makanan yang
bersumber puri.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian pada Masyarakat Pesisir
di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Tahun 2022
Variabel Penelitian Jumlah (n) Presentase (%)
Status Responden
Kasus 53 50
Kontrol 53 50
Faktor Genetik
Ada 72 67,9
Tidak ada 34 32,1
Pola Konsumsi Purin
Berisiko 82 77,4
Tidak berisko 24 22,6
Total 106 100
Tabel 1. menunjukan bahwa dari 106 responden, jumlah responden yang menderita asam urat
(kasus) sebanyak 53 orang (50%) dan responden yang bukan penderita asam urat (kontrol) sebanyak 53
orang (50%). Tabel 1 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki faktor genetik atau

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 262

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
riwayat keluarga yang menderita asam urat yaitu sebanyak 72 responden (67,9%) dan 34 responden
(32,1%) yang tidak ada faktor genetik atau tidak memiliki riwayat keluarga menderita asam urat.
Sedangkan pola konsumsi purin yang berisiko sebanyak 82 responden (77,4%) dan pola konsumsi
purin yang tidak berisiko sebanyak 24 responden (22,6%).

Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini mencakup faktor genetik (riwayat keluarga) dan pola konsumsi makanan bersumber
purin yang merupakan prediktor kejadian asam urat pada masyarakat yang ada di daerah pesisir wilayah
kerja Puskemas Kulisusu. Selengkapnya hasil analisis bivariat dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Analisis Determinan Kejadian Asam Urat pada Masyarakat Pesisir di Wilayah Kerja Puskesmas
Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2022
Kejadian Asam Urat
Jumlah OR CI (95%)
Variabel Penelitian Kasus Kontrol
n % n % N %
Genetik
Ada 43 81,1 29 54,7 72 67,9 3,559 (1,483-8,539)
Tidak ada 10 18,9 24 45,3 34 32,1
Pola Konsumsi Purin
Berisiko 46 86,8 36 67,9 82 77,4 3,103 (1,162-8,288)
Tidak berisiko 7 13,2 17 32,1 24 22,6
Total 53 100 53 100 106 100

Hasil analisis pada tabel 2 menunjukan bahwa pada kelompok kasus dari 53 responden (100%)
terdapat 43 responden (81,1%) ada faktor genetik atau memiliki riwayat keluarga terkait asam urat dan
10 responden (18,9%) yang tidak ada faktor genetik atau riwayat keluarga. Sedangkan pada kelompok
kontrol dari 53 responden (100%) terdapat 29 responden (54,7%) yang memiliki ada riwayat keluarga
dan 24 responden (45,3%) yang tidak ada riwayat keluarga. Hasil analisis statistik uji Odds Rasio,
dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR yakni 3,559 dengan Lower Limit (batas bawah)
=1,483 dan Upper limit (batas atas) = 8,539. Karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencangkup
nilai satu, maka Ho ditolak dan H₁ diterima artinya faktor genetik atau riwayat keluarga merupakan
prediktor kejadian asam urat,sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor genetiak atau orang yang ada
riwayat keluarga asam urat mempunyai risiko menderita asam urat 3 kali lebih besar dibandingkan
dengan orang yang tidak ada riwayat keluarga.
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa pada kelompok kasus dari 53 responden (100%), terdapat 46
responden (86,8%) yang memiliki pola konsumsi purin berisiko dan 7 responden (13,2%) yang tidak
berisiko, sedangkan pada kelompok kontrol dari 53 responden (100%) terdapat 36 responden (67,9%)
yang memiliki pola konsumsi purin berisiko dan 17 responden (32,1%) yang tidak berisiko. Hasil
analisis statistik uji Odds Rasio, dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR=3,103 dengan

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 263

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
lower limit (batas bawah) =1,162 dan upper limit (batas atas) = 8,288. Karena nilai lower limit dan upper
limit tidak mencangkup nilai satu, maka Ho ditolak dan H₁ diterima artinya pola konsumsi purin adalah
prediktor kejadian asam urat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki kebiasaan
mengonsunsi purin berisiko 3 kali lebih besar terkena asam urat dibandingkan dengan responden yang
tidak memiliki kebiasaan konsumsi purin.

