Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

Available online at: https://journal.uny.ac.id/index.php/jurnaldiklus

DIKLUS: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
Number: 2 (volume: 5), September 2021 - 169


Analisis Dampak Pelatihan Peningkatan Kompetensi Layanan Konseling
Kelompok pada Guru BK SMA Se-Kabupaten Sleman

Siti Aminah
1*
, Diana Septi Purnama
2
, Suwarjo
3
, Fathur Rahman
4

Universitas Negeri Yogyakarta
1234
[email protected]
1
, [email protected]
2
, [email protected]
3
, [email protected]
4


Received: 31 August 2021; Revised: 08 September 2021; Accepted: 20 September 2021

Abstrak: Kompetensi profesional guru bimbingan dan konseling merupakan aspek penting yang
membekali guru bimbingan dan konseling dalam memberikan bimbingan dan konseling di sekolah. Salah
satu kompetensi yang perlu ditingkatkan yaitu kemampuan guru bimbingan dan konseling dalam
menyelenggarakan layanan konseling kelompok. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah
ceramah, diskusi, penugasan dan simulasi. Hasil analisis dampak pelatihan peningkatan kompetensi
layanan konseling kelompok dengan analisis kualitatif menunjukkan bahwa Guru bimbingan dan
konseling memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan. Berdasarkan analisis penugasan
ditemukan bahwa terdapat peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam merancang layanan
konseling kelompok. Hasil analisis observasi dan wawancara setelah simulasi menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan dalam melaksanakan layanan konseling kelompok. Hasil analisis kuesioner
evaluasi berkaitan tentang penyelenggaraan pelatihan menunjukkan bahwa pelatihan peserta merasa
puas dan senang mengikuti pelatihan. Peserta mengharapkan adanya kegiatan lanjutan untuk
memperdalam kemampuan menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.

Kata Kunci: analisis, konseling kelompok, pelatihan

Analysis of the Impact of Training for Competency Improvement in Group
Counseling Services for High School Counseling Teachers in Sleman
Regency

Abstract: The professional competence of guidance and counseling teachers is an important aspect that
equips guidance and counseling teachers in providing guidance and counseling in schools. One of the
competencies that need to be improved is the ability of guidance and counseling teachers in providing group
counseling services. The methods used in this training are lectures, discussions, assignments and
simulations. The results of the analysis of the impact of training on improving the competence of group
counseling services with qualitative analysis indicate that guidance and counseling teachers have a high
interest in participating in activities. Based on the assignment analysis, it was found that there was an
increase in understanding and skills in designing group counseling services. The results of the analysis of
observations and interviews after the simulation showed an increase in skills in implementing group
counseling services. The results of the analysis of the evaluation questionnaire related to the
implementation of the training show that the training participants were satisfied and happy to participate
in the training. Participants expect further activities to deepen their ability to provide guidance and
counseling services.

Keywords: analysis, group counseling, training

How to Cite: Aminah, S, et al (2021). Analisis Dampak Pelatihan Peningkatan Kompetensi Layanan Konseling
Kelompok pada Guru BK SMA Se-Kabupaten Sleman.Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 5(2), 169-179.
doi: https://doi.org/10.21831/diklus.v5i2.43549

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 170
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


