Journal of Health | 55
Journal.gunabangsa.ac.id
PHYSICAL TEST AND ANTIBACTERIAL ACTIVITIES OF THE ETHANOL CREAM
EXTRACT OF AIRLEAF ( ZIZIPHUS SPINA-CHRISTI L.) ON PROPIONIBACTERIUM
ACNES ATCC 6919

UJI SIFAT FISIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI KRIM EKSTRAK ETANOL DAUN
BIDARA (ZIZIPHUS SPINA-CHRISTI L.) TERHADAP PROPIONIBACTERIUM ACNES
ATCC 6919

Monik Krisnawati*

ABSTRACT
Acne is a chronic inflammatory disease of the polysebaceous region characterized by the
appearance of comedones, papules, pustules, nodules, and cysts. Bidara contains phenolics and
flavonoids which are useful as anti-inflammatory, antioxidant, antimicrobial, and prevent tumors.
Other chemical constituents of Bidara that play a role in treatment are alkaloids, phenols, flavonoids,
and terpenoids. This study aims to determine the effect of the concentration of the ethanolic extract
of Bidara leaves (Ziziphus-Spina Christi L.) on the physical properties of the cream and the
antibacterial activity of the Bidara leaf cream against the bacteria Propionibacterium acnes ATCC
6919 made in type O/W (Oil in Water) using a vanishing cream with 3 kinds of concentration, namely
10%, 12.5%, and 15%. Physical properties (organoleptic, spreadability, adhesion, and protection)
and antibacterial activity against Propionibacterium acnes were measured using the well diffusion
method. The results of the test of physical properties and antibacterial activity were analyzed using
statistical tests with a 95% confidence level. The results of the physical properties test showed that
the cream of ethanol extract of Bidara leaves had the aroma of Bidara leaves, greenish color,
semisolid form, and homogeneous texture. The cream of ethanol extract of Bidara leaves with a
concentration of 15% showed the greatest dispersion and adhesion at 6.9 cm and 6 seconds. The
protection ability of bidara ethanol extract cream at the overall concentration was shown up to 5
minutes. In addition, the ethanol extract cream of Bidara leaves had the best antibacterial activity
against Propionibacterium acnes at a concentration of 15% as indicated by the formation of the
largest diameter of the inhibition zone, which was 7.73 mm.

Keywords: Acne, Antibacterial Activity, Bidara

INTISARI
Jerawat merupakan suatu penyakit peradangan kronik dari bagian polisebasea yang ditandai
dengan munculnya komedo, papula, pustula, nodul, dan kista. Bidara memiliki kandungan fenolat
dan flavonoid yang bermanfaat sebagai anti inflamasi, antioksidan, antimikroba, dan mencegah
timbulnya tumor. Kandungan kimia lain Bidara yang
berperan pada pengobatan yakni alkaloid, fenol,
flavonoid, dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak etanol daun
Bidara (Ziziphus-Spina Christi L.) terhadap sifat fisik krim
dan aktivitas antibakteri krim daun Bidara terhadap
bakteri Propionibacterium Acnes ATCC 6919 dibuat
dalam tipe M/A (Minyak dalam Air) menggunakan
Afiliasi Penulis

Poltekkes TNI AU Adisutjipto

Korespondensi kepada

Monik Krisnawati
[email protected]

56 | Vol. 8 | No. 2
vanishing cream dengan 3 macam konsentrasi yaitu 10%, 12,5%, dan 15%. Sifat fisik (organoleptis,
daya sebar, daya lekat, dan daya proteksi) dan aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium
acnes yang diukur menggunakan metode difusi sumuran. Hasil uji sifat fisik dan aktivitas antibakteri
dianalisis menggunakan uji statistik dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil uji sifat fisik menunjukkan
bahwa krim ekstrak etanol daun Bidara mempunyai aroma daun Bidara, warna kehijauan, bentuk
semipadat, dan tekstur homogen. Krim ekstrak etanol daun Bidara konsentrasi 15 % menunjukkan
daya sebar dan daya lekat paling besar yakni 6,9 cm dan 6 detik. Kemampuan proteksi krim ekstrak
etanol bidara pada keseluruhan konsentrasi ditunjukkan sampai dengan menit ke-5. Selain itu, krim
ekstrak etanol daun Bidara memiliki aktivitas antibakteri yang paling baik terhadap
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 15 % yang ditunjukkan dengan terbentuknya diameter
zona hambat yang paling besar yakni 7,73 mm.