PEMBAHASAN
Faktor Genetik (Riwayat Keluarga) dan Kejadian Asam Urat
Faktor genetik atau riwayat keluarga adalah riwayat perjalanan penyakit penderita asam urat
dilihat berdasarkan garis keturunan satu tingkat keatas yaitu hanya dari ibu dan bapak. Penyebab
peningkatan kadar asam urat didalam darah bisa terjadi karena adanya faktor genetik. Purin terdapat
dalam sel yang berbentuk nukleotida. Bersama asam amino, nukleotida merupakan unit dasar dalam
proses biokimiawi penurunan sifat genetik. Hasil uji statistik diperoleh bahwa nilai OR= 3,559 > 1 ,
artinya bahwa faktor genetik atau riwayat keluarga merupakan prediktor atau faktor risiko dari penyakit
asam urat.
Penelitian terdahulu oleh Major et al
20
menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor genetik
dengan kejadian penyakit asam urat. Walaupun belum diketahui secara pasti bagaimana genom atau
faktor genetik bisa menyebabkan penyakit asam urat. Akan tetapi hal yang pasti bahwa ada perbedaan
tingkat morbiditas terkait asam urat antara orang dengan faktor genetik atau riwayat keluarga lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki faktor genetik atau riwat keluarga. Penelitian
Major et al juga menemukan bahwa responden dengan faktor genetik memilki kadar asam urat atau
hiperurisemia dan asam urat yang dapat berkembang lebih cepat menjadi penyakit asam urat atau ghout
atritis
20
.
Hasil penelitian ini juga didkung oleh penelitian Zhang et al
21
yang dalam penelitianya
menemukan bahwa orang dengan faktor genetik atau riwayat asam urat dalam keluarga (orang tuanya)
akan berpeluang mengalami asam urat. Dalam kajian selanjutnya Zhang et al menggabungkan antara
faktor genetik dengan gaya hidup yang kurang baik misalnya terkait kebiasaan makan dan minum
minuman yang mengandung purin, maka orang tersebut akan memiliki risko atau peluang mengalami
asam urat 2,4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki faktor genetik dan juga
memiliki gaya hidup yang baik atau kebiasaan makan dan minum yang baik seperti menghidari asupan
makanan dan minuman yang mengandung purin. Dalam penjelasan Zhang et al, hal ini disebabkan
karena seseorang yang sudah memiliki bakat atau genetik hiperuresemia ditambah dengan gaya hidup
yang salah khususnya terkait pola makan dan minum yang salah maka akan denhan mudah terjadi
penumpukan kristal purin didalam sendi – sendi orang tersebut
21
. Penelitian sebelumnya oleh Magfira
dan Adnani
22
juga mendukung hasil penelitian ini yaitu ada hubunngan antara faktor genetik atau adanya
riwayat keluarga dengan kejadian asam urat. Dalam penelitiannya dipeoleh bahwa orang yang memilki