PENDAHULUAN
Sebagai komponen yang terpadu
dalam sistem pendidikan, bimbingan dan
konseling memfasilitasi perkembangan
peserta didik/konseli untuk mencapai
kemandirian dalam wujud kemampuan
memahami diri dan lingkungan, menerima
diri, mengarahkan diri, dan mengambil
keputusan, serta merealisasikan diri secara
bertanggung jawab, sehingga bahagia dan
sejahtera dalam kehidupannya
(Kemendikbud, 2016). Bimbingan dan
konseling pada satuan pendidikan
diselenggarakan untuk membantu peserta
didik/konseli dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Salah satu upaya
membantu peserta didik/konseli dalam
meminimalisir dan mengatasi kendala
dalam pencapaian tugas perkembangannya
yaitu melalui layanan konseling kelompok.
Konseling kelompok merupakan
layanan konseling yang diberikan kepada
sejumlah peserta didik/konseli dalam
suasana kelompok dengan memanfaatkan
dinamika kelompok untuk saling belajar
dari pengalaman para anggotanya sehingga
peserta didik/konseli dapat mengatasi
masalah. Tujuan konseling kelompok
adalah memfasilitasi konseli melakukan
perubahan perilaku, mengkonstruksi
pikiran, mengembangkan kemampuan
mengatasi situasi kehidupan, membuat
keputusan yang bermakna bagi dirinya dan
berkomitmen untuk mewujudkan
keputusan dengan penuh tanggungjawab
dalam kehidupannya dengan
memanfaatkan kekuatan (situasi)
kelompok. Pendekatan kelompok dalam
layanan bimbingan dan konseling memiliki
keuntungan khusus untuk konseling
sekolah. Konseling kelompok di sekolah
dirancang untuk menangani permasalahan
belajar, pribadi, karir atau masalah sosial
(Corey, 2016).
Prosedur kelompok dalam konseling
dan psikoedukasi menjadi solusi
penggunaan metode yang bijaksana untuk
memenuhi kebutuhan beban klien yang
meningkat (Berg et al., 2006). Konseling
kelompok dinilai efektif dan efisien dalam
menghemat waktu konselor hal tersebut
menjadi daya tarik utama dari konseling
kelompok (Ward, 2004). Program konseling
kelompok dapat memberikan individu
berbagai jenis pengalaman yang membantu
mereka belajar berfungsi secara efektif,
mengembangkan toleransi terhadap stres
dan kecemasan, dan untuk menemukan
kepuasan dalam bekerja dan hidup dengan
orang lain (Corey, 2016).
Konseling kelompok juga dapat
digunakan untuk membantu siswa dalam
mempelajari tingkah laku pemecahan
masalah sosial, yang membantu mereka
memutuskan karir yang akan dipilihnya
(Hutchinson, Freeman, dan Quick dalam
Gladding, 2012). Intervensi kelompok juga
dapat membantu siswa yang memiliki
masalah dengan kenakalan remaja untuk
meningkatkan pendewasaan, kemampuan
bekerja secara berkesinambungan dan
menjalin persahabatan dengan orang lain
(Vinet, Henry, dan Campbell, 2001 dalam
Gladding, 2012).
Tahapan dalam konseling kelompok
terdiri dari tahap awal (beginning stage),
tahap kerja (working stage) dan tahap
pengakhiran (terminating stage) (Jacobs et
al., 2012). Dalam mengelola kelompok, guru
BK sebagai pemimpin perlu menguasai
ketrampilan konseling kelompok.
Ketrampilan dasar dalam konseling
kelompok diantaranya mendengarkan aktif,
dan lain-lain. Ketrampilan konseling
kelompok bertujuan untuk menumbuhkan
kohesivitas kelompok. Perbedaan latar
belakang, kepribadian dan aspek-aspek lain
pada setiap anggota kelompok dapat
menimbulkan storming dimana terjadi
perbedaan pikiran dan pendapat. Guru BK
berperan untuk memf asilitasi semua
anggota kelompok untuk berpartisipasi
aktif selama proses konseling kelompok
berlangsung.
Dalam penerapan di sekolah, layanan
responsif dalam bentuk kelompok masih
jarang dilaksanakan. Berbagai kendala
dialami guru BK diantaranya terdapat

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 171
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


kesalahan konsep penyelenggaraan
konseling kelompok. Guru BK menganggap
bahwa pelaksanaan konseling kelompok
sama dengan bimbingan kelompok.
Sehingga bentuk konseling kelompok yang
dilaksanakan berupa penasehatan bersama-
sama. Pelaksanaan konseling kelompok di
sekolah masih terdapat beberapa
kelemahan yaitu berkaitan dengan proses
persiapan konseling kelompok seperti hasil
identifikasi potensi dan masalah siswa tidak
tepat serta tujuan konseling belum
dirumuskan secara tepat (Ardimen, 2017),
pelaksanaan konseling kelompok, dan
dalam evaluasi pelaksanaan layanan
konseling kelompok (Sutanti, 2015). Selain
itu, konseling kelompok seringkali bukan
menjadi fokus pelatihan pada jenjang
pendidikan (Crespi, 2009).
Kondisi ini tentu belum sesuai dengan
kualitas konselor yang berupa semua
kriteria kelebihan, pada aspek pribadi,
pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan
nilai-nilai yang mendukung dalam
melaksanakan proses dan mencapai tujuan
konseling (Willis, 2019). Kompetensi
professional merupakan salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
bimbingan dan konseling. Kompetensi
professional terdiri dari menguasai konsep
dan praksis asesmen, kerangka teortetik
dan praksis, merancang program BK,
mengimplementasikan program, menilai
profesi dan hasil kegiatan BK, memiliki
kesadaran dan komitmen terhadap etika
professional, dan menguasai konsep dan
praksis penelitian dalam bimbingan dan
konseling. Upaya pengembangan
kompetensi professional membutuhkan
kerja sama berbagai pihak untuk
meningkatkan kemampuan dan kualitas
layanan bimbingan dan konseling.
Pengembangan kualitas dilakukan dari
unsur sekolah dan juga oleh guru itu
sendiri. Contoh kegiatan pengembangan
profesi guru BK s eperti mengikuti
organisasi profesi, workshop, seminar dan
lain sebagainya (Bhakti et al., 2018).