Kata kunci: Aktivitas Antibakteri, Bidara, Jerawat

PENDAHULUAN
Kulit merupakan salah satu panca indera
yang berada di permukaan tubuh. Secara
alamiah kulit berusaha melindungi diri dari
serangan mikroorganisme dengan adanya
lemak dan adanya lapisan kulit luar sebagai
sawar kulit. Namun pada kondisi tertentu
perlindungan alamiah tersebut tidak
mencukupi. Seringkali adanya bakteri yang
melekat pada kulit menyebabkan terjadinya
jerawat (Ulaen dkk., 2012). Jerawat (acne
vulgaris) merupakan suatu penyakit
peradangan kronik dari bagian pilisebasea
yang ditandai dengan munculnya komedo,
papula, pustula, nodul, dan kista (Saragih dkk.,
2016). Penyebab jerawat belum diketahui
secara pasti, akan tetapi telah dikemukakan
beberapa faktor penyebabnya antara lain
stress, faktor keturunan, hormon, obat dan
bakteri khususnya Propionibacterium acnes,
Staphylococcus albus, Malassezia furfur yang
berperan dalam etiologi (Marfu dkk., 2019).
Propionibacterium acnes berperan pada
patogenesis jerawat dengan menghasilkan
lipase yang memecah asam lemak bebas dari
lipid kulit.
Penderita jerawat di Indonesia terus
meningkat, menurut catatan dermatologi
kosmetika yakni 60 % penderita acne vulgaris
pada tahun 2006, 80 % pada tahun 2007, dan
90 % pada tahun 2009. Perevalensi tertinggi
yakni pada usia 14-17 tahun, 83 %-85 % pada
perempuan dan pada laki-laki usia 16-19 tahun
dengan presentase 95-100 %. Baik di negara
maju maupun berkembang penderita jerawat
lebih didominasi laki-laki dibandingkan
perempuan (Handayani dkk., 2013).
Penggunaan antibiotik pada sebagaian
kasus infeksi sangat diperlukan, tetapi jika
penggunaannya berlebihan dapat
menyebabkan bakteri resisten atau tetap
bertahan hidup karena adanya perubahan
genetik (Muttaqein, 2013). Salah satu
tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh
masyarakat adalah Bidara (Ziziphus-Spina
Christi L.). Tanaman Bidara memiliki
kandungan fenolat dan flavonoid yang akan
manfaat antara lain anti inflamasi, antioksidan,
antimikroba dan mencegah timbulnya tumor.
Kandungan kimia lain pada tanaman Bidara
yang berperan pada pengobatan yakni
alkaloid, fenol, flavonoid, dan terpenoid (Lestari
dkk., 2020).
Krim adalah sediaan setengah padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai. Krim mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Ada dua tipe krim, krim minyak
dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M).
Krim tipe M/A (vanishing cream) mudah dicuci
dengan air, jika digunakan di kulit akan terjadi

Journal of Health | 57
Journal.gunabangsa.ac.id
penguapan dan peningkatan konsentrasi dari
suatu obat yang terlarut dalam air sehingga
mendorong penyerapannya ke dalam jaringan
kulit (Shovyana & Zulkarnain, 2013).
Penelitian terkait dengan uji aktivitas
antibakteri Bidara antara lain (Taufiq, 2015)
dengan hasil ekstrak etanol Ziziphus Spina-
Christi L. pada konsentrasi 1 % b/v, 3 % b/v,
dan 9 % b/v mampu menghambat
pertumbuhan Candida albicans dan
Escherichia coli. Sementara itu, (Lestari dkk.,
2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
Ekstrak daun Bidara Arab (Ziziphus Spina-
Christi L.) setelah diformulasikan dalam benruk
sediaan sabun cair dapat mempengaruhi sifat
fisik sabun cair secara organoleptis seperti
warna, juga terhadap tinggi daya busa dan pH
sediaan sabun cair.
Berdasarkan potensi senyawa yang
terkandung dalam daun Bidara sebagai
antibakteri maka perlu pengembangan bentuk
sediaan topikal yang sesuai dan memberikan
kenyamanan bagi pengguna. Pada penelitian
ini ekstrak daun Bidara diformulasikan ke
dalam bentuk sediaan krim M/A dengan basis
vanishing cream. Krim M/A dipilih karena tipe
tersebut memiliki kestabilan fisik yang baik jika
dibandingkan dengan basis krim lain
(Faradiba, 2011). Pada penelitian ini, sifat fisik
krim minyak cengkeh dievaluasi dan
konsentrasi optimum dari krim ekstrak daun
Bidara ditentukan dengan melakukan uji
aktivitas antibakteri pada Propionibacterium
acnes. Dengan demikian, diharapkan
penelitian ini menghasilkan sediaan topikal
krim ekstrak daun Bidara yang memiliki sifat
fisik yang baik dan efektif sebagai sediaan
topikal yang dapat dipergunakan untuk kulit
yang mengalami infeksi Propionibacterium
acnes.


METODE
Alat yang dipergunakan untuk
pembuatan krim meliputi cawan porselen,
mortir, stamper, timbangan analitik, sendok
sungu, alat-alat gelas. Alat yang digunakan
untuk menguji sifat fisik krim meliputi cawan
porselen, anak timbang, timbangan analitik,
kertas saring, dan gelas objek. Alat yang
digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri
meliputi alat-alat gelas (Pyrex), timbangan
analitik (merk Ohaus), autoklaf (Merk GEA),
ose, dan lemari pendingin.
Bahan yang digunakan dalam
pembuatan krim adalah serbuk daun Bidara
Arab (Ziziphus Spina-Christi L.) berasal dari
Merapi Farma Herbal. Bahan lain yakni asam
stearat, natrium tetraborat, gliserin,
triethanolamin, aquadest, dan nipagin. Bahan-
bahan yang digunakan dalam pengujian
aktivitas antibakteri adalah nutrien agar,
nutrient broth, aquades, etanol 70 %, spiritus,
NaCl 0,9 %, KOH, dan kertas cakram.
Keseluruhan bahan yang dipergunakan pada
penelitian ini berasal dari PT. Bratachem.
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Propionibacterium acnes ATCC 6919.
Bakteri uji diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi UGM. Sementara itu krim
Clindamycin 0,1% diperoleh dari produksi
Kimia Farma dengan batas kadaluarsa yakni
13 Mei 2022.
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Farmakologi Poltekkes TNI AU
Adisutjipto pada bulan April 2020.

