KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ATLET DALAM PEMELIHARAAN
HUBUNGAN PADA TIM OLAHRAGA BASKET PON JAWA TENGAH

Topo Adi Saputro,Agus Naryoso, Turnomo Rahardjo
[email protected]

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 746407
Faksimile (024) 746504 Laman: https://fisip.undip.ac.id / Email: [email protected]

ABSTRACT
The condition that occurred was that there was a problem with interpersonal
communication within the Central Java PON men's basketball team. Because there are 5
Central Java PON men's basketball team players who are professional players, of the 15
spots for Central Java PON men's basketball team players, only 10 spots are available in the
team even though in terms of ability there is not much difference between professional players
and amateur players. . The main problem is that in the team, jealousy arises from the players
who are being selected towards the 5 professional athletes who are favored by the coach,
because they are always praised, while the coach is very harsh towards the players who are
being selected, speaks in harsh language and tends to demean the athletes who are being
selected, this reducing their mental health team. This makes athletes who are being selected try
to strengthen communication so that they can provide mutual encouragement to fellow selected
athletes. The aim of this research is to find out about maintaining relationships, the obstacles
in maintaining relationships and the efforts made to overcome obstacles to maintaining
relationships in the Central Java PON basketball team.
This research was carried out using a qualitative descriptive type. The subjects in this
research were athletes from the Central Java PON men's basketball team. Where the
informants in this research were three key informants, namely from team management,
coaches, professional athletes and athletes selected for men's basketball at PON Central
Java. Data collection was carried out by in-depth interviews. Data analysis was carried out
using qualitative data analysis.
Maintaining relationships in the Central Java PON Men's 5x5 basketball sports team is
carried out intimately by building harmonious relationships between coaches and players.
Obstacles in maintaining relationships in the Men's 5x5 PON Central Java basketball team
are personal problems such as boredom because at that time there was a Covid-19 pandemic,
apart from that other personal problems are injury problems, family problems and romantic
problems in individual players as well as a lack of players in socialize with fellow team mates.
Efforts made by coaches to overcome obstacles to maintaining relationships within the Men's
5x5 Basketball Team PON Central Java, especially those related to the lack of development
of players, are by providing additional training according to the players' needs, being given
the opportunity to play well during training, friendly matches and championships as well as
Players are given compensation in the form of rest time so that players can be fit to take part
in the championship.

Keywords: interpersonal communication, relationship maintenance, basketball team

ABSTRAK

Kondisi yang terjadi adalah adanya masalah komunikasi antar pribadi dalam tim bola
basket putra PON Jawa Tengah. Karena adanya 5 pemain tim bola basket putra PON Jawa
Tengah yang merupakan pemain profesional, maka dari 15 spot pemain tim bola basket putra
PON Jawa Tengah, hanya tersedia 10 spot dalam tim walaupun sebenarnya dari sisi
kemampuan tidak terlalu banyak perbedaan antara pemain profesional dan pemain amatir.
Permasalahan utama adalah dalam tim timbul kecemburuan pemain yang sedang diseleksi
terhadap 5 orang atlet profesional yang dianakemaskan oleh pelatih, karena selalu dipuji,
sementara pelatih sangat keras terhadap pemain yang sedang diseleksi, berbicara dengan
bahasa yang kasar dan cenderung merendahkan atlet yang sedang diseleksi sehingga
menurunkan mental tim. Hal ini membuat atlet yang sedang diseleksi berusaha untuk
menguatkan komunikasi sehingga dapat saling memberikan semangat bagi sesama atlet
seleksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai pemeliharaan hubungan,
kendala dalam memelihara hubungan dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala
pemeliharaan hubungan dalam tim olahraga basket PON Jawa Tengah.
Penelitian ini dilaksanakan mempergunakan tipe deskriptif kualitatif. Subjek dalam
penelitian ini adalah atlet tim bola basket putra PON Jawa Tengah. Dimana informan dalam
penelitian ini sendiri dengan tiga informan kunci, yaitu dari pihak manajemen tim, pelatih,
atlet profesional, dan atlet seleksi bola basket putra PON Jawa Tengah. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan analisis data
kualitatif.
Pemeliharaan hubungan pada tim olahraga bola basket 5x5 Putra PON Jawa Tengah
dilakukan secara intim dengan membangun hubungan harmonis antara pelatih dengan
pemain. Kendala dalam memelihara hubungan dalam tim olahraga basket 5x5 Putra PON
Jawa Tengah adalah adanya masalah pribadi seperti kebosanan karena pada saat itu sedang
pandemi Covid-19, selain itu masalah pribadi lain adalah masalah cedera, masalah keluarga
dan masalah asmara dalam individu pemain serta kekurangan pemain dalam bersosialisasi
dengan sesama rekan tim. Upaya yang dilakukan oleh pelatih dalam mengatasi kendala
pemeliharaan hubungan dalam tim Olahraga Basket 5x5 Putra PON Jawa Tengah terutama
yang berkaitan dengan tidak berkembangnya pemain adalah dengan cara memberikan latihan
tambahan yang sesuai dengan kebutuhan pemain, diberikan kesempatan bermain baik saat
latihan, pertandingan persahabatan dan kejuaraan serta pemain diberikan kompensasi berupa
waktu istirahat sehingga pemain bisa bugar dalam mengikuti kejuaraan.

Kata Kunci: komunikasi antar pribadi, pemeliharaan hubungan, dan tim bola basket

1
PENDAHULUAN
Sudah lama diketahui bahwa
olahraga basket memiliki manfaat bagi
kedua pemain dan penonton. Karena
jiwa dan raga manusia, satu sama lain
berpengaruh satu sama lain. Pemain
yang berolahraga, terutama yang
berpartisipasi dalam pertandingan,
tidak dapat menghindari dampak
mental dan emosional yang dihasilkan
oleh olahraga mereka. Olahraga
sekarang dipandang bukan hanya
untuk menyehatkan tubuh tetapi juga
untuk mencapai prestasi (Utami,
2015:53).
Permainan bola basket
semakin digemari oleh masyarakat,
terutama oleh pelajar dan mahasiswa.
Para remaja banyak memperoleh
manfaat dari berpartisipasi dalam
olahraga bola basket ini, terutama
dalam hal pertumbuhan fisik, mental,
dan sosial mereka. Bola basket
dimainkan oleh dua regu, masing-
masing regu terdiri dari lima pemain,
dan setiap regu berusaha mencetak
angka atau memasukkan bola ke
dalam keranjang, menurut PERBASI
(Wibowo et al, 2017:10). Munculnya
klub profesional di negara ini dan atlet
bola basket pelajar di sekolah dan
perguruan tinggi adalah bukti
perkembangan pesat permainan bola
basket saat ini. (Malta, dkk, 2019:11).
Dilakukan turnamen lokal,
nasional, dan internasional serta
turnamen pelajar. Selain itu, bola
basket telah menjadi olahraga yang
modern dan bergengsi di kalangan
remaja karena ada berbagai jenis
permainan bola basket yang
menggabungkan elemen hiburan,
seperti three on three di jalan
(Akhmadi dan Muhammad, 2021:6).
Semakin berkembangnya cabang
olahraga bola basket, hampir setiap
wilayah mulai membentuk akademi
atau pusat pelatihan bola basket.
Akademi atau pusat pelatihan ini
membantu atlet muda yang ingin
meningkatkan dan mengembangkan
bakat non akademik, terutama di
dunia bola basket. Untuk mencapai
tujuan ini, atlet harus berprestasi di
daerah tempat dia berasal.
Permasalahan yang timbul dalam
dunia olah raga adalah adanya
persaingan atau kompetisi yang tidak
sehat dalam dunia olahraga saat ini
terutama dalam permainan yang
membutuhkan seleksi dimana pemain
terpilih melalui faktor like dislike serta
kedekatan koneksi dengan pelatih.
Sebagai contoh, Sutan Zico merasa
aneh dan diperlakukan tidak adil
setelah namanya dihilangkan dari
daftar pemain Timnas Indonesia U-19
yang diproyeksikan untuk Piala AFC
U-19. Zico, seorang striker muda di
Persija Jakarta, termasuk dalam daftar
11 pemain yang dicoret Shin Tae
Yong. Selama ini, Zico telah menjadi
pemain penting di timnas kelompok
umur, tetapi dia mempertanyakan
penilaian pelatih yang terkesan tidak
adil. Zico juga mempertanyakan
alasan tim pelatih mencoret Hamsah
Lestaluhu, yang jelas belum
berpartisipasi dalam latihan bersama.
(CNN Indonesia, 2020). Permasalahan
seleksi pemain seringkali menjadi
kompetisi yang tidak sehat antar
pemain yang menimbulkan
permasalahan dalam hal keyakinan
akan kinerja pelatih, komunikasi
dalam tim maupun dasar
pertimbangan yang digunakan dalam
melakukan pencoretan.
Pekan Olahraga Nasional (PON)