Pelatihan sebagai salah satu upaya
pengembangan kompetensi guru
bimbingan dan konseling. Pelatihan guru
berkontribusi pada mutu pendidikan
apabila di dalam perencanaan pelatihan,
pelaksanaan, strategi pelatihan dan
evaluasinya mengacu pada prinsip-prinsip
pengembangan manusia yang kualitatif
(Khadijah, 2018). Melalui pelatihan, guru
bimbingan dan konseling tidak saja
memahami konsep-konsep teoritis tentang
konseling kelompok dan peran konseling
kelompok, tetapi yang lebih utama adalah
mereka mengalami sendiri proses menjadi
anggota konseling kelompok, menjadi
fasilitator kelompok, dan terlibat secara
aktif dalam proses interaksi kelompok
(Afiatin et al., 2000). Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan dampak
pelatihan terhadap peningkatan
kompetensi guru bimbingan dan konseling
dalam melaksanakan layanan konseling
kelompok. Dampak diperoleh melalui
analisis hasil pengamatan, wawancara dan
angket evaluasi kegiatan pelatihan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian menggunakan
penelitian kualitatif. Subyek dalam
penelitian ini adalah guru bimbingan dan
konseling SMA/SMK di Kabupaten Sleman
yang berjumlah 25 orang. Proses penentuan
subyek berdasarkan sosialisasi yang
diselenggarakan melalui Musyawarah Guru
Bimbingan dan Konseling (MGBK)
Kabupaten Sleman. Peserta mendaftar
sukarela untuk menjadi subyek dan
mengikuti pelatihan. Dalam penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan dampak
pelatihan terhadap peningkatan
kompetensi guru bimbingan dan konseling
dalam menyelenggarakan layanan
konseling kelompok. Penelitian ini berfokus
pada dampak pelatihan terhadap aspek
afektif dan action yang berupa respon
peserta terhadap pelatihan dan peningkatan
kemampuan peserta dalam melaksanakan
layanan konseling kelompok dalam simulasi
kelompok. Metode pengambilan data

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 172
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


menggunakan wawancara dan observasi.
Kisi-kisi pedoman wawancara terdapat pada
tabel 1.

Tabel 1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
Variabel Indikator
Basic skills
pemimpin
konseling
kelompok
Pemahaman dan ketrampilan peserta dalam
melaksanakan ketrampilan pemimpin
kelompok dalam bentuk verbal dan non
verbal yang bertujuan untuk menumbuhkan
dinamika kelompok dalam konseling
kelompok
Tahapan
konseling
Kelompok
Pemahaman dan ketrampilan peserta
pelatihan dalam melaksanakan tahapan
konseling kelompok yang terdiri dari tahap
awal (beginning stage), tahap kerja (working
stage), dan tahap akhir (terminating stage)

Observasi dilakukan oleh dosen dan
fasilitator pendamping (mahasiswa)
menggunakan pedoman observasi. Pada
tabel 2 disajikan kisi-kisi pedoman
observasi pelaksanaan simulasi layanan
konseling kelompok.

Tabel 2 Kisi-Kisi Pedoman Observasi
Konseling Kelompok
Variabel Indikator
Basic skills
pemimpin
konseling
kelompok
a. Kemampuan peserta dalam
mengidentifikasi bentuk-bentuk
ketrampilan dasar pemimpin
konseling kelompok pada saat simulasi
b. Kemampuan peserta dalam merespon
verbal dan non verbal selama proses
pelaksanaan simulasi konseling
kelompok
Tahapan
konseling
Kelompok
a. Kemampuan peserta dalam
mengidentifikasi langkah-langkah
dalam setiap tahapan konseling
kelompok
b. Kemampuan peserta dalam
menerapkan pentingnya dinamika
kelompok dalam pelaksanaan
konseling kelompok
c. Peserta mengenali dan melaksanakan
setiap tahapan konseling kelompok
sesuai dengan prosedur

Pelatihan peningkatan kompetensi
konseling kelmpok diselenggarakan dengan
metode ceramah, diskusi, penugasan dan
simulasi terbimbing. Pelatihan
dilaksanakan selama dua minggu dengan
dua pertemuan

a. Seminar dan Simulasi kelas besar
Pada pertemuan pertama, peserta
menyusun kontrak belajar bersama
dengan tim pelaksana. Selanjutnya
pemaparan materi mengenai 1)
konsep dasar konseling kelompok, 2)
tahapan konseling kelompok, 3)
ketrampilan pemimpin konseling
kelompok dan 4) pendekatan dalam
konseling kelompok. Selanjutnya, tim
melakukan simulasi dengan
melibatkan perwakilan peserta. Pada
sesi akhir pertemuan pertama, peserta
dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap
kelompok menyusun penugasan
berupa analisis studi kasus di sekolah
dan rencana pemberian layanan
sesuai dengan kasus yang akan
diselesaikan.
b. Penugasan
Peserta menyusun studi kasus
berdasarkan permasalahan yang
dialami siswa di sekolah masing-
masing. Selanjutnya hasil studi kasus
digunakan untuk menyusun rencana
pelaksanaan layanan (RPL) yang
digunakan sebagai bahan pelaksanaan
praktik simulasi di kelompok -
kelompok kecil.
c. Simulasi
Pertemuan kedua dilakukan simulasi
terbimbing. Setiap kelompok
didampingi satu dosen dan
mahasiswa untuk melakukan simulasi
pelaksanaan konseling kelompok
sesuai dengan rancangan yang telah
disusun dalam penugasan. Simulasi
dimulai dari tahap awal, tahap inti
dan tahap pengakhiran. Setelah
simulasi selesai masing-masing
peserta dalam kelompok memberikan
feedback melalui focus group
discussion.

