18

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Arsitektur (JITAS), 3(1) 2024: 18-26,
DOI: 10.31289/jitas.v3i1.3875
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Arsitektur (JITAS)


Available online http://jurnalmahasiswa.uma.ac.id/index.php/jitas



Desain Beton High Early Strength (HES) dengan Campuran
Superplasticizer

Design High Early Strength Concrete with Superplasticizer
Mixture

Riki Fendria, Irwan* & Ahmad Sumantri
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area, Indonesia
Abstrak
Teknologi beton kekuatan awal tinggi semakin berkembang untuk memenuhi kebutuhan
proyek modern yang memerlukan beton cepat mengeras. Penelitian ini menyoroti peran
superplasticizer dalam mencapai kekuatan awal tinggi. Superplasticizer, bahan tambah kimia,
mengurangi air, mempercepat pengerasan, dan mempermudah pengerjaan beton. Metode
pengujian kuat tekan pada benda uji silinder dilakukan pada umur 3, 7, dan 28 hari. Dengan
menggunakan 250 ml superplasticizer per sak semen, dengan air dikurangi 40%, mutu beton
f’c 25 MPa pada umur 28 hari dapat dicapai. Hasil penelitian menunjukkan beton dengan
superplasticizer memiliki kuat tekan awal lebih tinggi, meningkat 31,49% pada 3 hari, dan
18,84% pada 7 hari dibandingkan beton normal. Meskipun demikian, pada umur 28 hari,
kekuatan tekan cenderung sama dengan beton normal.
Kata Kunci: high early strength concrete, superplasticizer, workability, kuat tekan

Abstract
High initial strength concrete technology is increasingly developing to meet modern projects
requiring fast-hardening concrete. This research highlights the role of superplasticizers in
achieving high initial strengths. Superplasticizers, and chemical additives, reduce water,
accelerate hardening, and simplify concrete work. The compressive strength test method on
cylindrical specimens was carried out at the age of 3, 7, and 28 days. Using 250 ml of
superplasticizer per sack of cement, with water reduced by 40%, can achieve the quality of
concrete f'c 25 MPa at 28 days old. The results showed that concrete with superplasticizer had
higher initial compressive strength, increasing by 31.49% in 3 days, and 18.84% in 7 days
compared to normal concrete. However, at 28 days old, compressive strength tends to be the same
as normal concrete.
Keywords: high early strength concrete, superplasticizer, workability, compressive strength.
How to Cite: Fendria, R., Irwan & Sumantri, A. (2024) Desain Beton High Early Strength (HES)
Dengan Campuran Superplasticizer. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Arsitektur, 3(1) 2024: 18-26,
*E-mail:[email protected] ISSN 2830-3911 (Online)

