TUGAS AKHIR - DP 234844








LIMBAH TEBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN
PRODUK UPPER SANDAL








RACHEL VIOLETTA
NRP 5028201068




Dosen Pembimbing
Eri Naharani Ustazah, S.T., M.Ds.
NIP 197304272001122001




Program Studi Desain Produk
Departemen Desain Produk
Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2024

TUGAS AKHIR – DP 234844



LIMBAH TEBU SEBAGAI BAHAN DASAR
PEMBUATAN PRODUK UPPER SANDAL






RACHEL VIOLETTA
NRP 5028201068






Dosen Pembimbing
Eri Naharani Ustazah, S.T., M.Ds.
NIP 197304272001122001



Program Studi Desain Produk
Departemen Desain Produk
Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2024

FINAL PROJECT – DP 234844



SUGAR CANE WASTE (BAGASSE) AS A BASIC
MATERIAL FOR UPPER SANDAL






RACHEL VIOLETTA
NRP 5028201068






Advisor
Eri Naharani Ustazah, S.T., M.Ds.
NIP 197304272001122001



Program Studi Desain Produk
Departemen Desain Produk
Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2024

i
LEMBAR PENGESAHAN


LIMBAH TEBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PRODUK UPPER
SANDAL


TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Desain (S. Ds) pada

Program Studi S-1 Desain Produk

Departemen Desain Produk

Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital

Institut Teknologi Sepuluh Nopember



Oleh: Rachel Violetta

NRP 5028201068





Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir:


1. Eri Naharani Ustazah, S.T., M.Ds.

Pembimbing

2. Nurul Idzi Lutvi Putri, S.Ds., M.MT.

Penguji
3. Gunanda Tiara Maharany, S.Ds., M.Ds

Penguji




SURABAYA

Juli, 2024

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS



Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama mahasiswa / NRP : Rachel Violetta /5028201068
Program studi : Desain Produk
Dosen Pembimbing / NIP : Eri Naharani Ustazah, S.T.,M.Ds./1970304272001122001


dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “Limbah Tebu Sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Produk Upper Sandal” adalah hasil karya sendiri, bersifat orisinal, dan ditulis
dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Institut Teknologi Sepuluh Nopember.



Surabaya, 29 Juli 2024









Mengetahui
Dosen Pembimbing
Mahasiswa




Eri Naharani Ustazah, S.T.,M.Ds. Rachel Violetta
NIP. 1970304272001122001 NRP. 5028201068

iii
LIMBAH TEBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PRODUK UPPER
SANDAL



Nama Mahasiswa / NRP : Rachel Violetta /5028201068

Departemen : Desain Produk FDKBD – ITS

Dosen Pembimbing : Eri Naharani Ustazah, S.T.,M.Ds.




Abstrak
Limbah tebu merupakan residu yang dihasilkan dari proses penggilingan tebu dalam
jumlah yang sangat besar, mencapai 35- 50% dari total tebu yang digiling. Limbah ampas tebu
memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku produk fesyen yang ramah
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemanfaatan limbah ampas tebu
sebagai bahan dasar pembuatan upper sandal wanita. Metode yang digunakan meliputi studi
literatur, eksperimen pencampuran ampas tebu dengan berbagai komposit, analisis ergonomi
kaki wanita Indonesia, serta analisis preferensi pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
campuran 15% silikon dengan 75% ampas tebu pada ketebalan 1mm menghasilkan material
yang memiliki tekstur alami, fleksibilitas yang baik, ringan dan nyaman sebagai upper sandal.
Desain sandal yang dihasilkan mengusung konsep minimalis dan elegan dengan memanfaatkan
tekstur alami ampas tebu. Produk ini menawarkan solusi fesyen yang ramah lingkungan
sekaligus memenuhi preferensi pengguna akan sandal yang nyaman dan stylish . Pemanfaatan
limbah ampas tebu sebagai bahan sandal berpotensi mengurangi dampak lingkungan dari
industri fesyen sekaligus membuka peluang ekonomi baru.

Kata Kunci: Ampas tebu, limbah, slow fashion, sustainable, upper sandal

iv
SUGAR CANE WASTE (BAGASSE) AS A BASIC MATERIAL FOR UPPER SANDAL



Student Name/NRP : Rachel Violetta /5028201068

Department : Product Design FDKBD – ITS

Advisor : Eri Naharani Ustazah, S.T.,M.Ds.




Abstract
Sugarcane waste is a residue produced from the sugarcane milling process in very large
quantities, reaching 35- 50% of the total milled sugarcane. Sugarcane bagasse waste has great
potential to be used as a raw material for environmental friendly fashion products. This study
aims to explore the utilization of sugarcane bagasse waste as a base material for making
women's sandal uppers. The methods used include literature studies, experiments on mixing
bagasse with various composites, ergonomic analysis of Indonesian women's feet, and user
preference analysis. The results showed that a mixture of 15% silicone with 75% bagasse at a
thickness of 1mm produces a material that has a natural texture, good flexibility, is lightweight
and comfortable as a sandal upper. The resulting sandal design carries a minimalist and
elegant concept by utilizing the natural texture of bagasse. This product offers an
environmentally friendly fashion solution while meeting user preferences for comfortable and
stylish sandals. Utilization of sugarcane bagasse waste as a sandal material has the potential
to reduce the environmental impact of the fashion industry while opening up new economic
opportunities.

Keywords: sugar cane waste, slow fashion, sustainable, upper sandal, waste

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, dan hidayah- Nya, penulis dapat menyelesaikan karya Tugas Akhir dengan judul
“Limbah Tebu sebagai Bahan Dasar Pembuatan Produk Upper Sandal”. Laporan ini disusun
sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada program strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar
Sarjana Desain pada Departemen Desain Produk, Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah memberikan dukungan, masukan serta bantuan dalam pelaksanaan
penyusunan laporan Tugas Akhir. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Tugas
Akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing, Eri Naharani Ustazah, S.T., M.Ds., yang telah memberikan arahan dan saran yang
sangat berharga. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen dan staf
Departemen Desain Produk yang telah memberikan ilmu dan dukungan selama studi. Tidak
lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta yang selalu memberikan
doa, motivasi, dan dukungan moral. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat, bantuan, dan
kebersamaan selama masa studi. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan menjadi sumbangan yang berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

vi
DAFTAR ISI


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................................................... ii
Abstrak .................................................................................................................................... iii
Abstract .................................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Permasalahan .............................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ......................................................................................................... 3
1.4 Tujuan ......................................................................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................................... 4
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................ 4
1.5 Manfaat ....................................................................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Praktis ....................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5
2.1 Tinjauan Desain Alas Kaki ......................................................................................... 5
2.2 Proses Pembuatan Sandal ........................................................................................... 5
2.3 Anatomi Sandal .......................................................................................................... 6
2.4 Tinjauan Tebu ............................................................................................................. 9
2.5 Tinjauan Ampas Tebu (Bagasse) ............................................................................... 9
2.6 Jenis-Jenis Ampas Tebu ........................................................................................... 10
2.7 Literature Review ..................................................................................................... 12
2.8 Tinjauan Proses Manufaktur ..................................................................................... 16
2.9 Tinjauan Pengolahan Ampas Tebu Menjadi Lembaran ........................................... 16
2.10 Tinjauan Desain Sebelumnya ................................................................................... 17
BAB 3 METODE PERANCANGAN .................................................................................... 19
3.1 Definisi Judul ............................................................................................................ 19
3.2 Subjek Dan Objek Perancangan ............................................................................... 19
3.3 Kerangka Analisa Konsep Desain ............................................................................ 19
3.4 Skema Alur Perancangan ......................................................................................... 20
3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 21
3.6 Bahan Dan Peralatan Yang Digunakan .................................................................... 22
3.7 Jadwal Pelaksanaan Perancangan Tugas Akhir ........................................................ 22
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 23
4.1 Studi Lapangan ......................................................................................................... 23
4.2 Data Pelaku Usaha .................................................................................................... 23
4.3 Studi Produk Eksisting/ Bedah Produk .................................................................... 25
4.3.1 Sandal dengan Upper Bahan Rotan ...................................................................... 25
4.3.2 Mechanism & Joint Heels..................................................................................... 26
4.4 Analisis Pasar ........................................................................................................... 27
4.4.1 Segmenting ........................................................................................................... 27
4.4.2 Targeting ............................................................................................................... 28

vii
4.4.3 Positioning ............................................................................................................ 28
4.5 Analisis Pengguna .................................................................................................... 29
4.5.1 Persona ................................................................................................................. 29
4.5.2 Preferensi .............................................................................................................. 30
4.5.3 Customer Journey Mapping ................................................................................. 31
4.6 Analisis Desain Terdahulu ....................................................................................... 32
4.7 Analisis Kebutuhan .................................................................................................. 33
4.8 Analisis Ergonomi .................................................................................................... 34
4.9 Analisis Sosial Budaya ............................................................................................. 35
4.10 Eksperimen ............................................................................................................... 36
4.11 Analisis Konsep ........................................................................................................ 42
4.11.1 Mood Board ...................................................................................................... 43
4.11.2 Image Board ..................................................................................................... 44
4.12 Analisis Bentuk Dan Ukuran (Studi Model Awal) ................................................... 45
4.12.1 Analisis Low Fidellity Model ........................................................................... 45
4.12.2 Analisis Medium Fidelity Model ...................................................................... 47
4.13 Analisa Color Scheme, Branding Identity ................................................................ 48
4.14 Analisis Canvas Model ............................................................................................. 52
4.15 Manajemen Rantai Pasok ......................................................................................... 53
4.16 Analisis RAB; HPP Dan Harga Jual ........................................................................ 54
4.17 Rangkuman Kriteria Desain (DR&O) ...................................................................... 56
BAB 5 IMPLEMENTASI DESAIN DAN PEMBAHASAN ............................................... 59
5.1 Alur Penemuan Bentuk Upper Sandal ...................................................................... 59
5.2 Implementasi Konsep Desain ................................................................................... 60
5.3 Eksplorasi Sketsa Ide ................................................................................................ 61
5.4 Preliminary Design .................................................................................................. 62
5.5 Sketsa Alternatif ....................................................................................................... 62
5.6 Proses Eksperimen .................................................................................................... 63
5.7 Pengembangan Desain .............................................................................................. 64
5.8 Desain Akhir ............................................................................................................. 64
5.9 Form Development ................................................................................................... 65
5.10 Prototipe Produk ....................................................................................................... 66
5.10.1 Cutting Plan ...................................................................................................... 66
5.10.2 Proses Produksi ................................................................................................ 69
5.11 Usability Test ............................................................................................................ 73
5.12 Ketercapaian Konsep Sustainable ............................................................................ 74
5.13 Fotografi Produk ....................................................................................................... 75
5.14 Poster Advertising ..................................................................................................... 76
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 78
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 78
6.2 Saran ......................................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 80
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 83
LAMPIRAN 1 ..................................................................................................................... 83
LAMPIRAN 2 ..................................................................................................................... 86
LAMPIRAN 3 ..................................................................................................................... 87
LAMPIRAN 4 ..................................................................................................................... 88
LAMPIRAN 5 ..................................................................................................................... 89
LAMPIRAN 6 ..................................................................................................................... 91

viii
LAMPIRAN 7 ..................................................................................................................... 92
LAMPIRAN 8 ..................................................................................................................... 93
LAMPIRAN 9 ..................................................................................................................... 94
BIODATA PENULIS ........................................................................................................... 102

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Hasil Kuesioner ..................................................................................................... 1
Gambar 1. 2 Pabrik Fast Fashion ............................................................................................... 2
Gambar 1. 3 Ampas Tebu ........................................................................................................... 3
Gambar 2. 1 Konsep Desain Terpilih dengan Metode Kansei Engineering ............................... 5
Gambar 2. 2 Komponen Upper Sandal ...................................................................................... 7
Gambar 2. 3 Komponen Insole ................................................................................................... 7
Gambar 2. 4 Komponen Outsole dengan Heels ......................................................................... 8
Gambar 2. 5 Ampas Tebu Utuh ................................................................................................ 11
Gambar 2. 6 Ampas Tebu Tanpa Kulit Ari .............................................................................. 11
Gambar 2. 7 Serbuk Ampas Tebu ............................................................................................ 11
Gambar 2. 8 Arizona Sandal Birkenstock ................................................................................ 18
Gambar 2. 9 Felix Vegan Running Shoes ................................................................................ 18
Gambar 2. 10 Pineapple Tricolor ............................................................................................. 18
Gambar 3. 1 Kerangka Analisa Konsep ................................................................................... 19
Gambar 3. 2 Skema Alur Perancangan ..................................................................................... 20
Gambar 4. 4 Logo PT Kohei The Label ................................................................................... 23
Gambar 4. 5 Sandal dengan Upper Bahan Rotan ..................................................................... 25
Gambar 4. 6 Komponen Outsole dengan Heels ....................................................................... 26
Gambar 4. 7 Positioning Style Produk ...................................................................................... 28
Gambar 4. 8 Positioning Harga Produk.................................................................................... 29
Gambar 4. 9 Persona ................................................................................................................. 30
Gambar 4. 10 Style Fashion Pengguna ..................................................................................... 31
Gambar 4. 11 Customer Journey Mapping .............................................................................. 32
Gambar 4. 12 Affinity Diagram ................................................................................................ 33
Gambar 4. 15 Sandal dengan Material Alam ........................................................................... 42
Gambar 4. 16 Mood Board ....................................................................................................... 43
Gambar 4. 17 Image Board ...................................................................................................... 44
Gambar 4. 18 Studi Model Strappy .......................................................................................... 45
Gambar 4. 19 Studi Model Ornamen ........................................................................................ 46
Gambar 4. 20 Studi Model Pattern .......................................................................................... 46
Gambar 4. 21 Hasil dari Medium 3 Fidelity Model ................................................................. 47
Gambar 4. 22 Analisa Warna ................................................................................................... 48
Gambar 4. 23 Logo Paoline ...................................................................................................... 49
Gambar 4. 24 Tipografi Paoline ............................................................................................... 50
Gambar 4. 25 Kemasan Paoline ............................................................................................... 51
Gambar 4. 26 Etiket Paoline ..................................................................................................... 52
Gambar 4. 27 Analisis Canvas Model Paoline ......................................................................... 53
Gambar 4. 28 Rantai Pasok Sandal dengan Upper Berbahan Dasar Bagasse .......................... 54
Gambar 5. 1 Alur Penemuan Bentuk Final Upper Sandal ........................................................ 59
Gambar 5. 2 Mood Board ......................................................................................................... 60
Gambar 5. 3 Sketsa Idesasi ....................................................................................................... 61
Gambar 5. 4 Preliminary Design .............................................................................................. 62
Gambar 5. 5 Sketsa Alternatif .................................................................................................. 62
Gambar 5. 6 Hasil Prototipe 1 .................................................................................................. 63
Gambar 5. 7 Desain Akhir ........................................................................................................ 65
Gambar 5. 8 Form Development .............................................................................................. 66
Gambar 5. 9 Cutting Plan Upper Sandal .................................................................................. 67
Gambar 5. 10 Cutting Plan Lining ........................................................................................... 67

x
Gambar 5. 11 Cutting Plan Texon ............................................................................................ 68
Gambar 5. 12 Cutting Plan Eva Foam ..................................................................................... 68
Gambar 5. 13 Usability Testing ................................................................................................ 73
Gambar 5. 14 Sandal Seri Carmelian ....................................................................................... 75
Gambar 5. 15 Sandal Seri Gladiola .......................................................................................... 75
Gambar 5. 16 Sandal Seri Maglea ............................................................................................ 76
Gambar 5. 17 Poster Advertising Paoline ................................................................................. 77

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Material Properties Sugarcane Bagasse................................................................... 10
Tabel 2. 2 Literature Review .................................................................................................... 12
Tabel 2. 3 Rata-rata Dimensi Antropometri Kaki untuk Shoe Last (cm) ................................. 15
Tabel 2. 4 Korelasi Panjang dan Keliling Ball Kaki untuk Shoe Last (cm) ............................. 15
Tabel 2. 5 Preferensi Pengguna ................................................................................................ 30
Tabel 2. 6 Rata-rata Dimensi Antropometri Kaki untuk Shoe Last (cm) ................................. 34
Tabel 2. 7 Korelasi Panjang dan Keliling Ball Kaki untuk Shoe Last (cm) ............................. 35
Tabel 3. 1 Jadwal Pelaksanaan Perancangan Tugas Akhir ....................................................... 22
Tabel 4. 1 Contoh Desain dari Produk Kohei ........................................................................... 24
Tabel 4. 2 Segmentasi Produk .................................................................................................. 27
Tabel 4. 3 Analisis Desain Terdahulu ...................................................................................... 32
Tabel 4. 4 Analisis Pencampuran Komposit dengan Ampas Tebu .......................................... 36
Tabel 4. 5 Analisis Pencampuran Warna Alami....................................................................... 38
Tabel 4. 6 Analisis Pemotongan Bahan Menggunakan Laser Cut ........................................... 40
Tabel 4. 7 Analisis Penambahan Aroma pada Material ........................................................... 41
Tabel 4. 8 Analisis Desain Sandal Ramah Lingkungan ........................................................... 42
Tabel 4. 9 Kelebihan dan Kekurangan Studi Model Strapp y ................................................... 45
Tabel 4. 10 Kelebihan dan Kekurangan Studi Model Ornamen............................................... 46
Tabel 4. 11 Kelebihan dan Kekurangan Studi Model Pattern .................................................. 47
Tabel 4. 12 Analisis RAB; HPP; dan Harga Jual ..................................................................... 55
Tabel 4. 14 Design Requirement and Objectives ..................................................................... 57
Tabel 5. 1 Tabel Kelemahan Prototipe 1 .................................................................................. 63
Tabel 5. 2 Proses Produksi ....................................................................................................... 69

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Revolusi industri pada abad ke-19 telah mengubah wajah industri fesyen secara
signifikan. Produksi pakaian dalam jumlah besar dan waktu singkat menjadi hal yang lumrah,
memicu fenomena yang dikenal sebagai fast fashion (Anam et al., 2021). Fenomena ini
mendorong konsumen untuk dengan mudah membuang pakaian lama dan membeli yang baru
karena harganya yang sangat terjangkau. Perilaku konsumtif ini kemudian menyebar dan
menjadi budaya global, menciptakan siklus produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Fast fashion dapat didefinisikan sebagai pakaian murah dengan desain yang mengikuti
tren selebriti dan catwalk . Industri ini mampu memproduksi pakaian trendy dengan cepat untuk
memenuhi permintaan konsumen yang terus berubah. Ciri khas fast fashion meliputi variasi
model yang sangat mengikuti tren, harga murah dengan kualitas rendah, dan manufaktur di
negara dengan upah rendah. Namun, di balik kemudahannya, fast fashion menyimpan dampak
buruk yang signifikan terhadap lingkungan. Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam
pewarnaan kain mencemari sumber air bersih, sementara penggunaan poliester menyebarkan
mikroplastik ke laut. Selain itu, industri ini juga berkontribusi pada peningkatan limbah tekstil,
gangguan ekosistem akibat pencemaran kimia, dan eksploitasi pekerja yang berujung pada
tragedi seperti runtuhnya Rana Plaza pada 24 April 2013 yang menewaskan 1.132 pekerja.


Gambar 1. 1 Hasil Kuesioner
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Di tengah maraknya fast fashion, sandal wanita menjadi salah satu produk yang paling
banyak diproduksi di Indonesia. Pada tahun 2022, produksi sandal wanita mencapai 80 juta
pasang, menyumbang sekitar 70% dari total produksi sandal di Indonesia (Halimah et al., 2022).
Tingginya angka produksi ini berbanding lurus dengan jumlah limbah yang dihasilkan,
mencapai 100.000 ton per tahun. Fenomena ini didukung oleh hasil kuesioner yang disebar oleh
penulis, di mana 88,5% responden menyatakan memiliki 5- 7 pasang sandal, dan 80,8%
menggunakan sandal sebagai alas kaki sehari-hari. Tingginya konsumsi dan produksi sandal ini
menuntut adanya solusi yang lebih berkelanjutan.

2

Gambar 1. 2 Pabrik Fast Fashion
(Sumber: kejarmimpi.id)

Sebagai respons terhadap dampak negatif fast fashion, muncul gerakan slow fashion
yang menekankan pada kualitas, keadilan, dan keberlanjutan. Slow fashion memiliki konsep
bahwa pakaian adalah barang yang dipakai dalam jangka waktu lama (Anisya et al., 2020).
Karakteristik slow fashion meliputi penggunaan material berkualitas, dampak lingkungan yang
minimal, desain timeless , produksi terbatas, sistem made -to-order, dan penjualan di toko- toko
kecil. Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi limbah dan meningkatkan nilai produk
fesyen.
Dalam upaya mendukung gerakan slow fashion, pemanfaatan limbah tebu menjadi
alternatif yang menjanjikan. Tebu, yang banyak ditanam di daerah tropis seperti Indonesia,
menghasilkan limbah dalam jumlah besar setelah proses produksi gula. Berdasarkan data
Kementerian Perindustrian, kebutuhan gula nasional mencapai 5,7 juta ton, yang berarti
menghasilkan limbah tebu yang signifikan. Karakteristik limbah tebu yang dapat dipadatkan
menjadi lembaran keras namun fleksibel membuka peluang untuk dimanfaatkan dalam industri
fesyen, khususnya untuk produk seperti upper sandal (Anisya et al., 2020).
Pemanfaatan limbah, termasuk limbah tebu, telah menjadi isu penting dalam upaya
menuju industri fesyen yang lebih berkelanjutan. Limbah tebu termasuk dalam kategori limbah
organik yang mudah terurai secara alami (Anam et al., 2021). Dalam konteks penelitian ini,
fokus diberikan pada pemanfaatan limbah tebu untuk pembuatan upper sandal. Pemilihan ini
didasarkan pada potensi limbah tebu yang dapat dibentuk menjadi struktur yang sesuai untuk
upper sandal, menggabungkan fleksibilitas dan kekerasan yang dibutuhkan.

3

Gambar 1. 3 Ampas Tebu
(Sumber: paperpulping.com)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
pemanfaatan limbah ampas tebu sebagai bahan dasar pembuatan upper sandal. Dengan
memanfaatkan karakteristik unik limbah tebu, diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan
produk upper sandal yang inovatif, ramah lingkungan, dan memiliki nilai estetika tinggi. Lebih
jauh, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi
permasalahan limbah industri fesyen dan mendorong pengembangan produk fesyen yang lebih
berkelanjutan.

