HALAMAN PENGESAHAN




Artikel oleh : HALIMATUS SYA'DIYAH
NIM : 18021264010
Judul : “ANALISIS KOMPONEN VISUAL DASAR SINEMATOGRAFI
DALAM FILM PENDEK “TILIK” KARYA WAHYU AGUNG
PRASETYO” ini telah ditelaah dan dinilai oleh tim penilai Jurusan
Desain, pada tanggal 12 Januari 2023



Tim Penilai Tanda Tangan Tanggal Selesai

1)

Hendro Aryanto, S.Sn., M.Si.
NIP. 197502132008011008


…..………………..

17 Januari 2023

2)

Tri Cahyo Kusumandyoko, S.Sn., M.Ds.
NIP. 198210112008121002


……………………..

17 Januari 2023

3)

Asidigisianti Surya Patria, S.T., M.Pd.
NIP. 197707192005012001


……………………..

16 Januari 2023




Surabaya, 17 Januari 2023

Mengesahkan Mengetahui
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Ketua Jurusan Desain




Dr. Trisakti, M.Si. Marsudi, S.Pd., M.Pd.
NIP. 196509281991032001 NIP. 197907182006041002









iii

1
ANALISIS KOMPONEN VISUAL DASAR SINEMATOGRAFI
DALAM FILM PENDEK “TILIK” KARYA WAHYU AGUNG PRASETYO


Halimatus Sya’diyah
1
, Asidigisianti Surya Patria
2

1
Prodi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
2
Prodi

Desain Grafis, Program Vokasi, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]


Abstrak
Film Tilik merupakan salah satu film pendek drama Indonesia yang diproduksi oleh Ravacana Films
tahun 2018. Dari tampilan visualnya hampir 90% dari panjangnya durasi, ternyata dominan
menampilkan adegan naik truk dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, dan hanya diselingi dengan
adegan pemberhentian di masjid, dan jalan. Namun, film ini berhasil menjadi trending topic pada tahun
2020. Film ini juga termasuk salah satu kategori film pendek yang telah sukses memperoleh capaian
dari sisi penonton dan penghargaan pada festival film. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis bagaimana komponen visual dasar sinematografi pada film pendek Tilik menggunakan
teori Bruce Block. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, atau metode yang
digunakan untuk mencari, mengumpulkan mengolah, menganalisis data hasil penelitian serta disajikan
dalam bentuk deskriptif. Melalui metode ini akan menganalisis film pendek Tilik dengan pendekatan
keilmuan komponen visual dasar sinematografi menurut teori Bruce Block dalam buku The Visual
Story: Creating the Visual Structure of Film, TV and Digital Media dengan mengamati elemen
pembentuk film. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa tujuh komponen visual dasar pada film
pendek Tilik ini terpenuhi. Dengan terpenuhinya komponen visual dasar pada film, mampu membuat
film menjadi lebih menarik dan nyaman untuk dilihat , serta mampu mempengaruhi suasana hati.

Kata Kunci: Komponen visual dasar, sinematografi, film Tilik

Abstract
Tilik is one of the Indonesian drama short films produced by Ravacana Films in 2018. From the visual
display, it is almost 90% of the length of the duration, it turns out that it predominantly shows scenes
of riding a truck on the way to the hospital, and only interspersed with scenes of stops in mosques, and
roads. However, this film managed to become a trending topic in 2020. This film is also one of the
short film categories that has successfully obtained achievements from the audience and awards at
film festivals. Therefore, the purpose of this study is to analyze how the basic visual components of
cinematography in Tilik's short films use Bruce Block theory. This research uses qualitative
descriptive methods, or methods used to search, collect, analyze research data and are presented in
descriptive form. Through this method, it will analyze Tilik's short films with a scientific approach to
the basic visual components of cinematography according to Bruce Block's theory in the book The
Visual Story: Creating the Visual Structure of Film, TV and Digital Media by observing the elements
that make up the film. The results of this study show that the seven basic visual components of this
Tilik short film are fulfilled. The results of this study show that the seven basic visual components of
this Tilik short film are met. With the fulfillment of the basic visual component of the film, it is able to
make the film more interesting and comfortable to look at, as well as being able to affect mood.

Keywords: Basic visual components, cinematography, Film Tilik

Halimatus Sya’diyah
2
PENDAHULUAN
Film pendek adalah film yang durasinya
pendek, namun tidak ada standarisasinya,
biasanya batas maksimal film pendek ditentukan
dari festival film untuk bisa dikategorikan
sebagai film pendek, dalam festival film
Indonesia maksimal durasinya 60 menit (Puri &
Hartanto, 2020). Film pendek memiliki
karakteristik sendiri dibandingkan dengan film
Panjang, yaitu, selain durasinya pendek, proses
pengambilan gambar juga pendek berbeda
dengan film-film layar lebar yang membutuhkan
waktu lebih lama, pengambilan gambar bisa
dilakukan dengan single cam maupun multi cam,
dan film pendek tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi sebagaimana company
profile. Adapun keunggulan dari film pendek
yaitu cepat dipahami, hemat biaya, tidak
memerlukan banyak waktu, dan mudah diakses
(Indriasti, 2021).
Film Tilik atau dalam Bahasa Jawa yang
memiliki makna “menjenguk” merupakan salah
satu film pendek drama Indonesia yang
diproduksi oleh Ravacana Films tahun 2018.
Film ini jika dilihat dari tampilan visualnya
hampir 90% dari 32 menit lebih 34 detik
panjangnya durasi, ternyata dominan
menampilkan adegan ibu-ibu menaiki truk dalam
perjalanan menuju ke rumah sakit, dan diselingi
dengan adegan seperti pemberhentian di sebuah
masjid, dan di jalan. Namun, film ini ternyata
berhasil menjadi trending topic setelah produser
merilis di Youtube channel Ravacana Films
secara gratis pada 17 Agustus 2020.
Hal itu dapat dibuktikan di platform
Youtube Ravacana Films yang telah mendapat
26 juta kali penayangan, 880 ribu like, dan
mendapat 94 ribu komentar hingga saat ini.
Komentar tersebut terdiri dari 99 % komentar
positif dibanding dengan komentar negatif.
Berdasarkan traffic dari google trends 2020, film
Tilik berhasil menjadi pencarian paling populer
hingga mencapai angka 92 pada periode 16
sampai 22 Agustus 2020, dan mencapai angka
100 pada 23 sampai 29 Agustus 2020.
Kemudian berdasarkan traffic dari google
trends 2021, film Tilik sudah menjadi pencarian
populer mencapai angka 88 pada periode 11
sampai 17 Juli 2021, dan mencapai angka hingga
100 pada periode 5 sampai 11 September. Film
ini juga menarik minat masyarakat dari 29
wilayah di Indonesia, salah satunya wilayah
Yogyakarta dengan peminat terbanyak hingga
mencapai 100%.
Selain menjadi trending topic, film ini juga
termasuk salah satu kategori film pendek yang
berhasil mendapatkan beberapa penghargaan,
diantaranya berhasil memenangkan Piala Maya
2018 untuk kategori film pendek terpilih. Piala
Maya merupakan penghargaan film tahunan
Indonesia yang sudah dimulai sejak tahun 2012
(Putra, 2021).
Film pendek Tilik juga memperoleh
penghargaan Official Selection Jogja-Netpac
Asian Film Festival (JAFF) pada tahun 2018.
JAFF merupakan ajang festival film Asia perdana
di Indonesia yang fokus pada pengembangan
sinema Asia. Sejak awal, JAFF ini telah bekerja
sama dengan NETPAC ( Network for the
Promotion of Asian Cinema), sebuah organisasi
di seluruh dunia yang beranggotakan 30 Negara.
Setiap tahunnya, JAFF selalu mempersembahkan
penghargaan untuk film-film terbaik Asia sebagai
bentuk apresiasi bagi perfilman Asia (Nadilo,
2016).
Selain dua penghargaan tersebut film Tilik
juga sukses mendapat penghargaan Official
Selection World Cinema Amsterdam 2019.
World Cinema Amsterdam adalah perayaan film
selama seminggu dari Afrika, Asia, Amerika
Latin dan Caribbean (World Cinema Amsterdam,
n.d.).
Sutradara dibalik kesuksesan film Tilik ini
adalah Wahyu Agung Prasetyo. Wahyu Agung
Prasetyo biasa dipanggil dengan sebutan Agung.
Sutradara Agung memulai karirnya dalam
pembuatan film sejak tahun 2011, kemudian pada
tahun 2015 ia bersama temannya mendirikan
sebuah rumah produksi yang dikenal dengan
nama Ravacana Films. Sutradara Agung
termasuk salah satu sineas muda yang
berprestasi. Dari deretan film pendek karya
sutradara Agung, sudah mendapatkan
penghargaan pada berbagai festival. Adapun
festival tersebut bertaraf nasional maupun
internasional (Puspita, 2020).
Penelitian terdahulu yang relevan
diantaranya penelitian oleh Puri Sulistiyawati

“Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi dalam Film Pendek “Tilik” Karya Wahyu Agung Prasetyo”
3
pada tahun 2019 yang berjudul "Analisis
Komponen Visual Dasar Sinematografi dalam
Film Live Action Green Book”. Kemudian pada
artikel yang berjudul “Analisis sinematografi
dalam film Polem Ibrahim dan dilarang Mati di
Tanah Ini” oleh Izar Yuwandi pada tahun 2018,
dan dalam penelitian yang berjudul “Analisis
Komponen Dasar Visual Storytelling dalam
Video Kampanye Sosial Tentang Pelecehan
Seksual Pelajar pada Film Pendek “Locker
Room” karya Greta Nash” oleh Annisa Rizka
Liliandari pada tahun 2020. Dari ketiga penelitian
tersebut sama-sama mengkaji sinematografi
dalam film dengan tujuan untuk mengetahui
konsep sinematografinya. Sedangkan perbedaan
dengan penelitian ini terletak pada variabel yang
diteliti serta pembahasan yang lebih dalam
dengan mengaitkan komponen visual dasar
sinematografi dan sudut pengambilan gambar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan tujuh aspek komponen visual
dasar sinematografi dari film pendek Tilik karya
Wahyu Agung Prasetyo. Komponen visual dasar
sinematografi tersebut meliputi space, line,
shape, tone, color, movement, dan rhythm
menggunakan teori Bruce Block.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif, yang mana penelitian ini
digunakan untuk mencari, mengumpulkan
mengolah, menganalisis data hasil penelitian
serta disajikan dalam bentuk deskriptif. Menurut
Mukhtar (2013) metode penelitian deskriptif
adalah suatu metode untuk menemukan
pengetahuan atau teori terhadap penelitian pada
satu waktu tertentu. Sedangkan metode penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti objek yang alamiah, dimana
peneliti sebagai instrumen kunci, dan hasil
penelitian lebih menekankan pada makna dari
pada generalisasi (Sugiyono, 2013).
Melalui metode deskriptif kualitatif ini akan
menganalisis film pendek Tilik dengan
pendekatan keilmuan komponen visual dasar
sinematografi menurut teori Bruce Block dengan
mengamati elemen-elemen pembentuk film
pendek Tilik meliputi tujuh aspek, yaitu space,
line, shape, tone, color, movement, dan rhythm
kemudian mengaitkan dengan sudut pengambilan
gambar atau camera angle. Analisis komponen
visual dasar tersebut dilakukan dengan
mengamati seluruh scene dari film pendek Tilik.
Setelah mengamati seluruh scene, lalu
mengidentifikasi dan mengaitkan tujuh aspek
komponen visual dasar sinematografi dengan
scene pada film kemudian dideskripsikan melalui
kata-kata. Pengumpulan data juga dilakukan
dengan melakukan studi pustaka pada jurnal yang
relevan dan mengumpulkan teori-teori yang
dibutuhkan.

Gambar 1. Bagan Kerangka Analisis
(Sumber: Sya’diyah, 2023)
KERANGKA TEORETIK
a. Sinematografi
Sinematografi adalah kata dari bahasa
Inggris, yaitu Cinematography yang diadopsi dari
bahasa latin “Kinema” yang berarti gambar.
Sinematografi memiliki objek yang sama dengan
fotografi, yaitu menangkap pantulan cahaya yang
mengenai objek atau benda. Namun,
perbedaannya peralatan fotografi menangkap
gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi
menangkap rangkaian suatu gambar (Suwanto,
2020). Istilah sinematografi selalu berkaitan
dengan film, movie, dan sinema. Film secara
harfiah adalah cinematographie yang berasal dari
kata cinema yang artinya “gerak”. Tho atau
phytos yang berarti “cahaya”. Film juga dapat
diartikan sebagai media massa yang sifatnya
kompleks, terdiri atas audio dan visual yang
memiliki kemampuan dalam mempengaruhi
emosional penonton dari visual yang dihadirkan
(Alfathoni & Manesah, 2020).

Halimatus Sya’diyah
4
Selain itu film juga bisa dikatakan sebagai
dokumen sosial dan budaya yang dapat
membantu mengkomunikasikan zaman dimana
film itu dibuat, meskipun dalam pembuatan film
itu tidak pernah dimaksudkan untuk hal tersebut
(Ibrahim, 2011). Hal itu juga dapat menjadi
pendukung bahwa film juga bisa menjadi media
informasi, kampanye, edukasi, hiburan, bahkan
kritik sosial mengenai suatu permasalahan dalam
kehidupan yang cukup efektif, persuasif, serta
dapat merepresentasikan fenomena yang ada
pada lingkungan sosial.
b. Komponen Visual Dasar
Menurut Block (2021) komponen visual
dasar terdapat dalam setiap gambar gerak atau
diam yang terlihat dan dapat
mengkomunikasikan suasana hati, emosi, ide,
dan memberikan struktur visual gambar.
Komponen visual dasar sinematografi tersebut
meliputi :