2
adalah acara olahraga nasional di
Indonesia yang bertujuan untuk
menyebarkan olahraga,
mengumpulkan atlet potensial,
meningkatkan kesehatan dan
kebugaran, meningkatkan prestasi
olahraga, memperkuat ikatan nasional,
dan meningkatkan ketahanan nasional.
PON ditinjau dari sudut pandang
prestasi. Ini dapat dianggap sebagai
titik uncak olahraga di negara tersebut,
yang diadakan setiap 4 (empat) tahun
sekali, dan sebagai evaluasi
pembinaan olahraga yang dilakukan di
negara tersebut untuk mencapai
prestasi. Setiap tahun, Jawa Tengah
adalah salah satu daerah yang selalu
mengikuti Pekan Olahraga Nasional.
Meskipun daerah ini selalu berlokasi
di daerah yang berbeda di Indonesia,
Jawa Tengah sering menjadi salah satu
daerah yang meraih medali dalam
cabang bola basket.
PERBASI Jawa Tengah
memiliki kepengurusan yang terdiri
dari ketua umum, ketua harian, dan
beberapa wakil ketua, dengan bantuan
sekretaris umum, bendahara, dan
beberapa ketua bidang, salah satunya
adalah bidang pembinaan prestasi.
Merencanakan prestasi bolabasket di
tingkat lokal, nasional, regional, dan
internasional adalah salah satu tugas
bidang pembinaan prestasi ini.
Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda),
yang merupakan program KONIDA
Jawa Tengah, dirancang untuk
meningkatkan prestasi bolabasket,
khususnya dari sisi olahraganya.
Semua pihak harus bekerja sama
untuk mencapai tujuan program.
Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, pengurus, pembina,
pelatih, dan juga atlet bola basket
harus lebih serius dan meningkatkan
kinerjanya. Untuk mencapai tujuan
prestasi ini, bidang pembinaan prestasi
bekerja sama dengan lembaga pelatih
yang berwenang menyelenggarakan
pelatihan pemusatan daerah. Adanya
pelatda bagi semua cabang olahraga
adalah untuk mempersiapkan diri
untuk kejuaraan, dengan target yang
berbeda untuk masing-masing cabang
olahraga. Ditambah lagi jika acara
tersebut mencakup berbagai acara,
seperti Pekan Olahraga Nasional, yang
merupakan upaya besar KONI Jawa
Tengah untuk mencapai prestasi di
cabang bola basket, khususnya di
cabang bola basket putra. Adanya
optimisme ini adalah karena adanya 5
orang atlet bola basket putra yang
merupakan pemain profesional yang
menyatakan siap membela Jawa
Tengah dalam PON XX/2021 di
Papua. Cabang bola basket adalah olah
raga tim dimana dibutuhkan
komunikasi antar pribadi atlet sehingga
hubungan dalam tim menjadi
harmonis sehingga seluruh anggota
tim dapat bekerja sama dengan baik.
Sikap yang harmonis dalam
permainan bola basket sesama teman
dan saling memberi dan menerima
semua permainan sehingga
pertandingan dapat dimenangkan.
Permasalahan yang timbul dari
kondisi yang terjadi adalah adanya
masalah komunikasi dalam tim bola
basket putra PON Jawa Tengah.
Karena adanya 5 pemain tim bola
basket putra PON Jawa Tengah yang
merupakan pemain profesional, maka
dari 15 spot pemain tim bola basket
putra PON Jawa Tengah, hanya
tersedia 10 spot dalam tim walaupun
sebenarnya dari sisi kemampuan tidak
terlalu banyak perbedaan antara
pemain profesional dan pemain
amatir, sebab saat ini profesional juga

3
tidak bertanding karena adanya
Covid19. Hasil ini menimbulkan
permasalahan tersendiri karena ada 15
orang atlet yang diseleksi untuk
mengisi 10 spot dalam tim sehingga
kompetisi dalam tim menjadi lebih
ketat. Kasus penting contohnya dalam
regu timbul kecemburuan pemeran
yang lagi dipilih kepada 5 orang atlet
handal yang dianakemaskan oleh
instruktur, sebab senantiasa dipuji,
sedangkan instruktur amat keras
kepada pemeran yang lagi dipilih,
berdialog dengan bahasa yang agresif
serta mengarah mengurangkan atlet
yang sedang dipilih alhasil
merendahkan psikologis regu. Perihal
ini membuat atlet yang sedang dipilih
berupaya buat memantapkan
komunikasi alhasil bisa silih
membagikan antusias untuk sesama
atlet pemilahan. Permasalahan utama
adalah dalam tim timbul kecemburuan
pemain yang sedang diseleksi
terhadap 5 orang atlet profesional
yang dianakemaskan oleh pelatih,
karena selalu dipuji, sementara pelatih
sangat keras terhadap pemain yang
sedang diseleksi, berbicara dengan
bahasa yang kasar dan cenderung
merendahkan atlet yang sedang
diseleksi sehingga menurunkan mental
tim. Hal ini membuat atlet yang
sedang diseleksi berusaha untuk
menguatkan komunikasi sehingga
dapat saling memberikan semangat
bagi sesama atlet seleksi. Penampilan
atlet dalam kompetisi sangat
memengaruhi prestasi olahraga.
Menurut Harsono (dalam Gunarsa,
2000), aspek mental mempengaruhi
80% penampilan puncak seorang atlet,
dan hanya 20% dipengaruhi oleh
aspek lainnya. Oleh karena itu, aspek
mental harus dikelola secara sistematis
dan sengaja. Akan tetapi, aspek fisik
atlet telah dipelajari dan diteliti lebih
banyak di Indonesia daripada aspek
psikologis (Mukhtarsyaf et al.,
2022:71).
Atlet melihat hubungan intim
sebagai motivasi untuk berprestasi,
sedangkan pelatih melihat hubungan
intim sebagai penghalang bagi karier
dan pencapaian atlet (Aulia, 2021:4).
Namun hal ini juga membawa masalah
tersendiri dimana karena memandang
kedekatan dan persahabatan yang
dekat antar atlet tersebut maka
sesama atlet terbuka untuk bercerita
mengenai apapun kepada atlet lain,
seperti mengenai perasaannya dalam
seleksi, perasaan terhadap pelatih dan
manajer. Adanya hal pribadi yang
bocor ke atlet lain terkadang dijadikan
senjata oleh atlet lain untuk melempar
fitnah dan juga melaporkan kepada
pelatih, yang membuat pemain yang
dituduh menjadi dicoret dari tim
ataupun mendapatkan hukuman yang
berat. Adanya kejadian tersebut
membuat atlet menjadi sedikit
tertutup dan menjadi lebih curiga
kepada teman-temannya yang
menyebabkan suasana training camp
menjadi kurang kondusif.
Contoh lainnya adalah terdapat
pemain yang diperlakukan secara
istimewa yaitu pemain yang berasal
dari klub profesional serta memiliki
kedekatan khusus dengan pelatih,
pemain tersebut mendapatkan
perlakuan khusus dan lebih dipercaya
walaupun baru berlatih dalam waktu
singkat dibandingkan dengan pemain
yang telah menjalani training center
lebih dari 2 tahun. Pemain lain ada
juga yang mengerti karena pelatih
yang memiliki keputusan dalam
pemilihan pemain maka pemain
tersebut mencoba mencari muka