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 173
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


d. Evaluasi
Evaluasi pelatihan dilaksanakan
dalam bentuk evaluasi proses dan
hasil. Kedua jenis evaluasi
menggunakan instrumen pedoman
wawancara, pedoman observasi dan
angket terbuka. Tim melakukan
pengamatan selama pelatihan
berlangsung dan melakukan
wawancara di akhir pelaksanaan
pelatihan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Pada pertemuan pertama peserta
pelatihan minat yang tinggi untuk
mengikuti pelatihan peningkatan
kompetensi konseling kelompok. Hal ini
ditunjukkan dengan antusiasme peserta
dalam mengikuti pelatihan hari pertama
dengan terlibat aktif dalam penyusunan
kontrak belajar pada awal sesi pelatihan.
Peserta menyusun komitmen dan
kesanggupan untuk mengikuti seluruh
rangkaian kegiatan pelatihan hingga selesai.
Pemaparan materi konseling
kelompok berlangsung dengan dinamis.
Peserta terlibat aktif melalui diskusi dengan
mengajukan pertanyaan, memberikan
tanggapan dan berbagi pengalaman
penyelenggaraan layanan konseling
kelompok di sekolah. Setelah pemaparan
materi, narasumber melakukan simulasi
konseling kelompok dengan melibatkan
sebagian peserta pelatihan sebagai anggota
kelompok. Simulasi dalam kelompok besar
mendapatkan respon positif dari peserta
pelatihan:
“Saya mendapatkan pengalaman baru
dalam melaksanakan layanan
konseling kelompok. Selama ini saya
belum menerapkan tahapan konseling
kelompok yang sesuai. Ketrampilan
pemimpin konseling kelompok
(konselor) juga sangat mempengaruhi
anggota kelompok dalam mengikuti
sesi konseling kelompok”
(Wawancara, subjek)
Hasil kutipan wawancara lain
menjelaskan bahwa simulasi dalam
kelompok besar memberikan gambaran
yang lebih jelas tentang aplikasi teori dan
tahapan konseling kelompok.
“Setelah disimulasikan oleh
narasumber, jadi lebih jelas tahapan-
tahapannya. Juga memahami ternyata
sikap konselor dan ketrampilan dalam
memimpin itu penting karena
berdampak pada kesuksesan
pemberian layanan konseling
kelompok”
Pada sesi akhir pelatihan pertemuan
pertama, peserta memperoleh penugasan
untuk melakukan studi kasus di sekolah
masing-masing dan menyusun rencana
pelaksanaan layanan (RPL) konseling
kelompok yang akan dipraktekkan pada
simulasi kelompok kecil. Peserta
menyelesaikan penugasan sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Berdasarkan
penugasan yang telah dikumpulkan, peserta
menyajikan kasus yang bervariasi
mencakup bidang pribadi-sosial, belajar
dan karir.
Simulasi terbimbing dilaksanakan
pada pertemuan kedua dalam kelompok-
kelompok kecil dengan ruangan terpisah
dan didampingi satu dosen dan satu
mahasiswa sebagai observer. Peserta
mensimulasikan tahapan konseling
kelompok dan ketrampilan pemimpin
konseling kelompok. Dalam satu kali
simulasi dipimpin oleh satu peserta
sedangkan peserta lainnya sebagai anggota
kelompok. Simulasi berlangsung selama 45
menit dan dilanjutkan dengan pemberian
feedback melalui Focus Group Disscussion.
Pada tabel 1 menunjukkan hasil
analisis observasi dan wawancara berkaitan
dengan dampak perubahan yang nampak
pada peserta dalam mempraktekkan
ketrampilan pemimpin konseling kelompok
sebelum dan sesudah pelatihan.
Ketrampilan pemimpin konseling
kelompok sebagian besar sudah

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 174
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


dipraktekkan dalam setting individu,
namun peserta masih perlu banyak berlatih
dalam penerapanna pada setting kelompok.

Tabel 3. Hasil Analisis Dampak Perubahan
Ketrampilan Pemimpin Konseling
Kelompok
Jenis
Ketrampilan
Sebelum
Pelatihan
Setelah Pelatihan
Verbal - Pada saat
pemaparan
materi dan
simulasi kelas
besar peserta
pelatihan belum
mengetahui
secara lengkap
jenis-jenis
ketrampilan
pemimpin
verbal dalam
konseling
kelompok
- Berdasarkan
hasil diskusi dan
sharing peserta
dalam
menyelenggarak
an layanan
konseling
kelompok di
sekolah peserta
sebagai
pemimpin
kelompok lebih
mendominasi
dan
mengarahkan
anggota
kelompok
- Dalam diskusi
kelas besar
peserta
menyampaikan
bahwa belum
menerapkan
ketrampilan
pemimpin
kelompok untuk
membentuk
dinamika
kelompok
- Peserta
mengetahui
berbagai jenis
ketrampilan
khusus pemimpin
konseling
kelompok seperti
cutting off,
drawing out,
refleksi, bertanya,
merangkum
dalam setting
kelompok
- Dalam simulasi
peserta berlatih
menerapkan
peran sebagai
fasilitator dalam
konseling
kelompok
- Peserta
mempraktekkan
berbagai
ketrampilan
pemimpin
konseling
kelompok.
Namun, masih
kaku atau kurang
luwes.
Membutuhkan
latihan berulang
dan jam terbang
untuk
membiasakan
penggunaan
ketrampilan
dalam konseling
kelompok
Non Verbal - Berdasarkan
diskusi kelas
besar, peserta
sudah
menampilkan
beberapa
ketrampilan non
verbal, namun
belum sesuai.
- Selama
menyelenggarka
n konseling
kelompok di
- Peserta
memahami
berbagai jenis
ketrampilan non
verbal yang perlu
diterapkan dalam
konseling
kelompok
- Perserta mulai
menerapkan
ketrampilan non
verbal dalam sesi
Jenis
Ketrampilan
Sebelum
Pelatihan
Setelah Pelatihan
sekolah peserta
kurang
memperhatikan
ketrampilan non
verbal (posisi
duduk, eye
contact,
pemilihan nada
suara, Gerakan
tangan dll)
dalam konseling
kelompok
simulasi
terbimbing