1) Space (ruang)
Space atau ruang merupakan komponen
yang cukup kompleks, karena tidak hanya
mendefinisikan layar ketika semua komponen itu
terlihat, tetapi ruang ini memiliki beberapa sub
komponen kompleks yang harus dipahami.
Ruang pada layar dan pada dunia nyata tentu
memiliki perbedaan. Ruang pada dunia nyata
adalah ruang tiga dimensi, yaitu memiliki tinggi,
lebar, dan kedalaman. Sedangkan dalam layar
film, atau sebagainya hanya memiliki dua
dimensi yang hanya memiliki tinggi dan lebar.
Komponen space ini dibagi dalam dua
bagian, yaitu primer atau utama dan sekunder.
komponen ruang yang utama terdiri dari empat
konsep yaitu deep space, flat space, limited
space, dan ambiguous space. Deep space adalah
ilusi kedalaman dunia tiga dimensi pada
permukaan layar dua dimensi. Flat space
merupakan kebalikan dari deep space, dimana
flat space ini menekankan pada kualitas dua
dimensi sebenarnya dari permukaan layar itu
sendiri. Limited space adalah kombinasi antara
deep space dan flat space. Ambiguous space
dihasilkan ketika penonton tidak dapat
memahami ukuran sebenarnya dari objek dalam
bingkai atau ketika penonton menemukan ruang
pengambilan gambar yang tidak dapat dikenali.
Ambiguous space dapat dibuat dengan
menggunakan kurangnya gerakan, bentuk pola
yang tidak dikenal, tonal dan tekstur, cermin dan
refleksi, benda dengan ukuran yang tidak
diketahui, dan disorientasi sudut kamera.
konsep sekunder dari komponen visual
space ini meliputi Aspect Ratio, close and open
space, dan contrast and affinity. Aspect Ratio
adalah sepasang angka yang menunjukkan
hubungan antara lebar dan tinggi bingkai,
tujuannya untuk memberi tahu proporsi lebar dan
tinggi, bukan ukuran sebenarnya dari bingkai.
Close and open space adalah jenis ruang yang
ada di luar garis bingkai layar. Contrast and
affinity dapat terjadi dalam tiga hal, yaitu dengan
shot, dari shot ke shot, dan dari sequence ke
sequence (Block, 2021).

2) Line (garis)
Line atau garis adalah hasil dari komponen
visual lain karena dapat muncul dengan adanya
kontras tone atau warna. Komponen visual garis
dapat ditemui hampir pada setiap objek disekitar
kita. Misalnya, pintu memiliki garis vertikal dan
trotoar memiliki garis horizontal (Block, 2021).
Sedangkan menurut Irawan dan Tamara (2013)
garis merupakan unsur rupa yang paling utama,
hal ini karena garis adalah torehan pertama saat
mendesain atau menggambar.

3) Shape (bentuk)
Shape atau bentuk merupakan komponen
yang terdapat pada ruang visual. Bentuk juga
sama dengan tipe dasar ruang dan garis. Bentuk
dasar adalah suatu benda yang akan
mengungkapkan bentuk dasarnya. Bentuk dasar
terdiri dari dua macam, yaitu dua dimensi dan
tiga dimensi (Block, 2021).

4) Tone (Pencahayaan)
Tone merupakan komponen visual yang
mudah dipahami dan salah satu komponen visual
yang paling kuat. Tone yang dimaksud dalam
teori ini adalah pencahayaan. Penonton atau
audiens biasanya akan melihat kepada area yang
lebih terang terlebih dahulu. Kecerahan objek
juga memiliki pengaruh besar pada suasana suatu
adegan. Pada umumnya, p enonton
mengasosiasikan kegelapan dengan kesedihan
dan kecerahan dengan kebahagiaan (Block,
2021).

“Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi dalam Film Pendek “Tilik” Karya Wahyu Agung Prasetyo”
5
5) Color (Warna)
Color atau warna merupakan komponen
yang sulit dijelaskan secara akurat dan mudah
disalahartikan. Dalam sistem warna terdapat dua
bagian, yaitu warna additive dan warna
subtractive. Warna additive merupakan warna
yang berasal dari cahaya atau melibatkan
pencampuran cahaya berwarna. Maksudnya,
cahaya dari satu warna dan cahaya warna lain
dipancarkan ke permukaan yang sama, dimana
dua warna tersebut tumpang tindih atau
bercampur maka akan mendapatkan warna
ketiga. Warna primer dalam sistem warna
additive adalah red (merah), green (hijau), dan
blue (biru) yang biasa disebut dengan mode
warna RGB. Sedangkan warna subtractive adalah
warna yang berasal dari bahan disebut pigmen.
Warna subtractive itu terdiri dari warna cyan,
magenta, yellow (kuning) dan ketika dari ketiga
warna tersebut bercampur atau bertumpang tindih
masing-masing filter akan mengurangi panjang
gelombang warnanya, sehingga akan
menghasilkan warna hitam. Warna subtractive
tersebut biasa disebut dengan mode warna
CMYK (Block, 2021).

6) Movement (Gerakan)
Movement atau Gerakan merupakan
komponen visual pertama yang dapat menarik
perhatian, dan menjadi aspek penting dalam
sebuah film, karena dalam film tentu mempunyai
berbagai gerakan. Pada komponen ini ada tiga
macam gerakan, yaitu continuum of movement,
camera movement, dan object movement (Block,
2021).
Menurut Block (2021) continuum of
movement adalah cara mengontrol penonton
untuk melihat dan bagaimana titik perhatian
mereka bergerak dari satu area ke area lainnya.
Camera Movement adalah pergerakan kamera
yang dapat membangun suasana dramatis.
Kamera dapat bergerak dalam dua dimensi atau
tiga dimensi. Gerakan kamera dua dimensi
adalah pan, tilt, dan zoom. Sedangkan Gerakan
kamera tiga dimensi adalah dolly in/out (tegak
lurus dengan gambar), track kiri/kanan (sejajar
dengan gambar) dan crane atau boom atas/bawah
(biasanya sejajar dengan gambar). object
movement adalah pergerakan yang terjadi ketika
aktor atau objek bergerak.
7) Rhythm (Ritme)
Rhythm atau ritme merupakan komponen
pada film yang dapat digambarkan melalui apa
yang dilihat, didengar, dan apa yang dirasakan.
Setiap ritme terdiri dari tiga sub komponen,
meliputi pergantian, pengulangan dan tempo
(Block, 2021).