4
kepada pelatih dengan cara memfitnah
pemain lain, menjelek-jelekkan teman
supaya dirinya memiliki kesempatan
untuk terpilih. Permasalahan lain yang
dialami oleh atlet yang sedang
mengalami seleksi adalah perlakuan
yang sombong dari atlet profesional.
Atlet profesional menganggap dirinya
lebih baik daripada atlet lokal
sehingga cenderung sombong,
dominan, merendahkan atlet seleksi
dan juga mengkritik tanpa dasar.
Sesama atlet profesional memilih
untuk memisahkan diri dengan atlet
lokal yang sedang diseleksi dan juga
membentuk kelompok untuk bermain
sendiri. Ketika terjadi konflik saat
latihan, misalnya masalah foul yang
dilakukan saat latih tanding, pelatih
selalu membela atlet profesional sebab
merasa bahwa atlet profesional lebih
kompeten. Hal ini menimbulkan
permasalahan baru yaitu saling
menyalahkan saat bertanding.
Disparitas antar atlet yang
terjadi bukan hanya dari sisi status
dalam tim, namun juga mengenai
status sosialnya. Ada pemain yang
berasal dari keluarga dengan
kehidupan sosial tinggi dan
berkecukupan, pemain tersebut
memiliki kedekatan secara khusus
dengan pelatih, dan sering mengajak
makan pelatih. Pelatih dalam hal ini
selalu berpihak pada pemain dengan
status sosial tinggi tersebut yang
memberikan keuntungan material
kepada pelatih. Hal ini dirasakan tidak
adil oleh pemain lain yang juga
memiliki kemampuan namun tidak
mampu untuk mentraktir pelatih.
Selain itu adanya gaji yang tidak
sampai sepenuhnya ke tangan pemain,
dimana pemain hanya selalu disuruh
untuk tanda tangan saja tanpa
menerima jumlah yang sesuai dan
tanpa adanya komunikasi, bahkan
selalu dikata-katai dengan bahasa yang
kasar ketika ditanyakan, juga
membuat pemain menjadi semakin
tidak termotivasi. Aulia (2021:4)
membedakan konflik menjadi dua
kategori: intrapersonal (konflik
intrapersonal) dan interpersonal
(konflik interpersonal). Konflik
interpersonal adalah konflik yang
terjadi antara individu dan kelompok
di setiap lingkungan sosial, seperti
keluarga, kelompok teman sebaya,
sekolah, masyarakat, dan negara.
Konflik ini dapat terjadi baik antar
individu maupun antar
kelompok.Seleksi pemain dan kinerja
akan dipengaruhi oleh konflik ini.
Komunikasi yang kurang
kondusif antar atlet ini juga
menyinggung hingga kehidupan
pribadi atlet dimana ada atlet yang
suka mencampuri kehidupan atlet lain,
seperti merebut pacar atlet lain,
menyebabkan terjadinya cinta segitiga
yang berujung pada pertengkaran dan
perselisihan antar atlet sehinngga
banyak kata-kata kasar dan kotor yang
diungkapkan dan menyebabkan
keributan yang terbawa ketika
bertanding. Hal ini menyebabkan atlet
menjadi tidak mau terlalu panjang
ketika berinteraksi, frekuensi untuk
terbuka dengan sesama atlet menjadi
menurun, sehingga antar atlet tim bola
basket putra PON Jawa Tengah
menjadi saling tidak memahami. Hal
ini sangat kontras dimana dalam dunia
olahraga, khususnya olahraga tim,
komunikasi mempunyai arti penting
demi tercapainya prestasi suatu tim.
Salah satunya adalah olahraga bola
basket. Komunikasi antar diri pribadi
baik dalam bentuk verbal maupun

5
nonverbal mempunyai peranan yang
sangat penting dalam
mengembangkan kualitas permainan
dalam olahraga bola basket.
Komunikasi perlu dibangun dalam
tim olahraga bola basket PON Jawa
Tengah untuk memelihara hubungan
anggota tim basket sehingga dapat
bekerja sama dalam meraih
kemenangan.

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan :
a. Untuk mengetahui mengenai
pemeliharaan hubungan dalam
tim olahraga basket PON Jawa
Tengah.
b. Untuk mengetahui kendala
dalam memelihara hubungan
dalam tim olahraga basket PON
Jawa Tengah.
c. Untuk mengetahui upaya yang
dilakukan dalam mengatasi
kendala pemeliharaan hubungan
dalam tim olahraga basket PON
Jawa Tengah.

KERANGKA PEMIKIRAN
State of The Art
Penelitian pertama ialah
kajian yang dilakukan oleh Sholihah
dan Pudjijuniarto (2021) yang meneliti
mengenai komunikasi interpersonal
pelatih yang dapat membuat atlet
merasa termotivasi dalam berprestasi.
Sikap pelatih yang terbuka dan positif
terbukti dalam komunikasi
interpersonal, termasuk memberi tahu
atlet kelemahan dan kelebihan mereka
secara jujur. Dengan cara ini, masalah
dapat diidentifikasi dan diselesaikan
secara bersamaan, sehingga dapat
meningkatkan keinginan untuk
melakukan hal-hal sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dan
mencapai peningkatan yang signifikan
dalam desain, pelaksanaan, dan
penilaian penerapan gaya komunikasi
yang mendukung. Pelatih dapat
menemukan cara untuk berbicara
dengan orang lain dengan cara yang
lebih mendukung daripada yang
membatasi. Gaya komunikasi yang
mendukung dapat meningkatkan
pengalaman yang lebih memuaskan
dan mengurangi risiko frustasi bagi
atlet, siswa, dan kebutuhan olahraga.
Perubahan ini dapat menghasilkan
keuntungan dalam hal keterlibatan,
pembelajaran, keterampilan, kinerja,
dan kesehatan. Kesimpulannya,
penerapan gaya komunikasi yang
mendukung adalah upaya yang
menjanjikan untuk meningkatkan
keterlibatan individu dalam olahraga,
aktivitas fisik, dan kesehatan Resolusi
konflik dengan kerangka Alternative
Dispute Resolution (ADR) yang
dirancang untuk memfasilitasi
pertemuan pelatih dan pemain berguna
untuk memuluskan komunikasi
interpersonal.
Penelitian kedua dengan judul
“Komunikasi dengan Prestasi Atlet”
yang disusun oleh Faisal dkk (2018).
Beberapa aspek komunikasi yang telah
ditunjukkan dapat mempengaruhi
prestasi atlet bulu tangkis, yaitu
content (pesan komunikasi) dimensi
berdasarkan data penelitian
mempunyai pengaruh yang tinggi;
kolaborasi dimensi berdasarkan data
penelitian komunikasi pelatih terhadap
dimensi ini mempunyai pengaruh yang
rendah; critical thinking dimensi
berdasarkan data penelitian
komunikasi pelatih terhadap dimensi
ini mempunyai pengaruh yang sedang;
dan dimensi kedua dimensi
berdasarkan data penelitian
komunikasi pelatih terhadap dimensi

6
ini mempunyai pengaruh yang Pelatih
harus dapat mempengaruhi prestasi
atlet bulutangkis SMP 116 Ragunan di
kejuaraan Djarum Sirkuit Nasional
2017 melalui keempat dimensi
tersebut.
Penelitian ketiga ialah
penelitian yang dilakukan oleh Aprilia
dkk (2018) dengan judul “Efektivitas
Komunikasi Antar Pribadi terhadap
Tingkat Keberhasilan Defense pada
Tim Putri Bola Basket Universitas
Negeri Jakarta Pada Kejuaraan
Mahasiswa Campus League DKI
Jakarta”. Dalam situasi pertandingan
bola basket, sebuah tim harus
menggunakan jenis pertahanan terbaik
yang dapat memanfaatkan seluruh
kemampuan pemain mereka dan
beradaptasi dengan karakteristik
lawan. Pertahanan terdiri dari berbagai
bagian pertahanan yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencegah
serangan lawan dan mengurangi
jumlah penyerangan tim lawan.
Setelah tim melakukan tembakan
bebas (free throw), pertahanan
menekan dapat sangat berguna.
Namun, dalam permainan bola basket,
pertahanan sangat penting karena
pertahanan yang kuat mencegah lawan
mencetak angka ke dalam pertahanan
kita. Mengganti pertahanan akan
membuat lawan kehilangan
keseimbangan dan membuatnya
semakin sulit mencetak angka. Sistem
pertahanan "zona 1-2-2" paling sering
digunakan karena dapat berubah
secara otomatis ke pertahanan man-to-
man. Dikarenakan banyak celah di
pertahanan ini, perubahan dari bentuk
awalnya akan sangat dipengaruhi oleh
kreativitas pelatih dan tentunya
keinginan pelatih masing-masing tim
untuk menyesuaikan diri dengan
karakteristik timnya sendiri. Jadi,
keberhasilan pertahanan tim bola
basket putri UNJ didukung oleh
komunikasi interpersonal.
Dari penelitian-penelitian yang
menjadi rujukan, penelitian ini
menjadi berbeda terlihat dari objek
yang diteliti, yaitu meneliti
komunikasi interpersonal antara
sesama atlet dan pelatih dengan atlet.
Yang kedua ialah pada penelitian ini,
peneliti mempergunakan teori resolusi
konflik berdasar pandangan Levine dan
Fisher, teori analisa proses interaksi
menurut Robert Bales dan bona fide
group theory menurut Linda Putnam
dan Cynthia Stohl.
Teori Pemeliharaan Hubungan
Menurut Canary dan Stafford
(Sanjaya et al, 2017:241), ada lima
jenis pemeliharaan hubungan, atau
pemeliharaan hubungan, yang paling
efektif untuk hubungan jangka
panjang. Positif (positif), terbuka
(terbuka), jaminan (jaminan), jaringan,
dan berbagi tugas Kelima ide ini dapat
dibagi menjadi lima kategori:
a. Sikap Positif (Positivity)
Sikap yang riang, percakapan
yang sopan, menghindari kritik,
dan membuat pasangan merasa
nyaman dalam hubungan mereka
menunjukkan sikap positif. Sikap
positif tentunya terkait dengan
menjaga kualitas hubungan dan
mempertahankan rasa suka satu
sama lain.
b. Keterbukaan (Opennes)
Dalam konteks ini, konsep
keterbukaan dikaitkan dengan
teori Jendela Johari. Tumbuhnya
rasa percaya satu sama lain
dipengaruhi oleh keterbukaan.
Keterbukaan dapat mengurangi
perasaan curiga dan menyebabkan
hubungan menjadi tidak

