45

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR ANAK DI KOBER CEMPAKA III

Fitria Fauziah Hasanah, Nurul Fadilah, Ganjar Julian Pratama

Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah, Tasikmalaya, Indonesia
[email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Lembaga Pendidikan anak usia dini sebagai tempat anak belajar, perlu memperhatikan
lingkungannya agar menarik untuk anak belajar. Agar menarik, maka dalam penyediaan
dan pengemasan lingkungan belajar tersebut harus dipertimbangkan karakteristik,
perasaan, minat, dan dinamika belajar anak. Diperlukan adanya kerja sama antar
semua komponen sekolah dalam mengelola lingkungan belajar anak. Penelitian ini
menganalisis pengelolaan lingkungan belajar anak di Kober (Kelompok Bermain)
Cempaka III Kawali, Ciamis, Kabupaten Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan pengambilan data menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan diantaranya mengenai
penataan ruang dan perlengkapan belajar, pemilihan dan penggunaan perlengkapan
belajar, gaya penataan tempat duduk dalam ruang kelas, dan suasana psikologis dalam
pembelajaran anak.
Kata kunci: Pengelolaan, Lingkungan Belajar, Anak Usia Dini.

ABSTRACT

Early childhood education institutions as a place for children to study, need to pay
attention to their environment so that it is attractive for children to learn. In order to be
interesting, the provision and packaging of the learning environment must consider the
characteristics, feelings, interests, and dynamics of children's learning. There is a need
for cooperation between all components of the school in managing the child's learning
environment. This study analyzes the management of the children's learning environment
in Kober (Play Group) Cempaka III Kawali, Ciamis, West Java Regency. This study uses
qualitative research methods by collecting data using observation, interviews, and
documentation. The results of the research show that, among other things, the
arrangement of space and learning equipment, the selection and use of learning
equipment, the style of seating arrangement in the classroom, and the psychological
atmosphere in children's learning.
Keywords: Management, Learning Environment, Early Childhood.

PENDAHULUAN
Pengelolaan adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya (Adisel, 2019). Pengelolaan juga
dikenal dengan istilah managemen, Definisi Manajemen sebagai suatu proses sosial yang

46

berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-
sumber lainnya, manajemen ini tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus dibantu dengan
orang lain, dimana menggunakan cara yang efektif serta efisien agar mencapai suatu
tujuan yang ditetapkan yaitu untuk meningkatkan infrastruktur pendidikan dan
manajemen fasilitas (Fajarani et al., 2021). Dalam manajemen pengelolaan lingkungan
belajar yang diperhatikan adalah desain lingkungan PAUD yaitu penataan tempat,
tampilan indoor maupun outdoor PAUD. Lingkungan belajar harus meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran serta mengakomodasi kebutuhan semua peserta didik
(Shawket, 2016). Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Dari lingkungan, anak belajar
ten-tang kebersihan, kerapian, disiplin, keman-dirian, semangat pantang menyerah, dan
banyak hal lainnya. Oleh karena itu, ling-kungan pada Pendidikan Anak Usia Dini harus
direncanakan, ditata, dimanfaatkan, dan dirawat secara cermat agar mampu men-dukung
pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan bersama (Baiti, 2020).
Sedangkan dalam konsep pengelolaan lingkungan belajar merupakan hal yang
sangat penting bagi guru (Susanti, 2018). Proses pembelajaran akan selalu berlangsung
dalam suatu adegan kelas. Adegan kelas itu perlu diciptakan dan dikembangkan menjadi
wahana bagi berlangsungnya pembelajaran yang efektif. Hal ini tentu saja harus didukung
oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas. Guru adalah pengatur dalam setiap proses
yang terjadi dalam lingkungan kelas (Sunhaji, 2014). Keberhasilan dalam proses
pembelajaran membutuhkan yang Namanya seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik
yang profesional guru harus bisa handal dan terampil dalam mengelola lingkungan belajar
(Bunga et al., 2019). Peran guru di dalam pembelajaran bukan semata-mata memberikan
informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and
facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai (Asmah & Mustaji, 2014).
Anak memiliki karakteristik yang senang bermain, selalu ingin tahu, ingin
diperhatikan, polos, senang dipuji, rajin dan kreatif. Jadi, dalam memberi pendidikan
kepada peserta didik hendaknya guru juga mempelajari karakter dari peserta didiknya
sehingga lingkungan belajarnya juga relevan dengan anak (Yosada & Kurniati, 2019).
Lingkungan belajar harus menyediakan kesehatan, keselamatan dan keamanan.
Sekolah harus menjadi tempat yang aman secara fisik, psikologis, dan emosional. Ukuran
dan skala sekolah dapat memengaruhi kesehatan dan keselamatan dengan memengaruhi
kemampuan anak dan orang dewasa. Pencahayaan, kualitas udara dalam ruangan dan