Tabel 4. Hasil Analisis Dampak Perubahan
Pelaksanaan Tahapan Konseling Kelompok
Fase Sebelum
Pelatihan
Setelah
Pelatihan
Beginning stage
Tahap ini
merupakan tahap
pengenalan, tahap
pelibatan diri atau
tahap
memasukkan diri
ke dalam
kehidupan suatu
kelompok, tahap
menentukan
agenda, tahap
menentukan
norma kelompok
dan tahap
penggalian ide dan
perasaan.
-

- Peserta sudah
mengetahui
langkah-langkah
dalam
beginning stage
secara umum
seperti
membuka
kegiatan dan
berdo’a, namun
belum
menerapkan
penentuan
norma,
membangun
kepercayaan,
menetapkan
komitmen
anggota dan
memfasilitasi
anggota
kelompok

- Peserta
memahami
tujuan dan
menerapkan
langkah-
langkah
beginning
stage dalam
kegiatan
simulasi.
- Peserta
memahami
pentingnya
membangun
kepercayaan
dan
menyusun
kesepakatan
berkaitan
dengan norma
dan aturan
yang
disepakati
selama
konseling
kelompok
berlangsung
Working stage
Tahap kerja
merupakan tahap
inti yang terdiri
dari pengungkapan
masalah,
penerapan
pendekatan dan
teknik konseling
dalam setting
kelompok
- Peserta mampu
memfasilitasi
anggota
kelompok dalam
pengungkapan
masalah
- Peserta masih
menerapkan
penasehatan
bersama-sama
(meminta
anggota
kelompok untuk
saling
memberikan
saran/solusi dari
masalah yang
dialami
- Peserta
memperoleh
wawasan
tentang
penggunaan
ketrampilan
bertanya
dalam
penggalian
masalah
dengan
melibatkan
semua
anggota
kelompok
- Peserta
memahami
konseling
kelompok

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 175
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Fase Sebelum
Pelatihan
Setelah
Pelatihan
- Belum
menerapkan
pendekatan dan
teknik konseling
yang sesuai
dengan
permasalahan
konseli
menggunakan
dinamika
kelompok
untuk
membantu
anggota
kelompok
menyelesaika
n masalah.
Keputusan
solusi yang
akan
digunakan
berada pada
konseli (yang
memiliki
masalah)
- Peserta
memahami
penerapan
berbagai
pendekatan
dan teknik
konseling
dalam
konseling
kelompok
Terminating
Stage
Tahap pengakhiran
bertujuan untuk
mengakhiri
rangkaian layanan
konseling
kelompook
- Peserta
melakukan sesi
pengakhiran
dengan
memberikan
rangkuman dan
menutup
dengan berdo’a
- Peserta belum
mendiskusikan
hasil dari
adanya
konseling
kelompok,
giving feedback
dan beberapa
tim belum
memberikan
penguatan
komitmen serta
penentuan
tindak lanjut
kelompok
- Peserta
memahami
pentingnya
tahap
pengakhiran
dalam
konseling
kelompok
(bukan
sekedar
menutup sesi)
- Peserta
menerapkan
langkah-
langkah dalam
terminating
stage dengan
lengkap

Berdasarkan tabel 4 terkait analisis dampak
perubahan peserta dalam melaksanakan
tahapan konseling kelompok menunjukkan
bahwa terdapat perubahan pada setiap
tahapan konseling dari sebelum mengikuti
pelatihan dan setelah pelatihan. Pada
beginning stage, peserta memahami
pentingnya pembentukan kelompok
sebagai awal rangkaian konseling
kelompok. Selain itu, melalui simulasi
peserta memperoleh pengalaman untuk
meningkatkan ketrampilan dalam
membangun kohesivitas, kepercayaan dan
komitmen bersama anggota kelompok yang
merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan konseling kelompok.
Meskipun simulasi tahap kerja (working
stage) belum menampilkan pendekatan dan
teknik konseling secara penuh, namun
peserta memperoleh wawasan dan
ketrampilan dalam menggali permasalahan
serta menyusun alternatif solusi melalui
dinamika kelompok.