Persiapan Bahan Uji
Serbuk daun Bidara (Ziziphus Spina-
Christi L.) ditimbang sebanyak 500 gram dan
dimasukkan ke dalam wadah maserasi,
kemudian ditambahkan etanol 70 % hingga
sampel terendam secara sempurna sebanyak
1:2 (Taufiq, 2015). Wadah maserasi ditutup
dan disimpan selama 3 x 24 jam ditempat yang
terlindung dari sinar matahari sambil sesekali
digojog. Maserat disaring dan dipisahkan
antara ampas dan filtrat. Kemudian ampas
tersebut dimaserasi kembali dengan
menggunakan pelarut etanol yang baru

58 | Vol. 8 | No. 2
dengan jumlah yang sama. Hal tersebut
dilakukan sebanyak 2 kali. Ekstrak etanol yang
telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan
cairan penyarinya diuapkan dalam waterbath
60 ºC hingga diperoleh ekstrak etanol yang
kental.
Formulasi Krim Daun Bidara
Formulasi bahan dasar krim ekstrak
daun Bidara pada penelitian ini menggunakan
resep standar vanishing cream sebanyak 30 g.
Formula krim daun Bidara disajikan pada tabel
1.

Tabel 1 | Formulasi Krim Daun Bidara

F1 F2 F3
Asam Stearat 3,82 3,71 3,60
Gliserin 2,69 2,61 2,54
Natrium Tetraborat 0,07 0,06 0,06
Trietanolamin 0,27 0,26 0,25
Aquadest 20,16 19,60 19,03
Nipagin q.s. q.s. q.s.
Ekstrak daun Bidara 3,00 3,75 4,5
Total 30 30 30

Konsentrasi ekstrak daun Bidara pada
masing-masing formula yakni 10%, 12,5%, dan
15 %. Metode pembuatan krim yaknii tahap
pertama dengan memanaskan asam stearat
dan gliserin di atas waterbath pada suhu 75
0
C.
Natrium tetraborat dan trietanolamin
selanjutnya dilarutkan dalam air panas
secukupnya. Fase minyak dan fase air
digabungkan dalam mortir yang telah
dipanaskan di atas waterbath pada suhu 75
0
C.
Krim diaduk dengan penambahan air panas,
kemudian diaduk kembali hingga dingin. Tahap
kedua, ekstrak daun Bidara sedikit demi sedikit
ditambahkan dan diaduk sampai terbentuk
massa homogen.

Evaluasi Sifat Fisik Krim daun Bidara
Serangkaian sifat fisik daun Bidara yang
mencakup penampilan fisik, uji daya lekat, uji
daya sebar, dan kemampuan proteksi. Uji
penampilan fisik krim (organoleptis) diamati
dari parameter homogenitas, karakteristik
aroma, dan perubahan warna pada krim.
Homogenitas krim dilakukan dengan cara
meletakkan 500 mg krim diantara dua kaca
objek, kemudian diamati ada/tidaknya partikel
kasar. Karakteristik aroma diuji melalui organ
hidung terhadap aroma yang mendominasi dari
masing-masing formula krim daun Bidara.
Warna krim diuji melalui pengamatan warna
yang terbentuk dari masing-masing formula
krim daun Bidara.
Uji daya lekat krim dilakukan dengan
cara menimbang 500 mg krim diletakkan di
atas gelas objek, kemudiaan gelas objek lain
diletakkan di atas krim dan ditekan dengan
beban 1 kg selama 5 menit. Gelas objek
kemudian dipasang pada alat uji dan
dilepaskan beban seberat 80 gram kemudian
dicatat waktu hingga kedua gelas objek
terlepas (Rahmawati dkk., 2010).
Uji daya sebar krim dilakukan dengan
cara mengambil 500 mg krim dan diletakkan di
tengah kaca. Sementara itu, kaca yang lain
diletakkan di atas krim dan didiamkan selama
1 menit, kemudian diukur diameter penyebaran
krim. Beban selanjutnya ditambah sebesar 50
gram dan didiamkan selama 1 menit, kemudian
dicatat diameter penyebaran krim (Nurlaela
dkk., 2012).
Uji proteksi krim dilakukan dengan cara
mengambil kertas saring ukuran 10 cm x 10 cm

Journal of Health | 59
Journal.gunabangsa.ac.id
yang telah dibasahi dengan fenolftalein dan
dikeringkan. Selanjutnya 500 mg krim
ditimbang dan diletakkan di atas kertas saring
tersebut. Pada kertas saring yang lain,
dibasahi dengan parafin cair dan kertas saring
ditempelkan di atas krim. Sebanyak 3 tetes
KOH diteteskan dan diamati ada/tidaknya noda
pada waktu tertentu (Octaviani dkk., 2019).