c. Camera Angle
Camera angle atau sudut kamera merupakan
lokasi penempatan kamera pada saat
pengambilan objek yang ada di dalam frame.
Menurut Mascelli (2010) secara umum level
camera angle dibagi menjadi tiga, antara lain:
1) High angle adalah teknik pengambilan
gambar dengan cara mengarahkan kamera ke
bawah untuk menangkap objek
2) Eye Level adalah pengambilan gambar dengan
mengarahkan kamera sejajar dengan objek,
diposisikan untuk mengamati seluruh
peristiwa dari ketinggian yang sama.
3) Low Angle merupakan pengambilan gambar
dengan mengarahkan kamera ke atas untuk
melihat objek
Sedangkan jika dilihat dari ukuran gambar
atau objeknya dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu:
1) Long Shot adalah shot yang diambil dengan
ukuran panorama yang luas.
2) Medium/Middle Shot adalah pengambilan
gambar yang sebatas pinggang hingga kepala
3) Medium/ Middle Long Shot ukuran adalah
pengambilan gambar secara luas, namun
objeknya sebatas kepala hingga lutut.
4) Extreme Long Shot adalah type shot yang
panjang, menggambarkan area yang luas dari
jarak sangat jauh, atau menampilkan
lingkungan objek secara utuh melebihi long
shot.
5) Close Up adalah teknik pengambilan gambar
secara dekat dengan objek atau ukuran objek
sebatas dari ujung kepala hingga leher.
6) Medium/Middle Close Up adalah
memperlihatkan objek atau aktor dalam film
sebatas pertengahan pinggang dan bahu,
hingga kepala.
7) Extreme Close Up adalah teknik pengambilan
gambar yang hanya menampilkan bagian
tertentu pada sebuah objek.
Pemilihan sudut kamera (camera angle)
dengan baik, dapat meningkatkan visualisasi

Halimatus Sya’diyah
6
cerita yang dramatis. Sebaliknya, pemilihan
sudut kamera secara sembarangan dapat
mengganggu atau membingungkan penonton
dalam memaknai suatu adegan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tilik (menjenguk) merupakan salah satu film
pendek drama Indonesia karya Wahyu Agung
Prasetyo yang diproduksi oleh Ravacana Films
tahun 2018 dan telah dirilis oleh produser di
platform youtube secara gratis pada tanggal 17
Agustus 2020. Film Tilik merupakan salah satu
film pendek yang lolos kurasi dana istimewa
Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta pada 2018. Film ini mengangkat
tentang budaya masyarakat Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya fenomena
masyarakat pedesaan yaitu menjenguk orang sakit
secara rombongan atau bersama-sama. Budaya ini
bahkan sudah menjadi suatu kearifan lokal bagi
masyarakat Indonesia, dan masih banyak
diterapkan di masyarakat pedesaan terutama di
Jawa.


Gambar 2. Poster Film Tilik
(Sumber: https://www.themoviedb.org/)

Film Tilik mengisahkan rombongan ibu-ibu
yang menempuh perjalanan dengan truk untuk
menjenguk ibu lurah yang sedang dirawat di
rumah sakit, di sepanjang perjalanan tersebut ibu-
ibu berceloteh dan ghibah. Hal tersebut dianggap
sangat relevan dan menggambarkan sosok ibu-ibu
yang sering ditemukan di lingkungan sekitar.
Film seperti ini selain mampu menarik perhatian,
diskusi, serta pujian, juga dapat memberikan
pembelajaran dalam kehidupan untuk menilai diri
sendiri dan mampu membuka pikiran untuk
menyadarkan masyarakat terhadap kejadian buruk
yang masih sering terjadi dan tidak seharusnya
untuk ditiru.
Analisis dalam film pendek Tilik ini
dilakukan pada setiap scene atau adegan dalam
film. Jika dilihat dari tampilan visualnya, film
Tilik memiliki tampilan yang unik dan sederhana,
karena dari sepanjang durasi film pendek Tilik ini
adegannya didominasi di dalam truk, namun tetap
dikemas dengan baik dari segi pengambilan
gambar.

Analisis Komponen Visual Dasar
Sinematografi
1) Space (Ruang)
Deep Space
Deep space adalah ilusi kedalaman pada
permukaan layar dua dimensi. Maksudnya adalah
ketika gambar pada layar dapat menyajikan
tampilan yang meyakinkan audiens untuk melihat
kedalaman tiga dimensi pada permukaan dua
dimensi. Dalam deep space terdapat petunjuk
kedalaman, yaitu konvergensi. Konvergensi ini
adalah petunjuk kedalaman yang paling efektif.
(Block, 2021).


Gambar 3.Scene Ketika rombongan ibu-ibu menaiki truk
untuk berangkat menjenguk bu lurah
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Jika dilihat dari segi visual, di menit ke 6:09
memperlihatkan adanya komponen deep space.

“Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi dalam Film Pendek “Tilik” Karya Wahyu Agung Prasetyo”
7
Komponen deep space tersebut menggunakan
konvergensi satu titik hilang. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan objek pepohonan, motor,
pagar di samping kanan truk yang menunjukkan
perubahan ukuran dari besar ke kecil sehingga
gambar pada scene tersebut berhasil menampilkan
kesan tiga dimensi.
Sedangkan level camera angle yang
digunakan dalam scene tersebut adalah high
angle, karena dalam pengambilan gambar tersebut
posisi kamera berada di atas objek atau garis mata
manusia. Level high angle ini memiliki kesan atau
makna yang dramatis, karena dalam scene
tersebut menampilkan dengan jelas suasana ibu-
ibu yang menaiki truk dan merupakan suasana
awal dimulainya gosip tentang Dian. Selain itu
dengan penggunaan level camera angle ini objek
akan terlihat inferior atau rendah, dan tertekan
karena objeknya terlihat lebih kecil.
Kemudian menurut ukuran gambar atau
objeknya, pengambilan gambar pada scene
tersebut menggunakan medium long shot yang
memperlihatkan seluruh objek namun pada tubuh
aktor terlihat setengah dari lutut hingga kepala.
Kesan yang ditimbulkan dari medium long shot ini
adalah untuk merekam jelas gerak tubuh netral
ibu-ibu yang berada di dalam truk.


Gambar 4. Scene ketika truk berada di perjalanan
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Komponen deep space yang lain juga dapat
terlihat pada menit ke 23:49 dalam gambar scene
berikut. Bahwa scene tersebut juga menggunakan
garis konvergensi satu titik hilang, dimana objek-
objek yang semakin jauh dari kamera terlihat
semakin kecil. Hal itu dapat dilihat dari objek
motor truk, gapura yang terlihat semakin
mengecil.
Level sudut kamera yang digunakan pada
scene berikut adalah eye level, karena penempatan
sudut kamera berada mengarah sejajar dengan
objek. makna atau kesan yang ditimbulkan dari
pengambilan gambar eye level ini adalah
pandangan normal dan tidak memiliki kesan
dramatis yang begitu dalam.
Sedangkan jika dilihat dari ukuran objeknya,
teknik pengambilan gambar yang digunakan
adalah long shot, karena seluruh objek dalam
frame terlihat secara jelas. Fungsi dari
pengambilan gambar long shot pada scene ini
adalah untuk menampilkan objek truk dengan
latar belakang yang luas sehingga suasana jalanan
terlihat dengan jelas.