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 264

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
genetik atau riwayat keluarga terkait asam urat memiliki risiko sebesar 10,7 kali lebih besar
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki faktor genetik (riwayat keluarga) terkait penyakit asam
urat
22
.
Sejalan dengan hasil penelitian ini, berdasarkan wawancara dengan responden mengatakan bahwa
mereka memang memiliki orang tua yang menderita asam urat. Dan mereka juga sering mengosumsi
makanan yang mengandung sumber purin seperti kerang – kerangan, siput laut dan kepiting maupun
udang. Mereka mengonsumsi makanan dengan sumber purin ini tidak terpola dengan baik dan tidak
terposrsi dengan baik. Artinya mereka mengonsumsi sumber purin secara berlebih. Selain itu banyak
responden yang memiliki riwayat sering meminum minuman yang mengandung purin seperti bir,
terutama semasa masih mudanya. Wawancara dengan salah seorang responden yang merupakan
kelompok kasus atau penderita asam urat mengatakan bahwa orang tuanya/bapaknya meninggal dengan
berbagai macam komplikasi penyakit seperti gangguan ginjal dan mengalami asam urat dan hasil
pemeriksaan oleh medis disampaikan bahwa kadar asam uratnya tinggi. Sebaliknya hasil wawancara
dengan kelompok kontrol (responden yang tidak asam urat) bahwa mereka sudah terbiasa melakukan
hal-hal untuk kebaikan kesehatannya dan mengonsumsi makanan yang baik.
Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan, dan sayur-sayuran
serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Sehingga tidak menderita asam urat dan
tidak memilikim riwayat keluarga. Ini bukti dari penelitian ini bahwa faktor genetik merupakan salah
satu prediktor kejadian asam urat, khususnya pada masyarakat pesisir di wilayah kerja Puskesmas
Kulisusu Kabupaten Buton Utara.
Pola Konsumsi Makanan Bersumber Purin dan Kejadian Asam Urat
Purin merupakan senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat dan termasuk dalam
kelompok asam amino unsur pembentuk protein. Di dalam bahan pangan, purin terdapat dalam asam
nukleat ini akan dipecah lagi menjadi mononukleotida. Mononukleotida tersebut dihidrolisis menjadi
nukleosida yang dapat secara langsung diserap oleh tubuh. Sebagian lagi dipecah lebih lanjut menjadi
purin dan pirimidin. Purin kemudian teroksidasi menjadi asam urat. Purin di dalam tubuh dibentuk zat
gizi seperti glutamin, glisin, format, aspartate, dan CO2. Sintesis Nukleotida purin tidak bertanggung
pada sumber eksogen asam nukleat diknukleotida dan bahan pangan. Mamalia dan sebagian besar hewan
vertabrata yang lebih mampu menyintetis nukleotida purin di dalam tubuhnya
23
. Hasil uji statistik dari
penelitian ini diperoleh bahwa nilai OR= 3,103 > 1 , artinya bahwa pola konsumsi purin juga merupakan
prediktor atau faktor risiko dari penyakit asam urat
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhang et al
21

menemukan bahwa konsumsi makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan serang ulang dan
kekambuhan penyanyakit asam urat. Dari penelitiannya juga didapatkan bahwa kekambuhan dari asam
urat pada responden penelitiannya sebagai pemicunya adalah karena mengkonsumsi makanan dan
minuman yang mengandung purin. Baik itu purin dari hewan seperti daging dan purin dari tumbuahan

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 265

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
seperti kacang – kacangan. Secara tegas hasil penelitian dari Zahang ini bahwa seorang dengan riwayat
atau penderita asam urat dangan konsumsi makanan mengandung purin akan meningkatkaan serangan
asam urat akut sebanyak 4 – 5 kali dibandingkan dengan mereka yang menjaga pola makannya dengan
tidak mengkonsumsi makanan yang sumber purin tinggi
24

Penelitian ini menunjukkan bahwa pola konsumsi responden terhadap makanan yang
mengandung purin sangat tidak terkendali. Berdasarkan wawancara dengan responden khsusnya pada
masyarakat pesisir mereka sering mengkonsumsi daging dan makanan – makanan laut yang juga
mengandung purin yang cukup tinggi seperti kepiting, kerang, siput, cumi. Hal ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kader et al
25
yang menemukan bahwa saat ini secara epidemiologi terjadi
pergeseran terkait populasi yang berisiko terkena penyakit asam urat, hal ini dikarenakan oleh pola
makan terutama pola makan yang mengarah ke makanan olahan yang banyak mengandung purin.
Masyarakat saat ini sudah gemar mengonsumsi makanan dan minuman olahan seperti makanan olahan
dari daging dan juga konsumsi minuman yang mengandung alkohol
25