Evaluasi Aktivitas Antibakteri
Aktivitas antibakteri krim daun Bidara
diperoleh dengan melakukan uji aktivitas krim
daun Bidara terhadap bakteri
Propionibacterium acnes menggunakan
metode difusi sumuran. Uji dilakukan dengan
cara menanam bakteri pada lempeng agar
yang sesuai, kemudian diletakkan cakram atau
silinder yang sudah ditetesi dengan bahan uji.
Media yang berisi molekul bakteri dan bahan
uji diinkubasi pada suhu 36-37
0
C selama 12-24
jam. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dengan
mengukur diameter zona hambat pertumbuhan
bakteri di sekitar cakram, lubang atau cangkir
agar (Sari dkk., 2017).

Analisis Data
Analisis deskriptif dipergunakan peneliti
untuk menjelaskan data hasil uji sifat fisik
organoleptis (homogenitas, karakteristik
aroma, dan perubahan warna) . Analisis
statistika yakni uji T dipergunakan untuk
menjelaskan data hasil ketiga uji sifat fisik yang
lain yakni daya sebar, daya lekat, kemampuan
proteksi, serta uji aktivitas antibakteri yang
sebelumnya telah dilakukan uji homogenitas
dan normalitas. Bakteri Propionibacterium
acnes yang dipergunakan pada penelitian ini
disertai dengan ethical clearance yang
dikeluarkan oleh Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu, Universitas Gadjah Mada
nomor 652/KEC-LPPT/III/2020.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Serbuk daun Bidara sebanyak 500 g
diekstraksi dengan pelarut etanol 70% 1 liter
selama 3x24 jam. Maserasi merupakan
metode ekstraksi dingin yang banyak
digunakan dan paling sederhana diantara
metode lain Maserasi dilakukan dalam bejana
tertutup dan terhindar dari cahaya matahari
untuk menghindari rusaknya senyawa yang
terkandung dalam daun Bidara. Pada proses
maserasi dilakukan pengadukan secara
berkala dengan tujuan untuk menghindari
mengedapnya serbuk. Serbuk daun Bidara
yang telah dimaserasi kemudian disaring untuk
memisahkan filtrat dan ampasnya. Ampas
serbuk daun Bidara kemudian dimaserasi
kembali (remaserasi) menggunakan etanol
70% sebanyak 1 liter selama 3x24 jam.
Remaserasi bertujuan untuk mendapatkan
senyawa yang lebih banyak karena dengan
adanya pergantian pelarut dengan pelarut
yang baru maka gradient konsentrasi antara
pelarut dan sel berbeda jauh, sehingga
mempermudah penarikan senyawa yang ada
dalam sel (Susanti dkk., 2014). Maserat daun
Bidara selanjutnya dipekatkan menggunakan
waterbath pada suhu 60 oC hingga pelarut
menguap dan terbentuk ekstrak kental. Ekstrak
etanol daun Bidara yang diperoleh pada
penelitian ini 75,847 g dengan nilai rendemen
sebesar 15,17%.
Pembuatan krim pada penelitian ini
menggunakan tipe basis vanishing cream.
Pembuatan krim dilakukan dengan cara fase
minyak (asam stearat) dan fase air
(triethanolamin, gliserin, natrium benzoat, dan
aquadest) masing-masing dipanaskan diatas
penangas air pada suhu 70 oC hingga melebur
sempurna (Rahmawati dkk., 2010). Hal ini
dilakukan agar semua bahan dapat halus dan
saat pencampuran dan didapatkan hasil yang
homogen. Fase air ditambahkan ke dalam fase
minyak, diaduk di atas waterbath kemudian
diangkat sambil diaduk hingga terbentuk
massa krim. Konsentrasi ekstrak etanol daun
Bidara pada penelitian ini yakni 10 %, 12,5 %,
dan 15 % (Elfasyari dkk., 2019). Ekstrak etanol
daun Bidara pada konsentrasi 10%, 12,5% dan

60 | Vol. 8 | No. 2
15% selanjutnya ditambahkan pada masing-
masing basis krim diaduk hingga homogen.

Organoleptis Krim daun Bidara
Uji penampilan sifat fisik krim dilakukan
dengan pengamatan secara visual yang
meliputi aroma, warna, bentuk, dan tekstur
sediaan krim ekstrak daun Bidara (Pranawati
dkk., 2016). Berdasarkan data hasil pengujian
menunjukkan bahwa dari 3 sediaan krim
ekstrak etanol daun Bidara memiliki bentuk
yang berbeda, yakni sediaan dengan
konsentrasi 10 % terlihat lebih encer karena
memiliki kadar air yang cukup banyak,
sedangkan sediaan dengan konsentrasi 12,5
% lebih kental dari sediaan dengan konsentrasi
10 %, dan untuk sediaan dengan konsentrasi
15 % memiliki sifat semi padat. Ketiga sediaan
krim tersebut juga memiliki aroma yang khas
dari simplisia daun Bidara. Krim dengan
kandungan ekstrak etanol daun Bidara 10 %
berwarna hijau kecoklatan, krim dengan
kandungan ekstrak etanol daun Bidara 12,5 %
berwarna hijau tua, dan krim dengan
kandungan ekstrak etanol daun Bidara 15%
berwarna hijau tua lebih pekat.



