Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN: 2622-383X


88


PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PARENTING CLASS DI DESA SAMBI

Gabriel Fredi Daar
1
, Claudia Fariday Dewi
1
, Jayanti Petronela Janggu
1

1
Universitas Katolik Indonesia Santu Pulus Ruteng

Email: [email protected], [email protected] [email protected]


ABSTRAK
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang cara mendidik, merawat, dan memberikan makanan
bergizi kepada anak pada 1000 hari pertama kehidupan berdampak pada ketidakmampuan orang tua dalam
memberikan pendidikan dan pengasuhan yang positif. Hal ini menyebabkan anak tidak tumbuh dan berkembang
secara optimal bahkan menderita stunting. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk menambah
ruang pemahaman orang tua tentang pendidikan dan pengasuhan anak pada 1000 hari pertama kehidupan di desa
Sambi, yang diharapkan berkontribusi dalam menurunkan angka stunting. Kegiatan dilakukan melalui parenting
class kepada wanita usia subur, wanita hamil dan orang tua yang memiliki anak usia PAUD dengan menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, dialog dan sharing praktik baik. Berdasarkan evaluasi lisan, hasil yang dicapai dari
kegiatan ini adalah bahwa hampir semua orang tua siswa beranggapan faktor gizi merupakan satu-satunya faktor
penyebab stunting pada anak di desa Sambi. Anggapan ini memperkuat kebiasaan menerapkan pola asuh negatif
pada anak dan kebiasaan tidak memperhatikan pendidikan dan pengasuhan anak. Berdasarkan pengakuan orang
tua, pengetahuan tentang pendidikan dan pengasuhan positif bagi anak merupakan informasi baru yang membantu
mereka untuk memberikan pendidikan dan pengasuhan yang tepat sehingga anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang ideal sesuai dengan usianya. Namun sebagian dari mereka mulai menerapkan pendidikan dan
pengasuhan positif setelah mendapat informasi yang disampaikan oleh pelaksana PkM ini. Pelaksanaan pendidikan
dan pengasuhan positif kepada anak pada usia 1000 hari pertama kehidupan dan pada usia Paud secara konsisten,
akan berkontribusi pada penurunan angka stunting di Sambi, NTT.

Kata Kunci: pendidikan keluarga, parenting class, stunting

ABSTRACT
Lack of knowledge and understanding of parents on how to educate, care for, and provide nutritious food to
children at first 1000 days of life has an impact on the inability of parents to provide positive education and care,
which in turn the child does not grow and develop optimally and even suffers from stunting. This community
service activity aims to increase the space for parents' understanding of education and care for children in the first
1000 days of life in Sambi village, which should contribute to reducing the stunting rate in the village. Activities
carried out in the form of parenting classes using lectures, question and answer methods, dialogue and sharing of
good practices. The results achieved from this activity were based on the results of the evaluation, almost all
parents of students thought that nutritional factors were the only contributing factor to stunting in children in Sambi
village. This assumption reinforces habits of applying negative parenting to children and habits of not paying
attention to education and child care. Based on the recognition of the students parents, knowledge about positive
care and care for children is new information that helps them to provide proper care and care so that children
experience ideal growth and development according to their age. However, some of them began to implement
positive care and child care as conveyed by the implementer in this community service activity. The
implementation of education, positive care and child care at the age of first 1000 days of life and during the early
childhood years consistently, will contribute to the decline in stunting rates in Sambi, NTT.

Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN:2622-383X

89


Key words: family, parenting class, care, stunting


PENDAHULUAN
Seribu (1000) Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah masa sejak anak dalam kandungan (270
hari) hingga anak berusia dua tahun (730 hari). Masa 1000 Hari Pertama Kehidupan disebut Periode
Emas, karena pada periode ini seluruh intsrumen besar manusia terbentuk diantaranya otak, fisik, dan
kejiwaan anak berkembang sangat pesat. Kurangnya gizi dan stimulasi pada 1000 HPK menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang tak tergantikan pada periode kehidupan
selanjutnya. Proses pendidikan 1000 HPK tersebut terjadi di dalam keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam kehidupan tempat pertama dan utama anak mengenal
pendidikan. Pola pendidikan dan pengasuhan dalam keluarga berpengaruh secara dominan dalam
perkembangan hidup anak di masa depan. Dalam penelitian tentang Hubungan Tipe Pola Asuh Orang
Tua dengan Emotional Quotient (Eq) pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) di Tk Islam Al-Fattaah
Sumampir Purwokerto Utara menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tipe pola asuh demokratis
dan otoriter dengan EQ pada anak usia prasekolah di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara
(p= 0,000). Anak yang mendapat pola asuh demokratis memiliki kemampuan memahami emosi diri
sendiri, kemampuan mengatur emosi diri sendiri, dan kemampuan memahami perasaan orang lain
(Fadhila, Latifah, dan Husadayanti, 2020). Hal tersebut diafirmasi oleh hasil penelitian Fellasari dan
Lestari (2016) melalui analisis multiple regression menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola
asuh orangtua dengan kematangan emosi anak, diperoleh R sebesar 0,454 pada taraf signifikansi 0,000
(0,000≤ 0,05). Hasil bivariate correlate dari masing-masing pola asuh juga menunjukkan adanya
hubungan antara pola asuh authoritative dan demokratis dengan kematangan emosi. Hasil riset lain
menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak. Anak yang
mendapaat pola asuh demokratis cendrung mandiri dalam menentukan sikap (Kustiah, 2016).
Pendidikan keluarga sebagai pondasi dasar yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak menjadi penting dan sebuah keharusan untuk dilakukan. Pendidikan keluarga selalu
berkorelasi positif dengan kemampuan orang tua dalam merawat, mendidik dan mengasuh anaknya sejak
dalam kandungan (usia 0 tahun). Kemampuan tersebut diperoleh melalui berbagai media baik pendidikan
formal maupun pendidikan non-formal.

Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN: 2622-383X


90

Dalam konteks pendidikan non-formal, salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua tentang pendidikan, pengasuhan, perawatan dan
gizi anak adalah melalui pendidikan dan pelatihan (short course) 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran orang tua/wali akan pentingnya terlibat dalam
pendidikan anak, termasuk di dalamnya adalah mengembangkan lingkungan belajar yang aman, nyaman,
dan menyenangkan. Lebih dari itu pendidikan dan pelatihan (short course) 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada orang tua, wanita usia subur dan wanita yang
sedang mengandung tentang pendidikan, perwatan, pengasuhan dan gizi anak 0-2 tahun. Dengan adanya
pemahaman dan pengetahuan yang memadai tentang perawatan, gizi dan pengasuhan anak pada 1000
HPK, diharapkan orang tua mampu menghindarkan anaknya dari kondisi gagal tumbuh (stunting) yang
berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bahkan berkurangnya kecerdasanan dan
produktivitas anak.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi diantaranya gizi buruk yang dialami wanita
hamil dan bayi, praktik pengasuhan yang kurang baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses
keluarga kepada makanan bergizi dan kurangnya air bersih dan sanitasi (Ringkasan Stunting, 2017). Jika
tidak segera dicegah dan diatasi, anak yang mengalami stunting akan berisiko memiliki tingkat
kecerdasan tidak maksimal, menjadi lebih rentan terhadap penyakit, dan beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas.
Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia
termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia
Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, balita pendek memiliki
prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.
Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun
2017. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun prevalensi
balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi balita sangat pendek
dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari
tahun sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%.

Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN:2622-383X

91

Secara umum, angka stunting nasional mengalami penurunan yaitu 37,2% pada tahun 2017, 30,8% pada
tahun 2018 dan 27,6% pada tahun 2019. Namun demikian, Provinsi NTT masih berada pada posisi teratas
dengan prevalensi stunting tertinggi hingga tahun 2018 dan 2019 (Buletin Jendela data dan Informasi
Kesehatan, 2018; Izwardy, 2020).
Prevalensi stunting di Kabupaten Manggarai adalah 43%, dan pada tahun 2020 mengalamai
penurunan yaitu 23.5% dengan beberapa desa prioritas (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan, 2017). Namun demikian, pada skop yang lebih spesifik, sebaran balita stunting di
Kecamatan Reok Barat Kabupaten Manggarai mengalami peningkatan dari 19,33% pada tahun 2019 ke
22,83% pada tahun 2020. Sementara itu, sebaran stunting di desa Sambi Kecamatan Reok Barat juga
mengalami peningkatan yaitu 21.09% pada tahun 2019 menjadi 47.7% pada tahun 2020 (Data Balita
Stunting Terintegrasi Kabupaten Manggarai Tahun, 2020). Berdasarkan hasil kajian dalam dokumen
yang sama disebutkan bahwa peningkatan angka stunting ini disebabkan oleh minimnya perhatian orang
tua terhadap 1000 HPK sebagai penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produkvitas seorang
anak di masa depan.
Dengan mengacu Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024, Ibu hamil dan
anak usia 0-2 tahun atau rumah tangga 1.000 HPK merupakan sasaran prioritas, dan intervensi gizi
spesifik dan sensitif merupakan intervensi prioritas dengan kegiatan penanganan dan pencegahan
multisektor, termasuk perguruan tinggi. Dalam kaitan dengan itu, Tim Pelaksana Pengabdian kepada
Masyarakat, dengan kapasitas SDM yang ada merasa terpanggil untuk berkontribusi dan berkolaborasi
dengan pemerintah melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanganan stunting di desa Sambi,
Kecamatan Reok Barat Kabupaten Manggarai, NTT dengan fokus penanganan pada penguatan
pendidikan keluarga (pengasuhan positif dan perawatan anak) melalui kegiatan parenting class 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan sasaran wanita usia subur, wanita hamil dan orang tua yang
memiliki anak usia PAUD untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan anak.

METODE
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Desa Sambi, Kecamatan Reok Barat,
Kabupaten Manggarai, NTT. Kegiatan pengabdian dilakukan dalam bentuk Kelas Orang Tua (Parenting
Class) kepada wanita usia subur, wanita hamil dan orang tua yang memiliki anak usia PAUD. Metode
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Kelas Orang Tua (Parenting Class) ini adalah ceramah,
tanya jawab, dan sharing pengalaman (praktik baik). Berikut gambaran tahapan kegiatan:

Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN: 2622-383X


92

1. Menetapkan daerah/lokasi sasaran program PkM
2. Pelaksana meninjau lokasi tempat diadakan Program kemitraan untuk studi awal.
3. Penyusunan materi kegiatan Parenting Class
Ada pun materi yang digunakan dalam kegiatan parenting class diantaranya:
a. Pertumbuhan dan perkembangan anak 0-2 tahun,
b. Stimulasi tumbuh kembang anak 0-2 tahun
c. Pengasuhan Positif kepada anak 0-2 tahun
d. Perawatan dan Gizi anak usia 0-2 tahun
e. Pengenalan Jenis Makanan gizi seimbang
f. Pengolahan makanan yang mengandung gizi seimbang
g. Penyediaan Makanan bergizi (Stimulan)
h. Penyediaan Obat Tambah darah untuk ibu hamil
4. Penyusunan Jadwal kegiatan Parenting Class
5. Pelaksana mengajukan Izin pelaksanaan kegiatan Parenting Class kepada kepala desa dan
kepala/pengelola PAUD kegiatan Parenting Class dilaksanakan.
6. Sosialisasi kegiatan Parenting Class kepada masyarakat, dan bekerja sama dengan kepala PAUD,
Ketua TP-PKK dan kepala desa untuk mendata sasaran yang akan mengikuti kegiatan kegiatan
Parenting Class.
7. Evaluasi lisan: Berisikan sharing praktik baik dan perkembangan yang dialami anak setelah mendapat
pendidikan dan pengasuhan positif.

PEMBAHASAN
Kegiatan parenting class dilaksanakan oleh pelaksana pengabdian kepada masyarakat dengan
tujuan untuk memberikan pemahaman kepada orang tua siswa Paud di Desa Sambi Kecamatan Reok
Barat Kabupaten Manggarai NTT tentang pengasuhan positif dan perawatan anak sejak usia 0 sampai
usia pendidikan anak usia dini. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan beberapa hasil studi yang
mengatakan bahwa dengan tingkat pemahaman yang memadai tentang pengasuhan positif, orang tua
mampu memberikan pengasuhan yang baik kepada anak. Pengasuhan postitif yang buruk berdampak
pada perkembangan dan pertumbuhan anak yang tidak maksimal. Novita (2015) dalam penelitiannya
tentang Pengaruh Pola Pengasuhan Orangtua dan Proses Pembelajaran di Sekolah Terhadap Tingkat

Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN:2622-383X

93

Kreativitas Anak Prasekolah (4-5 Tahun) menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara
pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap kemampuan imajinasi anak, mengenal lingkungan sekitar,
menjawab pertanyaan yang dilontarkan dari anak sehingga meningkatkan kemampuan anak untuk
bereksperimen, menimbulkan rangsangan-rangsangan baru anak sehingga anak memliki kemampuan
dalam mengatasi rasa bosan. Dalam kaitan dengan itu, peran keluarga (orang tua) menjadi sangat
strategis dalam membantu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan ideal sesuai usianya.
Menerapkan pengasuhan positif sejak anak berusia 0 tahun berdampak positif juga terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak. Atas dasar itu, kegiatan Pengabdian masyarakat dilakukan. Pelaksana PkM
memberikan pemahaman tentang pengasuhan pasitif kepada orang tua di desa Sambi melalui ceramah
dan sharing praktik baik. Kegiatan ini dalam rangka menguatkan peran keluarga di desa Sambi sebagai
pondasi utama pertumbuhan dan perkembangan anak agar terhindar dari stunting di masa depan. Peran
keluarga (ayah dan ibu) dalam pola pengasuhan berjalan bersamaan. Peran Ibu, antara lain:
Menumbuhkan perasaan sayang, cinta, melalui kasih sayang dan kelembutan seorang ibu, Menumbuhkan
kemampuan berbahasa dengan baik kepada anak, Mengajarkan anak perempuan berperilaku sesuai jenis
kelaminnya dan baik. Sementara itu, peran Ayah, antara lain: Menumbuhkan rasa percaya diri pada anak,
menumbuhkan kemampuan berprestasi, adan mengajarkan anak untuk tanggung jawab (Rakhmawati,
2015).









Gambar 1. Pembagian buku panduan Pengasuhan positif 1000 HPK

Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN: 2622-383X


94








Gambar 2. Sharing Praktik Baik Pengasuhan Positif

Aspek lain yang juga turut berkontribusi munculnya stunting pada anak adalah masalah kesehatan
ibu dan anak yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak sejak usia
0 tahun. Beberap studi menunjukan bahwa kejadian stunting terjadi pada anak dengan orang yang
berpendidikaan rendah (Aridiyah, Rohmawati dan Ririanty, 2015; Apriluana dan Fikawati, 2018). Di
desa Sambi, sebagian besar masyarakatnya berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan orang tua yang
rendah juga cendrung berkorelasi dengan rendahnya pengetahuan dalam perawatan anak. Penelitian Tat
dan Romana (2018) tentang Hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku merawat bayi dengan status
kesehatan bayi post perawatan NICU di RS W.Z Johanes Kupang menemukan bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang perawatn bayi dengan berat badan bayi. Sebagian besar ibu yang
memiliki pengetahan yang baik paling banyak memiliki bayi dengan perawatan badan 2000-2500 gram,
sedangkan ibu dengan pengetahuan cukup baik paling banyak memiliki bayi dengan berat badan lebih
dari 2500 gram. Penelitian Rivanica (2018) tentang Hubungan Antara Pendidikan dan Pengetahuan Ibu
Dengan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Bidan Praktik Mandiri Nurachmi Palembang juga
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan perawatan tali pusat.
Dengan mengacu beberapa hasil penelitian tersebut di atas, pelaksana kegiatan pengabdian
memberikan pemahaman kepada orang tua di desa Sambi tentang perawatan anak sejak usia 0-2 tahun.
Kegiatan dilakukan melalui ceramah, dialog, dan sharing praktik baik. Selain itu, pelaksana pengabdian
juga membagikan buku tentang pengasuhan positif, pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai media
dan sumber referensi orang tua ketika memberikan pengasuhan, pendidikan dan perawatan kepada anak
di rumah agar anak terhindar dari kondisi stunting. Untuk mengukur ketercapaian program pengabdian
ini, pelaksana PkM melakukan evaluasi lisan yaitu sharing pengalaman dan penerapan pengasuhan

Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN:2622-383X

95

positif dan perawatan anak selama masa kegiatan berlangsung. Berdasarkan hasil evaluasi, hampir semua
orang tua siswa beranggapan bahwa faktor gizi merupakan satu-satunya faktor penyumbang terjadinya
stunting pada anak di desa Sambi. Anggapan ini memperkuat kebiasaan-kebiasaan penerapan
pengasuhan negatif kepada anak serta kebiasaan tidak memperhatikan pendidikan dan perawatan anak.
Berdasarkan pengakuan orang tua siswa, pengetahuan tentang pengasuhan positif dan perawatan pada
anak merupakan informasi baru yang membantu mereka dalam memberikan pengasuhan dan perawatan
yang benar agar anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang ideal sesuai usianya. Namun
demikian, sebagian dari mereka mulai menerapkan pengasuhan postif dan perawatan anak sebagaimana
yang disampaikan pelaksana dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini.

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dalam rangka mencegah terjadinya stunting melalui parenting class cukup efektif dalam menambah
pemahaman wanita usia subur, wanita hamil dan orang tua PAUD. Praktik pengasuhan positif ternyata
belum diketahui oleh semua orang tua. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
diharapkan dapat memperkuat peran keluarga dalam memberikan pengasuhan positif dan perawatan
kepada anak di Desa Sambi Kecamatan Reok Barat Kabupaten Manggarai NTT. Lebih dari itu, kegiatan
ini juga diharapkan berkontribusi dalam menurunkan angka stunting di desa Sambi Khususnya,
Kabupaten Manggarai dan Indonesia umumnya. Peran serta tenaga kesehatan di wilayah desa Sambi
sangat menentukan terwujudnya upaya pencegahan stunting berkelanjutan di desa tersebut. Oleh karena
itu, diperlukan kegiatan penyuluhan yang dilakukan secara terjadwal dan regular.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Ika Fadhila, Lutfatul Latifah, dan Dewi Natalia Husadayanti3. (2010). Hubungan Tipe Pola
Asuh Orang Tua dengan Emotionalquotient (EQ) pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di Tk
Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto Utara. Jurnal Keperawatan Soedirman, 5(1).
Buletin Jendela data dan Informasi Kesehatan. (2018). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI.
Data Balita Stunting Terintegrasi Kabupaten Manggarai Tahun 2020.
Farah, Okky Aridiyah, Ninna Rohmawati, Mury Ririanty. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, 3 (1), 163-170.

Jurnal Pengamas, Vol.6, No.1, April (2023)
e-ISSN: 2622-383X


96

Fellasari, Farieska, Yuliana Intan dan Lestari. (2016). Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan
Kematangan Emosi Remaja. Jurnal Psikologi, 12(2). Diakses dari http//www.e-journal.uin-
suska.ac.id, pada 3 Maret 2019.
Gladys, Apriluana dan Sandra Fikawati. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian
Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media Litbangkes,
28(4), 247 – 256, DOI: https://doi.org/10.22435/mpk.v28i4.472.
Istina rakhmawati. (2015). Peran Keluarga dalam Pengasuhan anaK. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam. 6(1), 1-18.
Izwardy, Doddy. (2020). Studi Status Gizi Balita Terintegrasi SUSENAS 2019. Balitbangkes Kemenkes
RI.
Novita, Dian. (2015). Pengaruh Pola Pengasuhan Orangtua Dan Proses Pembelajaran Di
Sekolah Terhadap Tingkat Kreativitas Anak Prasekolah (4-5 Tahun). Jurnal Pendidikan, 16 (2),
100-109
Ringkasan Stunting; 100 Kabupaten/Kota Prioritas Penanganan Stunting, 2017
Sunarty, Kustiah. (2016). Hubungan Pola Asuh Orangtua dan Kemandirian Anak. Journal of EST 2 (3),
152-160. Diakses dari http//media.nelti.com, pada 2 Maret 2019.
Rivanica, Rhipiduri. (2018). Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Ibu dengan
Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di bidan Praktik Mandiri Nurachmi Palembang
Tahun 2016. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 1(2), 118-126.
Tat, Florentinus dan Aben B. Y. H. Rohmana. (2018). Hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku
merawat bayi dengan status kesehatan bayi post perawatan NICU di RS W.Z Johanes Kupang.
CHMK Nursing Scientific Journal, 2(1), 18-27.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk
Intervensi Anak Kerdil (Stunting).