Riki Fendria, Irwan & Ahmad Sumantri, Desain Beton High Early Strength (HES) Dengan
Campuran Superplasticizer
19
PENDAHULUAN
Teknologi pada bidang konstruksi dari masa ke masa terus mengalami perubahan [1], [2].
Salah satu yang mengalami perubahan yang cukup signifikan adalah teknologi pada pembuatan
beton [3], [4]. Hal ini tidak terlepas dari fungsi beton itu sendiri yang merupakan salah satu bahan
bangunan yang paling sering digunakan dalam dunia konstruksi.
Sejalan dengan perkembangan teknologi beton yang semakin modern, pembuatan beton
konvensional yang dilakukan di suatu proyek konstruksi semakin ditinggalkan[4]–[7].
Pengoptimalan dalam pembuatan beton terus ditingkatkan. Kebutuhan beton cepat mengeras
dalam proses pembangunan proyek gedung bertingkat dan perkerasan pada jalan raya seperti
halnya pada jalan-jalan tol sangat dibutuhkan[8], [9]. Pada proyek perkerasan jalan, beton cepat
mengeras diperlukan agar jalan dapat segera dilalui dan difungsikan [10], [11]. Sedangkan dalam
pekerjaan pembangunan gedung bertingkat, beton cepat mengeras dapat memberikan efisiensi
waktu dan pekerjaan selanjutnya dapat dilanjutkan[12]–[14]. Pembuatan beton cepat mengeras
memerlukan suatu teknologi di mana beton yang sudah dicetak mampu mengeras dengan cepat
dan memiliki kualitas yang baik. Teknologi tentang beton dengan kekuatan awal tinggi (high early
strength concrete) yang cepat mengeras perlu mendapat perhatian yang mendalam. Salah satu
penerapannya adalah teknologi beton pracetak.
Berbagai penelitian dan percobaan bahan kimia pembantu (admixture) pada beton
dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan karakteristik kekuatan awal beton tanpa
mengurangi terminologi kelecakan (workability). Teknologi bahan dan teknik-teknik pelaksanaan
yang diperoleh dari hasil penelitian dan percobaan tersebut dimaksudkan untuk menjawab
tuntutan yang semakin tinggi terhadap pemakaian beton pracetak [15], [16]. Hasilnya muncul
rekayasa mengenai penambahan admixture concrete dengan dosis tertentu yang dapat menambah
kekuatan tekan awal pada beton. Penelitian itulah yang menjadi titik balik perkembangan beton
dengan kekuatan awal tinggi (high early strength concrete).
Salah satu solusi bahan tambah kimia (admixture) tersebut adalah superplasticizer. Saat ini
pengembangan terbaru superplasticizer telah secara luas digunakan dalam pekerjaan beton
khususnya pada produk beton pracetak. Pada prinsipnya jenis admixture concrete ini memiliki
mekanisme kerja yaitu dengan menghasilkan gaya tolak- menolak (dispersion) yang cukup antara
partikel semen agar tidak terjadi penggumpalan partikel semen yang dapat menyebabkan rongga-
rongga udara didalam beton, yang akhirnya akan mengurangi kekuatan pada beton. Tetapi ada
beberapa jenis superplasticizer ini juga bisa mempercepat proses hidrasi pada beton sehingga
didapat nilai kekuatan awal beton tinggi dengan acuan umur beton dalam hari bahkan dalam jam
[17]–[19].
Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan mengenai kelebihan
Perencanaan campuran beton dengan penambahan superplasticizer menawarkan sejumlah
keunggulan dibandingkan dengan campuran beton normal, terutama dalam hal kekuatan dan
kelecakan beton yang dihasilkan. Penggunaan superplasticizer meningkatkan workability secara
signifikan, memperbaiki kemampuan pengerjaan beton, dan menciptakan beton yang lebih kuat.
Namun, ada kekhawatiran terkait kemampuan beton dengan superplasticizer untuk
mempertahankan flowability campuran dalam jangka waktu yang lama, yang dikenal sebagai
slump loss.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati secara detail kelebihan dan kekurangan dari
penambahan superplasticizer pada campuran beton. Dengan demikian, pembaca dapat
memahami dampak superplasticizer terhadap kemudahan pengerjaan (kelecakan) dan kekuatan
tekan beton yang dihasilkan. Selain itu, penelitian ini juga memberikan wawasan tentang berbagai
perencanaan mix desain beton yang melibatkan penggunaan superplasticizer.
Melalui penelitian ini, diharapkan para pembaca akan mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang pengaruh superplasticizer pada beton dan dapat mengambil langkah-langkah yang
tepat dalam perencanaan dan penggunaan campuran beton yang sesuai dengan kebutuhan proyek
konstruksi.

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Arsitektur (JITAS) | ISSN 2830-3911(Online)
Vol 3, No. 1, Februari 2024: 18-26,
20
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental laboratorium yang
dilakukan di Laboratorium Bahan dan Rakayasa Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara. Pada pengujian ini dicari nilai kuat tekan beton pada umur 3 , 7 dan
28 hari. Benda uji dibuat Benda uji dibuat dalam bentuk silinder dengan campuran bahan tambah
Superplasticizer. Penggunaannya dalam percobaan ini mengikuti panduan pemakaian yang
tertera pada brosur yaitu 250 ml untuk 1 sak semen dengan penggunaan air dikurangi 40% pada
penggunaan campuran beton normal. Bahan-bahan yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian
ini adalah semen portland normal tipe I, agregat halus, agregat kasar, air, dan bahan tambah
Superplasticizer.
Gambar 1. Diagram Alir (flowchart) Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap analisa dan pembahasan. Untuk lebih detail dapat dilihat pada diagram alir (flowchart).
Agregat
Agregat merupakan bahan berbutir, seperti pasir, kerikil, batu pecah, dan slag tanur (blast-
fumace slag), yang digunakan dengan media perekat untuk menghasilkan beton atau mortar
semen hidrolis. Kandungan agregrat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Komposisi
agregrat tersebut berkisar 60%-75% dari berat campuran beton. Agregat yang digunakan dalam
campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. (SNI 2847-2013 ).
1. Agregat halus (fine aggregate) Agregat halus adalah butiran-butiran material yang lolos
ayakan 3/8 inchi (9,5 mm) dan 90% lolos ayakan 4,75 mm (no.4) dan 70% butirannya
tertahan ayakan 0,075 mm (no.200) (ASTM C 33,1982). Agregat halus yang baik harus bebas
dari bahan organik, atau lumpur dari saringan no.100 atau bahan-bahan lain yang dapat