Sumber makanan yang mengandung purin yang tinggi bukan hanya dari produk hewani seperti
daging, ikan, atau kepiting. Tetapi juga dari makanan yang bersumber dari nabati. Konsumsi sayuran
terutama yang mengandung purin yang tinggi seperti kacang – kacangan atau produk olahan minuman
juga dapat memicu terjadinya peningkat kadar asam uratdalam darah
3
. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian ini, wawancara dengan responden mereka mengatakan bahwa mereka akan mengknsumsi
makanan yang ada atau yang tersedia saja tampa melihat bahwa itu makanan yang banyak mengandung
purin atau tidak. Inilah yang menyebabkan banyak kasus asam urat pada masyarakat di daerah pesisir
wilayah kerja Puskesmas Kulisusu.
Berdasarkan hasil penelitian di daerah pesisir wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten
Buton Utara, menunjukan dari 53 kasus terdapat 46 responden (86,8%) yang memiliki asupan konsumsi
makanan sumber purin berisiko dan menderita asam urat, rata-rata responden mengkonsumsi makanan
yang mengandung purin. Seperti, roti, ikan asin, daging ayam, ikan tuna, sayur bayam, sayur kangkung,
kacang panjang, tahu, tempe, dan sayur terong, yang mengandung purin yang selalu dikonsumsi
responden merupakan pemicu asam urat. Berdasarkan hasil wawancara responden menyatakan bahwa
sering mengkonsumsi makanan yang menggandung purin, selain itu kebiasaan makan responden tidak
banyak berubah setelah mengetahui bahwa dirinya diagnosa menderita asam urat dan responden masih
tetap mengkonsumsi makanan sumber purin yang seharusnya dilarang. Hal ini dikarenakan karena
faktor sosial ekonomi yang merupankan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan
yang dikonsumsi. Selain hal tersebut karena makanan tersebut sudah tersedia dan mudah didapat selain
lebih hemat responden akan lebih mudah dan praktis dalam menyediakan makanannya.
Selanjutnya, hasil penelitian juga menunjukan dari 53 kasus terdapat 7 responden (13,2%) yang
mengkonsumsi pola konsumsi purin tidak berisiko dan menderita asam urat, dari hasil wawancara
dengan responden menyatakan kadar asam urat yang tinggi tidak hanya disebabkan oleh makanan tinggi
purin akan tetapi banyak faktor risiko yang lain seperti faktor keturunan atau riwayat kesehatan