47

toksisitas bahan mempengaruhi kemampuan sekolah untuk menjadi tempat belajar yang
nyaman. Suasana psikologis yang harus diciptakan pada fasilitas pembelajaran adalah
suasana yang menyerupai suasana rumah. Hal ini dimunculkan agar anak-anak merasa
nyaman, bebas bergerak ke sana ke mari, menyenangkan, dan bukan hanya duduk dalam
tempat yang sama sepanjang tahun. Hal yang perlu diperhatikan tersebut diantaranya
adalah : control lingkunga, keamanan, kenyamanan, daya Tarik, rasa tanggung jawab,
akustik dan pencerahan, serta suhu dan ventilasi (Maryana et al., 2010).
Penelitian mengenai pengelolaan lingkungan belajar di Lembaga Pendidikan anak
usia dini sangat penting untuk dilakukan, oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji
pengelolaan lingkungan belajar diantaranya mengenai penataan ruang dan perlengkapan
belajar, pemilihan dan penggunaan perlengkapan belajar, gaya penataan tempat duduk
dalam ruang kelas, dan suasana psikologis dalam pembelajaran anak.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang mempunyai
sifat deskriptif, penelitian ini lebih cenderung menggunakan analisis. Teknik
pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Lembaga KOBER Cempaka III Kawali, Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat. Wawancara dilaksanakan dengan guru dan kepala sekolah, observasi
dilaksanakan dengan memperhatikan pengelolaan lingkungan belajar anak, dan
dokumentasi dikumpulkan data-data terkait fokus penelitian yaitu pengelolaan
lingkungan belajar, dalam hal ini berupa dokumen-dokumen dan foto kondisi lingkungan
belajar di KOBER Cempaka III. Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan triangulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Sekolah
KOBER (Kelompok Bermain) Cempaka III berdiri pada tahun 2007 yang
bertempat di dusun Tanjung sari Rt/Rw 19/06 desa Margamulya Kecamatan Kawali,
Kabupaten Ciamis. Memiliki fasilitas yaitu Gedung milik sendiri, terdapat satu ruang
kelas dan satu Gudang, area bermain yang luas serta menerapkan motto PAUD yaitu
“bermain sambil belajar dengan tujuan salahsatunya mengembangkan aktivitas dan

48

kreatifitas anak melalui pengalaman belajar agar memiliki keterampilan, kemampuan dan
pengalaman yang bermanfaat”.
2. Penataan ruang dan perlengkapan belajar
a. Ukuran anak sebagai standar
Dalam penggunaan perlengakapan pembelajaran di sekolah KOBER Cempaka
III ini sudah memperhatikan standar ukuran anak, seperti dalam ukuran kursi dan
meja sudah cocok digunakan oleh anak.
b. Pentingnya ruangan yang rapi
Pada saat observasi awal dilakukan, ruagan terlihat rapih namun seiring
bertambah waktu menuju siang kelas berantakan. Kursi di pindah atau dipakai main
oleh anak. Seiring dengan aktivitas yang dilakukan di kelas, ruang kelas terkadang
menjadi tidak rapi karena memang digunakan oleh anak-anak dalam beraktivitas,
namun setelah selesai kegiatan pembelajaran, anak-anak dan dibantu oleh guru-
guru kemudian Kembali merapikan ruangan.


Gambar 1. Ruang Kelas

c. Mempertimbangkan lalu lintas orang dalam ruang kelas
Karena kelas memiliki space yang cukup besar, maka untuk dilalui oleh orang
tidak akan berdesakan. Berbagai furniture yang berada di dalam ruang kelas pun
tidak menghamangi lalu lintas guru dan anak-anak untuk ber aktivitas.
d. Memisahkan ruangan yang ribut dengan ruangan yang sepi
KOBER ini belum memiliki ruangan sentra dikarnakan belum memiliki dana
yang cukup untuk membangun ruangan yang lebih. Jadi penggunaan ruangan
belajar hanya satu tempat untuk semua aktifitas yang ada di indoor. Kekurangan
anggaran dana untuk pembangunan ruangan kelas ini menjadi penghambat untuk