Riki Fendria, Irwan & Ahmad Sumantri, Desain Beton High Early Strength (HES) Dengan
Campuran Superplasticizer
21
merusak campuran beton. Menurut SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian
A), agregat halus harus memenuhi syarat berikut :
a. Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan < 2,2
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca
c. Tidak mengandung lumpur >5%
d. Tidak mengandung zat organis yang terlampau banyak
e. Modulus kehalusan antara 1,5-3,8 dengan variasi butir sesuai standar gradasi
f. Agregat halus dari pantai dapat dipakai asalkan dengan petunjuk dari lembaga
pemeriksaan bahan yang diakui.
2. Agregat kasar (coarse aggregate)
Ageregat kasar adalah butiran-butiran yang lolos ayakan 38,10 mm dan sebagai besar
tertahan diayakan 4,75 mm (no4) (ASTM C 33, 1982). Berat jenis agregat kasar sangat dipengaruhi
oleh pori dan rongga yang menyerap air yang disebut jenuh dan kering muka (Saturated Surface
Dry /SSD).
Menurut SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A), agregat kasar harus
memenuhi syarat berikut :
a. Butirannya keras dan tidak berpori dengan indeks kekerasan <5%
b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca
c. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1%
d. Tidak boleh mengandung zat reaktif terhadap alkali
e. Butiran yang panjang dan pipih tidak boleh melebihi 20%
f. Modulus kehalusan agregat berkisar pada 6-7,1 dengan variasi butir sesuai standar
gradasi
g. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil antara bidang-
bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar tulangan atau
berkas tulangan

Gradasi agregat
SNI mengklarifikasikan distribusi ukuran butir agregat halus menjadi empat daerah
atau zone yaitu: zone 1 (kasar), zone 2 (agak kasar), zone 3 (agak halus), dan zone 4 (halus)
sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1. Bata-batas Gradasi Agregat Halus
Ukuran
Saringan
(mm)
Persen Berat yang Lolos Saringan (%)
Gradasi Zone I Gradasi Zone II Gradasi Zone III Gradasi Zone IV
9,60
4,80
2,40
1,20
0,60
0,30
0,15
100
90-100
60-95
30-70
15-34
5-20
0-10
100
90-100
75-100
55-90
35-59
8-30
0-10
100
90-100
85-100
75-100
60-79
12-40
0-10
100
95-100 95-100 90-100
80-100
15-50
0-15
Sumber : SNI 03-2843-2000

Menurut British Standard (BS), gradasi agregat kasar (kerikil/batu) yang baik sebainya
masuk dalam batas, batas yang tercantum dalam tabel dibawah ini:

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Arsitektur (JITAS) | ISSN 2830-3911(Online)
Vol 3, No. 1, Februari 2024: 18-26,
22
Tabel 2. Syarat Agregat Kasar
Ukuran
Saringan
(mm)
Persen Berat yang Lolos Saringan (%)
40 mm 20 mm 12,5 mm
40,0
20,0
12,5
10,0
4,8
95-100
30-70
-
10-35
0-5
100
95-100
-
25-55
0-10
100
100
90-100
40-85
0-10
Sumber : British Standard (BS)

Semen
Semen merupakan bahan pengikat disebabkan semen merupakan bahan hidrolis yang
apabila bertemu dengan air akan bereaksi. Perekat hidraolik dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan uatama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan
batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat
baru bersifat perekat pada batuan.
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan
air. Agregat tidak memerlukan peranan yang penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi
sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah
pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan. Jika bahan semen
diuraikan susunan senyawanya secara kimia, akan terlihat jumlah oksida yang membentuk bahan
semen itu.
Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen. Air yang dapat
diminum dapat digunakan sebagai campuran beton, dapat juga berupa air tawar (dari sungai,
danau, telaga, kolam, situ dan lainnya), air laut maupun air limbah asalkan memenuhi syarat
mutu yang yang telah ditetapkan. Air laut umumnya mengandung 3,5% larutan garam (78%
adalah sodium klorida dan 15% adalah magnesium klorida). Garam- garam dalam air laut ini akan
mengurangi kualitas beton hingga 20% (Tri Mulyono, 2005).
Air berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena beton kelebihan air dapat
menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Kelebihan air akan mengakibatkan
beton mengalami bleeding, yaitu air akan naik ke permukaan beton segar yang sudah dituangkan,
naiknya air bersama dengan butiran semen dan butiran pasir halus. Air dalam campuran beton
dapat berpengaruh terhadap sifat workability adukan beton, besar kecilnya nilai susut beton,
kelangsungan reaksi dengan semen sehingga dihasilkan kekuatan selang beberapa waktu, dan
peranan air sangat mendukung perawatan adukan beton diperlukan untuk menjamin pengerasan
yang baik.
Superplasticizer
Superplasticizer merupakan bahan tambah kimia yang digunakan untuk mengurangi
penggunaan air, sehingga akan dapat menghasilkan adukan dengan nilai faktor air semen lebih
rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama. Hal ini mengakibatkan kuat tekan beton akan
menjadi lebih tinggi (ASTM C494 dan British Standard 5075).
Superplasticizer (high range water reducer admixtures) sangat meningkatkan kelecakan
campuran. Digunakan terutama untuk beton mutu tinggi. Pada prinsipnya mekanisme kerja dari
setiap superplasticizer sama, yaitu dengan menghasilkan gaya tolak-menolak (dispersion) yang
cukup antarpartikel semen agar tidak terjadi penggumpalan partikel semen (flocculate) yang
dapat menyebabkan terjadinya rongga udara di dalam beton, yang akhirnya akan mengurangi
kekuatan atau mutu beton tersebut.
Superplasticizer juga mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan workabilitas
bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan
(segregasi/bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, maka
bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat yang sulit seperti tempat pada