7
harmonis.
c. Jaminan (Assurances)
Adanya jaminan tentang
bagaimana suatu hubungan akan
berjalan di masa depan pasti
menunjukkan bahwa suatu
komitmen telah dibuat.
d. Memiliki Jaringan (Networks)
Jaringan ini membantu
membangun relasi, lingkaran
pertemanan, dan keluarga yang
baik, yang membantu
membangun hubungan yang kuat
dan abadi.
e. Pembagian Tugas (Sharing Tasks)
Hubungan menjadi lebih baik
ketika setiap orang berbagi tugas
sehari-hari, yang mencegah
ketidakadilan dan ketimpangan.
Menurut Dindia dan Canary,
ada empat definisi umum dari
perawatan hubungan. Pertama,
perawatan hubungan digunakan untuk
mempertahankan hubungan yang ada.
Kedua, perawatan hubungan
digunakan untuk mempertahankan
hubungan dalam situasi dan kondisi
tertentu atau tingkat intimidasi
tertentu. Terakhir, perawatan
hubungan digunakan untuk
mempertahankan hubungan dalam
kondisi yang memuaskan.
Tak hanya itu saja, teori ini
juga menjelaskan bahwa hasil dari
interaksi di antara satu kelompok
dengan lainnya dapat berakhir dengan
munculnya kerjasama atau bisa juga
menghasilkan konflik. Maka sangat
penting untuk memikirkan strategi
komunikasi agar kerjasama menjadi
tumbuh di antara kelompok yang ada,
dan yang terjadi bukan sebaliknya.
Hal ini perlu didukung dengan
pentingnya kesadaran di antara dua
atau lebih kelompok yang ada untuk
mengerti dan memahami kebutuhan
kelompok yang lain seperti adanya
dua kelompok di tim bola basket putra
PON Jawa Tengah yaitu kubu pemain
profesional dan kubu pemain lokal.
Komunikasi Antar Pribadi De Vito
Joseph DeVito (2015: 4)
mendefinisikan komunikasi
antarpribadi sebagai "proses
pengiriman dan penerimaan pesan—
pesan antar dua orang, atau di
sekelompok kecil orang, dengan
beberapa efek atau umpan balik
seketika." Komunikasi interpersonal
dibagi menjadi dua jenis:
Komunikasi diadik (Dyadic
Communication) dan komunikasi
kelompok kecil (Small Group
Communication). Komunikasi diadik
terjadi antara dua orang secara tatap
muka dan dapat berbentuk seperti
percakapan, diskusi, dan wawancara.
Komunikasi kelompok kecil terjadi
antara tiga orang atau lebih secara
tatap muka. Komunikasi tatap muka,
juga dikenal sebagai komunikasi
interpersonal, memiliki pengaruh yang
paling besar dibandingkan dengan
komunikasi massa karena terjadi
langsung, melibatkan umpan balik
segera dan terdiri dari hanya dua orang
atau lebih.
Sebagai komunikasi tatap
muka, tujuan komunikasi
interpersonal adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemahaman
tentang dunia luar, termasuk
berbagai objek, peristiwa, dan
orang lain;
b. Menjaga hubungan dan
menumbuhkan kedekatan atau
keakraban;
c. Mengubah sikap dan perilaku
orang lain;
d. Bersenang-senang atau bermain.
Pendekatan humanistis untuk

8
efektifitas antarpribadi kadang-kadang
disebut sebagai "pendekatan lunak".
Lima kualitas umum yang
dipertimbangkan adalah sebagai
berikut:
a. Keterbukaan, mengacu pada
setidaknya tiga aspek komunikasi
antarpribadi. Pertama,
komunikator antarpribadi yang
efektif harus terbuka kepada
orang yang diajaknya
berinteraksi. Kedua, ini berarti
komunikator harus siap untuk
bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang muncul. Ketiga
berkaitan dengan kepemilikan
perasaan dan pikiran. Dalam hal
ini, menjadi terbuka berarti
mengakui bahwa Anda memiliki
dan bertanggung jawab atas
perasaan dan pikiran yang anda
lontarkan.
b. Empati (empathy)
Kemampuan seseorang untuk
memahami apa yang dialami orang
lain pada saat tertentu dari
perspektif dan kacamata orang
lain. Berempati berarti berada di
kapal yang sama dan mengalami
perasaan yang sama. Orang yang
empatik dapat memahami apa
yang mendorong orang lain untuk
melakukan sesuatu, pengalaman
mereka, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan
keinginan mereka untuk masa
mendatang.
c. Sikap mendukung
(supportiveness)
Hubungan yang efektif dengan
orang lain terjadi ketika ada
sikap mendukung. Dalam situasi
yang tidak mendukung, tidak
mungkin terjadi komunikasi yang
terbuka dan empatik. Kita
menunjukkan sikap mendukung
dengan bertindak (1) deskriptif
bukan evaluatif, yang membantu
membangun sikap mendukung,
(2) spontan, yang membantu
menciptakan suasana mendukung,
dan (3) provisionalisme, yang
berarti bersikap tentative dan
berpikiran terbuka, bersedia
mendengar pendapat yang
berbeda dan bersedia mengubah
posisi jika diperlukan.
d. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap
positif dalam komunikasi dengan
dua cara: (1) menunjukkan sikap
positif dan (2) mendorong orang
yang menjadi teman kita untuk
berinteraksi. Sikap positif
mengacu pada dua aspek
komunikasi antarpribadi:
pertama, komunikasi antarpribadi
terbina jika orang memiliki sifat
positif dari diri mereka sendiri, dan
kedua, perasaan positif untuk
situasi komunikasi pada
umumnya sangat penting untuk
badan perilaku yang mendorong
untuk menghargai keberadaan
orang lain dan pentingnya orang
lain juga menyebabkan sikap
positif.
e. Kesetaraan (equality)
Dalam suatu hubungan
antarpribadi yang ditandai oleh
kesetaraan, ketidaksepakatan dan
perselisihan lebih dipandang
sebagai upaya untuk
mengidentifikasi perbedaan.
Kesetaraan tidak mengharuskan
kita menerima dan menyetujui
semua perilaku verbal dan
nonverbal orang lain; sebaliknya,
kesetaraan berarti kita menerima
orang lain. Dalam istilah Carls
Rogers, kesetaraan berarti kita
memberikan penghargaan positif

9
tak bersyarat kepada orang lain.
Karena fakta bahwa manusia
adalah makhluk sosial, mereka
berkomunikasi satu sama lain. Manusia
tidak dapat hidup sendiri; mereka
harus memiliki orang lain di sekitar
mereka. Kehidupan sehari-hari
menunjukkan kecenderungan ini, yang
menunjukkan bahwa setiap tindakan
manusia selalu berhubungan dengan
orang lain. Sebagai makhluk sosial,
manusia selalu ingin berbicara,
bertukar ide, mengirim dan menerima
data, berbagi pengalaman, bekerja
sama untuk memenuhi kebutuhan, dan
banyak lagi. Semua keinginan ini
hanya dapat dicapai melalui interaksi
dengan orang lain dalam sistem sosial
tertentu.
Teori Analisa Proses Interaksi
(Interaction Process Analysis)
Teori ini berfokus pada
komunikasi antar kelompok, yang
menunjukkan adanya proses koneksi,
saling terhubung, atau percakapan.
Proses ini selalu berubah dalam upaya
untuk membuat dan memahami
kelompok yang relevan. Teori ini
biasanya berfokus pada kelompok
kecil.
Mead (Umiarso dan
Elbandiansyah, 2014:63) menyatakan
bahwa simbol dalam lingkaran ini
berfungsi sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan pesan yang ingin
disampaikan oleh aktor. Dalam
komunikasi, memahami simbol adalah
bagian dari penafsiran. Seperti yang
ditunjukkan oleh salah satu hipotesis
yang dikembangkan oleh hermenutik,
pemahaman adalah dasarnya hidup
manusia, dan karena manusia
melakukan penafsiran, baik secara
sadar maupun tidak sadar, setiap
pemahaman yang mungkin dimiliki
manusia tentang hidup.
Cara masyarakat manusia
memahami dunia dan dirinya sangat
terkait satu sama lain. Mead
menganggap pikiran dan diri sebagai
komponen perilaku manusia,
khususnya interaksi dengan orang lain.
Dia belajar tentang dirinya sendiri dan
dunia melalui interaksi tersebut.
Menurut Mead, pikiran (mind) dan diri
(self) berasal dari masyarakat (society)
atau aksi sosial. Mental adalah proses
berpikir tentang keadaan dan
menggunakan pemikiran simbolik
untuk merencanakan tindakan
terhadap sesuatu. Menurut Mead,
pikiran atau minda muncul bersamaan
dengan proses komunikasi, yang
mencakup bahasa dan gerakan tubuh.
Pikiran muncul dan berkembang
dalam proses sosial dan merupakan
bagian dari proses sosial (Pratiwi et
al., 2022:23).
Self atau diri adalah ciri khas
manusia karena dapat merespon
kepada diri sendiri sebagai objek. Diri
adalah kemampuan untuk menerima
diri sendiri sebagai objek dari
perspektif orang lain atau masyarakat.
Diri muncul dan berkembang melalui
aktivitas intraksi sosial, dan bahasa
memungkinkan orang berperan dalam
percakapan dengan orang lain karena
adanya simbol (Pratiwi et al.,
2022:23). Setiap orang berinteraksi
satu sama lain melalui penggunaan
bahasa atau isyarat, serta proses sosial
yang ada di masyarakat. Secara umum,
masyarakat dilihat sebagai proses
sosial yang mendahului pikiran dan
diri sendiri. Namun, yang paling
penting adalah bahwa masyarakat ada
dalam diri setiap individu, dimana
terjadi interaksi dan orang lain
(Santoso et al., 2018:3).
Karena teori ini berusaha
memahami perilaku manusia dari