Tabel 5 Evaluasi Pelatihan
Komponen Hasil Analisis Evaluasi Proses
dan Hasil
Kognitif - Peserta pelatihan menguasai
materi yang disampaikan
pada kegiatan seminar (hari
ke-1) ditunjukkan dengan
peserta mampu
menyampaikan kembali
materi yang telah diikuti di
akhir sesi
- Peserta mampu
menyelesaikan penugasan
yang diberikan oleh tim.
- Penugasan berupa studi kasus
dan rancangan pemberian
layanan konseling kelompok
tersusun dengan baik sesuai
dengan prosedur yang
ditentukan
Afektif

- Peserta antusias mengikuti
pelatihan pertama dan kedua
- Peserta merasa puas dengan
metode yang digunakan
narasumber dalam
menyampaikan materi yaitu
dengan mengajak peserta
turut berpartisipasi aktif
dalam kegiatan.
- Pada pertemuan ke-2 peserta
merasa nyaman berada dalam
kelompok-kelompok kecil
mengikuti pelatihan karena
interaksi peserta satu dan
lainnya terjalin dengan baik.
Peserta saling sharing
pengalaman tentang
pelaksanaan konseling

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 176
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Komponen Hasil Analisis Evaluasi Proses
dan Hasil
kelompok di sekolah masing-
masing.
Action - Penugasan yang telah disusun
dipraktekkan dalam simulasi
terbimbing. Peserta mampu
melaksanakan tahap-tahap
konseling kelompok sesuai
dengan rencana pelaksanaan
layanan yang telah disusun
sebelumnya
- Setelah simulasi, bersama
dengan dosen pendamping
melakukan evaluasi simulasi
yang terdiri dari evaluasi
tahapan konseling kelompok,
ketrampilan pemimpin
kelompok dan penggunaan
pendekatan dan teknik
konseling.

Berdasarkan hasil analisis angket
evaluasi secara umum peserta mendapatkan
manfaat pelatihan konseling kelompok
pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Dari ketiga aspek tersebut
menunjukkan bahwa peserta memperoleh
pemahaman dan wawasan baru, kepuasan
terhadap penyelenggaraan pelatihan dan
kemampuan menyelesaikan penugasan dan
melaksanakan simulasi dalam kelompok
kecil. Peserta menyarankan agar
diselenggarakan pelatihan dengan topik-
topik lainnya untuk meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan guru BK
dalam menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.

PEMBAHASAN
Pelatihan peningkatan kompetensi
guru bimbingan dan konseling dalam
menyelenggarakan layanan konseling
kelompok memiliki dampak terhadap aspek
kognitif, afektif dan psikomotor peserta.
Pelatihan tidak hanya memberikan materi,
melainkan mengajak peserta untuk turut
aktif selama kegiatan berlangsung.
Pelatihan merupakan salah satu bentuk
upaya pengembangan kemampuan d an
kualitas layanan bimbingan dan konseling
di sekolah Pelatihan menjadi salah satu
bentuk upaya peningkatan kualitas
pelayanan bimbingan. dan konseling.
Kegiatan pelatihan juga sebagai
implementasi program bimbingan dan
konseling komprehensif yaitu penerapan
komponen dukungan sistem. Dukungan
sistem merupakan semua aktivitas yang
dimaksudkan untuk mendukung dan
meningkatkan staf bimbingan dan
konseling dalam melaksanakan layanan
dasar layanan responsif salah satunya
adalah layanan konseling kelompok
(Kemendikbud, 2016).
Keterlibatan peserta dalam kegiatan
pelatihan mendukung ketercapaian tujuan
pelatihan. Peserta turut aktif dalam
menentukan kontrak belajar, menyusun
komitmen dan berbagi pengalaman tentang
kendala yang dialami saat
menyelenggarakan konseling kelompok di
sekolah. Peserta pelatihan mulai berlatih
mengembangkan dinamika kelompok
melalui berbagai ketrampilan pemimpin
konseling kelompok. Dinamika kelompok
dalam layanan konseling kelompok dapat
membantu siswa untuk menyelesaikan
permasalahan. Dukungan anggota
kelompok yang diberikan dalam konseling
kelompok memberikan dampak positif
terhadap kemampuan berkomunikasi
interpersonal siswa (Nashruddin, 2019).
Kegiatan pelatihan dapat
terselenggara dengan baik dan lancar atas
kerja sama dengan Musyawarah Guru
Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMA
Kabupaten Sleman. Dimulai sejak
penetapan topik pelatihan sampai pelatihan
selesai diselenggarakan, pengurus MGBK
SMA Kabupaten Sleman memberikan
dukungan penuh. Kesamaan tujuan untuk
terus berupaya meningkatkan kualitas Guru
BK menjadi dasar utama kegiatan pelatihan
ini diselenggarakan. Selain itu, motivasi
yang tinggi dari peserta pelatihan juga