(a) (b) (c)
Gambar 1 | (a) Krim 10%, (b) Krim 12,5 %, (c) Krim 15 %


Hal itu menunjukkan bahwa semakin
besar konsentrasi ekstrak yang terkandung di
dalam krim maka semakin pekat pula warna
yang dihasilkan. Sementara itu, ketiga krim
ekstrak daun Bidara pada pengujian
homogenitas terbukti homogen. Hal itu
ditunjukkan dengan warna krim yang merata
untuk setiap formula dan tidak ditemukan
partikel dalam krim karena bahan-bahan dalam
krim sudah tercampur dengan baik.

Daya Sebar
Evaluasi daya sebar krim dilakukan
untuk mengetahui luasnya penyebaran krim
pada saat dioleskan di kulit, sehingga dapat
dilihat kemudahan pengolesan sediaan krim ke
kulit. Permukaan penyebaran yang dihasilkan
dengan menaiknya perbedaan ditujukan untuk
menggambarkan karakteristik daya sebar.
Luas permukaan yang dihasilkan berbanding
lurus dengan kenaikan beban yang
ditambahkan, semakin tinggi konsentrasi
ekstrak maka luas area penyebaran pada krim
semakin kecil (Pranawati dkk., 2016). Daya
sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi
semisolid yang sangat nyaman dalam
penggunaan (Dewi, Anita, 2010). Hasil dari uji
daya sebar krim ekstrak etanol daun Bidara
disajikan pada gambar 1.

Journal of Health | 61
Journal.gunabangsa.ac.id


Gambar 2 | Grafik Hubungan Konsentrasi Krim Ekstrak Etanol Daun Bidara dengan Daya Sebar

Berdasarkan data yang diperoleh, hasil
pada pengujian menunjukkan bahwa daya
sebar krim ekstrak etanol daun Bidara pada
konsentrasi 10% sebesar 6,9 mm, konsentrasi
12,5% sebesar 6,8 mm, sedangkan pada
konsentrasi 15% sebesar 6,5 mm dengan
penambahan beban 50 g. Data hasil uji daya
sebar dari basis krim memiliki daya sebar baik
dan dari ketiga konsentrasi krim ekstrak etanol
daun Bidara menunjukkan telah memenuhi
persyaratan daya sebar yang baik yaitu 5-7
mm (Pranawati dkk., 2016).
Daya Lekat
Uji daya lekat bertujuan untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh
sediaan untuk melekat pada kulit, semakin
lama waktu yang dibutuhkan maka semakin
lama daya kerja obat. Daya lekat yang baik
untuk sediaan topikal adalah tidak kurang dari
4 detik (Ulaen dkk., 2012). Hasil dari uji daya
lekat krim ekstrak etanol daun Bidara disajikan
pada gambar 2.



Gambar 3 | Grafik Hubungan Konsentrasi Krim Ekstrak Etanol Daun Bidara dengan Daya Lekat

Pada penelitian ini diperoleh daya lekat
basis krim dan krim ekstrak etanol daun Bidara
pada konsentrasi 10% selama 3 detik,
konsentrasi 12,5 % selama 4 detik, dan
konsentrasi 15 % selama 6 detik. Dari hasil uji
daya lekat tersebut maka dapat dicermati
bahwa krim ekstrak etanol daun Bidara
konsentrasi 15 % menunjukkan daya lekat
yang paling baik daripada konsentrasi 10 %
dan 12,5 %. Hal itu dikarenakan semakin
banyak ekstrak yang ditambahkan
meningkatkan viskositas, sehingga semakin
banyak zat aktif krim yang diabsorbsi oleh kulit.

0
2
4
6
8
tanpa beban beban 50 g
Daya Sebar (mm)
10%12,50%15%
0
2
4
6
8
Daya Lekat (detik)
F1 (10 %)F2 (12,5 %)F3 (15 %)

62 | Vol. 8 | No. 2
Kemampuan Proteksi
Uji kemampuan proteksi bertujuan untuk
mengetahui kemampuan krim melindungi kulit
dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu,
polusi dan sinar matahari (Shovyana &
Zulkarnain, 2013). Pengujian kemampuan
proteksi menggunakan senyawa KOH 0,1 N
yang bersifat basa kuat. KOH 0,1N mewakili
zat yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja
krim terhadap kulit. KOH 0,1 N akan bereaksi
dengan phenolphtalein membentuk warna
merah muda yang berarti krim tidak mampu
memberikan proteksi terhadap pengaruh luar.
Sediaan krim yang baik seharusnya mampu
memberikan proteksi terhadap semua
pengaruh luar yang ditandai dengan tidak
munculnya noda merah pada kertas saring
yang ditetesi dengan KOH 0,1 N
sehingga mengaruhi efektifitas salep tersebut
terhadap kulit tetap terjaga (Pranawati dkk.,
2016). Hasil dari uji kemampuan proteksi krim
ekstrak daun Bidara menunjukkan bahwa krim
ekstrak etanol daun Bidara pada ketiga
konsentrasi tidak menghasilkan warna merah
setelah lebih dari 5 menit pengujian. Dengan
demikian, ketiga krim tersebut menghasilkan
perlindungan yang baik terhadap pengaruh
dari luar.

Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri pada penelitian ini
menggunakan metode difusi sumuran. Sumur
dibuat pada media agar yang telah ditanami
dengan mikroorganisme kemudian diberi agen
antimikroba yang diuji (Anwar, Aan
Yulianingsih, Arwie, 2019). Sumuran yang
dibuat pada media bakteri berukuran ±6 mm,
dengan sampel dan kontrol yang diuji
sebanyak 50 μm/sumuran. Media bakteri yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Nutrient
Agar (NA). Peremajaan bakteri dilakukan
dengan menanam bakteri pada media Nutrient
Agar (NA) yang diinkubasi pada suhu 37 oC
selama 24 jam. Inkubasi dilakukan dengan
tujuan untuk mengkondisikan lingkungan pada
suhu optimum perkembangan bakteri. Hal itu
bertujuan agar bakteri berkembang dengan
baik dan dapat dilakukan pengukuran diameter
zona hambat. Konsentrasi yang digunakan
pada penelitian uji aktivitas antibakteri krim
ekstrak etanol daun Bidara ini adalah 10 %,
12,5 %, dan 15 %. Diameter sumuran yang
digunakan yakni 6 mm/sumuran. Kontrol positif
pada penelitian ini menggunakan
Clindamycin dan kontrol negatif menggunakan
basis salep. Pemilihan Clindamycin sebagai
kontrol positif dikarenakan Clindamycin
memiliki mekanisme kerja yang sama dengan
senyawa saponin yang terkandung dalam daun
Bidara yaitu menghambat sintesis protein pada
bakteri (Handayani dkk., 2013).
Uji aktivitas antibakteri yang dilakukan
dengan metode difusi sumuran, dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali pada setiap
perlakuan bahan uji dan pembanding (kontrol
positif dan kontrol negatif) yang bertujuan
menambah ketepatan hasil dan mengurangi
tingkat kesalahan pada penelitian. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah krim
ekstrak etanol daun Bidara pada konsentrasi
10 %,12,5 %, dan 15 % menunjukkan aktivitas
antibakteri terhadap Propionibacterium acnes.
Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan
terbentuknya diameter zona hambat di sekitar
sumuran. Di sisi lain, krim Clindamycin yang
digunakan sebagai kontrol positif juga
menunjukkan hasil yang sama dengan krim
ekstrak etanol daun Bidara. Berbeda dengan
kontrol negatif yaitu basis krim, tidak
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri. Hal
itu diketahui dengan tidak terbentuknya
diameter zona hambat di sekitar sumuran.
Data diameter zona hambat hasil uji aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun Bidara,
disajikan pada tabel 2.

Journal of Health | 63
Journal.gunabangsa.ac.id
Tabel 2 | Data Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Krim Daun Bidara

Formula Rerata Diameter Zona Hambat (mm)
Vanishing cream 0±0,00
Clindamycin 0,1 % 14,6±0,01
Krim 10% 5,10±0,00
Krim 12,5 % 6,23±0,00
Krim 15 % 7,73±0,00

Berdasarkan data hasil pengujian, dapat
dijelaskan bahwa vanishing cream tidak
membentuk zona hambat. Hal itu ditunjukkan
dengan hasil pengukuran diameter zona
hambat bernilai nol. Sementara itu, krim
clindamycin 0,1% membentuk zona hambat
dengan hasil pengukuran diameter zona
hambat yakni 14,6 mm. Di sisi lain, krim
minyak Cengkeh dengan konsentrasi 10%,
12,5%, dan 15% membentuk zona hambat
dengan hasil pengukuran diameter zona
hambat secara berurutan adalah 5,1 mm; 6,23
mm; dan 7,73 mm. Apabila dicermati hasil
pengukuran diameter zona hambat tersebut,
maka dapat diartikan bahwa krim minyak daun
Bidara konsentrasi 15 % memberikan
diameter zona hambat yang paling besar
dibandingkan krim daun Bidara dengan
konsentrasi 10% dan 12,5 % ataupun dengan
krim Clindamycin. Keseluruhan data yang
diperoleh berdasarkan diameter zona hambat
yang terbentuk, selanjutnya diuji secara
statistik untuk mengetahui adanya perbedaan
yang bermakna pada masing-masing formula.
Sebelumnya dilakukan uji normalitas dan
homogenitas varian untuk menentukan jenis
pengujian statistik yakni parametrik atau non
parametrik.
Berdasarkan uji normalitas data
menggunakan One Sample Shapiro-Wilk
diperoleh nilai signifikansi 0,067 (signifikansi >
0,05) dapat dimaknai bahwa keseluruhan data
hasil pengukuran diameter zona hambat
terdistribusi normal. Hasil analisis varian
menggunakan Levene’s Test diperoleh nilai
signifikansi 0,735 (signifikansi >0,05) dapat
dimaknai bahwa keseluruhan data hasil
pengukuran diameter zona hambat adalah
homogen.
Berdasarkan kedua nilai signifikansi
yang diperoleh dari uji normalitas dan
homogenitas varian menunjukkan bahwa
keseluruhan data hasil pengukuran diameter
zona hambat terdistribusi normal dan
homogen. Dengan demikian peneliti
menggunakan analisis parametrik yakni
Independent Sample T -Test untuk
mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri
pada masing-masing formula. Data hasil uji
Independent Sample T Test diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,002 (signifikansi <0,05)
yang dapat dimaknai bahwa terdapat
perbedaan aktivitas antibakteri pada masing-
masing formula. Di sisi lain, hasil uji aktivitas
antibakteri, vanishing cream tidak
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri
yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya
zona hambat pertumbuhan bakteri. Hal itu
dikarenakan vanishing cream tidak
mengandung senyawa yang mempunyai
aktivitas antibakteri. Sementara itu, pada
perlakuan Clindamycin dan krim daun Bidara
pada konsentrasi 10%, 12,5%, dan 15 %
menunjukkan aktivitas antibakteri. Hasil
pengujian ini sejalan dengan uji aktivitas
antibakteri Bidara (Taufiq, 2015) yang
memberikan hasil bahwa ekstrak etanol
Ziziphus Spina-Christi L. pada konsentrasi 1
% b/v, 3 % b/v, dan 9 % b/v mampu
menghambat pertumbuhan Candida albicans