10
sudut pandang subjektif, yang oleh
Herbert Blumer disebut sebagai
mengkonseptualisasikan manusia
sebagai pencipta atau pembentuk
kembali lingkungannya, perspektif
teori interaksi simbolik ini
mengisyaratkan bahwa perilaku
manusia harus dilihat sebagai proses
yang memungkinkan manusia
membentuk dan menciptakan
perilakunya dengan
mempertimbangkan keadaan realitas
sosial. Herbert juga menyatakan
bahwa komponen perspektif interaksi
simbolik termasuk berpikir, konsep
diri, interaksi sosial, dan dunia sosial
(Blumer dalam Santoso et al., 2018:3).
Teori ini diperlukan untuk melihat
bagaimana setiap pemain dalam tim
bola basket dapat berinteraksi satu
sama lain dan menghasilkan perilaku
komunikasi yang dominan dan sehat
dalam kelompok tim. Sulit untuk
menghadapi ancaman dari luar jika
tim tidak bersatu.

METODE PENELITIAN
Tipe Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
mempergunakan tipe deskriptif
kualitatif. Penelitian bersifat deskriptif
karena penelitian ini menggambarkan/
mendeskripsikan komunikasi antar
pribadi antara pemain dan pelatih tim
bola basket putra PON Jawa Tengah
dan menjelaskan bagaimana
penguatan komunikasi dapat
memelihara hubungan antar pemain
sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan meraih medali emas.
Situs Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis
individu atlet dalam jalinan
komunikasi antar pribadi antara
pemain dan pelatih tim bola basket
putra PON Jawa Tengah dengan
lingkup penelitian berada Kota
Semarang.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
atlet tim bola basket putra PON Jawa
Tengah. Di mana informan dalam
penelitian ini sendiri dengan tiga
informan kunci, yaitu dari pihak
manajemen tim, pelatih, atlet
profesional dan atlet seleksi bola
basket putra PON Jawa Tengah.
Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yang digunakan ialah
data yang didapat langsung dari
narasumber yang memiliki
pengetahuan mendalam tentang
topik permasalahan penelitian. Di
mana topik yang diangkat ialah
mengenai fenomena komunikasi
antar pribadi pada tim bola basket
putra PON Jawa Tengah.
b. Data Sekunder
Penulis memperoleh data
sekunder melalui studi
kepustakaan, baik dengan melihat
dokumen-dokumen, data-data
yang berasal dari internet maupun
berasal dari buku atau jurnal yang
masih berkorelasi dengan topik
permasalahan yang dikaji.
Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, wawancara
mendalam—juga dikenal sebagai
"wawancara mendalam"—adalah
metode pengumpulan data yang mirip
dengan survei, yang memungkinkan
pewawancara mengajukan pertanyaan
kepada orang yang diwawancarai
untuk mendapatkan informasi tentang
topik penelitian (Sugiyono, 2020:26).
Namun wawancara mendalam berbeda
dengan survei, wawancara mendalam
memberikan kesempatan kepada
partisipan (narasumber) sebagai
penyedia informasi untuk dapat

11
berkolaborasi dengan pewawancara
dalam menyelidiki topik secara lebih
mendalam.
Peneliti sendiri juga
melakukan studi dokumentasi, yaitu
dengan mencari tahu dan belajar dari
sumber tertulis yang berbentuk
laporan penelitian, jurnal, artikel
dalam media massa guna menjadi
pelengkap sumber penelitian.
Analisis Data
Analisis data adalah proses
pencarian dan penyusunan data
dengan cara yang sistematis.
Dimungkinkan untuk melakukan
analisis data dari perspektif
intersubyektif antara peneliti dan
partisipan dengan menggunakan data
yang diperoleh dari wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi;
kemudian, data diklasifikasikan ke
dalam kategori, dibagi ke dalam
berbagai unit, dilakukan sintesa, diatur
ke dalam pola dengan menentukan
mana yang penting dan akan dikaji,
dan menarik kesimpulan agar peneliti
sendiri dan orang lain dapat dengan
mudah memahaminya.
Kedua, reduksi dan eliminasi
ekspresi mengacu pada pertanyaan
apakah ekspresi tersebut merupakan
bagian penting dari pengalaman
peserta atau apakah mereka dapat
dikelompokkan menurut tema dan
kategori. Pengulangan, tumpang
tindih, dan ekspresi yang tidak jelas
dibuang dan direduksi. Setelah itu,
ekspresi-ekspresi signifikan diberi
nama dan tema.
Ketiga, membuat klaster dan
menulis tema terhadap ekspresi—
ekspresi yang konsisten dan konsisten.
Tema utama dalam pengalaman hidup
partisipan adalah klasifikasi dan
labeling ekspresi- ekspresi tersebut
(Moleong, 2015: 19).
Keempat, validasi dan labeling
ucapan dan tema dilakukan. Ini
dilakukan dengan dua cara: (1) apakah
ucapan tersebut tertulis secara
eksplisit dalam transkrip wawancara
atau catatan harian peserta; dan (2)
jika ucapan tersebut tidak tertulis,
ucapan tersebut "bekerja sama tanpa
konflik". Ekspresi-ekspresi tersebut
dibuang jika tidak sesuai dan jelas
dengan pengalaman hidup partisipan.
Kelima, membuat Deskripsi
Teks Individu (ITD). ITD dibuat
dengan menampilkan ekspresi-
ekspresi yang tervalidasi sesuai
dengan temanya, dilengkapi dengan
kutipan verbatim dari catatan harian
atau hasil wawancara peserta.
Kualitas Penelitian
Validitas penelitian kualitatif
dinilai. Peneliti menggunakan metode
triangulasi untuk memverifikasi
keabsahan data. Moleong menyatakan
bahwa triangulasi merupakan
pendekatan yang menggunakan
metode tambahan untuk
memverifikasi keabsahan data. Selain
data itu, digunakan untuk memeriksa
atau membandingkannya dengan data
itu (Gora, 2019: 401). Bisa juga
dikatakan bahwa peneliti dapat
mengubah hasil mereka dengan
membandingkannya dengan berbagai
sumber, teknik, dan teori.
Untuk menguji kredibilitas
data, metode triangulasi digunakan.
Triangulasi dengan sumber dilakukan
dengan membandingkan jawaban dari
beberapa sumber dengan
menggunakan pertanyaan dalam
konteks yang sama untuk memastikan
konsistensi, konfirmasi, dan kesamaan
jawaban dari subjek penelitian
(Moleong, 2015). Triangulasi dengan
sumber dapat dilakukan dengan
membandingkan data dokumentasi