Gambar 5. Scene ketika bu Tejo dan yu Ning berseteru
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Dalam scene pada menit ke 22:11 berikut
juga menggambarkan adanya komponen deep
space, hal tersebut dapat dilihat dari perubahan
ukuran. Ketika dua aktor yang sedang berbincang
tersebut lebih besar, dari objek pepohonan dan
jalan yang semakin jauh dari kamera terlihat
semakin mengecil.
level camera angle yang digunakan dalam
scene ini adalah eye level sama dengan scene
pada menit ke 23:49 sebelumnya, karena
penempatan kamera sejajar dengan objek,
sehingga audiens dapat melihat secara normal
posisi Bu Tejo dan Yu Ning yang sedang
berseteru seperti yang terlihat dalam scene
tersebut.
Sedangkan type shot yang digunakan adalah
Medium/Middle close up karena pengambilan
gambar aktor dari batas dada atau pertengahan
pinggang dan bahu hingga kepala dengan tetap
menampilkan background yang bisa dinikmati.
Pemilihan type shot ini berfungsi untuk
memperlihatkan secara jelas kepada audiens
ekspresi wajah dan adegan aktor ketika berbicara,
seperti dalam scene tersebut memperlihatkan

Halimatus Sya’diyah
8
secara jelas ekspresi wajah dan pergerakan antara
Bu Tejo dan Yu Ning yang sedang berseteru
karena Yu Ning yang masih keluarga Dian tidak
terima dengan gosip yang tersebar di media
sosial tentang Dian yang dicap sebagai wanita
yang tidak baik. Sehingga pemilihan type shot
tersebut dapat mempengaruhi audiens untuk
terbawa suasana yang lebih menegangkan.

Flat Space
Flat space adalah komponen visual yang
menentukan dua dimensi permukaan layar yang
sebenarnya.


Gambar 6. Scene ketika rombongan ibu-ibu tiba di rumah
sakit dan sedang berbincang dengan anak bu lurah
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Scene pada gambar berikut menunjukkan
adanya komponen visual flat space, yang dapat
terlihat dari konsistensi ukuran aktor yang sedang
berbincang sehingga dapat menekankan kerataan
atau dua dimensional layar. Selain itu semua
aktor juga berada pada garis horizontal yang
sejajar dengan bidang gambar.
Komponen flat space yang terlihat ini
menggunakan teknik sudut kamera eye level
dimana posisi kamera yang sejajar dengan objek
atau hanya memperlihatkan sesuai pandangan
mata seseorang yang berdiri dan tidak
menimbulkan kesan apapun, karena sudut
pengambilan gambar eye level ini sama dengan
cara audiens melihat di kehidupan nyata.
Kemudian jika dilihat dari ukuran objek
dalam frame, type shot yang digunakan adalah
medium shot. Medium shot ini dapat dikatakan
intermediate shot karena letaknya antara long
shot dan close up. Pengambilan gambar aktor
dari batas pinggang hingga kepala. Type shot ini
tidak memberi penekanan apapun, karena para
ibu-ibu dalam frame tersebut terlihat secara netral
yang pada scene tersebut tidak memperlihatkan
adanya perseteruan, melainkan hanya adegan
percakapan tentang kabar Bu Lurah yang masih
di ICU, sehingga belum siap untuk dijenguk
banyak orang.

Limited Space
Limited space adalah kombinasi spesifik
dari tata ruang yang memiliki kualitas visual
yang unik yang dapat membedakan dari deep
space dan flat space.


Gambar 7. Scene ketika rombongan ibu-ibu tiba di rumah
sakit dan sedang berbincang dengan anak bu lurah
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Setelah diamati dari seluruh scene, komponen
visual limited space dapat ditemukan pada menit
ke 11:54, dimana pada scene tersebut
memperlihatkan adanya kombinasi spesifik dari
deep space dan flat space.
Komponen visual limited space yang terlihat
pada scene ini menggunakan sudut kamera eye
level karena posisi objek sejajar dengan kamera
dimana dalam frame tersebut terlihat memiliki tiga
bidang frontal di foreground (FG) bidang yang
dekat dengan kamera, Midground (MG) objek
yang lebih jauh dari kamera dan background (BG)
objek yang terjauh dari kamera. Karena perubahan
ukuran dan penempatan aktor, sehingga
menghasilkan tampilan visual terpisah dengan
baik. sudut pengambilan gambar eye level pada
scene ini tidak memberikan kesan apapun, karena
audiens dapat melihat secara normal seperti dalam
kehidupan nyata
Sedangkan type shot yang digunakan adalah
Medium/Middle close up karena pengambilan
gambar aktor dari batas dada sampai kepala atau
disebut dengan potret setengah badan. Type shot
seperti ini memiliki makna penekanan pada adegan
dan ekspresi wajah bu Tejo dan Yu Sam yang

“Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi dalam Film Pendek “Tilik” Karya Wahyu Agung Prasetyo”
9
sedang asik membicarakan Dian hingga pemilihan
lurah. Sehingga audiens bisa merasakan atau
terbawa suasana perbincangan tersebut.
Pengambilan gambar pada scene ini juga
berisi banyak ilusi kedalaman atau deep space
termasuk perubahan ukuran, difusi tekstur, posisi
atas bawah dan tumpang tindih. Namun, garis
konvergensi atau garis yang memusat untuk
menampilkan ilusi kedalaman telah dihilangkan.
Ambiguous Space
Ambiguous space terjadi Ketika audiens tidak
dapat memahami ukuran lokasi, objek, atau posisi
kamera. Ambiguous space ini dapat menciptakan
kebingungan dalam diri audiens karena ukuran
objek yang dimanipulasi. Biasanya ambiguous
space digunakan dalam film horor untuk
meningkatkan suasana emosional cerita.


Gambar 8. Scene ketika di perjalanan
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Dalam scene pada menit ke 18:10 berikut,
teknik pengambilan gambarnya menggunakan
sudut kamera yang tidak biasa sehingga dapat
menyamarkan ruang sebenarnya dari lokasi atau
objek yang dikenal, maka dari itu scene tersebut
dapat menimbulkan adanya komponen
Ambiguous space. Komponen visual ambiguous
space tersebut terjadi ketika pandangan pertama
audiens hanya terdapat objek hitam dengan garis
putih dalam frame yang tidak terlihat jelas bentuk
dari objek tersebut.
Aspect Ratio
Komponen space pada bagian kedua atau
komponen sekunder dari space, ada aspect ratio.
Aspect ratio adalah sepasang angka yang
menunjukkan hubungan proporsional antara lebar
dan tinggi layar atau space, bukan dimensi layar
sebenarnya (Block, 2021).

Gambar 9. Scene awal keterangan lembaga sensor film
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Aspect Ratio pada kebanyakan film pendek
yang diunggah di platform YouTube memiliki
aspect ratio 16:9, namun yang digunakan dalam
film pendek Tilik ini adalah ratio 2.40:1 mirip
dengan beberapa film “wide screen/layar lebar”,
dimana jika dilihat dari tampilan layar film
pendek Tilik ini memiliki bentuk hampir dua
setengah kali lebih lebar dari tingginya. Dan
aspect ratio yang hampir identik dengan ini yaitu
sebesar 2,39:1 masih digunakan sampai sekarang.