1.2 Rumusan Permasalahan
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis mendapatkan beberapa
rumusan masalah, antara lain:
1. Metode yang efektif diperlukan untuk memanfaatkan limbah tebu menjadi bahan baku
untuk pembuatan upper sandal.
2. Struktur material dari limbah tebu perlu dioptimalkan untuk pembuatan upper sandal.
3. Desain produk upper sandal dari limbah tebu harus memenuhi aspek estetika, ergonomi,
dan fungsionalitas.
4. Tahapan proses pengolahan limbah tebu diperlukan untuk menghasilkan produk upper
sandal yang memenuhi standar kualitas dan keberlanjutan.

1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan limbah tebu sebagai produk
fesyen yaitu upper sandal. Batasan berikut dibuat untuk menentukan ruang lingkup penelitian:
1. Penelitian akan mengeksplorasi tema terkait dengan penggunaan limbah tebu sebagai
produk upper sandal.
2. Penelitian akan fokus pada produk sandal wanita.
3. Penelitian akan dilakukan di daerah perkotaan Surabaya.
4. Penelitian mempertimbangkan dampak dari fast fashion.
5. Penelitian berfokus pada konsep sustainable design untuk menyelesaikan permasalahan
lingkungan.
6. Penelitian menggunakan teknologi yang tersedia di Indonesia.

4
1.4 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas serta perumusan masalah yang
ada, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Tujuan Umum
1. Memanfaatkan limbah tebu sehingga dapat dijadikan produk upper sandal.
2. Menghasilkan struktur yang dapat dibentuk dari limbah tebu sehingga dapat dijadikan
produk upper sandal.
3. Mengetahui produk upper sandal dari limbah tebu jika ditinjau dari sudut pandang
desain.
4. Mengetahui proses/ tahapan yang dapat dilakukan terhadap limbah tebu sehingga dapat
menghasilkan produk upper sandal.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Pemenuhan mata kuliah wajib tugas akhir Departemen Desain Produk ITS.
2. Pemahaman tentang bidang perancangan produk upper sandal menggunakan limbah
tebu.
3. Mempersiapkan peneliti untuk melanjutkan penelitian terkait limbah tebu sebagai tugas
akhir Departemen Desain Produk ITS.


1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Menyumbangkan pemikiran terhadap pemanfaatan limbah tebu untuk produk fesyen.
2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengolahan
limbah tebu.
3. Menyumbangkan pemikiran terhadap perubahan cara pandang masyarakat mengenai
fesyen.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Menambah pengalaman dan wawasan kepada penulis mengenai cara mengolah limbah
tebu sebagai bahan dasar produk fesyen.
2. Menambah pengetahuan dan menyumbangkan pemikiran mengenai cara mengolah
limbah kepada desainer ataupun pengusaha apparel.
3. Menjadi bahan pertimbangan bagi para pengusaha fesyen agar beralih ke bahan produk
sustainable.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Desain Alas Kaki
(Haryono & Bariyah, 2014) Produk alas kaki, termasuk sandal, telah menjadi kebutuhan
sehari-hari yang tidak hanya berfungsi sebagai pelindung kaki, tetapi juga sebagai item fesyen.
Dalam merancang produk alas kaki, desainer perlu mempertimbangkan berbagai aspek seperti
bentuk, warna, motif, dan aksesoris berdasarkan preferensi pengguna. Mengingat konsumen
cenderung memilih alas kaki yang sesuai dengan keinginan mereka, perusahaan perlu
mengadopsi strategi produksi yang berorientasi pada konsumen. Untuk mengidentifikasi
peluang pasar dan preferensi konsumen terhadap produk alas kaki, salah satu metode yang
efektif adalah Kansei Engineering.
(Haryono & Bariyah, 2014) Kansei Engineering merupakan metode yang digunakan
untuk merancang produk berdasarkan aspek psikologis konsumen. Dalam penerapannya pada
desain sandal, peneliti menggunakan kuesioner untuk menentukan elemen desain dan semantic
differential. Proses ini melibatkan pengumpulan kata-kata kunci yang menggambarkan
perasaan konsumen tentang sandal. Misalnya, konsumen mungkin menggunakan kata -kata
seperti "nyaman", "stylish", "ringan", atau "tahan lama" untuk mendeskripsikan sandal ideal
mereka. Selanjutnya, peneliti menunjukkan berbagai gambar sandal kepada responden untuk
mengetahui preferensi mereka. Responden diminta untuk menilai setiap desain sandal
berdasarkan kata- kata yang merupakan preferensi pengguna. Hal ini memungkinkan peneliti
untuk menganalisis hubungan antara elemen desain dengan perasaan atau kesan yang
ditimbulkan pada konsumen.


Gambar 2. 1 Konsep Desain Terpilih dengan Metode Kansei Engineering
(Sumber: Haryono & Bariyah, 2014)

Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merancang konsep sandal yang paling
sesuai dengan preferensi konsumen. Sebagai contoh, penelitian Haryono & Bariyah (2014)
menghasilkan konsep desain terpilih untuk sepatu sandal berdasarkan metode Kansei
Engineering. Pendekatan ini memungkinkan desainer untuk menciptakan produk yang tidak
hanya fungsional, tetapi juga memenuhi kebutuhan emosional dan estetika konsumen, sehingga
meningkatkan kepuasan dan daya tarik produk di pasar.

2.2 Proses Pembuatan Sandal
Proses pembuatan sandal memiliki beberapa tahapan yang tentunya masing- masing
tahapan memiliki fungsinya masing-masing. Tahap pertama dalam pembuatan sandal adalah
merancang desain yang diinginkan. Desain ini bisa berupa motif multiwarna atau pola yang
kompleks, yang memerlukan teknik khusus seperti sablon atau emboss. Desain multiwarna
pada sandal karet, misalnya, memerlukan persiapan yang matang dan penggunaan teknik sablon
yang tepat untuk memastikan warna tidak mudah luntur dan tetap menarik (Premium Flipflops,

6
2023) . Selain itu, bahan yang digunakan juga harus dipilih dengan cermat. Bahan- bahan seperti
EVA (Ethylene Vinyl Acetate), karet, kulit, dan bahan alami lainnya sering digunakan karena
sifatnya yang tahan lama dan nyaman dipakai. Berikut merupakan proses pembuatan sandal
pada umumnya:
1. Pemotongan Material
Bahan dasar seperti EVA atau karet dipotong sesuai dengan pola yang telah dirancang.
Pemotongan ini harus presisi untuk memastikan setiap bagian sandal sesuai dengan
ukuran yang diinginkan (Kaskus, 2024).
2. Desain dan Sablon
Setelah bahan dipotong, langkah berikutnya adalah menerapkan desain pada permukaan
sandal. Teknik sablon digunakan untuk mencetak desain pada sandal, yang kemudian
diikuti dengan proses pengepresan atau emboss untuk memberikan tekstur dan detail
tambahan pada desain (Premium Flipflops, 2023) .
3. Perakitan
Bagian atas (upper) dan sol bawah (bottom) sandal kemudian dirakit. Proses ini
melibatkan pengeleman dan pengepresan untuk memastikan kedua bagian tersebut
terpasang dengan kuat. Mesin press digunakan untuk memastikan lem merekat dengan
sempurna dan tidak mudah lepas (Stikom Surabaya, 2019).
4. Finishing
Setelah perakitan, sandal melalui proses finishing yang meliputi pengamplasan bagian
samping untuk menghaluskan tepi sandal dan memastikan tidak ada bagian yang tajam
atau kasar. Proses ini juga mencakup pengecekan kualitas untuk memastikan setiap
sandal memenuhi standar yang ditetapkan (Stikom Surabaya, 2019).
5. Packaging
Tahap terakhir adalah pengemasan. Sandal yang telah selesai diproduksi dikemas
dengan rapi untuk siap dipasarkan. Pengemasan yang baik tidak hanya melindungi
produk tetapi juga meningkatkan daya tariknya di mata konsumen (Stikom Surabaya,
2019).
6. Inovasi dan Pengembangan
Inovasi dalam desain dan bahan juga menjadi fokus utama dalam pembuatan sandal
yang lebih rumit. Misalnya, penggunaan bahan alami seperti bambu untuk membuat
sandal anyaman yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki nilai estetika
tinggi (BPIPI, 2024). Selain itu, teknik ukir pada sandal jepit juga menjadi tren, di mana
motif dan gambar diukir pada permukaan sandal untuk memberikan tampilan yang unik
dan menarik (Subang, 2024).

2.3 Anatomi Sandal
Komponen utama dari sandal wanita meliputi bagian atas (upper), sol dalam (insole), dan
sol luar (outsole ). Bagian atas berfungsi sebagai penopang kaki dan memberikan estetika,
sementara sol dalam memberikan kenyamanan dan dukungan, dan sol luar berfungsi sebagai
pelindung dan penambah daya cengkeram. Setiap komponen memiliki peran penting dalam
memastikan sandal dapat digunakan dengan nyaman dan aman oleh penggunanya (Badan
Standardisasi Nasional, 2020). Berikut adalah komponen yang biasa digunakan pada produk
sandal wanita.

7
a. Upper


Gambar 2. 2 Komponen Upper Sandal
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Bagian atas (upper) dari sandal yang terlihat pada gambar terdiri dari dua
komponen utama, yaitu lining dan EVA foam . Lining adalah lapisan dalam yang
berfungsi untuk memberikan kenyamanan pada kaki pengguna dengan mengurangi
gesekan antara kaki dan bahan sandal. Lining ini biasanya terbuat dari bahan yang
lembut dan tahan lama untuk memastikan kenyamanan maksimal selama pemakaian
(Cheaney, 2023).
EVA foam, atau Ethylene Vinyl Acetate foam, adalah bahan yang digunakan
untuk memberikan bantalan dan dukungan pada bagian atas sandal. EVA foam dikenal
karena sifatnya yang ringan, fleksibel, dan memiliki kemampuan penyerapan
guncangan yang baik. Hal ini membuat EVA foam sangat ideal untuk digunakan dalam
pembuatan sandal, karena dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi tekanan
pada kaki saat berjalan (Shoemaking Courses Online, 2023). Kombinasi antara lining
dan EVA foam pada bagian atas sandal tidak hanya memberikan kenyamanan dan
dukungan, tetapi juga membantu dalam menjaga bentuk dan struktur sandal, sehingga
sandal tetap nyaman dipakai dalam jangka waktu yang lama

b. Insole

Gambar 2. 3 Komponen Insole
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

8
Bagian insole dari sandal yang terlihat pada gambar memiliki peran penting
dalam memberikan kenyamanan dan dukungan bagi kaki pengguna. Insole adalah
lapisan dalam dari alas kaki yang menghubungkan semua bagian lain dari sepatu atau
sandal. Insole ini adalah tempat di mana lapisan kaus kaki ( sock liner) ditempelkan, dan
permukaan insole adalah bagian pertama yang bersentuhan dengan kaki saat
mengenakan sandal (Shoemaking Courses Online, 2023).
Insole yang baik harus mampu mengisi ruang antara telapak kaki dan alas
sepatu, mencegah kaki tergelincir di dalam sandal, serta memberikan dukungan dan
stabilitas yang baik. Selain itu, insole juga berfungsi sebagai peredam kejut selama
aktivitas berjalan atau berlari, sehingga mengurangi risiko cedera dan meningkatkan
kenyamanan (Dongguan Zhiguo New Material Co., Ltd., 2023).
Bahan yang digunakan untuk insole dapat bervariasi, termasuk EVA (Ethylene
Vinyl Acetate) foam, yang dikenal karena sifatnya yang ringan, fleksibel, dan memiliki
kemampuan penyerapan guncangan yang baik (INSITE Insoles, 2023). Texon
merupakan bahan yang memberikan struktur pada insole sandal sehingga bisa
mempertahankan bentuknya. Material lining digunakan sebagai pelapis dan
pembungkus bagian atas insole sehingga insole lebih nyaman dan terlihat rapi.
Kombinasi bahan yang tepat pada insole dapat meningkatkan kenyamanan dan
mendukung kesehatan kaki pengguna, terutama selama pemakaian jangka panjang.

c. Outsole dengan heels


Gambar 2. 4 Komponen Outsole dengan Heels
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Komponen outsole dengan heels pada sepatu memiliki peran penting dalam
memberikan kenyamanan dan stabilitas saat digunakan. Outsole adalah bagian bawah
sepatu yang langsung bersentuhan dengan permukaan tanah. Outsole ini biasanya
terbuat dari bahan yang tahan lama seperti karet atau bahan sintetis lainnya yang
dirancang untuk memberikan traksi dan mencegah tergelincir (NE Iowa Podiatry, n.d.).
Pada gambar yang dilampirkan, terlihat bahwa outsole dilengkapi dengan komponen
heels yang terbuat dari bahan karet. Heels adalah bagian yang terletak di bagian
belakang sepatu dan berfungsi untuk menambah tinggi sepatu serta memberikan
dukungan tambahan pada tumit pengguna (Shoestechnologies, 2022). Kombinasi antara
outsole dan heels ini tidak hanya memberikan kenyamanan tetapi juga meningkatkan
estetika sepatu, terutama pada sepatu wanita yang sering kali memiliki desain heels yang
bervariasi (Carlos Santos, 2022).

12
Fermented sugarcane bagasse atau ampas tebu fermentasi merupakan pengolahan
ampas tebu yang dicampur dengan bahan kimia (contoh: rhizopus oligosporus,
trichoderma viride, saccharomyces cerevisiae) guna meningkatkan kualitas atau sifat
dari bagasse.

2.7 Literature Review

Tabel 2. 2 Literature Review
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No. Peneliti Judul
Penelitian
Konteks Metode Teori yang
digunakan
Hasil
1. Mei
Haryono
dan
Choirul
Bariyah Perancangan
Konsep Produk Alas Kaki Dengan Menggunakan Integrasi Metode
Kansei
Engineering
dan Model
Kano
Produk
Fesyen (alas kaki)
Wawancara
dan Kuesioner
Kansei
Engineering,
antropometri, desain, dan estetika
(Haryono &
Bariyah,
2014)
Konsumen
memilih alas
kaki yang
nyaman,
empuk, unik,
halus,
mewah,
berwarna,
ringan, aman,
kuat, modern,
awet,
bermotif,
kasual,
elegan,
murah,
sporty,
menarik,
usable, tidak
licin, dan
proporsional.
2. Marwah
Anisya, Yunita Fitra Andriana, dan Hapiz Islamsyah
Eksplorasi
Limbah Ampas Tebu (Bagasse)
untuk Material Produk Eco
Fashion
Produk
Fesyen
(tas)
Eksperimen
dan visual
Desain,
pengolahan limbah, material, Eco fashion, dan estetika
(Anisya dkk.,
2020) Ampas
tebu dapat dijadikan alternatif produk eco -
fashion
dengan
mengolahnya
menjadi
lembaran
dengan bahan
tambahan
lem kayu.
Tabel 2. 2 Literature Review (Lanjutan)

13
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No. Peneliti Judul
Penelitian
Konteks Metode Teori yang
digunakan
Hasil
Ampas tebu
yang dibuat
lembaran
menghasilkan
karakteristik
keras tetapi
fleksibel dan
tidak mudah
patah.
Pewarnaan
ampas tebu
dapat
dilakukan
dengan bahan
alami.
3. Lindsey
Carey
Consumers’
Perceptions
of Green :
Why and
How
Consumers
Use Eco-
fashion and
Green
Beauty
Products
Gaya
Hidup
Wawancara
dan Diskusi
Eco-
fashion, material, kesehatan, lingkungan, dan keselamatan
(Cervellon &
Carey, 2011)
Eco-fashion
masih belum banyak ditemukan sehingga masih banyak orang yang kurang edukasi akan hal tersebut. Untuk yang sudah mengerti mengenai topik tersebut mereka cenderung
membeli barang eco -
fashion untuk membantu mengurangi efek buruk lingkungan yang
dihasilkan oleh produk
fesyen.
Tabel 2. 2 Literature Review (Lanjutan)

14
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No
.
Peneliti Judul
Penelitian
Konteks Metode Teori yang
digunakan
Hasil
4. Mohamad
Arif
Waskito
dan
Caecilia
Sri
Wahyunin
g
Pendekatan
Antropometr i Kaki Orang Indonesia Pada Desain
Master Shoe
Last Bagi
Industri
Kecil dan
Menengah
Antropometr
i
Penelitian
melalui
objek
kajian,
pengukura
n
Ergonomi,
fisiologi,
kesehatan,
dan
keselamata
n
(Waskito &
Wahyuning,
2019) Rata-
rata dimensi antropometri kaki untuk shoe last,
dan korelasi panjang dan keliling ball
kaki untuk
shoe last.
5. Ellys Mei
Sundari,
Winda
Apriani,
dan
Suhendra
Uji
Kekuatan
Tarik Kertas
Daur Ulang
Campuran
Ampas
Tebu,
Serabut
Kelapa, dan
Kertas
Bekas
Tensile
Strength
Eksperime
n
Material (Sundari
dkk., 2020)
Limbah ampas tebu jika dicampurkan dengan kertas bekas dapat dimanfaatka n menjadi pembuatan kertas daur ulang dengan ditambahkan perekat 10% dari berat bahan maka akan menghasilka n nilai kekuatan tarik sebesar 0,608 N/mm2. Bahan ampas tebu
dipersiapkan dengan cara
penjemuran, pengecilan,
pemasakan

15
Ampas tebu dapat dimanfaatkan menjadi produk eco -fashion dengan berbagai cara.
Ampas tebu tentunya harus diproses terlebih dahulu agar dapat menjadi lembaran. Pada
penelitian ini penulis bertujuan untuk membuat upper sandal sehingga diperlukan tinjauan
mengenai tren alas kaki dan antropometri dari kaki orang Indonesia sebagai pasar dari produk
yang didesain. Penambahan nilai eco -fashion bertujuan untuk menambah nilai jual produk dan
membantu mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh produk- produk fesyen.
Dapat dibuktikan bahwa ampas tebu merupakan material yang sangat cocok dari segi kekuatan,
yang telah dibuktikan oleh uji tarik ampas tebu yang dicampurkan dengan kertas bekas dan
perekat sebanyak 10% dari berat bahan. Selain tahapan proses ampas tebu, aspek ergonomi
juga perlu dipertimbangkan dalam proses perancangan sandal. Berikut adalah data antropometri
kaki untuk shoe last wanita Indonesia.

Tabel 2. 3 Rata -rata Dimensi Antropometri Kaki untuk Shoe Last (cm)
(Sumber: Waskito & Wahyuning, 2019)
No Sepatu Ball girth Waist Instep Heel Ankle Foot length
35,5 18,8 19,8 20,3 27,7 18,5 21,4
36 19,4 19,8 21,2 27,4 22,4 21,9
37 19,4 21,2 21,8 28,6 20,5 22,5
37,5 20,4 20,6 21,7 28,2 23,4 23,0
38 20,4 21,5 22,0 29,2 21,4 23,4
38,5 22,1 21,7 22,4 26,3 19,2 24,1
39 21,0 22,1 22,9 28,2 27,6 24,3

Tabel 2. 4 Korelasi Panjang dan Keliling Ball Kaki untuk Shoe Last (cm)
(Sumber: Waskito & Wahyuning, 2019)
No Sepatu Ball girth Foot length Rasio
35,5 18,8 21,4 0,88
36 19,4 21,9 0,89
37 19,4 22,5 0,86
37,5 20,4 23,0 0,89
38 20,4 23,4 0,87
38,5 22,1 24,1 0,92
39 21,0 24,3 0,86
Gambar 2.5 dan Gambar 2.6 memberikan data antropometri kaki yang penting untuk
desain shoe last, yang merupakan cetakan yang digunakan dalam pembuatan sepatu atau sandal.
Gambar 2.5 menunjukkan dimensi rata-rata kaki seperti ball girth, waist, instep, heel, ankle,
dan foot length untuk berbagai ukuran sepatu dari 35.5 hingga 39. Data ini sangat penting untuk
memastikan bahwa dimensi shoe last sesuai dengan ukuran kaki target, sehingga dapat
memberikan kenyamanan maksimal bagi pengguna.
Gambar 2.6 menunjukkan korelasi antara panjang kaki dan keliling ball kaki untuk shoe
last. Rasio antara panjang kaki dan keliling ball kaki ini membantu dalam menentukan proporsi
yang tepat dari shoe last, sehingga sandal yang dihasilkan tidak hanya nyaman tetapi juga
mendukung struktur kaki dengan baik.
Kesimpulannya, data dari kedua tabel ini sangat penting dalam menentukan ergonomi dari
produk sandal yang akan dibuat. Dengan menggunakan dimensi rata-rata kaki dan memahami
korelasi antara panjang kaki dan keliling ball kaki, produsen dapat merancang shoe last yang
sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki target. Hal ini akan menghasilkan sandal yang nyaman, mendukung, dan ergonomis, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan pengguna.

16

2.8 Tinjauan Proses Manufaktur
Persiapan ampas tebu agar menjadi material padat dapat dilakukan dengan beberapa
langkah. Langkah pertama yang dilakukan adalah menjemur ampas tebu, hal ini bertujuan
untuk menghilangkan sisa-sisa kelembaban yang terdapat di serat-serat tebu. Setelah ampas
kering, langkah selanjutnya adalah untuk melakukan pengecilan ampas tebu agar lebih mudah
untuk dibuat menjadi lembaran. Ampas tebu juga perlu dilakukan pemasakan bersama larutan
etanol dan asam asetat. Rasio etanol dan ampas tebu yang digunakan adalah 20:1. Asam asetat
digunakan sebagai katalis sebanyak 0,25% dari larutan etanol. Pemasakan memakan waktu 4
jam dengan suhu 120 derajat celcius. Setelah bahan dimasak, proses selanjutnya adalah
pencucian ampas tebu sehingga bersih dari kimia pada proses pemasakan. Untuk mendapatkan
nilai kekuatan tarik tertinggi, ampas tebu dicampur dengan perekat sebanyak 10% dari berat
ampas tebu. Setelah dicampur dengan perekat, ampas tebu kemudian dicetak menjadi lembaran,
kemudian lembaran tersebut akan melewati proses manufaktur lebih lanjut, yaitu laser cut,
untuk dipotong dan dibentuk menjadi beberapa bagian pendukung pembuatan upper sandal.
Laser cutting adalah mesin yang menggunakan panas sebagai alat pemotong tanpa
bersentuhan secara langsung dengan material. Laser cutting memiliki kekuatan yang cukup
tinggi sehingga bisa memotong hampir semua jenis material dengan presisi dan akurasi yang
tinggi. Dengan menggunakan laser cut material yang akan dipotong tidak akan terkena gaya
sehingga tidak merusak material. Penggunaan material akan jauh lebih efisien karena bahan
yang akan dipotong dapat direncanakan terlebih dahulu. Penggunaan mesin laser cut dalam
memotong ampas tebu akan sangat membantu karena material berbentuk lembaran sehingga
sangat memungkinkan untuk dilakukannya pemotongan menggunakan laser cutting.