49

sekolah dapat memisahkan antara ruangan yang ribut dengan ruangan yang rapi,
karena ruangan digunakan seluruhnya untuk kegiatan belajar yang beragam.
e. Kelas selalu bersih rapih dan menyenangkan
Untuk menciptakan kelas yang bersih, setiap pulang sekolah ibu guru dan para
orang tua bergiliran untuk membereskan, membersihkan, merapihkan ruang kelas.
Pada pemilihat cat diruangan dipilih warna cerah yaitu warna merah muda dan
dihiasi berbagai macam bacaan untuk anak. Hal itu bisa membuat anak tidak kaku
dengan ruangan yang polos.
f. Penempatan barang yang membantu pengawasan guru
Untuk penempatan barang tertata dengan rapih dan bisa di awasi oleh guru
seperti tempat sampah yang bisa di jangakau oleh anak.

g. Cara menyimpan bahan dan perlengkapan belajar
Sekolah ini belum mempunyai loker penyimpanan barang karena faktor
kurangnya anggaran dana. Tetapi ada tempat penyimpanan barang berupa laci dan
meja.
h. Memahami tujuan dan manfaat media yang digunakan
Media pembelajaran yang diguanakan beragam misalnya di KOBER ini
menggunakan media bercerita dengan menggunakan boneka karakter yang
sederhana dan juga bisa menggunakan APE yang melatih motoric anak seperti biji
bijian untuk membuat huruf atau angka di atas kertas.
Gambar 3 Alat Permainan Edukatif
3. Pemilihan dan penggunaan perlengkapan belajar
a. Loker anak
KOBER ini belum memiliki loker anak, karena itu barang barang yang dimiliki
anak seperti buku gambar bisa di simpan di lemari sekolah. Untuk menyimpan tas
anak, anak selalu menyimpan tasnya di kursi yang kosong atau di bawah (lantai).

50

b. Memilih perlengkapan furniture
Dalam pemilihan furniture sekolah ini menggunakan bahan yang aman dan bisa
menjamin keselamatan anak. Namun ada beberapa kekurangan yaitu penggunaan
meja yang ujungnya lancip. Hal itu kurang di sarankan untuk penggunaan meja
belajar anak, karena khawatir akan melukai anak. Oleh karena itu pada setiap saat
anak ber aktivitas sangat diperlukan pengawasan orang dewasa. Adapun untuk
penggunaan kursi belajar anak di KOBER Cempaka III ini sudah digunakan kursi
yang aman untuk anak.
c. Memilih media atau mainan
Sama halnya dengan pemilihan furniture, memilih media atau mainan
menggunakan yang aman, bersih dan awet. Yang terpenting adalah tidak
membahayakan anak.
d. Setting area pembelajaran
Untuk tata letak ruang pembelajaran tidak semenarik sekolah lain atau sebesar
sekolah lain, tetapi sekolah ini sudah berusaha maksimal untuk menciptakan
suasana kelas yang sesuai dengan selera anak tetapi faktor dana menjadi hambatan
yang utama.
4. Gaya Penataan Tempat duduk dalam ruang kelas
Gaya tempat duduk disekolah ini bisa berubah ubah tapi yang sering dipakai adalah
gaya seminar. Gaya seminar memudahkan guru mengawasi dari depan, begitu juga saat
anak anak mencari sesuatu ataupun bertanya bisa menghadap ke depan.
Gambar 4. Gaya tempat duduk anak dengan gaya seminar
5. Suasana Psikologis
a. Kontrol lingkungan
Guru melakukan kontrol lingkungan seminggu sekali dengan mengecek
berbagai hal dari mualai alat pembelajaran, ruangan kelas, kamar mandi, dan

51

halaman sekolah.
b. Keamanan
Untuk keamanan belum sempurna karena sekolah belum memiliki pagar
pembatas antara masjid umum dengan sekolah, atau antara sekolah dengan jalan.
Juga belum memiliki system keamanan seperti CCTV maupun deteksi kebakaran,
Tetapi guru didampingi orang tua untuk menjaga anak anak.
c. Kenyamanan
Sekolah berupaya memberikan kenyamanan di lingkungan belajar anak dengan
cara memberikan kenyamanan yang dilihat dari kebersihan dan kelayakan semua
aspek baik itu dari aspek sarana dan prasarana, pendidik dan pengelolaan
lingkungan.
d. Daya Tarik
KOBER Cempaka III memilih ruangan yang di cat dengan warna cerah, dengan
menempelkan berbagai majalah pengetahuan dan tidak lupa alat permainan anak
seperti perosotan dan ayunan.
e. Rasa tanggung jawab
Guru meminta anak agar setelah memakan makanan yang ada plastiknya
dibuang ketempat sampah yang di sediakan guru. Guru juga mengajarkan agar
merapihkan alat tulis yang sudah dipakai oleh anak saat pembelajaran. Hal itu dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab pada anak, berani melakukan berani tanggung
jawab terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan belajarnya.
f. Akustik dan penerangan
Akustik yang dilakukan guru yaitu dengan memberi tahu kepada anak untuk
tidak berbicara terlalu keras agar tidak gaduh. Penerangan yang ada di KOBER
tidak terlalu terang, karena tidak memiliki cukup besar jendela atau pencahayaan
dari matahari.
Gambar 5. Jendela kelas