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 177
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap kesuksesan kegiatan ini. Peserta
menjalankan komitmen yang telah disusun
bersama-sama pada pertemuan awal,
mengikuti simulasi dan menyelesaikan
penugasan.
Simulasi sebagai salah satu metode
dalam pelatihan ini bertujuan untuk
mempraktekkan materi yang telah
diperoleh peserta serta mengidentifikasi
kesulitan dan kendala yang dialami peserta
dalam melaksanakan layanan konseling
kelompok. Berdasarkan hasil FGD, peserta
menyampaikan bahwa melalui simulasi
kelompok kecil, mereka memperoleh
pengalaman baru dan lebih memahami
penerapan tahapan konseling kelompok.
Peserta juga merasakan perbedaan ketika
memerankan sebagai siswa dalam konseling
kelompok. Ketika pemimpin kelompok
mampu mempraktekkan ket rampilan
konseling kelompok dengan benar, maka
anggota kelompok merasa lebih nyaman
dan mampu berempati dengan
permasalahan yang sedang dibahas.
Pemimpin yang terampil harus
mengambil inisiatif dalam memberikan
dukungan dan dorongan yang akan
membantu anggota kelompok dalam
menempatkan diri dalam kelompok
(Gladding, 2008 dalam Jacobs et al., 2012).
Selain itu, konselor harus bertanggung
jawab untuk memimpin upaya sistemik
dalam konseling kelompok di sekolah.
Konselor harus berkonsultasi dengan
konselor sekolah, berbagi minat mereka,
dan bekerja secara kolaboratif untuk
memberikan penawaran kelompok yang
ketat berdasarkan tujuan dan kompetensi
yang diidentifikasi dari program konseling
sekolah (Perisse & Goodnough, 2009).
Namun, dalam pelaksanaan pelatihan
konseling kelompok terdapat beberapa
kendala yang dialami peserta yaitu peserta
masih kaku dalam menerapkan ketrampilan
pemimpin konseling kelompok. Salah satu
aspek penting dalam penerapan
ketrampilan konseling adalah kemampuan
mendengarkan aktif (active listening)
kemampuan ini dapat membantu konselor
dalam memahami apa yang disampaikan
konseli serta mampu memberikan respon
yang tepat sesuai dengan apa yang
disampaikan. Berdasarkan hasil analisis
pengamatan menunjukkan bahwa Peserta
masih berfokus pada satu anggota
kelompok yang bermasalah sedangkan
anggota kelompok lain kurang
diperhatikan. Dalam konseling kelompok,
merupakan sebuah kesalahan besar jika
konselor berfokus terlalu lama pada satu
anggota kelompok tertentu (Jacobs et al.,
2012). Kondisi tersebut dapat menimbulkan
ketidaknyamanan bagi anggota kelompok
yang lain. Konselor perlu melibatkan
seluruh anggota dalam seluruh rangkaian
konseling kelompok.
Kendala lain yang dialami oleh
peserta sebagai pemimpin kelompok adalah
pada saat membantu konseli menyusun
alternatif penyelesaian masalah. Sebagian
besar peserta kesulitan menentukan
pendekatan atau teknik konseling yang
sesuai dengan permasalahan yang sedang
diselesaikan. Peserta terbiasa memberikan
penasehatan dan saran kepada siswa.
Konseling dilaksanakan dalam bentuk sesi
curhat dimana klien/konseli
menyampaikan masalah dan konselor
memberikan nasehat saja, padahal dalam
sebuah sesi konseling diperlukan sebuah
paket konseling yang lengkap
(Fatchurahman, 2017). Diperlukan
perubahan mindset dan peningkatan
kompetensi agar guru BK dapat
melaksanakan layanan konseling yang
sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
Pelatihan konseling kelompok
berlangsung dalam dua minggu dengan dua
kali pertemuan tatap muka. Hasil evaluasi
yang dikumpulkan menunjukkan bahwa
peserta merasa puas dengan kegiatan
pelatihan. Mereka mendapat wawasan dan
pengalaman baru. Selain itu, mereka dapat
berbagi pengalaman dengan rekan sejawat
lain dan saling memberikan masukan serta
motivasi untuk dapat meningkatkan

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 178
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


kualitas pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Sesi simulasi
membantu peserta lebih memahami materi
dan saling memberikan feedback ke peserta
lain. Melalui pelatihan ini peserta
memperoleh ketrampilan dan
meningkatkan kemampuan dala m
melaksanakan layanan konseling kelompok.
Kualitas pelayanan yang meningkat dapat
meminimalisir kesalahpahaman tentang
bimbingan dan konseling (Sari et al., 2021).
Peserta mengharapkan pada waktu yang
akan datang dapat diselenggar akan
kegiatan lanjutan untuk meningkatkan
kompetensi dalam menerapkan
ketrampilan konseling dan pendekatan
konseling.
Penelitian ini hanya memotret
dampak pelatihan peningkatan kompetensi
layanan konseling kelompok pada saat
kegiatan pelatihan berlangsung melalui
wawancara dan observasi. Sehingga belum
memperoleh data lebih mendalam
mengenai dampak terhadap kinerja peserta
sebagai guru bimbingan dan konseling
dalam menyelenggarakan layanan
konseling kelompok di sekolah. Penelitian
selanjutnya diharapkan mampu
menggambarkan dampak pelatihan pada
kinerja dan kualitas layananan bimbingan
dan konseling di sekolah.