Close and Open Space
Hampir disetiap gambar yang kita lihat
adalah ruang tertutup, karena secara fisik tertutup
oleh bingkai. Contohnya, di dalam museum yang
menampilkan karya seni dalam bingkai telah
menciptakan batas tertutup di setiap gambar.
Dalam majalah atau buku, garis bingkai adalah
batas dari gambar itu atau tepi halamannya.
Layar televisi, komputer, handphone tertutup
oleh bingkai plastik, nah sama halnya dalam film
pendek Tilik ini karena dirilis di platform
Youtube sehingga memiliki ruang tertutup
bingkai plastik karena Youtube diakses di dalam
komputer, tablet, atau handphone.
Sedangkan ruang terbuka tidak dapat
ditampilkan dengan baik, hal itu sesuai dengan
teori Bruce Block dimana layar televisi,
komputer, atau handphone tidak dapat
menampilkan ruang terbuka karena memiliki
garis bingkai yang luar biasa. Berbeda dengan
layar dari penampilan teater yang besar, sehingga
memberikan peluang terbaik untuk
menghilangkan garis bingkai dan dapat
menciptakan ruang terbuka.

Contrast and Affinity
Berbagai komponen space sebenarnya dapat

Halimatus Sya’diyah
10
dikaitkan dengan prinsip contrast and affinity.
contrast and affinity ini dapat terjadi dalam shot,
dari shor ke shot, dan dari sequence ke sequence.
Dalam film pendek Tilik ini, contoh contrast and
affinity tidak ditemukan secara jelas.

2) Line (Garis)
Komponen visual garis merupakan unsur
visual yang sangat penting karena dapat
mengontrol ruang, gerakan, dan ritme.
Komponen line tersebut dapat dilihat melalui
perbedaan tone dan warna. Line atau garis dapat
diungkapkan atau disembunyikan bergantung
tone dengan latar belakangnya. (Block, 2021)

Gambar 10. Scene ketika rombongan berhenti di tengah
sawah
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Dari scene pada menit ke 8:26 berikut
terlihat adanya komponen line yang terjadi
karena adanya perbedaan tone dan warna. Hal itu
dapat dilihat dari hasil kontras tone antara
hamparan sawah, pegunungan yang luas dengan
langit.
Sudut pengambilan gambar yang digunakan
dalam scene ini adalah eye level, dimana letak
penempatan kamera sejajar dengan objek atau
setara dengan pandangan mata normal, sehingga
tidak memiliki kesan atau penekanan apapun.
Sedangkan type shot yang digunakan dalam
scene berikut adalah extreme long shot, karena
menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh
dan menampilkan sebuah panorama yang luas.
Type shot dalam scene tersebut digunakan untuk
memperlihatkan truk yang berhenti di tengah
suasana indahnya hamparan sawah dan
pegunungan. Sehingga audiens tidak bosan
dengan scene yang didominasi di dalam truk dan
dapat merasakan suasana cerita yang dibawakan
dalam film pendek Tilik.
3) Shape (Bentuk)
Shape atau bentuk adalah komponen visual
dasar yang dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
ada bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Persegi,
lingkaran, dan segitiga, merupakan kategori
bentuk dua dimensi, sedangkan contoh bentuk
tiga dimensi yaitu kubus, bola, dan piramida. Jika
dilihat dalam dunia nyata tampaknya dipenuhi
dengan objek bentuk yang berbeda-beda,
sehingga tidak mungkin untuk
mengklasifikasikan semua. Namun, kita dapat
mengatur bentuk dengan menyederhanakannya
dan mengabaikan detailnya.

Gambar 11. Scene ketika rombongan berhenti di sebuah
masjid
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Jika dilihat dari tampilan visual dalam scene
pada menit ke 8:49 berikut, komponen shape
yang menonjol dan terlihat secara jelas dapat
ditemukan pada pintu masjid, yang memiliki
bentuk-bentuk dasar seperti kotak dan persegi
panjang.
Dalam scene berikut menggunakan sudut
kamera eye level. Dimana penempatan kamera
sejajar dengan objek yang ada di dalam frame.
Sedangkan type shot yang digunakan adalah long
shot yaitu pengambilan gambar dengan panorama
lebih luas untuk menampilkan tempat dan
suasana adegan itu dibuat. Fungsi atau kesan
yang disampaikan dari penggunaan type shot
seperti dalam scene menit ke 8:49 ini selain
menampilkan suasana masjid dari sisi serambi
masjid untuk pemberhentian ibu-ibu ketika
perjalanan ke rumah sakit, juga berfungsi untuk
shot pembuka sebelum digunakan shot yang
berjarak lebih dekat. Yaitu adegan pemberhentian
ketika sebagian dari ibu-ibu menggunakan kamar
mandi masjid.

“Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi dalam Film Pendek “Tilik” Karya Wahyu Agung Prasetyo”
11

Gambar 12. Scene ketika rombongan sudah tiba di parkiran
rumah sakit
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Kemudian jika dilihat dari gambar scene
berikut dapat ditemukan bentuk-bentuk dasar
yang menonjol dan terlihat detail, yaitu pada
bagunan rumah sakit, badan truk, dan lantai
parkiran rumah sakit yang memiliki bentuk-
bentuk kotak dan persegi panjang.
Level camera angle yang digunakan pada
scene berikut sama dari scene pada menit ke 8:49
yaitu sama-sama menggunakan sudut kamera eye
level, dimana posisi kamera sejajar dengan objek
gambar atau jika dilihat akan sejajar dengan mata
audiens. Sehingga audiens dapat melihat secara
normal seperti dengan melihat adegan yang
terjadi di tempat parkir tersebut.
Jika dilihat dari ukuran gambar atau objek
yang berada di dalam frame, type shot yang
digunakan adalah long shot. Pemilihan type shot
dalam scene ini bertujuan untuk menampilkan
atau menunjukkan secara jelas suasana parkiran
di sebuah rumah sakit sebagai pemberhentian
terakhir dimana Bu Lurah di rawat.

4) Tone (Pencahayaan)
Tone yang dimaksud dalam komponen
visual dasar sinematografi ini adalah
pencahayaan atau kecerahan objek. Untuk
mengimplementasikan tone pada film, terdapat
beberapa teknik, yaitu controlling tone,
coincidence and non coincidence, dan contrast
and affinity (Block, 2021).
Teknik pencahayaan pada film pendek Tilik
ini dominan menggunakan teknik pencahayaan
reflective control. Reflective control adalah
teknik pencahayaan yang menempatkan tone
sepenuhnya ditangan art director dan penata
kostum. Seperti dalam scene di luar ruangan
seperti ini dalam cuaca cerah, rentang tone dalam
adegan tersebut dikendalikan oleh kecerahan
sebenarnya, dari alat peraga, pakaian atau kostum
yang diatur, dan lokasi.


Gambar 13. Scene Ketika rombongan ibu-ibu menaiki truk
untuk berangkat menjenguk bu lurah
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Hal itu dapat dilihat dalam contoh scene
pada menit ke 1:41 yang menggunakan reflective
control karena memiliki intensitas pencahayaan
yang sama di setiap adegan dan menggunakan
kendali tone melalui alat peraga yaitu truk yang
dinaiki ibu-bu, pakaian dan lokasi yang
digunakan. Melalui kendali tone dari alat peraga,
pakaian dan lokasi tersebut mampu mendukung
tampilan cerita film pendek Tilik yang
menampilkan suasana di siang hari tersebut
secara baik.