12
dengan data hasil wawancara dan
membandingkan keadaannya
(Moleong, 2015).
HASIL PENELITIAN
Pemeliharaan Hubungan Dalam
Tim Olahraga Basket 5x5 Putra
PON Jawa Tengah
Pemeliharaan hubungan pada
tim olahraga bola basket 5x5 Putra
PON Jawa Tengah dilakukan secara
intim dengan membangun hubungan
harmonis. Staf pelatih dan manajer
menyatakan perlakukan pelatih baik,
karena mengajak mengobrol, namun
terkadang ada salah pengertian antara
pelatih dan pemain. Hal tersebut juga
sesuai dengan keterangan dari pemain,
yang sebagian menyatakan ada
perlakuan pelatih yang kurang baik
kepada pemain, namun ada yang
menyatakan tidak ada perlakuan
pelatih yang kurang baik kepada
pemain. Tidak ada perlakuan khusus
coach terhadap pemain, coach bisa
mendekati pemain secara personal
untuk mengetahui karakter pemain
sehingga hubungan bisa berlangsung
secara baik. Peran coach dalam
menjaga hubungan antar atllit cukup
baik, untuk perlakuan terhadap
pemain sama semua tidak ada
perlakuan yang berbeda.
Selain perlakuan pelatih
kepada pemain, pemeliharaan
hubungan juga dilihat dari perhatian
kesejahteraan hubungan antara pemain
dan pelatih. Hal ini juga oleh sebagian
pemain menyatakan bahwa manajer
dan pelatih memperhatikan
kesejahteraan pemain, namun ada
pemain yang menyatakan kurangnya
perhatian dari pelatih terhadap
kesejahteraan pemain. Manajemen
selalu memperhatikan kesejahteraan
hubungan dari pemain dan pelatih.
Hasil ini kembali menunjukkan
adanya perbedaan sikap antara pemain
dengan pelatih dimana dari
manajemen dan sebagian pemain
menyatakan manajer dan pelatih
memperhatikan kesejahteraan pemain
namun pemain lain menyatakan
manajemen kurang memperhatikan
kesejahteraan pemain. Peran manajer
dalam tim cukup komunikatif dengan
melakukan kunjungan saat latihan,
mengenai sikap perbedaan antara
manajer dengan pemain tidak ada
yang berbeda.
Pelatih dan manajer
menyatakan berkomunikasi dengan
pemain untuk memotivasi antara lain
dengan menyampaikan hal-hal yang
positif yang dapat memberikan
masukan dan saran kepada pemain.
Hal tersebut sesuai dengan sikap
pemain yang menyatakan bahwa
pelatih dapat memotivasi pemain
dengan kata-kata mutiara yang positif
yang membawa semangat serta
merencanakan strategi untuk
pertandingan selanjutnya. Ketika
target tidak tercapai memang pada
saat itu saling menyalah kan dan
menyesal, namun ketika event sudah
selesai hubungan masih terjalin, masih
ada kontak yang terjalin antar pemain
dan coach. Tim bolabasket PON Jawa
Tengah tidak mencapai hasil yang
memuaskan, dari hasil ini ada pemain
yang merasa cukup kecewa namun
karena tim ini sudah dibentuk cukup
lama masa persiapannya maka
hubungan yang dibentuk pun menjadi
suatu kekuatan yang solid untuk saling
memberikan support system.
Pemain termotivasi untuk
meraih gelar juara, yang disebabkan
karena bonus yang besar, adanya
perasaan tidak mau kalah dengan tim
lain, adanya prestasi dan penghargaan,
serta adanya kesempatan yang tidak

13
datang dua kali untuk membuat
bangga provinsi Jawa Tengah, orang
tua serta diri atlet sendiri. Hal ini juga
sesuai dengan pendapat pelatih
dimana hal yang membuat pemain
termotivasi dalam meraih gelar juara
adalah adanya pemberian hadiah
berupa penghargaan, fasilitas,
kebutuhan harian, uang untuk
pembinaan, bonus, maupun beasiswa
dari sekolah yang membuatnya mau
untuk bekerja lebih keras dan berlatih
guna mendapatkan gelar juara. Tujuan
yang ingin dicapai adalah menjuarai
event PON tersebut, untuk mencapai
tujuan tersebut memang bukanlah hal
yang mudah, harus ada usaha yang
ekstra, salah satunya dengan
mengumpulkan dan memusatkan
latihan di satu tempat, agar pemain
tetap fokus dan terkontrol kegiatan
sehari-harinya. Pemain perlu untuk
mengerti keinginan dari pelatih,
dimana komunikasi juga haruslah
berjalan dua arah antara pemain dan
pelatih, cara pemain dalam mengerti
keinginan pelatih dilakukan dengan
mendengarkan arahan dari pelatih
dengan pola permainan di lapangan
berupa masukan dari pelatih. Selain
itu pemain dapat memberikan saran
dari pandangan pemain sehingga
permainan tim dapat berkembang
lebih baik. Pelatih menginginkan
bahwa pemain bertanya langsung
kepada pelatih mengenai tugas yang
seharusnya dilakukan dan keinginan
bermain yang menjadi preferensi dari
pemain sehingga terjadi komunikasi
secara dua arah, namun ada pemain
yang menyatakan bahwa komunikasi
hanya berjalan satu arah saja yaitu dari
pelatih ke pemain. Hasil ini
menunjukkan perlu adanya perbaikan
komunikasi antara pemain dan pelatih.
Cara atlet memelihara hubungan
dengan sesama atlit tim olahraga
basket PON Jawa Tengah pada saat
kompetisi adalah selalu
menyempatkan untuk berkumpul
membuat forum rapat internal dan
pergi refreshing bersama agar
menciptakan chemistry antar pemain.
Kendala Dalam Memelihara
Hubungan Dalam Tim Olahraga
Basket 5x5 Putra PON Jawa
Tengah
Kendala dalam memelihara
hubungan dalam tim olahraga basket
5x5 Putra PON Jawa Tengah adalah
adanya masalah pribadi seperti
kebosanan karena pada saat itu sedang
pandemi Covid-19, selain itu masalah
pribadi lain adalah masalah cedera,
masalah keluarga dan masalah asmara
dalam individu pemain. Namun
masalah utama dalam memelihara
hubungan dalam tim olahraga basket
5x5 Putra PON Jawa Tengah adalah
kekurangan pemain dalam
bersosialisasi dengan sesama rekan
tim. Menurut pemain kendala dalam
kekurangan pemain da lam
bersosialisasi dengan sesama rekan
tim adalah penggunaan gadget yang
berlebihan, usia yang terlalu berbeda
jauh, kurang pergaulan yang intim
antar pemain, adanya perbedaan
kepribadian dan kurang percaya diri.
Sedangkan menurut pelatih dan
manajer didapatkan adanya pemain
senior dan junior yang dengan tingkat
kematangan dalam menentukan
keputusan, selain itu ada bermacam-
macam karakter dan kepribagian
pemain seperti yang pasif sehingga
tidak mudah melakukan pendekatan
pada rekan setim. Hal ini perlu
didukung dengan pentingnya
kesadaran di antara dua atau lebih
kelompok yang ada untuk mengerti
dan memahami kebutuhan kelompok

14
yang lain seperti adanya dua
kelompok di tim bola basket putra
PON Jawa Tengah yaitu kubu pemain
profesional dan kubu pemain lokal.
Salah satu sumber perselisihan
ini sering kali berasal dari gaya
kepelatihan dan ekspektasi pemain
yang bertentangan. Pelatih Wilson,
yang dikenal karena pendekatannya
yang kaku dan menuntut, memberikan
instruksi, menyisakan sedikit ruang
untuk masukan pemain. Para
pemainnya, yang terbiasa dengan
lingkungan yang lebih kolaboratif,
merasa tertekan dan merasa terkekang.
Keterputusan ini menyebabkan
terputusnya komunikasi, dengan para
pemain ragu-ragu untuk menyuarakan
kekhawatiran mereka karena takut
akan pembalasan dan pelatih salah
menafsirkan sikap diam mereka
sebagai kepatuhan atau sikap apatis.
Dinamika ini menimbulkan frustrasi di
kedua belah pihak, menghambat
kemajuan dan menciptakan suasana
kebencian.
Permasalahan yang lebih rumit
dapat berupa benturan kepribadian dan
agenda tersembunyi. Pelatih
Thompson, yang dikenal karena
temperamennya yang berapi-api,
bentrok dengan pemain bintang tim,
yang dikenal karena sikapnya yang
santai. Benturan kepribadian ini
menciptakan perebutan kekuasaan,
dimana masing-masing individu
bersaing untuk mendapatkan kendali
dan pengaruh. Selain itu, kehadiran
pemain dengan agenda tersembunyi,
seperti pemain veteran yang tidak
puas dan bersaing untuk mendapatkan
waktu bermain atau pemain muda
yang bersaing untuk mendapatkan
peran utama, dapat semakin
mengganggu dinamika tim. Agenda
mendasar ini dapat mengarah pada
perilaku pasif-agresif, sabotase, dan
kurangnya fokus pada tujuan kolektif.
Faktor lain yang berkontribusi
terhadap masalah ini adalah ekspektasi
yang salah kelola dan kurangnya
transparansi. Pelatih Garcia, yang
dikenal karena sikapnya yang tidak
jelas, gagal mengkomunikasikan
ekspektasinya secara jelas terhadap
pemain individu dan tim secara
keseluruhan. Ketidakjelasan ini
membuat pemain merasa tersesat dan
tidak yakin, menyebabkan
kebingungan, frustrasi, dan kurangnya
dukungan terhadap visi pelatih. Selain
itu, ingkar janji atau ekspektasi yang
tidak terpenuhi dapat mengikis
kepercayaan dan merusak hubungan
pelatih-pemain. Jika Pelatih Garcia
pada awalnya menekankan fokus pada
pengembangan pemain tetapi
kemudian memprioritaskan
kemenangan dengan segala cara,
pemain mungkin merasa disesatkan
dan tidak dihargai.
Selain pelatih, dinamika
internal tim juga dapat berkontribusi
terhadap gesekan. Kehadiran
kelompok atau pilih kasih dapat
menimbulkan kebencian dan
kecemburuan di antara rekan satu tim.
Persaingan yang tidak sehat dapat
berubah menjadi fokus pada
pencapaian individu dibandingkan
kesuksesan kolektif, yang pada
akhirnya menghambat chemistry dan
kinerja tim. Selain itu, konflik antar
pemain yang tidak terselesaikan dapat
menciptakan lingkungan yang
beracun, dengan hal-hal negatif
menyebar ke lapangan dan meracuni
semangat tim secara keseluruhan.
Terakhir, faktor eksternal juga dapat
berperan dalam memperburuk
ketegangan yang ada. Berurusan
dengan cedera, masalah pribadi, atau