2.9 Tinjauan Pengolahan Ampas Tebu Menjadi Lembaran
Tinjauan ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai metode pengolahan ampas tebu
menjadi lembaran yang dapat digunakan dalam pembuatan upper sandal. Ampas tebu, yang
merupakan limbah padat dari proses penggilingan tebu, memiliki potensi besar untuk diolah
menjadi material yang bernilai tambah. Berikut adalah beberapa literatur yang membahas
metode pengolahan ampas tebu dan hasil penelitian terkait.
1. Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu dan Batik Bakaran Sebagai Material Produk
Sandal Ecofashion
Penelitian ini menunjukkan bahwa ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai material
untuk produk sandal ecofashion yang modis dan ramah lingkungan. Produk ini tidak
hanya memiliki nilai estetika dan budaya, tetapi juga memberikan margin keuntungan
yang signifikan dengan tingkat pengembalian investasi yang cepat. Hal ini
menunjukkan potensi bisnis yang menjanjikan dari pemanfaatan limbah ampas tebu
dalam industri fashion (Sari, 2020). Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kelayakan bisnis dan eksperimen untuk menciptakan desain produk berbahan baku
ampas tebu. Ampas tebu diolah menjadi blok-blok kubus dengan persentase ampas tebu
mencapai 90% per batangnya, kemudian diuji untuk berbagai aplikasi produk (Sari,
2020).
2. Pemanfaatan Ampas Tebu sebagai Bahan Pengisi Lembaran Serat Semen
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan
pengisi dalam pembuatan lembaran serat semen yang memenuhi standar kekuatan
lentur. Dengan campuran yang tepat, lembaran serat semen yang dihasilkan memiliki
kualitas yang baik dan dapat digunakan dalam berbagai aplikasi konstruksi, termasuk
pembuatan upper sandal (Putra, 2019). Penelitian ini menggunakan metode define,
measure, analyze, improve, dan control (DMAIC) untuk mengendalikan kualitas produk

17
lembaran serat semen. Teknik break up dan pengendalian ketajaman pisau digunakan
untuk mengurangi defect pada produk (Putra, 2019).
3. Pembuatan Pulp dari Kulit Jagung dan Ampas Tebu dengan Metode Acetosolv
Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa ampas tebu dapat diolah menjadi pulp
menggunakan metode Acetosolv. Meskipun fokus utama adalah pembuatan pulp,
metode ini memberikan wawasan penting tentang pengolahan ampas tebu menjadi
material yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk pembuatan lembaran
untuk upper sandal (Wijaya, 2018). Penelitian ini menggunakan metode Acetosolv
dengan pelarut asam asetat. Proses melibatkan pemasakan ampas tebu dengan
konsentrasi NaOH yang bervariasi dan waktu pemasakan yang berbeda untuk
menghasilkan pulp dengan kualitas yang diinginkan (Wijaya, 2018).
4. Pemanfaatan Ampas Tebu dan Kulit Pisang dalam Pembuatan Kertas Serat
Campuran
Studi ini menemukan bahwa ampas tebu, dengan kandungan selulosa yang tinggi,
sangat cocok untuk dijadikan bahan baku kertas serat campuran. Proses ini dapat
diadaptasi untuk menghasilkan lembaran yang sesuai untuk pembuatan upper sandal,
menunjukkan potensi besar dalam pemanfaatan limbah organik (Hidayat, 2017).
Penelitian ini menggunakan metode pencampuran serat ampas tebu dan kulit pisang
untuk membuat kertas serat campuran. Proses melibatkan penghancuran bahan baku
menjadi pulp, pencetakan menggunakan screen, dan penjemuran untuk menghasilkan
kertas dengan kualitas yang diinginkan (Hidayat, 2017).
5. Pemanfaatan Abu Ampas Tebu sebagai Bahan Pengisi pada Kulit Sintetis
Penelitian ini mengungkapkan bahwa abu ampas tebu dapat meningkatkan nilai
modulus dan kekuatan polimer dalam kulit sintetis. Meskipun fokusnya pada abu ampas
tebu, hasil penelitian ini menunjukkan potensi besar dalam penggunaan ampas tebu
untuk berbagai aplikasi material komposit, termasuk pembuatan lembaran untuk upper
sandal (Rahman, 2021). Penelitian ini menggunakan abu ampas tebu sebagai bahan
pengisi dalam pembuatan kulit sintetis. Proses melibatkan pencampuran abu ampas tebu
dengan polimer untuk meningkatkan kekuatan dan modulus material yang dihasilkan
(Rahman, 2021).

2.10 Tinjauan Desain Sebelumnya
Berikut adalah tinjauan desain dari produk-produk yang menggunakan material
sustainable. Tinjauan ini digunakan untuk menganalisa keunggulan produk, eksplorasi
material, value brand, konsep desain, dan target konsumennya. Adapun beberapa contoh
produk tinjauan yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Birkenstock
Birkenstock adalah produsen sepatu Jerman yang berpusat di Neustadt, Jerman.
Birkenstock memiliki keunggulan dimana insole sandal mengikuti anatomi kaki
sehingga sangat nyaman digunakan. Birkenstock menggunakan material cork untuk
bagian footbed- nya. Hal ini tentunya menambah daya jual brand tersebut karena cork
merupakan salah satu material yang mudah terurai. Konsep desain nya adalah natural,
elegan, dan simple. Target konsumennya adalah orang yang mementingkan
kenyamanan namun tetap terlihat stylish. Birkenstock sudah sangat terkenal di pasar
seluruh dunia.

18

Gambar 2. 8 Arizona Sandal Birkenstock
(Sumber: birkenstock.com)
2. Good Guys Don’t Wear Leather
Good Guys Don’t Wear Leather merupakan perusahaan sepatu yang dibuat handmad e
di Portugal. Keunggulan dari brand tersebut adalah bahan sepatunya yang menggunakan
kulit buah- buahan sehingga dapat disebut sebagai vegan leather . Desain dari sepatu-
sepatunya cenderung minimalis namun memiliki warna yang beragam. Good Guys
berfokus pada kenyamanan sepatu untuk orang -orang yang memiliki kaki sensitif.
Target konsumen Good Guys adalah orang yang peduli akan lingkungan dan anti animal
cruelty.

Gambar 2. 9 Felix Vegan Running Shoes
(Sumber: goodguysdontwearleather.com)

3. Moea
Moea merupakan perusahaan alas kaki yang berpusat di Paris. Keunggulan dari
Moeabrand tersebut adalah material alas kaki yang menggunakan kulit buah- buahan.
Konsep desain Moea sangat trendy yang dipadukan dengan warna yang beragam. Moea
berfokus pada kenyamanan dan proses manufaktur yang sustainable . Mereka dapat
mendaur ulang alas kakinya menjadi alas kaki baru sehingga meminimalisir dampak
buruk fesyen terhadap lingkungan.


Gambar 2. 10 Pineapple Tricolor
(Sumber: moea.io)

19
BAB 3
METODE PERANCANGAN

3.1 Definisi Judul

“Limbah Tebu Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Produk Upper Sandal”

a. Limbah tebu adalah limbah yang dihasilkan dari penggilingan tebu, contohnya seperti
limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula. Limbah tebu biasanya dimanfaatkan bahan
bakar boiler, pupuk, pakan ternak, dan campuran bahan kertas.
b. Upper sandal adalah bagian atas pada sandal yang menyelimuti bagian atas kaki dan
bagian samping kaki.

Sedangkan definisi secara umum adalah merancang sebuah produk fesyen berupa sandal
yang menggunakan bahan dasar limbah tebu. Tujuan dari perancangan ini adalah untuk
meningkatkan value limbah tebu, membantu mengatasi permasalahan lingkungan yang
diakibatkan oleh produk fast fashion .

3.2 Subjek Dan Objek Perancangan
a. Subjek dari tugas akhir ini adalah produk fesyen untuk orang yang peduli terhadap
lingkungan, dan fashion enthusiast.
b. Objek yang akan menjadi titik fokus dari perancangan ini adalah eksplorasi terhadap
material limbah tebu, upper sandal, dan sole. Dirancang untuk menjadi upper sandal
dengan material alternatif. Upper sandal ini dirancang menyesuaikan kebutuhan
kenyamanan pengguna serta eksplorasi material limbah tebu yang dicampurkan dengan
material komposit agar dapat digunakan sebagai daily footwear .

3.3 Kerangka Analisa Konsep Desain
Analisa konsep desain dapat dilihat melalui kerangka berikut:



Gambar 3. 1 Kerangka Analisa Konsep
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Emphatize
Studi Literatur &
Studi Lapangan
Eksperimen
Material
Analisis
Data
Konsep
Perancangan
Ideasi
Membuat
Gambar
Perancangan
Persiapan
Alat dan
bahan
Pembuatan
Prototype
Pengujian
Kesimpulan

20
Berdasarkan kerangka analisa konsep yang disajikan dalam gambar 3.1, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan produk
sandal dengan memanfaatkan limbah ampas tebu sebagai bahan baku utama, khususnya untuk
bagian upper (atasan) sandal. Proses perancangan dimulai dengan mempelajari literatur dan
melakukan studi lapangan terkait pemanfaatan limbah ampas tebu. Selanjutnya dilakukan
eksperimen dengan berbagai material untuk mendapatkan komposisi yang optimal dalam
pembuatan upper sandal dari ampas tebu.
Setelah melewati tahap analisis data dari hasil eksperimen, konsep perancangan produk
sandal dari ampas tebu dapat dirumuskan. Tahap selanjutnya adalah mengembangkan ide dan
desain produk melalui proses ideasi. Kesimpulan yang diperoleh kemudian diuji melalui
pembuatan prototipe sandal. Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan juga menjadi bagian
penting dalam keseluruhan proses untuk mewujudkan produk sandal dengan upper terbuat dari
limbah ampas tebu

3.4 Skema Alur Perancangan
Skema metode pemikiran menjadi pola utama dalam penelitian ini. Setiap tahap memiliki
tujuan dan hasil yang akan diharapkan. Tahapan yang dapat dilakukan lebih dari satu kali
bergantung pada hasil yang akan didapat. Adapun skema yang dimaksud dapat dilihat dari
bagian bawah.


Gambar 3. 2 Skema Alur Perancangan
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

21
Adapun urutan pelaksanaan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Permasalahan dan Fenomena
Pada penelitian tahap ini, penulis melakukan identifikasi permasalahan dan fenomena
dengan melakukan observasi. Setelah melakukan observasi penulis mendapatkan hasil
peluang dari limbah tebu, diantaranya adalah banyaknya jumlah limbah tebu dengan
pemanfaatan yang belum maksimal.
2. Analisis Pengumpulan Data
Pada penelitian tahap ini, penulis melakukan analisis literatur yang mencakup penelitian
yaitu literatur, buku, artikel, dan analisis pasar. Pada tahap ini ditentukan juga teknik acuan
yang sebelumnya telah dilakukan oleh penelitian terdahulu yaitu mencampurkan ampas
tebu dengan lem kayu.
3. Eksperimen
Pada penelitian tahap ini, penulis melakukan eksperimen yaitu teknik pencampuran adonan
dan penghancuran. Hasil dari tahap ini merupakan hasil kasar eksperimen. Eksperimen
menggunakan metode yang digunakan untuk mengeksplorasi material limbah tebu yang
bertujuan untuk menentukan perlakuan yang paling sesuai dengan karakteristik material
sehingga mendapat tekstur dan tampilan visual yang paling optimal. Perlakuan pada ampas
tebu dilakukan beracuan pada penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu digunakan pada
metode ini sehingga kegiatan eksperimen berjalan sesuai peraturan ilmu yang
bersangkutan.
4. Analisis Data
Pada penelitian tahap ini, penulis melakukan analisis aktivitas, analisis target user, analisis
trend, analisis ergonomi, analisis struktur, analisis material, analisis value , dan analisis efek
lingkungan.
5. Konsep Desain
Pada penelitian tahap ini, penulis melakukan konsep desain dengan metode ideasi
mencangkup brainstorming, sketsa alternatif, studi model, key konsep, mood board, dan
persona user.
6. Prototyping
Pada penelitian tahap ini, penulis melakukan prototyping awal berupa material dasar dari
pembuatan upper sandal yaitu lembaran ampas tebu yang dicampurkan dengan material
komposit sehingga dapat menjadi satu kesatuan. Pembuatan upper sandal kemudian dibuat
dari lembaran ampas tebu yang sudah dibuat. Tahapan ini ada karena perlunya pengujian
prototyping.
7. Percobaan dan Desain Final
Pada tahap ini penulis mencoba prototype dan desain final mencangkup detailing,
finishing, final desain berupa gambar teknik upper sandal, dan komponen pendukung
publikasi desain (poster dan model 3D). Hasil dari tahap ini diharapkan sendal berbahan
dasar ampas tebu siap produksi dan dijual secara masal.
8. Penulisan Buku Tugas Akhir
Pada tahap terakhir ini akan dilakukan analisis dan penentuan kesimpulan berdasarkan
desain final yang telah diperoleh pada saat pengujian dan analisis yang ditulis dalam bentuk
buku Tugas Akhir.

3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Pada metode
kualitatif penulis meneliti dengan cara observasi, shadowing, dan deep interview. Penulis juga
meneliti melalui literatur, jurnal, artikel, dan buku. Tahap pertama adalah menentukan rumusan
masalah yang menjadi tujuan dari penelitian. Selanjutnya, pada tahap kedua akan dilakukan

22
pemilihan dan perencanaan metode yang tepat untuk menjawab permasalahan yang ada. Pada
tahap ketiga akan dilakukan pengambilan data dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Pada tahap keempat, akan dilakukan proses eksperimen terhadap material. Pada tahap kelima,
akan dilakukan proses analisa dari hasil eksperimen. Pada tahap keenam, akan dilakukan ideasi
dan konsep desain terkait hasil eksperimen yang telah dilakukan. Pada tahap terakhir, akan
dilakukan implementasi hasil analisa eksperimen kedalam produk fashion.

3.6 Bahan Dan Peralatan Yang Digunakan
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah software desain 3D
Shpr3D, software rendering Blender, software gambar 2D Corel Draw, dan soft ware gambar
2D Procreate. Selain itu, pada tahap manufaktur prototipe akan dibutuhkan beberapa bahan dan
peralatan seperti ampas tebu, mesin giling tepung, MDF, biodegradable resin, lem kayu, mesin
CNC, mesin laser cut, mesin jahit, lem kuning, dan shoe last . Bahan dan peralatan yang kurang
baik untuk lingkungan digunakan secara minim untuk meminimalisir dampak negatifnya
terhadap lingkungan. Untuk mencapai 100% sustainable manufacturing process, untuk saat ini
fasilitas dan teknologi belum cukup memadai.

3.7 Jadwal Pelaksanaan Perancangan Tugas Akhir
Jadwal pelaksanaan penelitian tugas akhir dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3. 1 Jadwal Pelaksanaan Perancangan Tugas Akhir
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
1
3
1
4
15 16
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data,
Desain, dan
Percobaan

Manufaktur Prototipe
Pengujian dan
Analisis

Penulisan Buku
Tugas Akhir

23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Lapangan
Industri gula tebu menghasilkan limbah berupa ampas tebu dalam jumlah yang sangat
besar, mencapai 35-50% dari total tebu yang digiling. Dengan produksi gula nasional tahun
2022 sekitar 2,35 juta ton, diperkirakan ampas tebu yang dihasilkan mencapai 1 juta ton per
tahun. Saat ini, sebagian besar ampas tebu dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler di pabrik
gula, pakan ternak, atau dijual ke pabrik kertas dan papan partikel (particle board). Namun dari
satu batang tebu, hanya sekitar 10% yang dapat diolah menjadi gula dan molase, sedangkan
90% sisanya menjadi ampas. Ini menunjukkan masih besarnya potensi pemanfaatan ampas
tebu.
Melalui studi lapangan industry gula , penulis melihat adanya peluang untuk
memanfaatkan ampas tebu di bidang fashion yang saat ini masih sedikit. Serat ampas tebu
memiliki karakteristik yang kuat, tahan lama, dan memiliki ciri khas visual yang menarik.
Dengan sentuhan inovasi dan kreativitas, ampas tebu dapat diolah menjadi produk fashion dan
lifestyle seperti tas, dompet, sandal, hingga aksesoris rumah yang unik dan ramah lingkungan.
Mengingat besarnya volume limbah ampas tebu yang dihasilkan setiap tahun, pemanfaatannya
di industri fashion dapat menjadi alternatif menjanjikan yang tidak hanya mengurangi dampak
lingkungan, namun juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar pabrik gula.
Diperlukan kolaborasi antara industri gula, desainer, dan pengrajin untuk mewujudkan potensi
ini menjadi produk bernilai tinggi.

4.2 Data Pelaku Usaha
Penulis melakukan penelitian dengan judul “Limbah Tebu sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Produk Upper Sandal” yang terinspirasi dari pengalaman magang di PT. Kohei The
Label. Konsep desain perusahaan tersebut secara keseluruhan terinspirasi oleh suasana tropis
dan keindahan alam Indonesia, dengan memanfaatkan tekstur alami sebagai elemen utama.
Berikut adalah profil perusahaan PT. Kohei The Label.


Gambar 4. 1 Logo PT Kohei The Label
(Sumber: https://koheiislandco.com/)

Jenis usaha : Perseorangan Terbatas Kohei The Label
Tahun usaha : 2018
Produk : Apparel, jewelry, dan home decor
Bahan utama : Kain, emas, kayu, kulit
Merek dagang : Kohei
Kapasitas produksi : 50 / hari
Website : https://koheiislandco.com/
Instagram : @kohei.island.co
Facebook : Kohei
Alamat : Jl. Batu Bolong No. 49a, Canggu, Bali, Indonesia

PT Kohei The Label bergerak pada bidang apparel , home decor, dan jewelry. Dalam
pembuatan produknya, perusahaan tersebut menggunakan bahan linen, silk, cotton , rayon,

24
kayu, mutiara, dan lain- lain. Konsep dari keseluruhan produk Kohei adalah modern minimalist.
Berikut adalah contoh- contoh desain dari produk Kohei.

Tabel 4. 1 Contoh Desain dari Produk Kohei
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Apparel

Home Decor

Jewelry


Meskipun PT. Kohei The Label dikenal sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi
konsep alam dalam produk- produknya, namun terdapat kelemahan dalam hal efisiensi
penggunaan bahan. Berdasarkan pengalaman magang penulis, perusahaan ini mengalami

25
masalah kurangnya efisiensi dalam memanfaatkan bahan, sehingga banyak bahan yang
terbuang selama proses produksi.
PT. Kohei The Label juga memiliki sister company yang bergerak dalam bidang food
and beverage. Di restoran tersebut, salah satu menu utama mereka adalah air tebu, sehingga
banyaknya limbah tebu di kantor tersebut. Limbah tebu ini dapat menjadi tantangan tersendiri
dalam pengelolaannya.
Di sisi lain, konsep alam yang dianut oleh Kohei menjadi inspirasi bagi penulis untuk
menciptakan produk dengan bahan alam yang memiliki gaya desain mirip dengan Kohei.
Penulis ingin mengembangkan produk yang ramah lingkungan namun tetap mempertahankan
keindahan dan keanggunan seperti yang ditawarkan oleh Kohei. Dengan menggabungkan
konsep alam dan gaya desain yang elegan, penulis berharap dapat menciptakan produk yang
tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Tantangan utama yang dihadapi penulis adalah bagaimana meningkatkan efisiensi
penggunaan bahan alam tanpa mengorbankan kualitas dan estetika produk. Diperlukan inovasi
dalam proses produksi dan pemilihan bahan yang tepat untuk meminimalkan pemborosan dan
limbah. Dengan demikian, penulis dapat mewujudkan produk yang ramah lingkungan sekaligus
mempertahankan keunikan dan daya tarik seperti yang ditawarkan oleh Kohei.

4.3 Studi Produk Eksisting/ Bedah Produk
Dalam studi bedah produk sandal wanita, penting untuk memahami berbagai aspek yang
membentuk kualitas dan fungsionalitas dari produk tersebut. Sandal wanita tidak hanya
berfungsi sebagai alas kaki, tetapi juga sebagai penunjang estetika dan kenyamanan bagi
penggunanya. Oleh karena itu, analisis mendalam mengenai mekanisme dan sambungan ( joint),
serta jenis- jenis jahitan yang digunakan dalam pembuatan sandal wanita menjadi sangat krusial.

4.3.1 Sandal dengan Upper Bahan Rotan
Sandal dengan upper berbahan rotan merupakan salah satu inovasi dalam dunia fashion
yang menggabungkan keanggunan dan kenyamanan. Bahan rotan yang alami memberikan
tekstur unik dan estetika yang menarik, menjadikan sandal ini pilihan yang tepat untuk
penampilan kasual maupun semi-formal. Selain itu, penggunaan rotan sebagai bahan utama
juga mencerminkan kepedulian terhadap lingkungan, mengingat rotan adalah material yang
ramah lingkungan dan mudah terbarukan.


Gambar 4. 2 Sandal dengan Upper Bahan Rotan
(Sumber: bonadrag.com)

26
Berdasarkan analisis terhadap upper sandal yang terbuat dari bahan rotan, terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan penggunanya jika dipakai dalam
jangka waktu lama. Rotan memiliki tekstur yang cukup keras dan kaku, sehingga dapat
menekan kaki dan menimbulkan rasa tidak nyaman saat digunakan untuk beraktivitas dalam
durasi yang panjang. Selain itu, anyaman rotan pada upper sandal juga dapat menimbulkan
gesekan dan iritasi pada kulit kaki.
Untuk meningkatkan kenyamanan sandal rotan, salah satu solusinya adalah dengan
menambahkan lapisan lining atau pelapis pada bagian dalam upper sandal. Lining ini berfungsi
untuk membuat permukaan sandal menjadi lebih lembut dan empuk, sehingga tidak menekan
atau mengiritasi kulit kaki. Bahan lining yang dapat digunakan misalnya kain, busa, atau kulit
sintetis yang memiliki tekstur halus. Dengan adanya lining ini, kaki akan lebih nyaman saat
menggunakan sandal rotan untuk beraktivitas sehari-hari dalam waktu yang lama, baik untuk
kegiatan indoor maupun outdoor.
Jadi, penambahan lining pada upper sandal rotan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kenyamanan penggunanya, terutama jika sandal tersebut akan sering dipakai
dalam berbagai aktivitas yang memakan waktu cukup panjang. Lining dapat mengurangi
tekanan dan gesekan pada kaki, sehingga kaki tetap nyaman meskipun sandal digunakan
seharian.