Gambar 14. Scene ketika polisi menilang rombongan ibu-
ibu yang akan menjenguk bu lurah
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Selain reflective control, dalam scene pada
menit ke 23:32 juga ditemukan bahwa film ini
menggunakan teknik coincidence of tone. Teknik
pencahayaan coincidence of tone ini adalah teknik
pencahayaan kebetulan, tanpa menyembunyikan
subjek secara fisik dibalik objek lain. Fungsinya
untuk memperjelas tampilan aktor dalam frame,
sehingga memudahkan audiens melihat subjek

Halimatus Sya’diyah
12
atau aktor secara jelas.
Sudut pengambilan gambar yang digunakan
pada scene tersebut adalah eye level karena objek
sejajar dengan kamera serta dari ukuran objeknya
type shot yang digunakan adalah close up, dimana
subjek close-up aktor adalah wajah. Type shot
secara close up ini memiliki makna penekanan
emosional pada ekspresi wajah pak polisi yang
sedang memberhentikan atau memberikan
instruksi untuk berhenti kepada ibu-ibu dalam
scene tersebut. Sehingga audiens mampu melihat
mata dan ekspresi wajah polisi (aktor) dengan
mudah dan jelas bahwa adanya perintah untuk
berhenti.

5) Color (Warna)
Color (warna) adalah komponen visual yang
mudah disalahartikan. Warna dapat digunakan
untuk mengungkapkan persamaan atau perbedaan
antar karakter, peristiwa, dan lokasi. Maka dari
itu warna objek dalam setiap shot harus dipilih
dengan cermat. Dari 32 menit lebih 34 detik
panjangnya durasi dalam film pendek Tilik ini
setelah diamati mencapai angka 90%
menggunakan warna komplementer. Pemilihan
warna komplementer tersebut digunakan untuk
menampilkan kontras drama yaitu hangat dengan
sejuk. Pemilihan warna tersebut dapat
mendukung alur cerita, yaitu adegan gosip yang
diselingi dengan perseteruan pada film pendek
Tilik.

Gambar 15. Scene ketika rombongan ibu-ibu menaiki truk
untuk berangkat menjenguk bu lurah
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Pemilihan warna komplementer tersebut
dapat dilihat dalam scene pada menit ke 6:54
berikut dengan bantuan color wheel di
sampingnya yang memanfaatkan kombinasi
warna merah, ungu, oranye, biru, hijau. Warna
oranye dapat dilihat pada warna truk dan kesan
pencahayaan yang menggambarkan suasana terik
siang hari. Warna biru keabuan untuk langit dan
beberapa kostum aktor sebagai pemeran figuran.
Warna ungu muda, juga digunakan untuk
beberapa pemeran figuran yang berada di
belakang. Sedangkan warna hijau ada pada
pepohonan, pegunungan dan digunakan untuk
kostum pemeran utama yaitu bu Tejo agar
mendapatkan kesan kontras dengan lawan
bicaranya yang menggunakan kostum warna
merah. Dari kombinasi warna-warna tersebut
dapat menghasilkan ketegangan yang dinamis
dalam film serta memberikan kesatuan dan
keindahan pada struktur visual film.

6) Movement (Gerakan)
Komponen visual dasar movement (gerakan)
menjadi aspek penting dalam sebuah film, karena
dalam sebuah film tentu memiliki berbagai
gerakan pada setiap adegan-adegannya. Gerakan
ini merupakan komponen visual yang dapat
menarik perhatian audiens pertama kali. Di
dalam komponen visual movement ini terdapat
tiga cara untuk terjadinya suatu gerakan, yaitu
continuum of movement, camera movement, dan
object movement (Block, 2021).

Continuum of movement

Gambar 16. Scene ketika sedang membicarakan Dian
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

“Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi dalam Film Pendek “Tilik” Karya Wahyu Agung Prasetyo”
13
Jika dilihat pada dua gambar scene berikut
menekankan adanya continuum of movement dari
shot ke shot. continuum of movement ini
menggunakan teknik perg erakan yang
menghubungkan kedua shot ketika terjadi
percakapan bergantian antar aktor. sehingga titik
perhatian audiens akan bergeser dari wajah satu
ke wajah lainnya.
Dalam scene pada menit ke 12:41 tersebut
menggunakan sudut kamera eye level, karena
kamera ditempatkan sejajar dengan objek untuk
mengamati peristiwa dari ketinggian yang sama
dengan pandangan mata normal. Sedangkan type
shot yang digunakan adalah middle close up yakni
kondisi objek yang terlihat hanya setengah badan
atau sebatas pinggang hingga kepala, hal itu
berfungsi untuk memperlihatkan secara jelas
gerakan serta ekspresi wajah para aktor. Seperti
yang terlihat pada scene tersebut, pemilihan
middle close up memberikan penekanan pada
pergerakan dan detail ekspresi wajah Bu Tejo, Yu
Sam, dan Yu Tri ketika membicarakan Dian,
dengan begitu audiens mampu melihat secara
jelas ekspresi wajah aktor, yang menonjolkan
emosinya ketika membicarakan Dian sebagai
penggoda suami dari mereka. Sehingga audiens
dapat terbawa emosi dengan cerita yang terjadi.

Camera movement

Gambar 17. Scene ketika truk di perjalanan
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)
Kemudian pada scene di menit ke 18:13
hingga 18:18 berikut menunjukkan adanya
komponen visual movement berdasarkan
pergerakan kamera (camera movement). Dimana
teknik pergerakan kamera yang digunakan
tersebut adalah teknik tilt up, yaitu teknik
pengambilan gambar dengan cara memutar
kamera dari bawah ke atas.
Sedangkan level camera angle yang
digunakan dalam cuplikan scene berikut adalah
eye level. Karena posisi kamera dan objek truk,
beserta latar belakangnya terlihat sejajar,
sehingga audiens mampu melihat sesuai dengan
pandangan mata normal. Dari tampilan gambar
atau objek dalam frame, type shot yang
digunakan adalah dari extreme close up bagian
depan bawah truk pada menit ke 18:13 bergeser
menjadi long shot yang menampilkan panorama
yang lebih luas dari shot pada menit ke 18:18.
Sehingga audiens dapat melihat jelas suasana
jalan yang sedang ditampilkan. Selain itu
penggunaan type shot seperti ini untuk mengikuti
area luas ketika adegan berjalan, seperti pada
scene tersebut yang memperlihatkan secara
penuh objek truk yang sedang berjalan.
Object Movement

Gambar 18. Scene ketika Dian berjalan menuju ke arah
mobil suami Bu lurah
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Di dunia layar setiap objek yang bergerak
menghasilkan trek. Trek adalah jalur yang
tercipta dari objek yang bergerak. Dalam scene
pada menit ke 29:14 terlihat adanya pengambilan
gambar yang mengikuti pergerakan aktor.
Dalam scene tersebut dapat dilihat bahwa
teknik pengambilan gambar atau level camera
angle menggunakan sudut kamera eye level
sehingga terlihat sejajar dengan pandangan mata
audiens. Sedangkan jika dilihat dari objek yang

Halimatus Sya’diyah
14
berada dalam frame tersebut type shot yang
digunakan adalah long shot yang berfungsi untuk
menampilkan panorama yang luas dalam sebuah
frame dan sebagai shot pembuka sebelum
digunakan shot yang berjarak lebih dekat.
Pemilihan long shot pada scene tersebut untuk
menampilkan pergerakan aktor yang berjalan dari
kejauhan hingga memasuki mobil, lalu shot akan
diarahkan lebih dekat dengan aktor Dian.