15
tekanan eksternal seperti pengawasan
media dapat menambah stres dan
ketegangan pada dinamika pelatih-
pemain yang sudah rumit. Faktor
eksternal ini dapat menyebabkan
menurunnya fokus, menurunnya
motivasi, dan kurangnya komitmen,
sehingga semakin menghambat
kemajuan tim.
Kesimpulannya, permasalahan
antara pelatih dan pemain di kamp
pelatihan bola basket merupakan
permasalahan yang memiliki banyak
aspek dan tidak dapat diselesaikan
dengan mudah. Mengatasi gaya yang
saling bertentangan, benturan
kepribadian, agenda tersembunyi, dan
ekspektasi yang tidak terpenuhi
memerlukan komunikasi terbuka,
saling menghormati, dan kemauan
untuk berkompromi. Membangun
kepercayaan, menumbuhkan rasa
transparansi, dan mendorong dinamika
tim yang sehat sangat penting untuk
menghadapi tantangan-tantangan ini
dan menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi pertumbuhan individu
dan kolektif. Dengan mengakui
potensi konflik dan secara proaktif
mengatasi akar permasalahannya,
pelatih dan pemain dapat mengubah
hambatan ini menjadi peluang untuk
belajar, berkolaborasi, dan pada
akhirnya, musim yang sukses.
Kompetisi antar atlit sangat
ketat karena banyak pemain yang
berbakat, bentuk persaingannya dalam
hal teknik, fisik, dan mental. Pemain
juga merasa tidak berkembang saat
berada dalam traning camp. Hal ini
karena pelatih yang ada saat ini
kurang mumpuni serta adanya kurang
peduli pelatih terhadap pemain. Selain
itu pemain merasa tertekan sehingga
tidak dapat memberikan seratus persen
daya upaya ketika bermain dan malas
berlatih. Namun pendapat berbeda
ditunjukkan oleh pelatih yang
menyatakan persaingan antar pemain,
ketidak disiplinan pemain dalam
berlatih selama di training camp
terutama ketika diberikan latihan
tambahan membuat pemain kurang
berkembang selama berlatih. Pemain
juga susah mendengarkan pelatih
ketika diberikan masukan sehingga
membuat tidak berkembang dalam
permainannya. Persaingan yang terjadi
di TIM PON termasuk persaingan
yang sehat, itu ditunjukan pada saat
sesi latihan, pemain saling
menunjukan skill dan terus
mengupgrade nya pada saat latihan
dan juga pada saat latih tanding
internal pemain selalu menunjukan
jiwa kompetitifnya, ada keinginan
kuat untuk memenangi latih tanding
internal itu.
Apapun itu didalam hubungan
manusia pasti adanya suatu konflik
begitupun dalam tim PON basket
Jawa Tengah, perbedaan pendapat
pasti ada dan itu hal yang lumrah
terjadi pada saat latihan maupun di
tempat pemusatan. selain diskusi antar
pemain pada saat forum, staf
kepelatihan berperan andil untuk
menyelesaikan konflik tersebut,
pelatih disini sebagai penengah agar
konflik di dalam internal tim ini bisa
diselesaikan. Hal ini juga sesuai
dengan teori pemeliharaan hubungan
dimana sikap yang riang, perkataan
yang sopan, tidak sembarang
memberikan kritik, serta membuat
orang lain dapat merasakan suasana
hubungan yang nyaman menunjukan
adanya sikap positif yang tentunya
berkaitan dengan penjagaan mutu
suatu hubungan serta menjaga rasa
saling suka satu sama lain. Sesuai
dengan teori pemeliharaan hubungan,

16
relationship maintenance digunakan
untuk menjaga relasi dalam kondisi
dan situasi yang lebih spesifik atau
level intimasi tertentu yang dalam hal
ini adalah menjaga hubungan antara
rekan setim pada tim bola basket putra
dimana kerjasama tim merupakan
suatu keharusan.
Upaya Yang Dilakukan Dalam
Mengatasi Kendala Pemeliharaan
Hubungan Dalam Tim Olahraga
Basket 5x5 Putra PON Jawa
Tengah
Upaya yang dilakukan oleh
pelatih dalam mengatasi kendala
pemeliharaan hubungan dalam tim
Olahraga Basket 5x5 Putra PON Jawa
Tengah terutama yang berkaitan
dengan tidak berkembangnya pemain.
Ada kesamaan pendapat antara
pemain dengan pelatih yaitu bahwa
upaya untuk mengatasi kendala yang
terjadi pada pemeliharaan hubungan
dalam tim Olahraga Basket 5x5 Putra
PON Jawa Tengah dilakukan dengan
memberikan latihan tambahan yang
sesuai dengan kebutuhan pemain,
diberikan kesempatan bermain baik
saat latihan, pertandingan
persahabatan dan kejuaraan serta
pemain diberikan kompensasi berupa
waktu istirahat sehingga pemain bisa
bugar dalam mengikuti kejuaraan.
Hiruk pikuk bola basket yang
memantul, decitan sepatu kets, dan
dentuman ritmis instruksi pelatih
memenuhi suasana gym kamp
pelatihan. Di sinilah, dalam
lingkungan yang intens ini, landasan
bagi musim bola basket yang sukses
diletakkan. Landasan ini,
bagaimanapun, tidak hanya bertumpu
pada latihan fisik dan strategi taktis,
namun juga pada tarian komunikasi
yang rumit antara pelatih dan pemain.
Pilar pertama dari simfoni
komunikasi ini adalah kejelasan dan
keringkasan. Dalam dunia bola basket
yang bergerak cepat, di mana
keputusan dalam hitungan detik dapat
menentukan keberhasilan atau
kegagalan permainan, pelatih harus
menyampaikan instruksi dengan tepat
dan singkat. Pidato yang penuh jargon
atau penjelasan yang terlalu rumit
memberikan ruang bagi kebingungan
dan keraguan di pengadilan.
Sebaliknya, Pembina perlu
menggunakan bahasa yang jelas dan
ringkas, dengan fokus pada poin-poin
penting dan langkah-langkah yang
dapat ditindaklanjuti. Namun,
komunikasi yang efektif lebih dari
sekedar mengeluarkan instruksi. Ini
tentang menumbuhkan lingkungan
mendengarkan secara aktif dan dialog
terbuka. Hal ini memungkinkan
pemain untuk menyuarakan
keprihatinan mereka, mengajukan
pertanyaan untuk klarifikasi, dan
memberikan umpan balik mengenai
strategi pelatih. Pelatih Miller, yang
dikenal karena pendekatan
kolaboratifnya, mengumpulkan para
pemainnya setelah latihan: "Baiklah
tim, menurut Anda apa yang berhasil
Anda lakukan dengan baik pada
permainan terakhir itu? Sarah,
bagaimana menurut Anda menjaga
point guard mereka saat menggiring
bola?" Dengan secara aktif
mendengarkan tanggapan para
pemainnya, Pelatih Miller tidak hanya
mengatasi tantangan tertentu namun
juga memberdayakan mereka untuk
mengambil kepemilikan atas
pembelajaran dan kinerja mereka.
Di luar aspek teknis,
komunikasi antara pelatih dan pemain
mendalami ranah motivasi dan
kecerdasan emosional. Pelatih tidak
hanya bertindak sebagai guru tetapi