64 | Vol. 8 | No. 2
dan Escherichia coli. Penelitian ini
menggunakan ekstrak etanol daun Bidara
yang diformulasikan ke dalam sediaan krim
dengan basis vanishing cream. Daun Bidara
mengandung senyawa saponin, tanin, alkaloid
dan flavonoid yang mampu menghambat
aktivitas antibakteri te rhadap
Propionibacterium acnes.
Mekanisme kerja flavonoid sebagai
antimikroba dapat dibagi menjadi 3 yaitu
menghambat sintesis asam nukleat,
menghambat fungsi membran 12 sel, dan
menghambat met abolisme energi.
Mekanisme antibakteri senyawa fenol dalam
membunuh mikroorganisme yaitu dengan
mendenaturasi protein sel. Permeabilitas
dinding sel dan membran sitoplasma yang
terganggu dapat me nyebabkan
ketidakseimbangan makromolekul dan ion
dalam sel, sehingga sel menjadi lisis. Efek
antibakteri tanin melalui reaksi dengan
membran sel, inaktivasi enzim dan inaktivasi
fungsi materi genetik. Mekanisme kerja
saponin sebagai antibakteri yaitu dapat
menyebabkan kebocoran protein dan enzim
dari dalam sel. Sedangkan mekanisme kerja
alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara
mengganggu komponen p enyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh
dan menyebabkan kematian sel tersebut
(Marfu dkk., 2019). Mekanisme kerja
Clindamycin yaitu bekerja dengan cara
mencegah sintesis protein pada bakteri
melalui penghambatan ikatan terhadap
subunit ribosom 50S dan 23S. Mekanisme
tersebut sesuai dengan mekanisme senyawa
flavonoid yang terkandung dalam daun Bidara
selain mekanisme lain yang dimiliki oleh
senyawa saponin, fenol, alkaloid, dan tanin.
Krim daun Bidara konsentrasi 15%
menunjukkan aktivitas antibakteri paling tinggi
dibandingkan krim daun Bidara dengan
konsentrasi 10% dan 12,5 %.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah krim ekstrak etanol daun
Bidara (Ziziphus spina-christi L) pada
konsentrasi 10%, 12,5% dan 15% memiliki
sifat fisik yang baik dilihat dari uji penampilan
fisik/organoleptis, daya lekat, daya sebar dan
kemampuan proteksi. Krim ekstrak etanol
daun Bidara (Ziziphus spina-christi L) pada
konsentrasi 10%, 12,5%, dan 15%
menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap
Propionibacterium acnes ATCC 6919. Krim
ekstrak etanol daun Bidara memiliki aktivitas
antibakteri yang paling baik terhadap
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 15
% yang ditunjukkan dengan terbentuknya
zona hambat yang paling besar yakni
berdiameter 7,73 mm.

APRESIASI
Peneliti mengucapkan terima kasih
kepada Politeknik Kesehatan Adisutjipto yang
telah memberikan kesempatan dan dukungan
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Aan Yulianingsih, Arwie, D. (2019). Uji
Bioaktivitas Ekstrak Daun Bidara
(Ziziphus mauritiana lam.) terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Jurnal Kesehatan Panrita Husada, 4(1),
49–57.

Dewi, Anita, P. (2010). Formulasi Krim Minyak
Atsiri Rimpang Temu Giring (Curcuma
heyneana Val & Zijp):Uji Sifat Fisik dan
Daya Antijamur Terhadap Candida
albicans Secara In Vitro. Majalah Obat
Tradisional, Vol. 15 (2, 56–63.