4.3.2 Mechanism & Joint Heels
Pada pembuatan sandal wanita, mekanisme pemasangan heels dan penggunaan lem
sebagai komponen pengikat utama sangat penting untuk memastikan kekuatan dan kenyamanan
sandal. Mekanisme pemasangan heels pada sandal melibatkan penggunaan berbagai teknik,
seperti penggunaan paku, sekrup, atau perekat khusus, seperti lem yang dirancang untuk
menahan beban dan tekanan saat digunakan. Heels biasanya dipasang dengan cara memasukkan
fastener melalui insole dan outsole, kemudian mengunci heels pada tempatnya menggunakan
getaran ultrasonik atau mekanisme penguncian lainnya.
Pada bagian joint, lem digunakan sebagai pengikat upper , insole, dan outsole sandal. Lem
yang digunakan dalam industri alas kaki biasanya terdiri dari berbagai jenis, seperti lem akrilik,
lem karet, dan lem poliuretan, yang masing- masing memiliki keunggulan dalam hal kekuatan,
fleksibilitas, dan ketahanan terhadap air. Proses pengikatan ini melibatkan aplikasi lem pada
permukaan yang akan disatukan, kemudian mengaktifkan lem dengan panas atau tekanan untuk
memastikan ikatan yang kuat dan tahan lama. Penggunaan lem yang tepat sangat penting untuk
memastikan bahwa sandal tidak hanya nyaman dipakai tetapi juga tahan lama dan aman
digunakan.

Gambar 4. 3 Komponen Outsole dengan Heels
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

27
Pemasangan heels pada sandal wanita perlu menggunakan mekanisme khusus yang
melibatkan penggunaan besi stainless dan lem sebagai penguat. Sebagai contoh, pada gambar
4.5, terlihat bahwa komponen outsole dari sandal dilengkapi dengan besi stainless yang
berfungsi sebagai penstabil dan penguat untuk heels, setelah itu lem diaplikasikan pada
permukaan sol sandal sebagai pengikat antara permukaan satu dengan yang lain. Mekanisme
ini memastikan bahwa heels dapat terpasang dengan kuat dan stabil pada sandal, mengurangi
risiko kerusakan atau lepasnya heels selama penggunaan.

4.4 Analisis Pasar
Analisis pasar adalah langkah penting dalam mengembangkan produk upper sandal
yang menggunakan limbah tebu sebagai bahan dasar. Dalam bagian ini, penulis melakukan
analisis pasar untuk mengetahui gambaran umum pasar, analisis kompetitor, dan analisis
konsumen. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui potensi pasar, kekuatan dan kelemahan
kompetitor, serta kebutuhan dan preferensi konsumen terhadap produk yang dikembangkan.
4.4.1 Segmenting
Pada bagian segmentasi pasar, penulis membagi menjadi 4 yaitu demografis, geografis,
behavioral, dan psikografis.

Tabel 4. 2 Segmentasi Produk
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Demografis
Jenis Kelamin Wanita
Usia 18-30 tahun
Pendapatan Menengah- menengah keatas
Geografis Masyarakat perkotaan dan pinggiran kota
Behavioral
Penggunaan
produk
Pengguna yang menggunakan sandal untuk keperluan
sehari-hari, informal event, dan semi-formal event.
Siklus
pembelian
Pengguna yang merencanakan sebuah pembelian dan
melakukan riset yang mendalam terkait produk tersebut.
Loyalitas
merek
Cenderung tidak memiliki keterikatan terhadap suatu
merek, namun memperhatikan kualitas dan material
produk.
Psikografis
Gaya hidup Minimalist lifestyle, slow living, sustainable
Value dan
keyakinan
Pengguna yang mengutamakan aspek keberlanjutan dari
sebuah produk namun tetap mengutamakan kenyamanan, desain, aspek easy to use , fungsionalitas, kualitas, warna,
material, dan cara produksi sebuah produk.

28
Tabel 4. 2 Segmentasi Produk (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Psikografis Kepribadian Bertanggung jawab, berpikir jangka panjang, pencinta
alam, kritis, minimalis, dan memiliki empati yang tinggi

4.4.2 Targeting
Target pasar untuk produk sandal yang menggunakan bahan sustainable, seperti ampas
tebu, adalah perempuan yang peduli terhadap lingkungan dan keberlanjutan. Mereka biasanya
adalah individu yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan
cenderung memilih produk yang ramah lingkungan. Mereka menghargai inovasi dalam
penggunaan bahan daur ulang dan tertarik pada produk yang tidak hanya fungsional tetapi juga
memiliki nilai tambah dari segi etika dan lingkungan. Selain itu, mereka cenderung memiliki
daya beli yang baik dan bersedia membayar lebih untuk produk yang mendukung keberlanjutan
dan tanggung jawab sosial.

4.4.3 Positioning
Positioning produk merupakan proses penempatan produk di benak konsumen dengan
tujuan menciptakan citra dan persepsi tertentu tentang produk tersebut. Hal ini dilakukan
dengan mengidentifikasi keunggulan kompetitif produk dan membandingkannya dengan
produk pesaing di pasar. Dalam proses positioning, penulis perlu mempertimbangkan berbagai
faktor seperti target pasar, kebutuhan dan preferensi konsumen, serta strategi pemasaran yang
efektif. Untuk positioning produk sandal ini dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan style dan
harga produk.
A. Positioning berdasarkan style produk
Positioning produk berdasarkan style atau gaya merupakan strategi pemasaran yang
penting untuk membedakan produk dari pesaing dan menarik perhatian target konsumen.
Dengan memahami preferensi gaya hidup dan estetika konsumen, penulis menempatkan
produknya pada posisi yang sesuai dengan persepsi dan harapan pasar. Hal ini membantu
menciptakan citra dan identitas produk yang kuat, serta memudahkan konsumen dalam
mengidentifikasi dan memilih produk yang sesuai dengan selera pasar.

Gambar 4. 4 Positioning Style Produk
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

29
Positioning Style produk upper sandal dari ampas tebu berada di kuadran yang
menunjukkan karakteristik minimalis dan natural (lingkaran warna merah). Produk ini
ditempatkan di dekat merk Birkenstock, yang dikenal dengan desain sederhana dan
penggunaan bahan alami. Hal ini menunjukkan bahwa upper sandal dari ampas tebu
menekankan pada kesederhanaan desain dan penggunaan bahan- bahan alami yang ramah
lingkungan. Dengan demikian, produk ini cocok untuk konsumen yang mencari sandal dengan
estetika minimalis dan peduli terhadap keberlanjutan lingkungan.

B. Positioning berdasarkan harga produk
Positioning produk berdasarkan harga merupakan strategi penting dalam pemasaran untuk
menentukan persepsi konsumen terhadap nilai dan kualitas produk. Dengan menempatkan
produk pada posisi harga yang tepat, perusahaan dapat menarik segmen pasar yang sesuai dan
menciptakan keunggulan kompetitif. Berdasarkan benchmarking yang telah dilakukan,
positioning produk upper sandal dari ampas tebu dilakukan dengan mempertimbangkan harga
yang kompetitif dan sebanding dengan nilai yang ditawarkan. Hal ini bertujuan untuk
menempatkan produk ini sebagai pilihan yang menarik bagi konsumen yang mencari
keseimbangan antara kualitas, desain minimalis, dan bahan alami yang ramah lingkungan.

Gambar 4. 5 Positioning Harga Produk
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Produk upper sandal berbahan dasar ampas tebu diposisikan pada kisaran harga sekitar Rp
1.000.000, yang berada di antara merek "Good Guys Go Vegan" dan "Birkenstock". Harga ini
mencerminkan beberapa faktor penting yang mempengaruhi nilai produk tersebut. Pertama,
proses produksi yang menggunakan bahan alami seperti ampas tebu menunjukkan komitmen
terhadap keberlanjutan dan ramah lingkungan, yang sering kali memerlukan biaya tambahan
dalam pengolahan dan pengadaan bahan baku. Kedua, desain minimalis dan estetika yang
elegan menambah nilai produk, menjadikannya pilihan menarik bagi konsumen yang mencari
keseimbangan antara gaya hidup berkelanjutan dan tampilan yang modern. Harga tersebut juga
dihasilkan dari kuesioner yang dibagikan kepada pengguna potensial, secara rata-rata dapat
menghasilkan 20- 25 juta rupiah perbulannya. Dengan demikian, harga sekitar Rp 1.000.000
mencerminkan kombinasi dari bahan berkualitas, proses produksi yang ramah lingkungan, dan
desain yang menarik.

4.5 Analisis Pengguna
4.5.1 Persona
Analisis pengguna atau persona merupakan metode yang digunakan untuk memahami
karakteristik dan kebutuhan pengguna potensial berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
individu. Persona ini mencakup berbagai aspek seperti data diri, keterampilan, tujuan hidup,
hobi, dan nilai-nilai hidup yang dianut oleh pengguna. Dengan mengumpulkan informasi ini,
kita dapat membuat profil rinci dari pengguna representatif yang dapat digunakan untuk

30
memandu desain dan pengembangan produk agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
audiens target. Berikut adalah hasil persona dengan menitikberatkan pada penggunaan produk
sandal.


Gambar 4. 6 Persona
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

4.5.2 Preferensi
Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh 52 responden, preferensi pengguna terkait
produk sandal dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 2. 5 Preferensi Pengguna
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No Pertanyaan Hasil
1 Desain sandal Minimalis (51 responden)
2 Jenis sandal yang
disukai
Slides (40 responden) dan strappy (48 responden)
3 Sistem pada sandal Tanpa sistem (50 responden)
4 Siluet sandal Simetris (51 responden)
5 Color palette Earth tone (45 responden) dan Neutral (33
responden)
6 Material Fleksibel (36 responden), kuat (31 responden),
anti air (21 responden)
7 Detail Terlihat tekstur natural (52 responden)

Secara keseluruhan, preferensi pengguna terhadap produk sandal cenderung mengarah
pada desain yang minimalis, jenis sandal slides dan strappy, sistem yang mudah digunakan,

31
siluet yang simetris, warna-warna earth tone dan netral, material fleksibel, kuat, anti air, serta
memiliki tekstur natural. Hasil ini dapat menjadi panduan bagi penulis dalam mengembangkan
produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.

A. Style Fashion
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, style fashion yang dianut oleh pengguna
adalah artisanal dan tropical . Berikut adalah gambar yang dapat merepresentasikan outfit yang
biasa dipakai oleh pengguna.

Gambar 4. 7 Style Fashion Pengguna
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Outfit pengguna menunjukkan kombinasi yang harmonis antara elemen- elemen alami dan
desain yang sederhana namun elegan. Pada sisi kiri, terdapat swimsuit atau top berwarna putih
dengan model halter , dipadukan dengan topi jerami bertepi lebar dan kacamata hitam besar,
menciptakan kesan santai dan tropis. Celana panjang dengan potongan lebar dan pinggang
tinggi berwarna netral serta tas anyaman dan sandal datar menambah sentuhan artisanal dan
minimalis. Sementara itu, pada sisi kanan, swimsuit atau bodysuit hitam dipadukan dengan topi
matahari bertepi lebar dan kacamata hitam berdesain angular, memperkuat gaya tropis dan
minimalis. Keseluruhan tampilan ini mencerminkan preferensi pengguna terhadap fashion
yang mengedepankan kenyamanan, kealamian, dan kesederhanaan, dengan aksesoris yang
fungsional dan serbaguna.

4.5.3 Customer Journey Mapping
Customer journey mapping adalah proses pembuatan representasi visual dari pengalaman
pengguna. Dalam konteks penggunaan sandal, customer journey mapping dapat memberikan
wawasan mendalam tentang perilaku pengguna selama berinteraksi dengan produk tersebut.
Melalui wawancara mendalam ( in-depth interviews), penulis dapat mengeksplorasi bagaimana
pengguna menggunakan sandal dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah kesimpulan
pengalaman pengguna saat menggunakan sandal.

32


Gambar 4. 8 Customer Journey M apping
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Wawancara ini memungkinkan penulis untuk memahami kebutuhan, tantangan, dan
emosi yang dialami pengguna pada setiap tahap penggunaan produk. Dengan demikian, penulis
dapat mengidentifikasi titik-titik friksi dan peluang untuk meningkatkan pengalaman pengguna,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas pengguna.

4.6 Analisis Desain Terdahulu
Penulis melakukan analisis terhadap desain sandal terdahulu sebagai acuan produk yang
sedang dirancang. Analisis ini merupakan hasil penyempurnaan dari berbagai analisis yang
telah dilakukan sebelumnya. Berikut adalah kesimpulan dari analisis desain terdahulu pada
produk sandal wanita.

Tabel 4. 3 Analisis Desain Terdahulu
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Part Acuan Keterangan
Insole

Insole memiliki
look raw dan
natural.
Branding
style/ method

Branding yang
terletak pada sandal terlihat clean dan
minimalist.
Aksesoris

Aksesoris yang
menambah kesan elegan.

33
Tabel 4. 4 Analisis Desain Terdahulu (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Part Acuan Keterangan
Upper

Upper simple
namun tetap
terlihat modern.
Heels

Heels yang tidak
terlalu tinggi dan
clean.

4.7 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan pengguna merupakan langkah penting dalam proses perancangan
produk yang berpusat pada pengguna (user-centered design). Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengorganisir kebutuhan pengguna adalah affinity
diagram. Dalam konteks perancangan upper sandal berbahan dasar ampas tebu, metode ini
dapat membantu mengumpulkan dan mengelompokkan masukan dari pengguna potensial
berdasarkan kesamaan dan keterkaitan. Melalui wawancara, observasi, dan brainstorming
dengan target pengguna, penulis dapat mengumpulkan berbagai ide, keluhan, dan harapan
terkait dengan penggunaan sandal. Selanjutnya, ide-ide tersebut dikelompokkan berdasarkan
kesamaan tema. Proses ini memungkinkan penulis untuk mengidentifikasi pola dan tema yang
muncul, serta memprioritaskan kebutuhan pengguna yang paling penting.
Berikut adalah kesimpulan dari affinity diagram yang dikelompokan sesuai kebutuhan
pengguna untuk perancangan upper sandal berbahan daur ulang ampas tebu. Diagram ini
terbagi menjadi lima kategori utama, yaitu value, appear ance, struktur, fungsi, dan fitur.


Gambar 4. 9 Affinity Diagram
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

34
1. Value
Kategori ini mencakup aspek keberlanjutan (sustainability) yang direpresentasikan oleh
sistem produksi yang ramah lingkungan dan kemampuan beradaptasi dari alam. Hal ini
menunjukkan bahwa pengguna menginginkan produk yang memiliki nilai keberlanjutan
dan ramah lingkungan.
2. Appearance
Kategori ini berkaitan dengan tampilan visual produk, seperti desain minimalis dan
fungsional, warna netral dan earth -tone, serta kesan modern namun tetap sustainable .
Pengguna menginginkan sandal yang terlihat sederhana namun stylish .
3. Struktur
Kategori ini mencakup aspek struktural produk, seperti kekuatan (kuat), fleksibilitas, dan
anti-air. Pengguna mengharapkan sandal yang kokoh namun tetap fleksibel dan tahan air.
4. Fungsi
Kategori ini mencakup fungsi utama produk, yaitu sebagai alas kaki untuk berbagai
kesempatan, baik formal maupun kasual. Selain itu, sandal juga diharapkan dapat
melengkapi penampilan (pelengkap outfit).
5. Fitur
Kategori ini mencakup fitur-fitur tambahan yang diinginkan pengguna, seperti kemudahan
penggunaan (easy to use), bahan yang sustainable, tekstur alami, dan kenyamanan saat
dipakai.

4.8 Analisis Ergonomi
Analisis ergonomi dalam pembuatan sandal wanita untuk orang Indonesia perlu
mempertimbangkan beberapa faktor penting. Pertama, desain master shoe last harus
disesuaikan dengan antropometri dan karakteristik kaki wanita Indonesia (Waskito &
Wahyuning, 2013). Perubahan bentuk kaki saat menggunakan sandal, seperti punggung kaki,
lengkung kaki, dan tumit, kurang diperhatikan oleh pembuat master shoe last sehingga bentuk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan karakter kaki orang Indonesia (Waskito & Wahyuning,
2013).
Selain itu, faktor-faktor seperti durasi penggunaan, jenis sandal, dan kesesuaian ukuran
sandal berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal pada pengguna (Ma'rufi & Indrayani,
2015). Sandal yang tidak nyaman dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti keluhan
muskuloskeletal pada kaki dan pergelangan kaki. Oleh karena itu, penting bagi produsen sandal
untuk memperhatikan aspek ergonomi dalam desain produk mereka.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi karakteristik individu, unit
kerja, dan faktor ergonomi yang terkait dengan keluhan kesehatan pada pekerja industri sandal
(Ma'rufi & Indrayani, 2015). Dengan memahami faktor-faktor ini, produsen dapat merancang
sandal yang lebih ergonomis dan nyaman bagi pengguna wanita di Indonesia.

Tabel 2. 6 Rata -rata Dimensi Antropometri Kaki untuk Shoe Last (cm)
(Sumber: Waskito & Wahyuning, 2019)
No Sepatu Ball girth Waist Instep Heel Ankle Foot length
35,5 18,8 19,8 20,3 27,7 18,5 21,4
36 19,4 19,8 21,2 27,4 22,4 21,9
37 19,4 21,2 21,8 28,6 20,5 22,5
37,5 20,4 20,6 21,7 28,2 23,4 23,0
38 20,4 21,5 22,0 29,2 21,4 23,4
38,5 22,1 21,7 22,4 26,3 19,2 24,1
39 21,0 22,1 22,9 28,2 27,6 24,3

35
Tabel 2. 7 Korelasi Panjang dan Keliling Ball Kaki untuk Shoe Last (cm)
(Sumber: Waskito & Wahyuning, 2019)
No Sepatu Ball girth Foot length Rasio
35,5 18,8 21,4 0,88
36 19,4 21,9 0,89
37 19,4 22,5 0,86
37,5 20,4 23,0 0,89
38 20,4 23,4 0,87
38,5 22,1 24,1 0,92
39 21,0 24,3 0,86

Berdasarkan kedua tabel yang disajikan, dapat disimpulkan beberapa hal penting terkait
studi ergonomi untuk produk sandal wanita di Indonesia:
1. Data antropometri yang rinci disajikan untuk berbagai ukuran sepatu, meliputi lingkar
bola kaki, lingkar betis, tinggi instep, tinggi tumit, lingkar mata kaki, dan panjang kaki.
Data ini sangat penting untuk merancang sandal yang pas dan nyaman bagi wanita
Indonesia.
2. Rasio panjang kaki terhadap parameter lain seperti lingkar bola kaki juga disediakan.
Rasio ini membantu perancang menentukan proporsi dan dimensi komponen sandal
yang sesuai dengan ukuran kaki target.
3. Data antropometri ini dapat digunakan oleh penulis untuk mengembangkan produk
yang lebih sesuai dengan karakteristik kaki wanita lokal, sehingga meningkatkan
kenyamanan, kecocokan, dan pengalaman pengguna secara keseluruhan.
Dengan demikian, studi ergonomi ini memberikan informasi berharga bagi industri
sandal wanita di Indonesia untuk merancang produk yang lebih ergonomis dan sesuai dengan
populasi target mereka.

4.9 Analisis Sosial Budaya
Sustainable living adalah konsep yang menekankan pada gaya hidup yang bertujuan
untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Ini mencakup berbagai praktik seperti
mengurangi konsumsi energi, menggunakan sumber daya alam secara efisien, dan memilih
produk yang ramah lingkungan. Menurut penelitian, sustainable living dapat dicapai melalui
berbagai cara, termasuk pembangunan perumahan yang berkelanjutan, penggunaan energi
terbarukan, dan pengurangan limbah (Caring for the Earth, 2023). Selain itu, gaya hidup
berkelanjutan juga melibatkan perubahan perilaku konsumen untuk memilih produk yang lebih
ramah lingkungan dan mendukung praktik bisnis yang berkelanjutan (The Limits to Caring,
2023).
Produk upper sandal yang menggunakan bahan dasar ampas tebu memiliki potensi besar
untuk diterima oleh target pasar yang peduli terhadap lingkungan. Ampas tebu adalah limbah
dari industri gula yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku, sehingga mengurangi
limbah dan memanfaatkan sumber daya yang ada. Penelitian menunjukkan bahwa konsumen
semakin tertarik pada produk yang memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah dan
mendukung keberlanjutan (Sugarcane bagasse fiber as semi-reinforcement filler in natural
rubber composite sandals, 2023). Produk yang menggunakan bahan daur ulang atau limbah
industri, seperti ampas tebu, dapat menarik konsumen yang ingin berkontribusi pada pelestarian
lingkungan.
Selain itu, konsumen yang peduli lingkungan cenderung memiliki preferensi yang kuat
terhadap produk yang memiliki atribut etis dan ramah lingkungan. Studi menunjukkan bahwa
paparan terhadap iklan yang menekankan keberlanjutan dapat meningkatkan preferensi

36
konsumen terhadap produk yang berkelanjutan dibandingkan dengan produk tradisional (Will
You Purchase Environmentally Friendly Products?, 2023). Dengan demikian, produk upper
sandal yang menggunakan ampas tebu tidak hanya menawarkan solusi yang lebih ramah
lingkungan tetapi juga memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat untuk produk-
produk berkelanjutan.

4.10 Eksperimen
A. Analisis pencampuran ampas tebu dan komposit
Analisis pencampuran ampas tebu dengan material komposit merupakan hasil dari
proses eksperimen untuk menentukan komposit terbaik dalam beberapa parameter,
terutama dalam konteks keberlanjutan dan pemanfaatan limbah industri ya ng kemudian
akan diaplikasikan pada produk fashion. Berikut adalah hasil eksperimen pencampuran
komposit dengan ampas tebu.