SIMPULAN
Pelatihan konseling kelompok bagi
guru bimbingan dan konseling SMA di
Kabupaten Sleman memberikan dampak
positif terhadap perubahan cara pandang
dan pemahaman guru BK terkait esensi
layanan konseling kelompok. Selain itu,
guru BK memperoleh pengalaman dalam
mempersiapkan konseling kelompok
melalui studi kasus pada penugasan.
Metode simulasi dalam kelompok kecil juga
memfasilitasi guru BK untuk
mempraktekkan tahapan dan ketrampilan
pemimpin kelompok dalam layanan
konseling kelompok. Penyelenggaraan
pelatihan dengan pendampingan intensif
melalui kelompok-kelompok kecil memiliki
dampak positif terhadap peningkatan
kompetensi guru bimbingan dan konseling.
Perlu dilakukan kajian mendalam mengenai
dampak pada kinerja dan kualitas
pemberian layanan bimbingan dan
konseling di sekolah.

UCAPAN TERIMA KASIH
Tim pelaksana pelatihan konseling
kelompok mengucapkan terima kasih
kepada Musyawarah Guru Bimbingan dan
Konseling SMA Kabupaten Sleman beserta
para guru BK yang telah mendukung
terselenggaranya kegiatan ini. Kami juga
berterima kasih terhadap Dekan Fakultas
Ilmu Pendidikan yang telah mendanai
kegiatan melalui Dana DIPA FIP UNY.

DAFTAR PUSTAKA
Afiatin, T., Subandi, & Haryanto. (2000).
Efektivitas Pelatihan Program
Kelompok Aji pada Guru Bimbingan
dan Konseling. Jurnal Psikologi, 1, 23–
36.
Ardimen, A. (2017). Evaluasi Kinerja
Konselor Dalam Proses Konseling Dan
Riset Konseling Di Sekolah. JURNAL
EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling,
3(1), 58.
https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1414
Berg, R. C., Landreth, G. L., & Fall, K. A.
(2006). Group Counseling Concept and
Procedures Fourth Edition. Routledge.
Bhakti, C. P., Lutfiyani, V., & Ghiffari,
Muhammad Alfarizqi Nizamuddin,
Regita, S. M. (2018). Model Dukungan
Sistem untuk Pelaksanaan Penguatan
Pendidikan Karakter. Edukasi
Pendidikan.
Corey, G. (2016). Theory & Practice of Group
Counseling. In Oxford World’s
Classics: Livy: Rome’s Mediterranean
Empire: Books Forty-One to Forty-Five
and the Periochae .
https://doi.org/10.1093/oseo/instance.
00096853
Crespi, T. D. (2009). Group Counseling in
The Schools: Legal, Ethical, and
Treatment Issues in School Practice.

Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (5), September 2021 – 179
Siti Aminah, Diana Septi Purnama, Suwarjo, Fathur Rahman


Copyright © 2021, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Wiley Interscience, 46 (3)(4), 274–283.
https://doi.org/10.1002/pits
Fatchurahman, M. (2017). Problematik
Pelaksanaan Konseling Individual.
Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-
Rahman, 3(2), 25–30.
Gladding, Samuel T. 2012. Konseling Profesi
yang Menyeluruh edisi keenam.
Jakarta: PT Indeks
Jacobs, E. E., Schimmel, C. J., Masson, R. L.,
& Harvill, R. L. (2012). Group
Counseling: Strategies and Skills,
Seventh Edition. 497.
Kemdikbud. (2016). Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan Dan
Konseling Sekolah Menengah Pertama
(SMA). In Ditjen Guru dan Tenaga
Kependidikan Kemendikbud.
Kemendikbud. (2016). Panduan
Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling SMP. In
Direktorat jenderal Guru dan Tenaga
Pendidikan Kemendikbud RI.
Khadijah, S. (2018). Efektivitas Pelatihan
Kompetensi Dalam Peningkatan
Kinerja Guru Di Smpn 1 Batang
Gangsal. Jurnal Mitra Manajemen, 1(2),
151–163.
https://doi.org/10.52160/ejmm.v1i2.20
Nashruddin. (2019). Penerapan Dinamika
Kelompok Terhadap Kemampuan
Berkomunikasi Interpersonal Dalam
Berdiskusi Pada Siswa SMP Negeri 2
Tanete Rilau. Jurnal Bimbingan Dan
Konseling, 6, 45–54.
Perisse, R., & Goodnough, G. E. (2009).
Group Counseling in The Schools.
Wiley Interscience, 46(4), 225–231.
https://doi.org/10.1002/pits
Sari, A. K., Prayitno, & Karneli, Y. (2021).
Pelayanan Profesional Guru
Bimbingan Konseling Dalam
Meminimalisir Kesalahpahaman
Tentang Bimbingan Konseling Di
Sekolah. Journal Of Education And
Teaching Learning (JETL), 3(1), 36–49.
Sofyan, Willis (2019). Konseling Individual
Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Sutanti, T. (2015). Pelaksanaan Layanan
Konseling Kelompok Pada Siswa
Cerdas Istimewa di SMA N Kota
Yogyakarta. Jurnal Konseling
Gusjigang, 1(1), 1–16.
Ward, D. E. (2004). The evidence mounts:
Group work is effective. Journal for
Specialists in Group Work, 29(2), 155–
157.
https://doi.org/10.1080/0193392049043
7925