Elfasyari, T. Y., Putri, L. R., & Wulandari, S.
(2019). Formulasi dan Evaluasi Gel
Antioksidan Ekstrak Daun Bidara (

Journal of Health | 65
Journal.gunabangsa.ac.id
Ziziphus jujuba Mill .) Formulation and
Evaluation of Antioxidant Gel Formulated
from Jujube ( Ziziphus jujuba Mill .)
Leaves Extract. Jurnal Farmasi
Indonesia, 16(02), 278–285.

Faradiba. (2011). Formulasi Salep Ekstrak
Dietil Eter Daging Buah Pare (
Momordica charantia L .) Dengan
Berbagai Variasi Basis. Majalah Farmasi
Dan Farmakologi, 15(1), 40–46.

Handayani, F. W., Muhtadi, A., Farmasi, F.,
Padjadjaran, U., Dara, T., Manis, K., &
Aktif, S. (2013). Review Artikel: Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garnicia mangistana L.) Terhadap
Bakteri Penyebab Jerawat. Farmaka, 4,
1–15.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/ar
ticle/download/5871/4358

Gina Lestari, Ike Suciati, & Herlina. (2020).
Formulasi Sediaan Sabun Cair Dari
Ekstrak Daun Bidara Arab (Ziziphus
Spina-Christi L). Jurnal Ilmiah JOPHUS :
Journal Of Pharmacy UMUS, 1(02), 29–
36. Diambil dari
http://jurnal.umus.ac.id/index.php/jophus
/article/view/135

Marfu, N., Ramadhani, C. A., & Hasanah, A.
M. (2019). Uji Efektivitas Ekstrak Etanol
Daun Bidara ( Ziziphus spina- christi L .)
terhadap Pertumbuhan
Propionibacterium acne. Pharmasipha,
3(1).

Muttaqein. (2013). Pola Kepekaan
Staphylococcus aureus Terhadap
Antibiotik Penisilin Periode Tahun 2008-
2013 di Bandar Lampungle. Skripsi
Fakultas Kesehatan Universitas
Lampung.

Nurlaela, E., Nining, S., & Ikhsanudin, A.
(2012). Optimasi Komposisi Tween 80
dan Span 80 Sebagai Emulgator dalam
Rapelan Minyak Atsiri Daun Sere
(Cymbopogon citratus (DC) Stapf)
Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti Betina
pada BAsis Vanisihing Cream Dengan
Metode Simplex Lattice Design. Jurnal
Ilmu Kefarmasian, 2.

Octaviani, M., Fadhli, H., & Yuneistya, E.
(2019). Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak
Etanol dari Kulit Bawang Merah (Allium
cepa L.) dengan Metode Difusi Cakram.
Pharm Sci Res, 6(1), 62–68.

Pranawati, E., Sugihartini, N., Yuwono, T.,
Farmasi, F., Dahlan, U. A., & Email, C.
(2016). Sifat Fisik dan Daya Iritasi Krim
Tipe A/M Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (
Syzigium aromaticum ) dengan Berbagai
Variasi Konsentrasi. Jurnal Ilmiah
Farmasi, 12(1), 1–7.

Rahmawati, D., Sukmawati, A., & Indrayudha,
P. (2010). Formulasi Krim Minyak Atsiri
Rimpang Temu Giring ( Curcuma
heyneana Val & Zijp ): Uji Sifat Fisik dan
Daya Antijamur Terhadap Candida
albicans In Vitro. Majalah Obat
Tradisional, 15(2), 56–63.
Saragih, D. F., Opod, H., & Pali, C. (2016).
Hubungan tingkat kepercayaan diri dan
jerawat (Acne vulgaris) pada siswa-siswi
kelas XII di SMA Negeri 1 Manado. Jurnal
E-Biomedik, 4(1), 0 –7.
https://doi.org/10.35790/ebm.4.1.2016.1
2137

Sari, R., Muhani, M., & Fajriaty, I. (2017). Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.)
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
dan Proteus mirabilis Antibacterial
Activity of Ethanolic Leaves Extract of

66 | Vol. 8 | No. 2
Agarwood (Aquilaria microcarpa Baill.)
Against Staphyloco. Pharm Sci Res, 4(3),
143–154.

Shovyana, H. H., & Zulkarnain, A. K. (2013).
Physical Stability and Activity of Cream
W/O Etanolik Fruit Extract Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarph (scheff.) Boerl,) as
a Sunscreen. Traditional Medicine
Journal, 18(2), 109 –117.
https://doi.org/10.22146/tradmedj.8041

Susanti, N. M. P., Warditiani, N. K., Laksmiani,
N. P. L., Widjaja, I. N. K., Rismayanti, A.
A. M. I., & Wirasuta, I. M. A. G. (2014).
Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Refluks Terhadap
Rendemen Andrografolid dari Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata
(Burm.f.) Nees). Universitas Udayana,
29–32.

Taufiq. (2015). Efektifitas Efek Antimikroba
Ekstrak Etanol daun Bidara Laut
(Ziziphus mauritiana Lam.) Terhadap
Pertumbuhan Candida albicans dan
Escherichia coli.

Ulaen, S. P. J., Banne, Y., & Suatan, R. A.
(2012). Pembuatan Salep Anti Jerawat
Dari Ekstrak Rimpang Temulawak (
Curcuma xanthorrhiza Roxb .). Jurnal
Ilmiah Farmasi.