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 266

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
keluaraga, berat badan yang berlebihan dan tidak menerapkan pola hidup yang sehat. Pada kelompok
kontrol (bukan penderita asam urat) hasil penelitian menunjukan dari 53 responden terdapat 36
responden (67,9%) yang memiliki pola konsumsi purin berisiko, berdasarkan hasil wawancara dengan
responden seringnya konsumsi makanan yang bersumber purin disebabkan responden tidak memiliki
pilihan makanan lain untuk dikonsumsi karena mayoritas makanan yang ada dijajankan dilingkungan
sekitar. Selain itu, keinginan yang besar untuk mengkonsumsi beberapa jenis makanan yang berisiko
tidak dapat diindahkan, sehingga makanan-makanan tersebut masih sering dikonsumsi oleh responden,
walaupun mengonsumsi makanan berisko sehari-hari masih dalam batas normal sehingga tidak
menimbulkan penyakit asam urat. Sementara pada kelompok kontrol (bukan penderita asam urat), hasil
penelitian menunjukkan dari 53 responden terdapat 17 responden (32,1%) yang mengkonsumsi pola
konsumsi purin tidak berisiko, berdasarkan hasil wawancara dengan responden, mereka sudah terbiasa
mengatur pola makan yang baik dan jarang mengkonsumsi asupan purin yang dapat meningkatkan kadar
asam urat seperti makanan sea food, udang cumi, kerang, kepiting, ikan teri, dan lain-lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Faktor genetik atau riwayat keluarga dan pola konsumsi makanan bersumber purin merupakan prediktor
dari kejadian penyakit asam urat pada masyarakat pesisir diwilayah kerja Puskesmas Kulisusu
Kabupaten Buton Utara. Orang yang memiliki riwayat kekuarga (ada faktor genetik) memiliki peluang
mengalami asam urat sebesar 3,56 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak ada faktor
genetik (riwayat keluarga) demikian pula dengan orang dengan pola konsumsi makan bersumber purin
yang berisko memiliki peluang mengalami asam urat sebesar 3,1 kali lebih besar dibandingkan dengan
orang dengan pola konsumsi purin yang tidak berisiko. Hal ini karena kebiasaan masyarakat yang
mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung purin terutama yang berasal dari laut seperti ikan
tuna, kepiting, kerang - kerangan fan udang yang tidak terkendali. Diharapkan kepada otoritas terkait
khususnya Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara untuk intens dalam melakukan penyuluhan dan
edukasi kepada masyarakat terkait dengan pola hidup sehat seperti pola makan dan kepada masyarakat
pesisir agar menerapkan diet atau pembatasan konsumsi pada makanan – makanan yang merupakan sumber purin
tinggi seperti kerang-kerangan serta daging, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan asam
urat. Selain itu perlu dilakukan penelitian tentang asam urat dilkokasi yang sama dengan menganalisis
faktor penyebab yang lain dari penyakit asam urat pada masyarakat pesisir.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami sampaikan kepada pihak Puskesmas Kulisusu selaku Unit Pelayanan Teknis dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara yang telah mendukung dan memberi izin untuk pengambilan
data sekunder dan juga mendukung sepenuhnya terhadap pelaksanaan penelitian ini. Kepada
seTerkususn ucapan terima kasih kami ucapakan kepada semua responden yangsudah berpartisipasi
dengan penuh dalam kegiatan penelitian ini.

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 267

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
DAFTAR PUSTAKA
1. Stefanie Yuliana Usman, Guntur Darmawan, Laniyati Hamijoyo RGW. Hyperuricemia Prevalence
and Metabolic Syndrome Profiles: A Pilot Cross Sectional Study in North Kayong Regency, West
Kalimantan, Indonesia. Indones J Rheumatol . 2019;11(2):175-180.
doi:https://doi.org/10.37275/IJR.v11i2.118

2. Chen PE, Liu CY, Chien WH, Chien CW, Tung TH. Effectiveness of Cherries in Reducing Uric
Acid and Gout: A Systematic Review. Evidence-based Complement Altern Med. 2019;2019.
doi:10.1155/2019/9896757

3. Boštjan Jakše , Barbara Jakše MP and JP. Uric Acid and Plant-Based Nutrition. Nutrient.
2019;11(8):1-15. doi:https://doi.org/10.3390/nu11081736

4. Sa’pang M, Sitoayu L, Rumana NA. Evaluasi Kualitas Diet pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
II di Jakarta Barat Article history : Accepted 13 November 2020 Address : Available online 25
Januari 2021 Email : Phone : penanganan medis berupa pengaturan diet , pola hidup yang teratur
serta. Wind Heal . 2021;04(01):15 -22.
https://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/430/139

5. Masriadi, Idrus HH, Baharuddin A. Determinan Epidemiologi Kejadian Hipertensi Kehamilan. Fak
Kesehat Masy Univ Muslim Indones . 2022;5(2):592-601.
https://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/47/10

6. FitzGerald JD, Dalbeth N, Mikuls T, et al. 2020 American College of Rheumatology Guideline for
the Management of Gout. Arthritis Care Res. 2020;72(6):744-760. doi:10.1002/acr.24180

7. Kemenkes RI. Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). J Phys A Math Theor.
2018;44(8):1-200. doi:10.1088/1751-8113/44/8/085201

8. Kemenkes RI. Laporan Riskesdas 2018 Provinsi Sulawesi Tenggara I. Lembaga Penerbit Badan
Pengembangan Penelitian Kesehatan; 2018.
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/lpb/article/view/3791

9. Dinas Kesehatan Kabuapten Buton Utara. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara Tahun
2020.; 2021.

10. Puskesmas Kulisusu. Profil Puskesmas Kulisusu Tahun 2021. Puskesmas Kulisusu; 2022.

11. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi Pedoman Diagnosis Dan Pengelolaan Gout.;
2018.