52

g. Suhu dan Ventilasi
Suhu yang ada di KOBER cenderung sejuk apabila pagi pagi dan panas saat
siang karena terletak di atas. Ventilasi di manfaatkan dengan baik karena melalui
ventilasi juga bisa keluar masuk udara selain dari pintu. Untuk mengindari iklim
yang membuat suasana tidak nyaman bisa dengan misalkan musim dingin bisa
menyediakan karpet bulu.

KESIMPULAN

Setiap pendidikan memiliki tujuannya masing-masing, termasuk Pendidikan untuk
anak, tujuan ini mempengaruhi anak dan kebutuhannya, kebutuhan ini harus dipenuhi
melalui desain lingkungan belajar. Di sisi lain, karakteristik lingkungan belajar anak dapat
membatasi ambisi anak, mempengaruhi proses pendidikan dan kepribadian anak.
Pengelolaan lingkungan belajar. Penelitian ini memberikan inspirasi bahwa pengelolaan
lingkungan belajar diperlukan dengan melalui pertimbangan yang matang. Semakin baik
suatu lingkungan belajar dipersiapkan, maka akan semakin positif respon dari anak-anak
dalam belajarnya.
Saran untuk penelitian terkait pengelolaan lingkungan belajar, diharapkan para peneliti
dapat meneliti dan menganalisis lingkungan belajar untuk anak secara lebih detail, seperti
spesifik penelitian area indoor atau area outdoor di Lembaga Pendidikan untuk anak usia
dini maupun di playground (area bermain) untuk anak yang digunakan secara umum oleh
masyarakat, sehingga lingkungan tempat anak belajar maupun bermain dapat
diperhatikan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Adisel. (2019). Manajemen Sistem Informasi Pembelajaran. Journal Of Administration
and Educational Management (ALIGNMENT) , 2(2), 105–112.
https://doi.org/10.31539/ALIGNMENT.V2I2.900
Asmah, A., & Mustaji. (2014). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Alam Pasir Sebagai
Sumber Belajar Terhadap Kemampuan Sains dan Motorik Halus Anak Usia Dini.
Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan , 2(1), 13–36.
https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalkwangsan/article/view/12
Baiti, N. (2020). Konsesp Pengelolaan Desain Lingkungan Pendidikan Anak Usia DIni.

53

Primearly : Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Dan Anak Usia DIni , 3(1).
http://journal.iaisambas.ac.id/index.php/prymerly/article/view/118
Bunga, B. N., Koten, M. L. B., & Koten, A. N. (2019). Pengelolaan Lingkungan Kelas
Sebagai Sarana Bermain Sambil Belajar Bagi Anak TK. Journal of Health and
Behavioral Science, 1(4), 262–274. https://doi.org/10.35508/jhbs.v1i4.2109
Fajarani, R., Sholihah, U., & Khanafi, A. F. (2021). Manajemen Sarana dan Prasarana
dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), 2(7), 1233–1241.
Maryana, R., Rachmawati, Y., & Nugraha, A. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar.
Kencana.
https://books.google.co.id/books?id=sW9ADwAAQBAJ&printsec=copyright&hl=
id#v=onepage&q&f=false
Shawket, I. M. (2016). Educational Methods Instruct Outdoor Design Principles:
Contributing to a Better Environment. Procedia Environmental Sciences, 34, 222–
232. https://doi.org/10.1016/J.PROENV.2016.04.021
Sunhaji. (2014). Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal
Kependidikan, 2(2), 30–46. https://doi.org/10.24090/JK.V2I2.551
Susanti, S. M. (2018). Manajemen Pengelolaan Lingkungan Belajar PAUD Berbasis
Masyarakat. Tumbuh Kembang: Kajian Teori Dan Pembelajaran PAUD, 5(1), 71–
79. https://doi.org/10.36706/JTK.V5I1.8216
Yosada, K. R., & Kurniati, A. (2019). Menciptakan Sekolah Ramah Anak. PERKHASA:
Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar , 5(2), 145–154.
https://doi.org/10.31932/jpdp.v5i2.480