Tabel 4. 4 Analisis Pencampuran Komposit dengan Ampas Tebu
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
N
o
Jenis Material Estetika Fleksibilita
s
Kenyamana
n
Kemudaha
n Produksi
Keberlanjuta
n Material
1 15% Silikon +
75% Bagasse
(5mm)

Tekstur
alami
Cukup
fleksibel,
tetapi kaku
(5mm)
Bantalan
terlalu tebal,
berat,
kurang
nyaman

Relatif
sulit karena terlalu tebal

Bagasse
limbah yang
berkelanjuta
n, silikon
dapat didaur
ulang
2 15% Silikon +
75% Bagasse
(2mm)

Tekstur
alami
Cukup
fleksibel,
tetapi kaku
(2mm)
Bantalan
lebih tipis,
ringan, kurang nyaman
Relatif
mudah
Bagasse
limbah yang
berkelanjuta
n, silikon
dapat didaur
ulang
3 15% Silikon+
75% Bagasse
(1mm)

Tekstur
alami
Fleksibel
dan tidak
kaku
Bantalan
tipis, ringan, nyaman
Relatif
mudah
Bagasse
limbah yang
berkelanjuta
n, silikon
dapat didaur
ulang
4 3 gr Bubuk
Gelatin + 50%
Air + Gauze +
50% Bagasse

Tekstur
unik (Gauze)
, kurang menari k
Fleksibilita
s baik,
tetapi tidak kuat
Gauze
memberika
n bantalan
tipis sehingga kurang nyaman
Relatif
sulit karena perlu mengatur kelembaba
n untuk
gelatin
Bagasse
berkelanjuta
n, tetapi
gelatin tidak

37

Tabel 4. 5 Analisis Pencampuran Komposit dengan Ampas Tebu (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
N
o
Jenis Material Estetika Fleksibilit
as
Kenyamana
n
Kemudaha
n Produksi
Keberlanjuta
n Material
5 20% Lem
Kayu + 30%
Air + 50%
Bagasse

Tampila
n alami,
tetapi
tekstur
tidak
menarik
Fleksibilit
as cukup,
tetapi tidak kuat (rapuh)
Lem kayu
keras dan
tidak nyaman untuk kulit
Relatif
mudah dan banyak
Bahan kimia
pada lem
kayu tidak
ramah lingkungan
6 20% Maizena
+ 30% Air +
50% Bagasse

Tampila
n alami,
Sedikit bertekst ur
Fleksibilit
as kurang,
sangat rapuh
Maizena
keras dan
tidak menyatu (rapuh)
Relatif
mudah
Ramah
lingkungan
7 15% Resin +
75% Bagasse

Tekstur
alami dan kilau dari resin
Fleksibilit
as kurang,
keras
Resin
bersifat
keras dan
kurang nyaman sebagai bantalan
Relatif
sulit karena resin “berbahaya ”
Resin tidak
ramah lingkungan
8 20% Tapioka
+ 30% Air +
50% Bagasse

Tekstur
alami
Fleksibilit
as kurang,
rapuh
Tapioka
keras tetapi
rapuh sehingga
tidak
nyaman
Relatif
mudah
Ramah
lingkungan
9 100% Bagasse
(Braided)

Tekstur
alami, unik
Fleksibilit
as kurang,
tidak mengikat
Kurang
nyaman sebagai bantalan
Relatif
sulit karena anyaman
Ramah
lingkungan

38

Tabel 4. 5 Analisis Pencampuran Komposit dengan Ampas Tebu (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
N
o
Jenis
Material
Estetika Fleksibilita
s
Kenyamana
n
Kemudaha
n Produksi
Keberlanjuta
n Material
10
Lem kayu
20% + Air
30% +
Bagasse 50%
Finishing
Resin 5%

Tekstur
alami
dan
sedikit
kilau
dari
finishin
g resin.
Fleksibilita
s kurang,
keras
Bersifat
keras dan
kurang nyaman sebagai bantalan
Relatif sulit
dan ada
banyak proses
Lem kayu
dan resin
tidak ramah
lingkungan

Tabel diatas merupakan tabel eksperimen dan analisis hasil pencampuran ampas tebu
dan beberapa jenis komposit. Analisis dilakukan berdasarkan beberapa kriteria penting dalam pembuatan produk upper sandal, diantaranya estetika, fleksibilitas, kenyamanan,
kemudahan produksi, dan keberlanjutan material. Hasil dari analisis didapat bahwa jenis
material 15% silikon + 75% bagasse dengan ketebalan 1mm paling baik secara keseluruhan
karena memiliki tekstur yang alami, fleksibilitas sangat baik dan kuat serta mudah untuk dibentuk, bantalan untuk upper sandal ringan dan cukup nyaman, serta material utamanya
berkelanjutan.

B. Analisis pewarna alami

Tabel 4. 5 Analisis Pencampuran Warna Alami
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No Jenis Pewarna Estetika Keberlanjutan Pewarna
1 Buah bit

Warna merah keunguan, cerah,
dan mencolok
Pewarna alami
(berkelanjutan)
2 Kopi

Warna coklat alami “hangat”
dan elegan
Pewarna alami
(berkelanjutan)

39


Tabel 4. 6 Analisis Pencampuran Warna Alami (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No Jenis Pewarna Estetika Keberlanjutan Pewarna
3 Bayam

Warna hijau alami dan “segar” Pewarna alami
(berkelanjutan)
4 Telang

Warna biru cerah dan menarik,
unik, mencolok
Pewarna alami
(berkelanjutan)
5 Kol ungu

Warna ungu cerah dengan
tampilan mencolok
Pewarna alami
(berkelanjutan)
6 Kunyit

Warna kuning cerah dan
mencolok
Pewarna alami
(berkelanjutan)

Industri tekstil, makanan, dan berbagai sektor lainnya saat ini masih sangat bergantung
pada pewarna sintetis. Pewarna sintetis memang memiliki beberapa keunggulan seperti
ketersediaan yang melimpah, stabilitas warna yang baik, dan harga yang relatif murah.
Namun, penggunaan pewarna sintetis juga memiliki dampak buruk terhadap lingkungan
karena sifatnya yang sulit terdegradasi dan berpotensi mencemari air dan tanah. Oleh karena
itu, penulis menyertakan tabel pewarna alami sebagai alternatif yang lebih ramah
lingkungan dan aman bagi kesehatan. Pewarna alami dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti buah, sayuran, rempah, dan tanaman lainnya. Meskipun ketersediaannya mungkin
lebih terbatas dibandingkan pewarna sintetis, pewarna alami memiliki keunggulan dalam
hal keamanan dan keberlangsungan lingkungan. Tabel tersebut menampilkan bahwa
pewarna alami dapat diaplikasikan ke produk upper sandal untuk memperluas variasi
produk tanpa menambahkan pewarna sintetis sehingga tidak mengurangi aspek
keberlanjutan produk.

40

C. Analisis cutting dengan mesin laser cut
Eksperimen pemotongan bahan ampas tebu menggunakan mesin laser cutting bertujuan
untuk mengeksplorasi kemampuan teknologi laser dalam memproses material non-logam
yang tidak konvensional. Dalam eksperimen ini, ampas tebu dipilih sebagai bahan uji untuk
melihat bagaimana daya laser dan bentuk pola mempengaruhi hasil potongan. Hasil
eksperimen diharapkan memberikan wawasan baru mengenai aplikasi mesin laser cutting
pada bahan- bahan alternatif.

Tabel 4. 6 Analisis Pemotongan Bahan Menggunakan Laser Cut
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No Hasil Laser Cut Power Laser Estetika Keberlanjutan
1 Lingkaran Utuh

Power 80%
dengan speed 3
mm/s
Hasil cukup
rapih, namun karena speed yang kurang cepat sehingga terlihat sedikit
gosong
Kurang sustainable
karena
menggunakan
energi yang cukup
besar.
2 Bentuk Organis

Power 85%
dengan speed 8
mm/s
Hasil cukup
rapih, dan tidak gosong.
Kurang sustainable
karena menggunakan energi yang cukup besar.
3 Bentuk Geometris

Power 85%
dengan speed 8
mm/s
Hasil cukup
rapih dan tidak gosong.
Kurang sustainable
karena menggunakan energi yang cukup besar.

Eksperimen pemotongan lembaran ampas tebu menggunakan mesin laser cut
menunjukkan hasil yang bervariasi tergantung pada parameter yang digunakan. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa pemilihan parameter yang tepat sangat penting untuk menghasilkan potongan yang optimal dari bahan ampas tebu.

41

D. Analisis penambahan aroma pada material
Penambahan aroma pada material sandal merupakan inovasi yang bertujuan untuk
meningkatkan kenyamanan dan pengalaman pengguna. Aroma yang ditambahkan pada
sandal tidak hanya berfungsi sebagai pengharum, tetapi juga dapat memberikan efek
relaksasi dan menyegarkan. Proses ini biasanya melibatkan penggunaan bahan- bahan alami
seperti minyak esensial atau bahan kimia tertentu yang aman untuk kulit.

Tabel 4. 7 Analisis Penambahan Aroma pada Material
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Alcohol Based
Komposit Kenyamanan Kemampuan
Penyerapan
Ketahanan
Aroma
Silicone

Relatif nyaman
dan tidak meninggalkan residu
Kurang
menyerap
Aroma tahan
kurang lebih 5 hari (1 kali semprot)
Lem Kayu

Relatif kurang
nyaman dan meninggalkan residu jika
terkena kulit
Cukup
menyerap
Aroma tahan
kuranglebih 10 hari (1 kali semprot)
Oil Based
Komposit Kenyamanan Kemampuan
Penyerapan
Ketahanan
Aroma
Silicone


Kurang nyaman
karena meninggalkan residu minyak
Kurang
menyerap
Aroma tahan
kurang lebih 7 hari (1 kali semprot)
Lem Kayu

Relatif sangat
tidak nyaman dan meninggalkan residu jika
terkena kulit
Cukup
menyerap
Aroma tahan
kuranglebih 17 hari (1 kali semprot)
Proses pembuatan produk upper sandal berbahan dasar tebu, penambahan aroma dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan jenis material yang digunakan serta ketahanan aroma yang diinginkan. Dengan memahami karakteristik ketahanan aroma dari masing- masing

42
material, penulis dapat memilih material yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
konsumen.

4.11 Analisis Konsep
Produk upper sandal berbahan ampas tebu merupakan inovasi yang menggabungkan
konsep keberlanjutan dengan estetika minimalis dan elegan. Ampas tebu yang merupakan
residu serat dari proses ekstraksi gula, memiliki potensi besar dalam industri tekstil dan pakaian
karena sifatnya yang ramah lingkungan dan kemampuan untuk diolah menjadi serat tekstil yang
halus dan kuat. Dalam pembuatan produk sustainable, tekstur asli dari material seringkali
dipertahankan untuk menonjolkan keunikan dan keaslian bahan alami. Pendekatan ini tidak
hanya mendukung prinsip keberlanjutan dengan memanfaatkan limbah pertanian, tetapi juga
menciptakan produk yang memiliki nilai estetika tinggi melalui desain yang sederhana dan
fungsional, sejalan dengan filosofi desain minimalis yang menekankan pada kesederhanaan dan
kejelasan bentuk. Dengan demikian, upper sandal berbahan ampas tebu tidak hanya
menawarkan solusi mode yang ramah lingkungan tetapi juga memenuhi kebutuhan konsumen
akan produk yang elegan dan berkelanjutan. Berikut merupakan analisis karakteristik yang
dimiliki oleh sandal dengan material alam.

Tabel 4. 8 Analisis Desain Sandal Ramah Lingkungan
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Bentuk Warna Gaya desain Material
Simetris, strappy,
raw, dan garis
tegas
Neutral dan earth-
tone
Minimalist,
elegant, dan
sustainable
Bahan seperti kulit
vegan, tali jerami,
rotan, dan bambu

Tabel ini mencerminkan tren "the rise of vegan fashion" yang menekankan penggunaan
bahan alami dan ramah lingkungan dalam industri mode. Penggunaan material seperti kulit vegan, tali jerami, rotan, dan bambu tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga memberikan tampilan yang unik dan menarik. Gaya desain yang minimalis dan elegan juga
selaras dengan tren ini, di mana kesederhanaan dan keberlanjutan menjadi fokus utama. Warna netral dan earth -tone yang dipilih memberikan kesan alami dan harmonis dengan konsep
produk yang ramah lingkungan. Berikut adalah beberapa gambar yang mencerminkan tren “the
rise of vegan fashion” yang lebih mengerucut dengan adanya analisis preferensi user .

Gambar 4. 10 Sandal dengan Material Alam
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Sandal dengan material alam ini merupakan representasi dari tren "the rise of vegan
fashion" yang mengutamakan keberlanjutan dan kesadaran lingkungan. Desain yang minimalis

43
dan elegan dengan warna netral dan earth -tone memberikan tampilan yang menarik dan sesuai
dengan preferensi pengguna saat ini. Secara keseluruhan, sandal ini merupakan produk yang
selaras dengan konsep sustainable fashion dan memenuhi kebutuhan konsumen akan produk
yang ramah lingkungan namun tetap memiliki nilai estetika yang tinggi.
4.11.1 Mood Board
Moodboard merupakan salah satu alat penting dalam proses perancangan produk,
termasuk dalam merancang upper sandal berbahan dasar ampas tebu. Moodboard berfungsi
sebagai representasi visual dari konsep dan tema yang ingin disampaikan melalui produk yang
dirancang. Dalam konteks perancangan upper sandal ampas tebu, moodboard dapat membantu
penulis untuk mengeksplorasi berbagai ide terkait tekstur, warna, bentuk, serta elemen dekoratif
yang sesuai dengan karakteristik bahan baku ampas tebu. Melalui moodboard, penulis dapat
mengumpulkan referensi visual seperti foto, sketsa, potongan kain, atau sampel material ampas
tebu yang dapat memberikan gambaran mengenai arah desain yang ingin dicapai. Selain itu,
moodboard juga dapat menjadi panduan dalam menyelaraskan desain upper sandal dengan
konsep eco fashion yang mengedepankan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan. Berikut
adalah moodboard yang disusun berdasarkan preferensi pengguna dan analisis yang sudah
dilakukan.


Gambar 4. 11 M ood Board
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Berdasarkan moodboard diatas, terlihat konsep desain yang diusung adalah perpaduan
antara gaya minimalis dan elegan dengan sentuhan unsur alam. Berikut penjelasan lebih lanjut
mengenai moodboard tersebut:
A. Minimalist
Keyword 'Minimalist' direpresentasikan melalui penggunaan warna- warna netral seperti
putih, krem, dan coklat muda yang memberikan kesan bersih dan sederhana. Garis-garis
vertikal dan horizontal yang tegas pada gambar juga mencerminkan prinsip desain minimalis
yang fungsional dan tidak berlebihan. Gambar wanita dengan balutan busana putih sederhana
namun elegan menunjukkan konsep minimalis pada gaya berbusana.

44
B. Elegant
Kata 'Elegan' pada moodboard ini merujuk pada keanggunan dan kehalusan yang ingin
dicapai dalam desain. Hal ini terlihat dari penggunaan warna-warna lembut seperti krem dan
coklat muda yang memberikan kesan hangat dan mewah.
Gambar kursi dengan garis-garis lengkung yang halus serta penggunaan material seperti
kayu dan rotan mencerminkan keanggunan dan kelas tersendiri. Selain itu, gambar tanaman
palem yang menjulang tinggi juga memberikan sentuhan alam yang elegan.

C. Perpaduan Minimalis dan Elegan
Moodboard ini menggabungkan konsep minimalis dan elegan dengan cara yang harmonis.
Penggunaan warna-warna netral dan garis-garis sederhana memberikan kesan minimalis,
sementara sentuhan material alam seperti kayu dan rotan serta penggunaan warna- warna lembut
memberikan kesan elegan dan mewah.
Keseluruhan moodboard ini memberikan inspirasi untuk desain produk sandal sehingga
bisa didesain secara fungsional namun tetap memiliki sentuhan keanggunan dan kehalusan.
Perpaduan antara gaya minimalis dan elegan ini dapat menciptakan look yang tenang, nyaman,
dan berkelas.

4.11.2 Image Board
Image board dibuat sebagai acuan dalam membuat produk. Bentuk, desain, dan tekstur
yang merepresentasikan sandal yang akan dibuat.

Gambar 4. 12 Image Board
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Sandal akan dibuat dengan tekstur ampas tebu yang natural sehingga terciptanya kesan
alami. Bentuk upper sandal diambil dari bentuk-bentuk alam yang kemudian diadaptasikan
sehingga dapat menjadi upper sandal jenis strappy . Bentuk dari sandal juga akan berfokus
kepada bentuk garis-garis berulang sehingga menciptakan harmoni desain. Warna dari
keseluruhan sandal akan menggunakan warna neutral dan earth-tone.

45
4.12 Analisis Bentuk Dan Ukuran (Studi Model Awal)
Dalam proses pengembangan produk sandal, tahap awal yang penting adalah pembuatan
model awal dengan rasio 1:1 atau skala sebenarnya. Model ini bertujuan untuk
memvisualisasikan desain produk secara akurat dan memungkinkan evaluasi bentuk, ukuran,
serta aspek ergonomis secara langsung. Dengan model skala 1:1, penulis dapat mengamati dan
menilai kesesuaian desain dengan kenyamanan dan fungsionalitas yang diharapkan. Studi
model memungkinkan penulis untuk mengidentifikasi masalah atau area perbaikan sebelum
melanjutkan ke tahap prototyping. Dengan demikian, studi model awal rasio 1:1 merupakan
langkah penting dalam memastikan kualitas dan kepuasan pengguna terhadap produk sandal
yang akan diproduksi.

4.12.1 Analisis Low Fidellity Model
a. Studi model Strappy
Pada studi model strappy penulis menggunakan konsep strappy sandal dengan lembaran
tebu pada bagian upper sandal.

Gambar 4. 13 Studi Model Strappy
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Tabel 4. 9 Kelebihan dan Kekurangan Studi Model Strappy
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Studi Model Strappy
Kelebihan Kekurangan
Sesuai dengan preferensi pengguna
yang menyukai sandal minimalist dan
fungsional.
Material kurang terekspos

Studi Model strappy pada gambar dan tabel di atas menunjukkan konsep sandal strappy
yang menggunakan lembaran tebu pada bagian upper sandal. Kelebihan dari model ini adalah
sesuai dengan preferensi pengguna yang menyukai sandal minimalis dan fungsional. Namun,
kekurangannya adalah material tebu yang digunakan kurang terekspos. Secara keseluruhan,
model ini menawarkan desain yang sederhana dan praktis, namun masih memiliki ruang
untuk perbaikan dalam hal penonjolan material.

46
b. Studi model Ornamen
Pada studi model ornamen penulis menggunakan konsep sandal slide dengan lembaran
tebu pada bagian upper sandal, di atas sandal sliding ditambahkan ornamen dengan
menggunakan ampas tebu yang dibuat solid.


Gambar 4. 14 Studi Model Ornamen
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Tabel 4. 10 Kelebihan dan Kekurangan Studi Model Ornamen
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Studi Model Ornamen
Kelebihan Kekurangan
Ornamen menambah kesan unik dan
lebih banyak variasi yang bisa
ditambahkan ke produk.
Tingkat kesulitan produksi yang
tinggi dan mengurangi aspek
keberlanjutan dalam produk.

Berdasarkan gambar dan tabel yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa Studi Model 2
menggunakan konsep sandal slide dengan lembaran tebu pada bagian upper sandal, serta
ornamen dari ampas tebu yang dibuat solid untuk menambah kesan unik. Kelebihan dari
model ini adalah ornamen yang menambah kesan unik dan memberikan lebih banyak variasi
pada produk. Namun, kekurangannya adalah tingkat kesulitan produksi yang tinggi dan
berkurangnya aspek keberlanjutan dalam produk tersebut.

c. Studi model Pattern
Pada studi model pattern penulis menggunakan konsep strappy sandal dengan lembaran
tebu pada bagian upper sandal yang kemudian dibuat motif berlubang dengan mesin laser
cut.


Gambar 4. 15 Studi Model Pattern
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

47
Tabel 4. 11 Kelebihan dan Kekurangan Studi Model Pattern
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Studi Model Pattern
Kelebihan Kekurangan
Banyaknya variasi pattern yang bisa
dilakukan.
Pattern pada upper sandal
memberikan kesan berlebihan
dikarenakan ampas tebu yang sudah
bertekstur.
Studi model pattern pada gambar dan tabel yang disajikan menunjukkan konsep sandal
strappy dengan lembaran tebu pada bagian upper sandal yang diberi motif berlubang
menggunakan mesin laser cut . Kelebihan dari model ini adalah banyaknya variasi pola yang
bisa diterapkan, memberikan fleksibilitas dalam desain. Namun, kekurangannya adalah pola pada upper sandal memberikan kesan berlebihan karena ampas tebu yang sudah bertekstur,
yang mungkin mengurangi estetika keseluruhan sandal.

4.12.2 Analisis Medium Fidelity Model
Setelah melakukan low fidelity model, penulis mengembangkan dan memilih 1 konsep
berdasarkan wawancara dengan potential user . User memilih konsep studi model strappy
sebagai konsep yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Setelah melakukan wawancara dan analisis studi model, penulis mengembangkan konsep studi model 1 menjadi 3 medium fidelity
model. Berikut adalah hasil dari medium 3 fidelity model.

Gambar 4. 16 Hasil dari Medium 3 Fidelity Model
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Konsep sandal strappy dipilih oleh pengguna karena gaya desain dan model yang sesuai
dengan aktivitas sehari-hari. Desain tersebut cocok untuk dipadankan dengan berbagai gaya
berpakaian, baik kasual maupun semi-formal. Sandal jenis strappy dipilih karena
kemudahannya untuk dipakai dan dilepas, membuatnya cocok untuk aktivitas seperti berjalan kai, berbelanja, atau berpergian. Desainnya yang terbuka membuat user nyaman memakainya
di iklim tropis atau saat cuaca panas. Dengan mempertimbangkan semua aspek ini, model mid -

48
fi sandal strappy dapat mewakili kombinasi yang sempurna antara gaya, kenyamanan, dan
fungsionalitas, sesuai dengan preferensi pengguna. Model ini menjadi langkah penting dalam
proses desain sebelum mencapai tahap akhir produk.

4.13 Analisa Color Scheme, Branding Identity
Analisa color scheme dan branding identity merupakan langkah penting dalam
pengembangan produk, terutama untuk produk inovatif seperti sandal yang terbuat dari bahan
dasar ampas tebu. Color scheme yang tepat tidak hanya memperkuat estetika visual produk,
tetapi juga menyampaikan pesan tentang nilai-nilai yang diusung, seperti keberlanjutan dan
ramah lingkungan. Sementara itu, branding identity yang kuat membantu membedakan produk
di pasar yang kompetitif, menciptakan kesan yang mendalam di benak konsumen, dan
membangun loyalitas merek. Dalam analisa ini, penulis akan membahas pemilihan warna,
psikologi warna, serta elemen- elemen branding seperti logo, tipografi, tagline , dan desain
visual yang semuanya berkontribusi pada identitas merek yang kohesif dan menarik.