12. Madyaningrum E, Kusumaningrum F, Wardani RK, Susilaningrum AR, Ramdhani A. Buku Saku
Kader: Pengontrolan Asam Urat Di Masyarakat.; 2020. https://hpu.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/sites/1261/2021/02/HDSS-Sleman-_Buku-Saku-Kader-Pengontrolan-Asam-Urat-
di-Masyarakat-_cetakan-II.pdf

13. Wahyu Widyanto F. Artritis Gout Dan Perkembangannya. Saintika Med. 2017;10(2):145.
doi:10.22219/sm.v10i2.4182
14. Dewi FA, Afridah W. Pola Makan Lansia Penderita Asam Urat Di Posyandu Lansia Kelurahan
Wonokromo Surabaya. J Heal Sci. 2018;7(1). doi:10.33086/jhs.v7i1.491

15. Hardianti DMI. Penatalaksanaan Gout Arthritis dan Hipertensi Grade I pada Wanita Lansia
Obesitas melalui Pendekatan Dokter Keluarga. Medula. 2020;10(Vol 10 No 1 (2020):

Penerbit :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia 268

Window of Health: Jurnal Kesehatan, Vol. 6 No. 3 (Juli, 2023) : 258-268 E-ISSN 2614-5375
Medula):188-192. http://www.journalofmedula.com/index.php/medula/article/view/51/73

16. Delita Septia Rosdiana AK& CMD. Pengetahuan Asam Urat, Asupan Purin Dan Status Gizi
Terhadap Kejadian Hiperurisemia Pada Masyarakat Perdesaan. Media Pendidikan, Gizi, dan
Kuliner. 2018;7(2):1-11.

17. Rivera-Paredez B, Macías-Kauffer L, Fernandez-Lopez JC, et al. Influence of genetic and non-
genetic risk factors for serum uric acid levels and hyperuricemia in mexicans. Nutrients.
2019;11(6):1-19. doi:10.3390/nu11061336

18. Nasir. A MA& IM. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Konsep Pembuatan Karya Tulis
Dan Thesis Untuk Mahasiswa Kesehatan. 2nd ed. Nuha Medika; 2015.

19. Irmawartini & Nurhaedah. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan Metodologi Penelitian. 1st ed.
PPSDMK Kemenkes RI; 2017. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusd iksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/Daftar-isi-Metodologi-Penelitian_k1_restu.pdf

20. Major, T.J., Dalbeth, N., Stahl EA et al. An Update on the Genetics of Hyperuricaemia and Gout.
Nat Rev Rheumatol. 2018;1(14):341–353. doi:https://doi.org/10.1038/s41584-018-0004-x

21. Zhang Y, Yang R, Dove A, et al. Healthy lifestyle counteracts the risk effect of genetic factors on
incident gout: a large population-based longitudinal study. BMC Med. 2022;20(1):1-12.
doi:10.1186/s12916-022-02341-0

22. Magfira N, Adnani H. Hubungan Aktivitas Fisik Dan Riwayat Genetik Dengan Kadar Asam Urat
Di Posyandu Cinta Lansia. J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. 2021;12(2):396.
doi:10.26751/jikk.v12i2.1033

23. Panggalisani F. Kadar asam urat pada lansia peserta senam di posyandu lansia. J Lab Medis.
2022;4(2):79-85.

24. Zhang Y, Chen C, Choi H, et al. Purine-Rich Foods Intake and Recurrent Gout Attacks. Ann Rheum
Dis. 2012;71(9):1448-1453. doi:10.1136/annrheumdis-2011-201215

25. Eyal Kedar PAS. A Perspective on Diet and Gout. Adv Chronic Kidney Dis. 2012;16(6):392-397.
doi:https://doi.org/10.1053/j.ackd.2012.07.011