17
juga mentor, membimbing pemain
melalui tuntutan fisik dan mental di
kamp pelatihan. Menyadari
beragamnya kepribadian dan
kecemasan dalam tim, pelatih perlu
menyesuaikan gaya komunikasi
mereka. Pelatih Davis, yang dikenal
karena pendekatannya yang penuh
empati, memberikan kata -kata
penyemangat kepada pemain yang
kesulitan: "Hei, Alex, jangan berkecil
hati. Setiap orang pasti pernah
melakukan kesalahan. Mari kita ulangi
lagi dan lihat penyesuaian apa yang
bisa kita lakukan." Pendekatan yang
dipersonalisasi ini menumbuhkan rasa
percaya dan dukungan,
memungkinkan pemain mengatasi
kemunduran dan mencapai potensi
penuh mereka.
Selain itu, komunikasi
melampaui pertukaran verbal. Isyarat
non-verbal memainkan peran penting
dalam menyampaikan emosi dan
membangun hubungan baik. Teriakan
frustrasi dari pinggir lapangan
mungkin hanya akan meningkatkan
ketegangan; sebaliknya, Pelatih
Brown menggunakan sikap tenang dan
bahasa tubuh yang positif untuk
menjaga lingkungan pelatihan yang
konstruktif. Demikian pula, tepukan di
punggung atau anggukan penuh
pengertian dari pelatih dapat
memberikan dorongan dan validasi
secara diam-diam, memperkuat
perilaku positif dan meningkatkan
kepercayaan diri pemain.
Terakhir, komunikasi yang
efektif melampaui batas-batas kamp
pelatihan dan meluas ke lingkungan di
lapangan. Selama pertandingan,
pelatih mengandalkan isyarat
nonverbal seperti isyarat tangan dan
ekspresi wajah untuk melakukan
penyesuaian dan memberikan panduan
tanpa mengganggu alur permainan.
Pemain juga perlu berkomunikasi
secara efektif di lapangan,
menggunakan layar, saklar, dan
tembakan terbuka untuk memastikan
pelaksanaan permainan yang
terkoordinasi dan efisien. Simfoni
komunikasi yang mulus ini, yang
diasah selama kamp pelatihan,
menjadi landasan kesuksesan di
lapangan.
Kesimpulannya, tarian
komunikasi antara pelatih dan pemain
selama pemusatan latihan bola basket
merupakan proses yang kompleks dan
memiliki banyak segi. Hal ini
menuntut kejelasan, mendengarkan
secara aktif, motivasi yang
dipersonalisasi, dan penggunaan
isyarat verbal dan nonverbal secara
efektif. Dengan menguasai seni
komunikasi ini, pelatih dapat
menumbuhkan lingkungan yang
mendukung, membangun
kepercayaan, dan memberdayakan
pemainnya untuk mencapai potensi
penuh mereka di lapangan.
Perbedaan pendapat yang
timbul antara pemain dan pelatih
adalah ada juga pemain yang
menyatakan bahwa pelatih dan
manajer hanya mengeluarkan kata-
kata mutiara saja tanpa adanya
tindakan yang nyata. Tujuan dari tim
bola basket ini adalah meraih hasil
maksimal di PON. Salah satu cara
agar anggota tim fokus adalah dengan
melakukan pembentukan karakter.
Ketika ada konflik yang terjadi di tim
bola basket PON Jawa Tengah,
permasalahan yang terjadi biasanya
mengenai perbedaan persepsi atau
cara pandang antar pemain. Untuk
mengatasinya dengan cara melakukan
video sesi dan pembahasan internal
antar pemain. Yang berperan dalam

18
hal ini adalah yang bersangkutan antar
pemain yang berselisih, namun tidak
menutup kemungkinan captain dan
coaching staff akan terlibat.
SIMPULAN
Simpulan yang didapatkan dari
hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeliharaan hubungan pada
tim olahraga bola basket 5x5
Putra PON Jawa Tengah
dilakukan secara intim dengan
membangun hubungan
harmonis antara pelatih dengan
pemain. Peran coach dalam
menjaga hubungan antar atllit
cukup baik, untuk perlakuan
terhadap pemain sama semua
tidak ada perlakuan yang
berbeda. Pemain juga dapat
berkomunikasi secara dua arah
dengan pelatih dan manajer
untuk dapat mengerti
keinginan dari pelatih sehingga
permainan tim dapat
berkembang lebih baik.
2. Kendala dalam memelihara
hubungan dalam tim olahraga
basket 5x5 Putra PON Jawa
Tengah adalah adanya masalah
pribadi seperti kebosanan
karena pada saat itu sedang
pandemi Covid-19, selain itu
masalah pribafi lain adalah
masalah cedera, masalah
keluarga dan masalah asmara
dalam individu pemain serta
kekurangan pemain dalam
bersosialisasi dengan sesama
rekan tim.
3. Upaya yang dilakukan oleh
pelatih dalam mengatasi
kendala pemeliharaan
hubungan dalam tim Olahraga
Basket 5x5 Putra PON Jawa
Tengah terutama yang
berkaitan dengan tidak
berkembangnya pemain adalah
dengan cara memberikan
latihan tambahan yang sesuai
dengan kebutuhan pemain,
diberikan kesempatan bermain
baik saat latihan, pertandingan
persahabatan dan kejuaraan
serta pemain diberikan
kompensasi berupa waktu
istirahat sehingga pemain bisa
bugar dalam mengikuti
kejuaraan.
REKOMENDASI
Berdasarkan simpulan yang
didapatkan, maka saran yang
diberikan untuk pemangku
kepentingan adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemain, pemain perlu untuk
dapat berkomunikasi kepada
rekan setim dan pelatih. Pemain
disarankan untuk tetap mencoba
untuk berbicara sebagai seorang
yang memiliki kedudukan yang
sama dengan pemain lain maupun
pelatih, karena dengan demikian
barulah komunikasi dua arah
dapat berjalan dengan lancar.
2. Bagi pelatih, pelatih perlu untuk
dapat lebih mengenal dengan
dekat karakteristik yang dimiliki
oleh semua pemainnya. Hal ini
ditujukan untuk dapat
memudahkan pendekatan yang
akan dilakukan oleh pelatih
kepada pemain, sehingga tidak
terkesan ada pemain yang
dianaktirikan dan semua
mendapatkan perlakukan yang
sama dari pelatih.
Rekomendasi dalam
pemeliharaan hubungan pada tim
olahraga bola basket 5x5 Putra PON
Jawa Tengah adalah :
Sebelum Pertandingan
a. Pertemuan Tim: Adakan

19
pertemuan tim sebelum
pertandingan untuk membahas
strategi, peran masing-masing
pemain, dan membangun
semangat tim.
b. Komunikasi Informal: Ciptakan
suasana yang santai dan ramah di
mana para pemain dapat bertukar
pikiran dan membangun rasa
saling percaya.
c. Motivasi dan Dukungan: Saling
menyemangati dan memberikan
dukungan positif kepada rekan
satu tim.
Saat Pertandingan
a. Komunikasi di Lapangan:
Gunakan komunikasi yang jelas
dan ringkas untuk memberikan
instruksi, informasi, dan
dukungan kepada rekan satu tim.
b. Tetap Tenang dan Positif: Hindari
panik dan tetaplah fokus pada
permainan. Gunakan bahasa yang
positif dan berikan semangat
kepada tim.
c. Umpan Balik Konstruktif: Jika
terjadi kesalahan, berikan umpan
balik yang konstruktif dengan
fokus pada solusi dan bukan pada
masalah.
Setelah Pertandingan
a. Evaluasi Performa: Lakukan
evaluasi tim setelah pertandingan
untuk membahas performa tim
dan belajar dari kesalahan.
b. Apresiasi dan Pengakuan: Berikan
apresiasi dan pengakuan atas
usaha dan kontribusi setiap
pemain.
c. Momen Kebersamaan: Luangkan
waktu bersama setelah
pertandingan untuk memperkuat
hubungan dan membangun rasa
kekeluargaan.

DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, A., Sulaiman, I, Marani, I.N.
(2018). Efektivitas Komunikasi
Antar Pribadi terhadap Tingkat
Keberhasilan Defense pada
Tim Putri Bola Basket
Universitas Negeri Jakarta
Pada Kejuaraan Mahasiswa
Campus League DKI Jakarta.
Jurnal Ilmiah Sport Coaching
and Education Vol. 2 No 1
CNN Indonesia. (2020). Sutan Zico:
Pencoretan Pemain Timnas U-
19 Aneh dan Tidak Adil.
https://www.cnnindonesia.com
/olahraga/20200811214321-
142-534678/sutan-zico-
pencoretan-pemain-timnas-u-
19-aneh-dan-tidak-adil
Dama, Hais. (2013). Efektivitas
Komunikasi dan Negosiasi
Dalam Bisnis.
(https://repository.ung.ac.id/ha
silriset/show/1/298/efektivitas-
komunikasi-dan-negosiasi-
dalam-bisnis.html)
DeVito, J. (2015). Komunikasi Antar
Manusia. Pamulang-Tangerang
Selatan: Karisma.
Faisal, F, Zulham, Syukur, A., Safitri,
D. (2018). Hubungan
Komunikasi dengan Prestasi
Atlet. Communicatus: Jurnal
Ilmu Komunikasi Vol 2 No 1.
Farid, M. (2018). Fenomenologi :
Dalam Penelitian Ilmu Sosial
Edisi Pertama. Jakarta :
Kencana
Gore, Radita. (2019). Riset Kualitatif
Public Relations. Surabaya :
Jakad Publishing

20