A. Analisa warna
1. Warna
Pemilihan warna yang tepat tidak hanya menciptakan estetika yang menarik dan
harmonis, tetapi juga mencerminkan identitas dan nilai-nilai produk. Tujuan dari analisis
ini adalah untuk memahami pilihan warna yang digunakan dan bagaimana kombinasi
warna tersebut dapat memperkuat daya tarik visual serta kesan yang diinginkan. Dengan
demikian, analisis warna ini akan membantu dalam menciptakan produk yang tidak hanya
estetis tetapi juga relevan dengan konsep ramah lingkungan.


Gambar 4. 17 Analisa Warna
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Pemilihan warna untuk produk upper sandal berbahan dasar ampas tebu seperti yang
terlihat pada gambar sangat penting untuk menciptakan kesan estetika yang menarik dan
harmonis. Warna-warna yang dipilih dalam palet ini, yaitu #FAF4E2 (putih krem),
#B19B8A (coklat muda), #A07B5A (coklat medium), #8F6C57 (coklat tua), dan #000000
(hitam), memberikan nuansa alami dan elegan. Warna-warna coklat yang dominan
mencerminkan bahan alami dari ampas tebu, memberikan kesan ramah lingkungan dan
organik. Sementara itu, warna hitam digunakan sebagai aksen untuk menambah kontras

49
dan kedalaman pada desain. Kombinasi warna ini tidak hanya memperkuat identitas
produk sebagai produk ramah lingkungan, tetapi juga memastikan bahwa sandal tersebut
tetap stylish dan modern.

2. Psikologi warna
Pemilihan warna pada gambar di atas mencerminkan pemahaman mendalam tentang
psikologi warna dan bagaimana warna dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen.
Warna #FAF4E2 (putih krem) memberikan kesan bersih, lembut, dan menenangkan,
menciptakan suasana yang nyaman dan ramah. Warna #B19B8A (coklat muda) dan
#A07B5A (coklat medium) menambahkan nuansa hangat dan alami, yang sering dikaitkan
dengan stabilitas dan keandalan. Warna #8F6C57 (coklat tua) memperkuat kesan
kehangatan dan keanggunan, memberikan sentuhan elegan dan mewah pada produk.
Sementara itu, warna #000000 (hitam) digunakan untuk memberikan kontras yang kuat,
menambah kedalaman dan kesan modern pada desain. Kombinasi warna-warna ini tidak
hanya menciptakan estetika yang harmonis dan menarik, tetapi juga memperkuat identitas
produk sebagai produk yang ramah lingkungan dan stylish .

B. Brand identity
1. Logo
Desain logo merupakan elemen krusial dalam komunikasi visual yang berfungsi sebagai
identitas suatu perusahaan, organisasi, atau lembaga. Sebuah logo tidak hanya sekadar
gambar atau simbol, melainkan juga sarana untuk menyampaikan pesan dan makna tertentu
kepada khalayak. Dalam dunia yang semakin kompetitif, logo menjadi alat yang efektif
untuk membedakan satu entitas dari yang lainnya, serta membangun citra dan brand yang
kuat di benak masyarakat. Oleh karena itu, pembuatan logo harus dilakukan dengan cermat
dan mempertimbangkan berbagai aspek.


Gambar 4. 18 Logo Paoline
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Logo pada gambar menunjukkan merek "Paoline". Desain logo ini menggunakan
tipografi yang elegan dan minimalis dengan latar belakang hitam, memberikan kesan
modern dan mewah. Kata "Paoline" dalam bahasa Italia berarti "rendah hati" atau
"humble", yang mencerminkan filosofi merek ini dalam menciptakan produk yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan. Produk unggulan dari Paoline adalah upper sandaL yang
terbuat dari bahan dasar ampas tebu. Penggunaan ampas tebu sebagai bahan utama
menunjukkan komitmen Paoline terhadap keberlanjutan dan pengurangan limbah,
sekaligus memberikan nilai tambah pada produk dengan memanfaatkan bahan alami yang
biasanya dianggap sebagai limbah. Dengan demikian, Paoline tidak hanya menawarkan
produk yang stylish dan berkualitas, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.

50
2. Tipografi
Tipografi adalah elemen krusial yang menjadi inti dari identitas merek . Pilihan jenis huruf
mampu membentuk narasi serta hubungan yang kuat dengan audiens, memicu emosi
tertentu, dan menentukan bagaimana sebuah merek menyampaikan nilai serta visinya.
Dalam era digital yang kaya akan tampilan visual, strategi tipografi yang tepat tidak hanya
meningkatkan daya tarik estetika sebuah brand, tetapi juga memperkuat ke sadaran merek
di berbagai platform digital. Dengan memahami dan mengintegrasikan elemen budaya
lokal, tipografi dapat menciptakan daya tarik visual yang autentik dan relevan, membangun
koneksi emosional yang lebih dalam dengan audiens, serta meningkatkan kepercayaan dan
loyalitas konsumen terhadap brand tersebut . Berikut adalah tipografi dari merek Paoline.


Gambar 4. 19 Tipografi Paoline
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Konsep tipografi dari identitas merek Paoline, seperti yang terlihat pada gambar yang
diatas, menggunakan dua jenis font utama untuk menciptakan tampilan yang elegan dan
modern. Font untuk header adalah "The Seasons," yang memiliki karakteristik serif klasik
dengan sentuhan modern, memberikan kesan mewah dan berkelas. Font ini digunakan
untuk judul dan elemen penting lainnya yang membutuhkan penekanan visual. Sementara
itu, untuk teks tubuh, digunakan font "Montserrat Classic," yang merupakan font sans-serif
dengan desain yang bersih dan mudah dibaca. Kombinasi kedua font ini menciptakan
keseimbangan antara keanggunan dan keterbacaan, yang sangat penting dalam
membangun identitas merek yang kuat dan konsisten.

3. Tagline
Tagline merk Paoline, "from sugarcane to style," mencerminkan inovasi dan
komitmen terhadap keberlanjutan dalam industri fesyen. Tagline ini menyoroti bagaimana
Paoline mengubah ampas tebu menjadi produk fashion yang stylish. Paoline menerapkan
konsep ini dalam produknya, yaitu upper sandal yang dibuat dari bahan dasar ampas tebu.
Penggunaan ampas tebu sebagai bahan utama tidak hanya mengurangi limbah industri gula
tetapi juga memanfaatkan sumber daya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan
demikian, Paoline tidak hanya memproduksi produk yang modis tetapi juga berkontribusi
pada pengurangan dampak lingkungan negatif dari industri fesyen, sejalan dengan prinsip-
prinsip fesyen berkelanjutan yang menekankan pada penggunaan bahan- bahan ramah
lingkungan dan praktik produksi yang etis.

4. Kemasan
Kemasan produk merupakan elemen krusial dalam strategi pemasaran yang tidak
hanya berfungsi sebagai pelindung fisik, tetapi juga sebagai alat komunikasi yang efektif
antara produk dan konsumen. Desain kemasan yang menarik dapat menciptakan kesan
pertama yang kuat, membedakan produk dari pesaing, dan memperkuat identitas merek.
Dalam dunia yang penuh dengan berbagai pilihan, kemasan yang dirancang dengan baik
mampu menarik perhatian konsumen, memberikan informasi penting, dan mempengaruhi
keputusan pembelian. Oleh karena itu, investasi dalam kemasan produk yang berkualitas

51
tinggi dan inovatif adalah langkah strategis untuk meningkatkan daya saing dan loyalitas
pelanggan.


Gambar 4. 20 Kemasan Paoline
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Kemasan merek Paoline yang terlihat pada gambar terlampir menunjukkan desain
yang elegan dan minimalis. Kotak kemasan ini berbentuk persegi panjang dengan
mekanisme laci yang memudahkan pengguna untuk membuka dan menutupnya. Warna
putih yang dominan memberikan kesan bersih dan modern, sementara logo "Paoline" yang
tercetak di bagian atas dan depan kotak menambah sentuhan eksklusif. Desain ini tidak
hanya estetis tetapi juga fungsional, mencerminkan komitmen Paoline terhadap kualitas
dan perhatian terhadap detail. Kemasan yang sederhana namun elegan ini juga sejalan
dengan prinsip keberlanjutan yang diusung oleh Paoline, karena dapat didaur ulang dan
digunakan kembali, mengurangi limbah dan dampak lingkungan.

5. Etiket
Dalam dunia fesyen, etiket produk memainkan peran krusial dalam menciptakan kesan
pertama yang tak terlupakan dan memperkuat identitas merek. Elemen-elemen ini tidak
hanya berfungsi sebagai alat komunikasi yang menyampaikan informasi penting tentang
produk, seperti bahan, ukuran, dan instruksi perawatan, tetapi juga sebagai media untuk
mengekspresikan nilai dan estetika merek. Desain yang menarik dan informatif dapat
meningkatkan daya tarik produk, membangun kepercayaan konsumen, dan mendorong
loyalitas merek. Dengan perhatian terhadap detail dan kualitas, etiket produk fesyen dapat
memberikan pengalaman berbelanja yang lebih memuaskan dan mendalam bagi
konsumen, menjadikan setiap pembelian sebagai momen yang istimewa.

52

Gambar 4. 21 Etiket Paoline
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Paoline menggunakan etiket yang terbuat dari kertas benih. Etiket-etiket ini tidak
hanya berfungsi sebagai penanda produk, tetapi juga dapat ditanam dan akan tumbuh
menjadi tanaman bayam.
Beberapa etiket yang digunakan antara lain:
• Thank You Card: Sebuah kartu ucapan terima kasih yang diberikan kepada pelanggan
setelah pembelian.
• Sandal Care Guide: Panduan perawatan sandal yang memberikan informasi tentang
cara merawat sandal dengan baik.
• Hang Tag: Label gantungan yang menampilkan informasi produk seperti ukuran dan
bahan. Bagian logo hang tag sengaja dibuat berlubang sesuai dengan pattern logo
Paoline agar pelanggan bisa melihat material ampas tebu yang terletak pada bagian
belakang hang tag.
• Sticker: Stiker yang menampilkan logo dan informasi merek Paoline.
Dengan menggunakan etiket dan kemasan yang dapat ditanam, Paoline tidak hanya
mengurangi sampah kertas, tetapi juga memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk
berkontribusi dalam melestarikan lingkungan dengan menanam tanaman bayam dari
etiket- etiket tersebut.

4.14 Analisis Canvas Model
Business Model Canvas adalah sebuah alat visualisasi yang digunakan untuk
menggambarkan bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap
nilai. Berikut adalah analisis canvas model Paoline.

53

Gambar 4. 22 Analisis Canv as Model Paoline
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Secara keseluruhan, business model canvas yang disajikan memberikan gambaran
komprehensif tentang bagaimana Paoline beroperasi dan menciptakan nilai. Dengan fokus pada
produksi sandal eco-fashion yang ramah lingkungan, Paoline berhasil mengintegrasikan
berbagai elemen penting seperti mitra utama, aktivitas utama, sumber daya utama, dan proposisi
nilai. Melalui saluran distribusi yang efektif dan hubungan pelanggan yang kuat, perusahaan
mampu menjangkau segmen pelanggan yang peduli terhadap lingkungan dan memiliki gaya
hidup minimalis. Struktur biaya yang efisien dan aliran pendapatan yang beragam memastikan
keberlanjutan bisnis ini. Dengan demikian, business model canvas ini tidak hanya membantu
perusahaan dalam merencanakan dan mengembangkan strategi bisnis, tetapi juga dalam
mencapai tujuan keberlanjutan dan kepuasan pelanggan.

4.15 Manajemen Rantai Pasok
Rantai pasok produk sandal berbahan ampas tebu melibatkan berbagai pihak. Pengelolaan
rantai pasok yang efisien dan terintegrasi menjadi kunci untuk menjamin keberlanjutan produk
ini di pasar. Selain itu, aspek kualitas, desain, dan harga juga menjadi pertimbangan penting
agar produk sandal berbahan ampas tebu dapat bersaing dengan produk sandal konvensional.
Berikut adalah diagram rantai pasok dari pembuatan sandal dengan upper berbahan dasar
ampas tebu.

54

Gambar 4. 23 Rantai Pasok Sandal dengan Upper Berbahan Dasar Bagasse
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses produksi produk dari limbah
tebu melibatkan beberapa tahapan utama, yaitu pengeringan, penghancuran ampas,
pencampuran dengan komposit, perakitan (assembly), finishing, dan pengemasan ( packing).
Selain itu, terdapat dua sumber pasokan bahan baku, in -house process dan external process.
Proses ini menunjukkan adanya rantai pasok yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak,
sehingga pengelolaannya harus dilakukan dengan baik untuk memastikan efisiensi dan
keberlanjutan produk.

4.16 Analisis RAB; HPP Dan Harga Jual
Secara umum, terdapat dua komponen utama dalam perhitungan harga pokok penjualan,
yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terkait
langsung dengan setiap produk yang diproduksi, termasuk biaya material habis pakai, pekerja
manufaktur, dan biaya overhead . Sementara itu, biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak
terkait langsung dengan produksi per unit produk, seperti material tidak habis pakai, nilai
depresiasi mesin, dan gaji pegawai. Berikut adalah analisis RAB, HPP, dan harga jual produk
sandal dengan upper yang terbuat dari ampas tebu.

55
Tabel 4. 12 Analisis RAB; HPP; dan Harga Jual
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Nama Barang Biaya Perolehan Jumlah Pemakaian Harga/Produk
DIRECT COST
Direct Material
Ampas tebu 0 0 0
Jasa giling tebu 100.000 1/100 1.000
Silicon 25.000 1/5 5.000
Lining 40.000 12x25 cm 6.666
Eva foam 91.000 9x24 cm 8.565
Texon 15.000 9x24cm 2.075
Tamsin 66.000 2 1.320
Sol 30.000 2 30.000
Lem 600 gold 195.000 1 100
Benang 5.000 1 10
Lis 5.000 1 10
Plat emboss 165.000 500 330
Kemasan 30.000 1 30.000
Jasa tukang 50.000 1 50.000
Total Direct Material 135.076
Overhead
Riset dan
pengembangan
3.000.000 220 13.636
Listrik,air,dll 300.000 1 10.000
Total Direct Overhead 23.636

56
Tabel 4. 13 Analisis RAB; HPP; dan Harga Jual (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Nama Barang Biaya Perolehan Jumlah
Pemakaian
Harga/Produk
Indirect Cost
Kuas 20.000 100 200
ATK 15.000 100 150
Palu 50.000 500 100
Shoe Last 150.000 700 215
Total Indirect Cost 665
HPP 159.377

Harga Pokok Produksi (HPP) sandal sebesar Rp. 159.377 mencerminkan total biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi satu pasang sandal, termasuk bahan baku, tenaga kerja,
biaya overhead, dan indirect cost. Dengan menetapkan margin keuntungan sebesar 800%,
harga jual sandal tersebut dapat dihitung dengan menambahkan 800% dari HPP. Perhitungan
ini menghasilkan harga jual sebesar Rp. 1.434.393 per pasang sandal. Margin yang tinggi ini
mencerminkan nilai tambah dari desain unik dan bahan ramah lingkungan yang digunakan,
seperti upper dari ampas tebu, yang memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen yang
peduli terhadap lingkungan. Harga tersebut juga termasuk dengan bahan yang memakan banyak
waktu untuk diproduksi. Dengan demikian, harga jual yang ditetapkan tidak hanya menutupi
biaya produksi tetapi juga memberikan keuntungan yang signifikan.
Kenaikan harga sebesar 800% ini juga disebabkan oleh beberapa faktor lainnya. Pertama,
quality control bahan alami seperti ampas tebu sangat sulit dilakukan, sehingga memerlukan
perhatian ekstra untuk menjaga kualitas sandal yang dihasilkan. Kedua, teknologi yang
digunakan masih bersifat handmade, yang berarti setiap proses pembuatan dilakukan secara
manual dan memakan waktu lebih lama. Ketiga, proses eksperimen untuk menemukan formula
yang tepat dalam memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan dasar sandal membutuhkan waktu
dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, faktor-faktor lain seperti biaya produksi yang tinggi,
kebutuhan untuk menjaga kualitas produk, dan tantangan dalam memastikan setiap sandal
memenuhi standar kualitas yang diinginkan juga turut berkontribusi pada kenaikan harga jual
sandal ini

4.17 Rangkuman Kriteria Desain (DR&O)
Dalam pengembangan produk upper sandal berbahan dasar ampas tebu, penting untuk
menetapkan persyaratan desain dan tujuan yang jelas. Persyaratan desain ini mencakup aspek-
aspek seperti kekuatan material, kenyamanan pengguna, dan estetika produk. Sementara itu,
tujuan utama dari penggunaan ampas tebu sebagai bahan dasar adalah untuk menciptakan
produk yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan inovatif. Dengan demikian, desain upper

57
sandal ini tidak hanya harus memenuhi standar kualitas dan fungsionalitas, tetapi juga harus
mendukung upaya pelestarian lingkungan melalui pemanfaatan limbah organik.

Tabel 4. 13 Design Requirement and Objectives
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Kategori Requirement Demand Wish

Sifat Materia
Material ampas tebu diproses agar tahan lama
dan mampu menahan pemakaian sehari-hari.



Sifat Material
Material fleksibel untuk memberikan
kenyamanan dan menyesuaikan dengan
berbagai bentuk kaki.




Material harus diproses agar tahan air
sehingga mencegah kerusakan akibat
kelembaban.


Kenyamanan Upper menyediakan bantalan yang cukup
untuk meningkatkan kenyamanan.


Sandal ringan untuk mencegah kelelahan
selama pemakaian.


Sandal sesuai dengan ukuran antropometri
kaki wanita.


Estetika Sandal cukup fleksibel untuk memungkinkan
dipakai berbagai acara dan gaya.


Sandal memiliki warna yang natural sehingga
bisa dipadukan dengan berbagai gaya.


Desain sandal sesuai dengan persona
pengguna.

Tekstur terlihat natural sehingga dapat
menambahkan nilai dari produk sandal.


Keberlanjutan Proses produksi meminimalkan dampak
lingkungan.


Manufaktur Proses produksi yang mudah.

Cost production yang rendah

Kerapian sandal


58
Dengan menetapkan persyaratan desain dan tujuan yang jelas, pengembangan upper
sandal berbahan dasar ampas tebu dapat menghasilkan produk yang tidak hanya berkualitas
tinggi dan nyaman digunakan, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Inovasi ini
diharapkan dapat menjadi langkah maju dalam industri alas kaki, memberikan solusi yang lebih
ramah lingkungan dan memanfaatkan sumber daya yang sebelumnya tidak terpakai.

59
BAB 5
IMPLEMENTASI DESAIN DAN PEMBAHASAN

5.1 Alur Penemuan Bentuk Upper Sandal
Di era modern ini, desain produk semakin berfokus pada keberlanjutan dan kebutuhan
pengguna. Diagram dibawah ini menggambarkan alur penemuan bentuk upper sandal yang
mengedepankan karakter material, karakter pengguna, dan preferensi pengguna, yang
semuanya berkontribusi pada penciptaan desain yang inovatif dan ramah lingkungan.

Gambar 5. 1 Alur Penemuan Bentuk Final Upper Sandal
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Alur penemuan bentuk upper sandal dimulai dengan analisis karakter material, di mana
kombinasi dari silikon dan limbah tebu dipertimbangkan untuk menciptakan struktur yang
efisien serta kuat. Semakin besar luas lembaran bahan, semakin lemah kekuatan tariknya,
sehingga penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat. Selanjutnya, karakter pengguna
dieksplorasi, dengan fokus pada 'Pencinta Alam' yang mengedepankan prinsip 'Sustainable
Living'. Sandal harus memenuhi kebutuhan pengguna dimana sandal akan sering digunakan di
lingkungan non- ekstrim seperti pantai. Upper diperlukan desain yang memudahkan

60
pembersihan jika terkena pasir atau kotoran lainnya. Desain upper diperlukan memberikan
kenyamanan dan tampilan yang stylish dan minimalis, yang sesuai dengan preferensi pengguna.
Pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara mendalam membantu merumuskan
preferensi pengguna, termasuk jenis sandal, desain, fitur, dan warna. Dari informasi ini, penulis
melakukan berbagai sketsa ide, preliminary design, model studi, dan proses percobaan yang
akan menghasilkan prototipe unt uk mengidentifikasi kelemahan dan melakukan perbaikan pada
desain dan mengembangkan teknik produksi yang efisien untuk memastikan kualitas dan
keberlanjutan produk. Hasil akhir desain upper adalah gabungan dari semua elemen tersebut
dalam pembuatan final desain yang memenuhi harapan pengguna dan juga melestarikan
lingkungan.
Melalui alur desain yang terstruktur dan mendalam ini, pengembangan bentuk upper
sandal tidak hanya berlandaskan pada kreativitas, tetapi juga pada nilai-nilai keberlanjutan dan
kebutuhan nyata pengguna. Dengan mengintegrasikan berbagai karakter material dan
preferensi pengguna, hasil akhir bukan hanya sebuah produk, tetapi juga sebuah pernyataan
komitmen terhadap lingkungan dan kualitas hidup yang lebih baik.

5.2 Implementasi Konsep Desain
Konsep desain produk upper sandal dengan bahan dasar ampas tebu merupakan inovasi
yang menggabungkan aspek keberlanjutan dan fungsionalitas. Penulis telah melakukan
berbagai analisis mendalam untuk memahami karakteristik material ampas tebu, termasuk
kekuatan, fleksibilitas, dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis tersebut, penulis kemudian
menetapkan persyaratan dan tujuan desain yang spesifik untuk memastikan produk yang
dihasilkan tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga nyaman. Proses ini melibatkan pemilihan
metode pengolahan ampas tebu yang optimal, desain ergonomis yang mendukung kenyamanan
pengguna, serta estetika yang menarik. Produk akan dibuat ke dalam 3 seri yang memiliki 1
konsep yang sama tetapi memiliki keunikannya masing- masing.
Moodboard ditentukan dengan user testing, observasi, dan wawancara yang mendalam.
Melalui analisis yang telah dilakukan, kemudian penulis mengembangkan moodboard lebih
lanjut dari tren “the rise of vegan fashion”.