7) Rhythm (Ritme)

Gambar 19. Scene ketika rombongan tiba di rumah sakit
(Sumber: platform youtube Ravacana Films)

Rhythm (ritme) pada film memiliki tiga sub-
komponen yaitu pergantian, maksudnya antara
suara dan keheningan akan menciptakan sebuah
ritme, kemudian pengulangan, yaitu gambar atau
bidang yang diulang-ulang akan tercipta sebuah
ritme dan tempo perbedaan antara berjalan dan
berlari adalah tempo. Dalam film pendek Tilik ini
dapat ditemukan adanya ritme pengulangan yang
dapat dilihat dalam scene pada menit ke 24:12
berikut. Ritme pengulangan tersebut dapat dilihat
dari adanya pengulangan objek jendela, pintu
rumah sakit, dan badan truk yang dominan
memiliki bentuk kotak maupun persegi panjang.
Sudut pengambilan gambar dalam scene
tersebut menggunakan sudut eye level dimana
pengambilan gambarnya dengan mengarahkan
kamera sejajar dengan objek dengan type shot
extreme long shot dimana teknik pengambilan
gambar memperlihatkan secara luas latar tempat
dan menggambarkan suasana rumah sakit.

SIMPULAN DAN SARAN
Hasil dari analisis komponen visual dasar
sinematografi yang dilakukan pada film pendek
Tilik karya Wahyu Agung Prasetyo ini terbukti
bahwa komponen-komponen visual dasar
sinematografi tersebut terpenuhi dengan baik.
Space adalah komponen visual yang kompleks,
karena tidak hanya menyatakan layar tempat
keenam komponen visual lainnya dapat terlihat,
namun space sendiri dapat memberi kontribusi
penting bagi keseluruhan struktur visual. Line
merupakan komponen visual yang dapat
mengontrol ruang, gerakan dan ritme line dalam
film Tilik ini dapat ditemukan karena adanya
perbedaan kontras tone atau warna. Shape
memiliki komposisi yang rapi namun di dunia
nyata dipenuhi dengan objek bentuk yang
berbeda-beda, dan tidak mungkin untuk
mengklasifikasikan semua. Tone yang digunakan
pada film pendek Tilik ini dominan
menggunakan teknik pencahayaan yang memiliki
intensitas yang sama hampir di setiap adegan
serta dominan menggunakan warna
komplementer untuk menimbulkan kesan
dramatis, movement merupakan komponen visual
yang penting, movement sendiri memiliki tiga
sub komponen, dengan sub-komponen tersebut
dapat membuat tampilan visual film jadi semakin
menarik. Sedangkan untuk komponen visual
dasar ritme dalam film pendek Tilik ini tidak
menampilkan ritme yang kompleks.
Dengan terpenuhinya komponen visual
dasar pada film, mampu membuat film menjadi
lebih menarik, dan mampu mempengaruhi
suasana hati audiens. Dari hasil analisis tersebut
juga membuktikan bahwa film pendek yang
terlihat sederhana dan natural tetap harus
memperhatikan komponen visual dasar
sinematografi untuk menambah kualitas sebuah
film.
Penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan, yaitu keterbatasan penulisan
sehingga tidak bisa memuat keseluruhan hasil
analisis pada film pendek Tilik. Harapannya
untuk penelitian sejenis dapat membahas lebih
luas dengan menggunakan studi kasus komponen
visual pada film secara lebih dalam.

REFERENSI
Alfathoni, M. A., & Manesah, D. (2020).
Pengantar Teori Film. Yogyakarta:
Deepublish.
Block, B. (2021). The Visual Story: Creating the
Visual Structure of Film, TV and Digital
Media (3 ed.). New York: Routledge.
Ibrahim, I. S. (2011). Budaya Populer Sebagai

“Analisis Komponen Visual Dasar Sinematografi dalam Film Pendek “Tilik” Karya Wahyu Agung Prasetyo”
15
Komunikasi : Dinamika Popscape dan
Mediascape di Indonesia Kontemporer.
Yogyakarta: Jalasutra.
Indriasti, X. J. (2021, November 23). Lifestyle.
Diakses Maret 27, 2022, dari Yoursay.id:
https://yoursay.suara.com/lifestyle/2021/
11/23/112031/4-keunggulan-film-
pendek-salah-satunya-hemat-biaya-data
Irawan, B., & Tamara, P. (2013). Dasar-Dasar
Desain. Jakarta: Griya Kreasi.
Liliandari, A. R. (2021). Analisis Komponen
Dasar Visual Storytelling dalam Video
Kampanye Sosial tentang Pelecehan
Seksual Pelajar pada Film Pendek
"Locker Room" Karya Greta Nash.
Koma Dkv.
Mascelli, J. V. (2010). The Five C's of
Cinematography. Fakultas Film & TV
IKJ.
Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian
Deskriptif Kualitatif. Jakarta Selatan:
REFERENSI (GP Press Group).
Nadilo, S. (2016). Jogja NETPAC Asian Film
Festival. Diakses Maret 20, 2022, dari
Asian Film Festivals:
https://asianfilmfestivals.com/jogja-
netpac-asian-film-
festival/?msclkid=9f7c71b2ac5f11ecbecd
39ebdb5d45c9
Puri, A., & Hartanto, M. (2020, Maret 23).
Pengertian Film Pendek Dan Panjang
Durasinya. Diakses Maret 25, 2022, dari
Studio Antelope:
https://studioantelope.com/apa-itu-film-
pendek/
Puspita, A. (2020, Agustus Kamis). Tribun News.
Diakses Desember 6, 2022, dari
Surya.co.id:
https://surabaya.tribunnews.com/2020/08
/20/biodata-wahyu-agung-prasetyo-
sutradara-film-tilik-yang-viral-karyanya-
sudah-tembus-internasional
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistiyawati, P., & Ulumuddin, D. I. (2019).
Analisis Komponen Visual Dasar
Sinematografi dalam Film Live Action
"Green Book". Demandia.
Suwanto, M. A. (2020). Sinematografi Pelajar.
edukasi.com.
World Cinema Amsterdam. (t.thn.). Diakses
Maret 24, 2022, dari I Amsterdam.:
https://www.iamsterdam.com/en/see-
and-do/whats-on/festivals/overview-film-
festivals/world-cinema-amsterdam
Yuwandi, I. (2018). Analisis Sinematografi
dalam Film Polem Ibrahim dan Dilarang
Mati di Tanah Ini. Repository UIN Ar
Raniry Aceh.