Gambar 5. 2 Mood B oard
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

61
Berdasarkan moodboard dan analisis yang sudah dilakukan, kata kunci yang tempat
untuk produk sandal ini adalah:
1. Sustainable
2. Elegant
3. Minimalist

5.3 Eksplorasi Sketsa Ide
Eksplorasi sketsa ideasi merupakan langkah awal yang penting dalam proses perancangan
produk, termasuk produk sandal wanita. Proses ini dimulai dengan pembuatan sketsa ideasi,
yang merupakan gambaran kasar dari berbagai konsep desain yang muncul dari brainstorming.
Sketsa ideasi ini berfungsi sebagai media untuk mengekspresikan berbagai kemungkinan
bentuk dan fitur dari produk yang akan dibuat. Setelah berbagai sketsa ideasi dibuat, langkah
selanjutnya adalah mengerucutkan pilihan dengan membuat sketsa alternatif. Sketsa alternatif
dipilih berdasarkan kriteria tertentu seperti estetika, fungsionalitas, dan kesesuaian dengan
target pasar. Sketsa alternatif ini kemudian dievaluasi lebih lanjut untuk menentukan desain
final yang akan dikembangkan menjadi produk sandal wanita yang siap diproduksi. Proses ini
memastikan bahwa desain yang dipilih tidak hanya menarik secara visual tetapi juga memenuhi
kebutuhan dan preferensi pengguna.
Setelah melakukan berbagai analisis, berikut ini adalah sketsa ideasi yang telah
dikembangkan sebagai langkah awal dalam menciptakan desain sandal wanita dengan upper
berbahan dasar ampas tebu. Sketsa-sketsa ini memberikan gambaran mengenai konsep dan arah
desain yang dituju.


Gambar 5. 3 Sketsa Idesasi
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

62
5.4 Preliminary Design


Gambar 5. 4 Preliminary Design
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Pada kegiatan user testing berupa pemilihan sketsa, diketahui desain yang paling banyak
dipilih oleh pengguna adalah desain 2. Pada Posisi kedua dan ketiga desain yang paling banyak
dipilih di bawah desain 1 adalah desain 3 dan 4. Di bawah ini merupakan tuturan beberapa
tester yang telah dirangkum:
1. Bentuk strappy merupakan bentuk yang cukup unik, tetapi masih dapat cocok
digunakan di berbagai gaya busana.
2. Pengguna menyukai sandal jenis strappy karena terlihat mudah dipakai.
3. Pengguna menyukai bentuk sandal karena desainnya terlihat harmonis dan elegan.
4. Bentuk sandal strappy sangat mengoptimalkan bahan sehingga lembaran dapat
dipakai untuk lebih banyak sandal.

5.5 Sketsa Alternatif
Dari sketsa alternatif yang kemudian dilakukan proses preliminary desain, berikut adalah
beberapa alternatif desain yang dihasilkan.


Gambar 5. 5 Sketsa Alternatif
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

63
Sketsa alternatif dipilih berdasarkan hasil yang paling merepresentasikan konsep,
menyesuaikan preferensi pengguna, dan karakteristik bentuk yang dicapai oleh lembaran ampas
tebu.

5.6 Proses Eksperimen
Berdasarkan proses desain yang telah dilakukan sebelumnya, penulis kemudian
melakukan prototipe eksperimen untuk melihat gambaran produk yang telah dikonsep. Berikut
adalah hasil dari prototipe 1.


Gambar 5. 6 Hasil Prototipe 1
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Dari hasil prototipe 1 kemudian dilakukan user testing yang kemudian dapat dilakukan
pengemangan dari produk yang sudah jadi. Berikut adalah kelemahan dari prototipe 1.

Tabel 5. 1 Tabel Kelemahan Prototipe 1
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
Sumber Kelemahan
Potential User Desain kurang memberikan kontras pada kaki dengan kulit warna
orang Indonesia.
Sandal kurang nyaman pada bagian ujung jahitan upper.
Warna sol kurang cocok dengan konsep.
Warna emboss tidak cocok dengan konsep.
Heels terlalu tinggi.
Produsen Lembaran tebu sulit menempel pada saat proses produksi.
Tabel kelemahan prototipe sandal menunjukkan beberapa masalah utama yang dihadapi
dari sudut pandang pengguna potensial dan produsen. Dari sudut pandang pengguna potensial, terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Pertama, desain sandal dianggap kurang memberikan kontras yang memadai pada kaki dengan warna kulit orang Indonesia, sehingga

64
mungkin tidak menarik secara visual. Kedua, bagian ujung jahitan upper pada sandal dirasakan
kurang nyaman, yang dapat mengurangi kenyamanan pemakaian. Ketiga, warna sol sandal
dinilai kurang cocok dengan konsep keseluruhan desain, yang dapat mempengaruhi estetika
produk. Keempat, warna emboss juga dianggap tidak sesuai dengan konsep yang diinginkan,
menambah masalah estetika. Terakhir, tinggi heels dianggap terlalu tinggi, yang mungkin tidak
sesuai dengan preferensi atau kebutuhan pengguna. Dari sudut pandang produsen, terdapat
masalah pada bahan lembaran tebu yang digunakan dalam proses produksi. Lembaran tebu ini
sulit menempel dengan baik selama proses produksi, yang dapat menyebabkan masalah dalam
kualitas dan efisiensi produksi sandal. Semua kelemahan ini perlu diperhatikan dan diatasi
untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik produk sandal tersebut.

5.7 Pengembangan Desain
Setelah mengevaluasi prototipe 1, beberapa kelemahan telah teridentifikasi yang perlu
diatasi dalam pengembangan selanjutnya. Pertama, desain perlu dioptimalkan untuk
memberikan kontras yang lebih baik antara komponen produk dengan kulit warna orang
Indonesia. Solusinya dapat berupa penyesuaian warna atau material yang digunakan agar lebih
sesuai dengan target pasar. Selanjutnya, kenyamanan sandal perlu ditingkatkan, terutama pada
area ujung dan jahitan upper . Hal ini dapat dicapai dengan memperbaiki pola dan konstruksi
sandal, serta memilih bahan yang lebih lembeut dan fleksibel untuk area tersebut. Selain itu,
warna sol dan emboss perlu disesuaikan agar lebih cocok dengan konsep desain secara
keseluruhan. Pemilihan warna yang lebih harmonis dan selaras dengan tema desain akan
memberikan tampilan yang lebih menarik dan konsisten. Terakhir, tinggi heels perlu
dipertimbangkan kembali agar lebih nyaman dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Penyesuaian tinggi heels atau bahkan mengubah jenis heels menjadi alternatif yang dapat
dipertimbangkan. Dengan mengatasi kelemahan- kelemahan tersebut, diharapkan prototipe
selanjutnya akan memiliki desain yang lebih optimal, nyaman, dan sesuai dengan konsep serta
target pasar yang dituju.
Selain pengembangan pada desain sandal, penulis juga mengembangkan teknik baru agar
memudahkan sistem produksi sandal. Sebelumnya lembaran tebu sulit untuk menempel saat
proses assembly, sehingga lembaran tebu selanjutnya tidak lagi menggunakan loyang
melainkan langsung menempel pada lining sandal. Hal ini memudahkan produsen untuk
meningkatkan efisiensi kerja dan produksi.

5.8 Desain Akhir
Ketiga sandal desain akhir merupakan bagian dari koleksi yang mengusung konsep desain
terinspirasi dari alam. Berikut penjelasan konsep dan filosofi masing- masing sandal.

65

Gambar 5. 7 Desain Akhir
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

1. Sandal 1 seri Carmelian
Sandal pertama memiliki dua strap tipis yang membentuk pola silang atau X di bagian
atas kaki. Desain strap yang sederhana namun elegan ini terinspirasi dari keindahan
sulur-sulur tanaman yang saling membelit dengan anggun. Filosofi di balik sandal ini
adalah kesederhanaan dan keharmonisan, seperti yang ditemukan dalam pola alami
tanaman merambat.
2. Sandal 2 seri Maglea
Sandal kedua menampilkan strap unik yang melilit membentuk pola melingkar.
Desainnya terinspirasi dari formasi gelombang air laut yang berputar- putar. Strap yang
melilit ini mencerminkan konsep aliran dan dinamika dalam alam. Filosofinya adalah
untuk mengingatkan kita akan siklus alami dan pergerakan yang konstan di alam
semesta.
3. Sandal 3 seri Gladiola
Sandal ketiga memiliki dua strap lebar yang juga membentuk pola silang seperti sandal
pertama, namun dengan gaya yang lebih tebal dan kokoh. Desain strap ini terinspirasi
dari cabang- cabang pohon yang saling bersilangan dengan kuat. Filosofi di balik sandal
ini adalah ketahanan dan kekuatan, seperti yang ditemukan dalam struktur pepohonan
yang mampu menopang beban berat.
Keseluruhan koleksi ini menggabungkan keindahan bentuk- bentuk alami dengan bahan
ramah lingkungan dari ampas tebu. Desainnya tidak hanya estetis, tetapi juga menyampaikan
pesan untuk menghargai dan hidup selaras dengan alam.

5.9 Form Development
Inovasi dalam desain sandal terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang
semakin beragam. Dalam upaya menciptakan produk yang tidak hanya nyaman dipakai, tetapi
juga ramah lingkungan dan multifungsi, penulis memperkenalkan sebuah konsep sandal yang
menggabungkan aspek kenyamanan, keberlanjutan, dan kegunaan praktis. Sandal ini dirancang
khusus untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang menyukai petualangan outdoor, terutama
di area pantai dan rute alam yang sedikit menantang.

66

Gambar 5. 8 Form Development
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Fitur utama sandal ini adalah sol depan berbentuk persegi (square front sole) yang
dirancang khusus untuk memberikan stabilitas optimal saat berjalan di permukaan yang tidak
rata, seperti pasir pantai atau jalur alam yang berkontur. Untuk meningkatkan kenyamanan dan
estetika, sandal dilengkapi dengan lis yang berfungsi ganda sebagai elemen dekoratif dan
penyeimbang kenyamanan, terutama pada bagian upper yang terbuat dari ampas tebu. Inovasi
berlanjut pada penggunaan teknik high frequency emboss yang tidak hanya menambah nilai
estetika dengan gaya sustainable, tetapi juga meningkatkan ketahanan sandal terhadap air dan
kelembaban. Desain hak yang rendah (low heels) dipilih untuk memastikan kenyamanan
maksimal saat digunakan di berbagai jenis permukaan, termasuk rute yang sedikit menantang.
Dengan kombinasi fitur tersebut, sandal tidak hanya menjawab kebutuhan fngsional para
pencita alam khususnya pantai, tetapi juga mencerminkan komitmen terhadap keberlanjutan
dan desain yang bertanggung jawab. Diharapkan produk ini dapat menjadi pilihan utama bagi
mereka yang menghargaji kenyamanan, kegunaan praktis, dan kesadaran lingkungan dalam
satu paket yang menarik. Sandal ini merupakan bukti bahwa fesyen dan fungsi dapat berjalan
selaras dengan prinsip- prinsip keberlanjtan, membuka jalan bagi masa depan industry alas kaki
yang lebih hijau dan inovatif.

5.10 Prototipe Produk
5.10.1 Cutting Plan
1. Penyusunan potongan pola upper (50x50 cm)
Cutting plan adalah proses penting dalam industri pembuatan sandal, yang
bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan bahan dan meminimalkan limbah. Dalam
konteks ini, kita akan membahas cutting plan untuk upper sandal menggunakan bahan
lembaran ampas tebu berukuran 50x50 cm. Lembaran ini dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan 3 pasang upper sandal untuk setiap seri, yaitu seri 1, seri
2, dan seri 3. Pola yang berwarna merah tersebut merupakan pola yang masih bisa
ditambahkan ke lembaran tersebut sehingga bisa digunakan untuk produk sandal
lainnya. Dengan perencanaan yang tepat, kita dapat memastikan bahwa setiap lembaran
bahan digunakan secara efisien, menghasilkan total 9 pasang upper sandal dari satu
lembaran ampas tebu. Proses ini tidak hanya mendukung efisiensi produksi tetapi juga

67
berkontribusi pada keberlanjutan dengan memanfaatkan bahan ramah lingkungan
seperti ampas tebu.


Gambar 5. 9 Cutting Plan Upper Sandal
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

2. Penyusunan potongan pola lining (100x100 cm)
Cutting plan untuk lining sandal dengan bahan kulit sintetis berukuran 100 x
100 cm ini dirancang untuk memaksimalkan penggunaan bahan secara efisien. Dalam
satu lembaran kulit sintetis tersebut, dapat dihasilkan 18 pasang lining sandal, serta satu
lining tambahan. Pola potong lining dihasilkan dari penambahan offset sebesar 17 mm
sehingga texon dan tamsin dapat terbungkus secara sempurna. Desain cutting plan ini
memastikan bahwa setiap inci dari bahan kulit sintetis dimanfaatkan dengan optimal,
sehingga mengurangi limbah dan meningkatkan produktivitas dalam proses pembuatan
sandal.

Gambar 5. 10 Cutting Plan Lining
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

3. Penyusunan potongan pola texon (50x100 cm)
Cutting plan untuk texon sandal dengan bahan berukuran 50 x 100 cm ini
dirancang untuk memaksimalkan penggunaan bahan secara efisien. Dalam satu
lembaran texon tersebut, dapat dihasilkan 12 pasang texon sandal. Desain cutting plan
ini memastikan bahwa setiap inci dari bahan texon dimanfaatkan dengan optimal

68

Gambar 5. 11 Cutting Plan Texon
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

4. Penyusunan potongan pola eva foam (100x120 cm)
Cutting plan untuk EVA foam sandal dengan ukuran 100 x 120 cm ini dirancang
untuk menghasilkan 30 pasang potongan EVA foam . Dalam gambar yang terlampir,
terlihat bahwa pola potongan disusun secara efisien untuk memaksimalkan penggunaan
material dan meminimalkan limbah. Setiap pasang sandal diposisikan dengan cermat
untuk memastikan bahwa seluruh area lembaran EVA foam digunakan secara optimal.
Desain ini memungkinkan produksi massal sandal dengan efisiensi tinggi, mengurangi
biaya produksi dan waktu pengerjaan.


Gambar 5. 12 Cutting Plan Eva Foam
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

69
5.10.2 Proses Produksi
Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan baku upper sandal memberikan nilai tambah pada
limbah ini sekaligus mengurangi dampak lingkungan dari pembuangan ampas tebu yang tidak
termanfaatkan. Ampas tebu memiliki sifat kekuatan, ketahanan, dan tampilan visual yang
menarik sehingga cocok digunakan sebagai material untuk upper sandal. Berikut ini adalah
tahapan proses produksi upper sandal dari limbah ampas tebu.

Tabel 5. 2 Proses Produksi
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No. Proses Penjelasan Proses Keterangan
1 Pengumpulan dan pengeringan
ampas tebu
Ampas tebu dikumpulkan
dan dikeringkan untuk
mengurangi kadar air
sehingga lebih mudah
diolah.

Proses pengeringan
ampas tebu kurang
lebih memakan
waktu sekitar 5-7
hari dalam cuaca
yang cerah. Proses
ini merupakan proses yang sangat penting
karena jika ampas
tebu masih basah,
akan menimbulkan
bau yang kurang
sedap.

2 Penggilingan Ampas tebu yang sudah
kering digiling menjadi serat halus.

Proses penggilingan
ampas tebu yang
sudah kering
dilakukan sebanyak
2 kali. Mesin yang
digunakan pada
penggilingan adalah
mesin giling tepung.
3 Pencampuran dengan komposit

Serat ampas tebu dicampur
dengan komposit dalam
proporsi tertentu untuk
membentuk campuran yang homogen.

Komposit yang
digunakan untuk
campuran ampas
tebu adalah 15%
Silikon + 75%
Bagasse (1mm).
Perbandingan
tersebut didapatkan
dari hasil eksperimen
yang sudah
dilakukan penulis.

70
Tabel 5. 2 Proses Produksi (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No. Proses Penjelasan Proses Keterangan
4 Pencetakan

Campuran tersebut
kemudian dicetak pada
cetakan berukuran 50x50
cm dengan ketebalan 1mm.


Campuran yang
sudah teraduk rata kemudian dicetak pada wadah 50x50 cm. Pada proses ini hal yang paling penting adalah menjaga kestabilan ketebalan di semua sisinya.
5 Pengeringan

Lembaran ampas tebu yang
sudah dicetak dikeringkan
dalam temperatur ruangan
dan kemudian dilakukan
pengecekan kualitas.

Lembaran ampas
tebu yang sudah
kering kemudian
diberikan kepada
pengrajin untuk
dilanjutkan ke proses
pembuatan sandal.
Lembaran ampas
tebu kemudian akan
digunakan untuk
bagian upper dari
sandal.

6 Pemotongan upper sandal dari am
tebu

Lembaran ampas tebu yang
sudah kering kemudian
ditempel ke lining sandal
untuk dipotong menjadi
upper sandal.
Lembaran tebu
ditempel ke lining
untuk mempermudah
proses produksi.
Ketika ampas tebu
dipotong secara
terpisah dengan
lining, maka perlu
ada jahitan agar
lembaran tebu
tertempel secara
maksimal.

71
Tabel 5. 2 Proses Produksi (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No. Proses Penjelasan Proses Keterangan
7 Penjahitan lis pada upper

Penjahitan lis pada
upper untuk
menambahkan estetika
dan kenyamanan
sandal.
Prototipe 1 yang telah
dilakukan memiliki kelemahan yaitu tidak adanya kontras antara upper dan punggung
kaki saat dipakai dan upper kurang nyaman
digunakan akibat adanya jahitan pada bagian ujung upper .
Penambahan lis pada
upper menyelesaikan
kedua masalah tersebut.
8 Pemotongan eva foam

Pemotongan eva foam
dengan ketebalan 5 mm
sebagai salah satu
komponen sandal.
Pemotongan eva foam
dilakukan secara manual mengikuti pola sol yang sudah dibeli.
9 Pemotongan texon


Pemotongan texon
dengan ketebalan 1mm
sebagai salah satu
komponen sandal.
Pemotongan texon
dilakukan secara manual mengikuti sol yang sudah dibeli jadi.

72
Tabel 5. 2 Proses Produksi (Lanjutan)
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)
No. Proses Penjelasan Proses Keterangan
10 Pemotongan lining Pemotongan lining
mengikuti total ketebalan
eva foam dan texon (6
mm) yang sudah jadi.
Pemotongan lining
di offset sebesar 17
mm sehingga bisa
membungkus eva
foam dan texon
secara sempurna.
11 Emboss high frequency

Lining yang sudah
dipotong kemudian di emboss menggunakan mesin high frequency.
Pada prototipe 1
yang telah
dilakukan, emboss
menggunakan warna menghasilkan produk yang kurang
sesuai dari konsep
sustainable. Untuk
prototipe final
dilakukan emboss
menggunakan mesin high
frequency emboss
sehingga brand
tetap terlihat tetapi tanpa menggunakan
kertas warna.
12 Proses assembly

Assembly sandal
dilakukan dengan
menggabungkan upper,
insole, tamsin, dan
outsole.
Dalam proses
assembly digunakan
lem sandal, palu,
alat penipis kulit,
dan mesin press.
Mesin press
digunakan untuk
memastikan lem
terpasang secara
benar ke semua
bagian sandal.

73
Proses- proses ini memastikan bahwa sandal yang dihasilkan tidak hanya ramah
lingkungan tetapi juga memiliki kualitas yang baik dan nyaman digunakan. Dengan demikian,
produk ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin peduli terhadap
keberlanjutan dan kualitas produk.

5.11 Usability Test
Usability testing untuk produk sandal jenis strappy dengan upper berbahan dasar ampas
tebu mencakup beberapa aspek penting untuk memastikan kenyamanan dan kepuasan
pengguna. Pertama, efektivitas sandal perlu dievaluasi dengan menilai apakah sandal
menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada pengguna, serta apakah sandal
memberikan stabilitas yang memadai selama pemakaian. Kedua, efisiensi penggunaan sandal
harus diperiksa, termasuk kemudahan dan kecepatan dalam mengenakan dan melepas sandal.
Ketiga, kepuasan pengguna dapat diukur melalui beberapa elemen seperti berat sandal, suhu,
dan penampilan kosmetik sandal. Selain itu, daya tahan sandal juga harus diuji untuk
memastikan bahwa sandal dapat digunakan secara terus- menerus tanpa penurunan kualitas dan
tidak memerlukan perawatan yang berlebihan. Terakhir, aspek fit dan support sangat penting,
di mana sandal harus memberikan ruang yang cukup untuk jari kaki dan tetap nyaman dipakai
sepanjang hari, baik di pagi, siang, maupun malam hari. Dengan melakukan pengujian ini, kita
dapat memastikan bahwa sandal strappy berbahan dasar ampas tebu tidak hanya ramah
lingkungan tetapi juga memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna.


Gambar 5. 13 Usability Testing
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Berikut adalah hasil dari usability testing yang telah dilakukan penulis:
1. Kenyamanan dan Efektivitas
Sandal strappy dengan upper berbahan dasar ampas tebu menunjukkan tingkat
kenyamanan yang tinggi. Pengguna melaporkan bahwa sandal ini tidak menyebabkan
rasa sakit atau ketidaknyamanan selama pemakaian jangka panjang. Stabilitas sandal
juga dinilai baik, memberikan dukungan yang cukup saat berjalan.
2. Efisiensi Penggunaan
Sandal ini mudah dikenakan dan dilepas, yang merupakan faktor penting dalam efisiensi
penggunaan. Pengguna dapat dengan cepat dan tanpa kesulitan memasang dan melepas
sandal, yang meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan.
3. Kepuasan Pengguna

74
Dari segi estetika, sandal ini mendapatkan respon positif karena desainnya yang modis
dan ramah lingkungan. Pengguna juga menghargai berat sandal yang ringan dan bahan
yang tidak menyebabkan kaki berkeringat, sehingga nyaman dipakai sepanjang hari.
4. Daya Tahan
Pengujian menunjukkan bahwa sandal ini memiliki daya tahan yang baik. Meskipun
terbuat dari bahan ampas tebu, sandal ini mampu bertahan dalam berbagai kondisi tanpa
mengalami kerusakan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ampas tebu dapat
menjadi alternatif yang berkelanjutan dan tahan lama untuk produk alas kaki.
5. Fit dan Support
Sandal ini memberikan ruang yang cukup untuk jari kaki dan mendukung lengkungan
kaki dengan baik. Pengguna merasa bahwa sandal ini cocok untuk dipakai dalam
berbagai aktivitas sehari-hari, baik di pagi, siang, maupun malam hari.
Secara keseluruhan, hasil usability testing menunjukkan bahwa sandal strappy dengan
upper berbahan dasar ampas tebu tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memenuhi
kebutuhan dan harapan pengguna dalam hal kenyamanan, efisiensi, estetika, dan daya tahan.
Produk ini dapat menjadi pilihan yang menarik bagi konsumen yang peduli terhadap
lingkungan dan mencari produk alas kaki yang inovatif dan berkelanjutan.

5.12 Ketercapaian Konsep Sustainable
Penggunaan ampas tebu sebagai bahan utama upper sandal merupakan langkah
signifikan dalam pemanfaatan limbah pertanian dan pengurangan penggunaan bahan baku baru.
Ampas tebu dipilih karena memiliki karakteristik yang sesuai untuk bagian upper, seperti
fleksibilitas dan kekuatan yang memadai, serta tekstur unik yang menambah nilai estetika
produk. Ampas tebu hanya digunakan pada bagian upper karena beberapa pertimbangan teknis
dan fungsional:
1. Karakteristik material ampas tebu lebih sesuai untuk bagian upper yang memerlukan
fleksibilitas, dibandingkan dengan bagian sol yang membutuhkan daya tahan lebih
tinggi terhadap gesekan dan tekanan.
2. Penggunaan ampas tebu pada upper memungkinkan pemanfaatan optimal dari sifat
alami material ini, seperti tekstur unik dan kemampuan bernapas.
3. Keterbatasan teknologi pengolahan ampas tebu saat ini untuk menghasilkan material
yang cocok untuk seluruh bagian sandal, terutama sol.
4. Optimalisasi aspek keberlanjutan tanpa mengorbankan kualitas dan daya tahan produk
secara keseluruhan.
5. Penggunaan ampas tebu pada bagian upper lebih terlihat sehingga dapat
menyumbangkan pemikiran terhadap limbah tebu untuk produk fashion.
Berdasarkan analisis komponen dan proses produksi, dapat diperkirakan bahwa desain
sandal ini mencapai tingkat keberlanjutan sekitar 60- 70%. Persentase ini didasarkan pada
beberapa faktor:
1. Material Upper (30-35%): Penggunaan ampas tebu sebagai bahan utama upper .
2. Proses Produksi (15-20%): Metode pembuatan yang mengoptimalkan penggunaan
energi dan meminimalkan limbah.
3. Komponen Lain (10- 15%): Penggunaan bahan- bahan ramah lingkungan untuk
komponen lain seperti kemasan daur ulang.
4. Desain untuk Ketahanan (5-10%): Konsep desain yang memungkinkan produk
digunakan dalam jangka waktu lama, mengurangi kebutuhan penggantian cepat.
Meskipun belum mencapai 100% sustainable , desain ini merepresentasikan langkah
signifikan menuju fashion yang lebih berkelanjutan. Penggunaan ampas tebu sebagai bahan
utama upper tidak hanya mengurangi limbah pertanian, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi

75
lebih lanjut dalam pemanfaatan bahan- bahan alami dalam industri fashion. Ke depannya,
peningkatan teknologi dan inovasi material diharapkan dapat meningkatkan persentase
keberlanjutan, memungkinkan penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan pada lebih banyak
komponen sandal, termasuk sol dan aksesori.

5.13 Fotografi Produk
Inovasi dalam industri fashion terus berkembang, tidak hanya dalam hal desain, tetapi
juga dalam penggunaan material yang ramah lingkungan. Salah satu terobosan terbaru adalah
pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan dasar untuk upper sandal. Fotografi produk berikut
menampilkan serangkaian sandal eco -fashion yang menggabungkan keberlanjutan dengan gaya
yang elegan. Sandal-sandal ini tidak hanya menawarkan kenyamanan, tetapi juga
mencerminkan komitmen terhadap lingkungan dengan memanfaatkan limbah pertanian yang
biasanya terbuang.


Gambar 5. 14 Sandal Seri Carmelian
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)


Gambar 5. 15 Sandal Seri Gladiola
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

76

Gambar 5. 16 Sandal Seri Maglea
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Fotografi produk ini berhasil menangkap esensi dari sandal eco -fashion berbahan ampas
tebu. Melalui komposisi yang cermat dan pencahayaan yang lembut, setiap detail sandal
terekspos dengan baik, mulai dari tekstur unik upper berbahan ampas tebu hingga desain tali
yang elegan. Gambar-gambar ini tidak hanya memperlihatkan produk fashion yang menarik,
tetapi juga menceritakan kisah tentang inovasi berkelanjutan dan gaya hidup ramah lingkungan.
Dengan memadukan estetika dan etika lingkungan, sandal -sandal ini menjadi bukti nyata
bahwa fashion masa depan dapat indah sekaligus bertanggung jawab.

5.14 Poster Advertising
Poster advertising adalah salah satu metode pemasaran yang efektif dan efisien dalam
menarik perhatian konsumen. Foto- foto yang telah dihasilkan dari produk jadi kemudian
disusun dan diedit lebih lanjut sehingga mendukung untuk proses pemasaran dan iklan. Poster
yang dirancang dengan baik tidak hanya mampu menarik perhatian, tetapi juga dapat
membangun brand awareness dan meningkatkan penjualan. Berikut adalah poster pemasaran
produk Paoline yang telah disunting dan disusun dengan cermat untuk mencapai tujuan
tersebut.

77

Gambar 5. 17 Poster Advertising Paoline
(Sumber: Olahan Penulis, 2024)

Poster advertising menawarkan berbagai keuntungan dalam strategi pemasaran, mulai
dari biaya yang relatif rendah hingga kemampuan untuk menarik perhatian secara visual di
berbagai lokasi. Dengan desain yang menarik dan informasi yang tepat, poster dapat menjadi
alat yang sangat efektif dalam meningkatkan visibilitas dan daya tarik produk. Melalui poster
Paoline yang telah disunting dan disusun, kita dapat melihat bagaimana elemen- elemen visual
dan pesan yang kuat dapat digunakan untuk mendukung proses pemasaran dan iklan secara
keseluruhan.

78
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemanfaatan limbah ampas tebu sebagai
bahan dasar dalam pembuatan produk upper sandal. Dengan memanfaatkan karakteristik ampas
tebu yang fleksibel dan kuat, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan produk sandal yang
inovatif, ramah lingkungan, dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Selain itu, penelitian ini
juga diharapkan dapat memberikan alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan limbah dan
mendorong pengembangan produk fesyen berkelanjutan. Identitas merek "Paoline" dirancang
untuk memperkuat citra produk sebagai produk ramah lingkungan yang stylish dan berkualitas,
dengan menggunakan elemen- elemen seperti logo, tipografi, tagline, dan kemasan yang selaras
dengan konsep keberlanjutan. Berikut adalah kesimpulan dari penelitian ini.
1. Penelitian ini menemukan bahwa metode yang efektif untuk memanfaatkan limbah tebu
sebagai bahan baku upper sandal adalah dengan mencampurkannya dengan silikon.
Campuran yang optimal adalah 15% silikon dan 75% ampas tebu dengan ketebalan 1 mm.
Hasilnya, material ini memiliki tekstur alami, fleksibilitas yang baik, ringan, dan nyaman
digunakan sebagai upper sandal.
2. Struktur material dari limbah tebu yang telah dicampur dengan silikon menunjukkan
bahwa material ini cukup kuat dan fleksibel untuk digunakan sebagai upper sandal. Proses
pengeringan dan penggilingan ampas tebu menjadi serat halus, kemudian dicampur dengan
silikon, menghasilkan material yang homogen dan sesuai untuk pembuatan sandal.
3. Penelitian ini menghasilkan desain sandal yang mengusung konsep minimalis dan elegan
dengan memanfaatkan tekstur alami ampas tebu. Desain ini tidak hanya memenuhi
preferensi pengguna akan sandal yang nyaman dan stylish, tetapi juga mendukung konsep
slow fashion yang ramah lingkungan.
4. Tahapan proses pengolahan limbah tebu untuk menghasilkan upper sandal meliputi
pengumpulan dan pengeringan ampas tebu, penggilingan menjadi serat halus,
pencampuran dengan silikon, dan pembentukan menjadi lembaran. Proses ini diikuti
dengan pemotongan untuk membentuk pola upper sandal, dan akhirnya perakitan produk
sandal.
Secara keseluruhan, penelitian ini telah berhasil mengeksplorasi pemanfaatan limbah
ampas tebu sebagai bahan dasar pembuatan produk upper sandal yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Melalui serangkaian analisis dan eksperimen, telah ditemukan formulasi dan
proses produksi yang optimal untuk menghasilkan produk sandal yang memiliki karakteristik
yang diinginkan, seperti tekstur alami, fleksibilitas, kenyamanan, dan kemudahan produksi.
Selain itu, penelitian ini juga telah mengidentifikasi potensi pasar dan preferensi konsumen
terhadap produk ini, serta merancang identitas merek yang kuat dan selaras dengan konsep
keberlanjutan. Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam upaya
pengembangan produk fesyen yang ramah lingkungan dan mendukung konsep slow fashion.

6.2 Saran
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai aspek yang dapat meningkatkan
kualitas dan daya saing produk industri berbasis ampas tebu. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan industri fesyen berkelanjutan yang
lebih efisien dan ramah lingkungan.
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi metode pengolahan ampas tebu
yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta mengoptimalkan komposisi campuran
untuk meningkatkan kualitas dan daya tahan produk.

79
2. Perlu dilakukan studi lebih mendalam mengenai preferensi dan perilaku konsumen
terhadap produk fesyen berkelanjutan, serta strategi pemasaran yang efektif untuk
menjangkau target pasar yang lebih luas.
3. Eksplorasi lebih lanjut terhadap teknik produksi dan pemanfaatan teknologi modern dapat
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan dari proses
produksi.
4. Lembaran tebu dapat diberikan warna alami dan aroma untuk menjangkau lebih banyak
pengguna potensial.
5. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi metode penambahan aroma pada
lembaran ampas tebu sehingga aroma dapat bertahan lebih lama.
6. Perlu dilakukan studi lebih mendalam mengenai penggunaan bahan ampas tebu untuk
produk outsole dan insole sehingga persentase sustainable dapat bertambah.
Secara keseluruhan, saran-saran penelitian yang telah diuraikan memberikan panduan
yang komprehensif untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing produk berbasis ampas tebu.
Dengan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pengolahan yang lebih efisien,
memahami preferensi konsumen, mengadopsi teknologi modern, dan mengembangkan lini
produk yang lebih beragam, diharapkan dapat tercipta produk fesyen berkelanjutan yang tidak
hanya ramah lingkungan tetapi juga memiliki daya tarik yang luas di pasar. Implementasi dari
saran-saran ini akan menjadi langkah penting dalam mendukung keberlanjutan industri fesyen
dan meningkatkan posisi merek Paoline di pasar global.

80
DAFTAR PUSTAKA

Anam, C., & Agung, F. M. (2021). Eksperimen Sisa Penggilingan tebu Sebagai Tas Wanita.
JADECS (Journal of Art, Design, Art Education & Cultural Studies), 6(2), 128.
https://doi.org/10.17977/um037v6i22021p128- 137
Anisya, M., Andriana, Y. F., & Islamsyah, H. (2020). Eksplorasi Limbah Ampas Tebu
(Bagasse) untuk Material Produk Ecofashion. IKRA-ITH HUMANIORA : Jurnal Sosial
dan Humaniora, 4(3), Article 3.
Badan Standardisasi Nasional. (2020). SNI 8879:2020 Alas Kaki - Sandal - Syarat Mutu dan
Cara Uji. Jakarta: BSN.
BPIPI. (2024). Detail Bank Desain - Anyaman Mules Sandal. Diakses dari
https://datacenter.bpipi.id/big_data/bank_desain_detail/anyaman- mules-sandal
Caring for the Earth: summary of a world strategy for sustainable living.
(2023).https://www.jstor.org/stable/45151967
Carlos Santos. (2022). Shoe Anatomy. Retrieved from
https://www.santosshoes.com/en/blog/handcrafted- shoes/shoe- anatomy
Cervellon, M.- C., & Carey, L. (2011). Consumers’ perceptions of “green”: Why and how
consumers use eco-fashion and green beauty products. Critical Studies in Fashion and
Beauty, 2, 117–138. https://doi.org/10.1386/csfb.2.1- 2.117_1
Cheaney. (2023). The Anatomy of a Shoe. Retrieved from
https://www.cheaney.co.uk/anatomy- of-a-shoe-i278
Comparative study of fly ash/sugarcane fiber reinforced polymer composites properties:
BioResources. (t.t.). Diambil 23 Oktober 2023, dari
https://bioresources.cnr.ncsu.edu/resources/comparative- study-of-fly-ash-sugarcane-
fiber-reinforced-polymer-composites-properties/
Dongguan Zhiguo New Material Co., Ltd. (2023). What are the functions of the insoles.
http://www.insolewholesale.com/what-are-the-functions-of-the-insoles.html
Halimah, N., & Litawati, S. (2022). Pemanfaatan Limbah Praktikum Menjadi Produk kriya ikat
pinggang wanita. Narada : Jurnal Desain Dan Seni, 9(3).
https://doi.org/10.22441/narada/2022.v9.i3.002
Halimah, M., Supriyadi, S., & Purwanto, A. (2022). Analisis potensi limbah industri alas kaki
sebagai bahan baku pembuatan produk fesyen berkelanjutan. Jurnal Ilmu Lingkungan,
20(2), 386- 395.
Haryono, M., & Bariyah, C. (2014). PERANCANGAN KONSEP PRODUK ALAS KAKI
DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE KANSEI ENGINEERING DAN
MODEL KANO. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 13(1), Article 1.
https://doi.org/10.23917/jiti.v13i1.379
Hidayat, A. (2017). Pemanfaatan ampas tebu dan kulit pisang dalam pembuatan kertas serat
campuran. Jurnal Teknologi Material, 5(2), 123-130.
Hill, M. (2023, July 3). What is slow fashion?. Good On You. https://goodonyou.eco/what-is-
slow-
fashion/#:~:text=Slow%20fashion%20is%20an%20awareness,landfill%20after%20a%2
0few%20wears.
Indarti, E., Muliani, S., & Yunita, D. (2023). Characteristics of Biofoam Cups Made from
Sugarcane Bagasse with Rhizopus oligosporus as Binding Agent. Advances in Polymer
Technology.
INSITE Insoles. (2023). Different insole materials for footwear. Retrieved from
https://insiteinsoles.com/sustainability/why-insole-materials- matter/

81
Kaskus. (2024). Tutorial Pembuatan Sendal Jepit. Diakses dari
https://www.kaskus.co.id/thread/540931e8d675d4365d8b4575/tutorial-pembuatan-
sendal-jepit
Ma’rufi, I., & Indrayani, R. (2015). Characteristics of Shoes with Musculoskeletal Complaints
on Foot and Ankle of Sales Promotion Girl. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(1), 1- 2.
Massijaya, M. A., Sumaedi, S., Yarmen, M., & Widianti, T. (2015). A Product Typology
Framework for Supporting the Indonesian National Standard (SNI) Implementation. I J
A B E R, 13(7), 6217- 6231.
Muazimah, A. (2020). Pengaruh fast fashion terhadap budaya konsumerisme dan kerusakan
lingkungan di indonesia. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik(2021)
NE Iowa Podiatry. (n.d.). Anatomy of a Shoe. Retrieved from
https://neiapodiatry.com/anatomy- of-a-shoe/
Pahlevi, M. F., Putri, S. A., & Yudiarti, D. (2022). PERANCANGAN SEPATU SANDAL
INTERCHANGEABLE STRAP.
Paiva, F.F., Maria, V.P., Torres, G.B., Dognani, G., Santos, R.J., Cabrera, F.C., & Job, A.E.
(2018). Sugarcane bagasse fiber as semi-reinforcement filler in natural rubber composite
sandals. Journal of Material Cycles and Waste Management, 21, 326-335.
Premium Flipflops. (2023). The Art Of Custom Screen Printing: A Guide To Designing And
Creating Custom Rubber Slippers. Diakses dari
https://www.premiumflipflops.com/id/the-art-of-custom-screen-printing-a-guide-to-
designing-and-creating-custom-rubber-slippers
Putra, B. (2019). Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan pengisi lembaran serat semen. Jurnal
Konstruksi dan Material, 7(1), 45- 52.
Rahman, F. (2021). Pemanfaatan abu ampas tebu sebagai bahan pengisi pada kulit sintetis.
Jurnal Polimer dan Komposit, 9(3), 210- 218.
Ramdani, D., Witteloostuijn, A., Vanderstraeten, J., Hermans, J., & Dejardin, M. (2017). The
perceived benefits of the European Union standardization. International Economics and
Economic Policy, 16, 379- 396.
Rauturier, S. (2023, August 7). What is fast fashion and why is it so bad?. Good On You.
https://goodonyou.eco/what-is-fast-
fashion/#:~:text=Fast%20fashion%20can%20be%20defined,speed%20to%20meet%20c
onsumer%20demand.
Rosiawan, M., Singgih, M. L., & Widodo, E. (2018). The benefit attributes of the Indonesian
National Standard (SNI) product. International Cooperation for Education about
Standardization 2018 (ICES 2018) Conference Joint International Conference with 5th
ACISE (Annual Conference on Industrial and System Engineering) and World Standard
Cooperation Academic Day, 49.
Sari, A. (2023). Jenis-Jenis Tebu di Indonesia dan Sifat Materialnya. Jakarta: Penerbit Ilmu
Tebu.
Sari, D. (2020). Pemanfaatan limbah ampas tebu dan batik bakaran sebagai material produk
sandal ecofashion. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 8(4), 98- 105.
Shoemaking Courses Online. (2023). Shoe Parts. Retrieved from
https://www.shoemakingcoursesonline.com/how-to-make-shoes/shoe-parts/
Shoestechnologies. (2022). Anatomy of the shoe: the secret to success lies in its components.
Retrieved from https://www.shoestechnologies.com/anatomy-of-the-shoe/
Stikom Surabaya. (2019). Proses Pembuatan Sandal Dengan Teknik Embos di PT Harles
Mojokerto. Diakses dari http://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/4156/1/17420200019-
2019-STIKOMSURABAYA.pdf

82
Subang. (2024). Mengukir Sandal Jepit, Untungnya Lumayan. Diakses dari
https://www.subang.go.id/public/index.php/berita/mengukir-sandal-jepit-untungnya-
lumayan
Sugarcane bagasse fiber as semi-reinforcement filler in natural rubber composite sandals.
(2023).https://www.researchgate.net/publication/328173905_Sugarcane_bagasse_fiber_
as_semi-reinforcement_filler_in_natural_rubber_composite_sandals
Sundari, E., Apriani, W., & Suhendra, S. (2020). UJI KEKUATAN TARIK KERTAS DAUR
ULANG CAMPURAN AMPAS TEBU, SERABUT KELAPA, DAN KERTAS BEKAS.
AME (Aplikasi Mekanika dan Energi): Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 6, 28.
https://doi.org/10.32832/ame.v6i1.2871
The Limits to Caring: Sustainable Living and the Loss of Biodiversity.
(2023).https://www.jstor.org/stable/2386639
Waskito, M. A., & Wahyuning, C. S. (2019). Pendekatan Antropometri Kaki Orang Indonesia
Pada Desain Master Shoe Last Bagi Industri Kecil dan Menengah. Mudra Jurnal Seni
Budaya, 34(3), Article 3. https://doi.org/10.31091/mudra.v34i3.532
Wijaya, R. (2018). Pembuatan pulp dari kulit jagung dan ampas tebu dengan metode Acetosolv.
Jurnal Teknologi Pulp dan Kertas, 6(3), 150- 158.
Will You Purchase Environmentally Friendly Products? Using.
(2023).https://www.jstor.org/stable/24702887
Yudo, H., & Jatmiko, S. (2008). ANALISA TEKNIS KEKUATAN MEKANIS MATERIAL
KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT AMPAS TEBU (BAGGASE) DITINJAU DARI
KEKUATAN TARIK DAN IMPAK. Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Kelautan, 5(2), 95–101.

83
LAMPIRAN


LAMPIRAN 1
Hasil Kuesioner

84

85

86
LAMPIRAN 2
Wawancara Pengguna Potensial

87
LAMPIRAN 3
Usability Testing

88
LAMPIRAN 4
Customer Journey Mapping

89
LAMPIRAN 5
Log Book Asistensi

90

91
LAMPIRAN 6
Berita Acara Sudah K4

92
LAMPIRAN 7
Lembaran Revisi K4

93
LAMPIRAN 8
Dokumentasi Pembuatan Prototipe

94
LAMPIRAN 9
Gambar Teknik

95

96

97

98

99

100

101

102
BIODATA PENULIS


Rachel Violetta, lahir di Jakarta pada 15 Juni 2002.
Sebagai anak ke-2 dari 3 bersaudara pasangan Idris Tjen
dan Meiske Lolita Navyandry Charla, penulis tumbuh
dalam lingkungan yang mendukung kreativitasnya.
Sebelum memulai perjalanan akademisnya di
perguruan tinggi, penulis menempuh pendidikan
menengah atas di SMA Regina Pacis Bogor, lulus pada
tahun 2020. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan
studinya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya, mengambil jurusan Desain Produk di
Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital. Pilihan ini
mencerminkan passion penulis dalam menggabungkan
seni, teknologi, dan inovasi. Selama masa perkuliahan,
penulis tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan
kampus, mengasah soft skills dan memperluas jaringannya. Sebagai mahasiswa yang
berdedikasi, penulis berhasil menyelesaikan skripsi berjudul "Ampas Tebu sebagai Bahan
Dasar Pembuatan Produk Upper Sandal". Karya ini menunjukkan kepedulian penulis terhadap
lingkungan dan kemampuannya dalam menciptakan solusi inovatif untuk masalah sehari-hari.
Skripsi tersebut diselesaikan di bawah bimbingan Eri Naharani Ustazah, S.T., M.Ds., seorang
pakar di bidangnya. Penulis dikenal sebagai pribadi yang ramah, pekerja keras, dan selalu haus
akan pengetahuan baru. Pengalamannya di ITS Surabaya tidak hanya memperkaya wawasan
akademiknya, tetapi juga membentuk karakternya sebagai desainer muda yang visioner.
Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan semangat inovasi yang tinggi, penulis siap
menghadapi tantangan di dunia profesional dan berharap dapat memberikan kontribusi
signifikan dalam industri desain di Indonesia.

Email: [email protected]
No. HP: +6282112017077