Riki Fendria, Irwan & Ahmad Sumantri, Desain Beton High Early Strength (HES) Dengan
Campuran Superplasticizer
23
penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak
berpengaruh besar dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan.
Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat berhubungan
dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini tergantung pada
kandungan air yang digunakan, dosis serta tipe dari superplasticizer yang dipakai (L.J. Parrot,
1988).
Pengujian Kuat Tekan
Sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton. Kuat tekan beton biasanya
berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila kuat tekan beton tinggi, sifat-sifat lainnya
juga baik.
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin
uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban
tertentu dengan benda uji berupa silinder. Selanjutnya benda uji ditekan dengan mesin tekan
sampai pecah. Beban tekan maksimum pada saat benda uji pecah dibagi luas penampang benda
uji merupakan nilai kuat tekan beton yang dinyatakan dalam MPa atau N/mm2 dan kg/cm2. Tata
cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM C 39 atau menurut yang disyaratkan
SNI 03-1974- 1990.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan kualitas dan mutu beton seperti yang diinginkan, maka lebih dahulu
harus melakukan pengujian terhadap sifat-sifat fisis agregat. Pemeriksaan sifat-sifat fisis
dimaksudkan untuk menentukan bahwa agregat yang digunakan memenuhi syarat sebagai
material pembentuk beton.

Tabel 3. Data Hasil Pengujian Agregat Halus
Pengujian Hasil Pengujian Hasil
Kadar air
Berat jenis
Berat Isi
Analisa saringan
Gradasi butiran
Kadar lumpur
Penyerapan
3,50 %
SSD = 2,60
1415,10 Kg/m3
FM = 2,18
Zona 3
2,8 %
1,63 %
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
Sumber : Analisa

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Agregat Kasar
Pengujian Hasil Pengujian Hasil
Kadar air
Berat jenis
Berat Volume
Analisa saringan
Ukuran butiran
Kadar lumpur
Penyerapan
0,20 %
SSD = 2,71
1443,15 Kg/m3
FM = 6,84
Maks 40 mm
1,0 %
1,17 %
ok
ok
ok
ok
ok
ok
ok
Sumber: Analisa

Berdasarkan hasil penelitian sifat fisis agregat yang kemudian dihitung komposisi
material campuran beton (mix design) dengan menggunakan metode SNI (Standar
Nasional Indonesia), maka diperoleh komposisi campuran beton yang dapat dilihat pada
table 5. dimana menunjukan perbandingan nilai FAS (faktor air semen) pada beton
dengan penggunaan campuran superplasticizer menjadi lebih kecil akibat reduksi air
sebesar 40% sehingga nilai FAS menjadi 0,31 dan nilai FAS beton normal sebesar 0,51.

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Arsitektur (JITAS) | ISSN 2830-3911(Online)
Vol 3, No. 1, Februari 2024: 18-26,
24
Tabel 5. Kebutuhan Bahan Campuran
Sumber : Analisa

Hasil Pemeriksaan Nilai Slump
Pemeriksaan nilai slump dilakukan untuk mengetahui nilai workability dari beton yang
dibuat. Workability (kemudahan pengerjaan) beton dapat dilihat dari nilai slump yang terjadi.
Karena nilai slump merupakan parameter workability, semakin tinggi nilai slump maka semakin
mudah proses pengerjaan beton (workability). Dalam penelitian ini, beton dengan penambahan
superplasticizer dan reduksi air 40% diperoleh tingkat workability yang tinggi dimana nilai
slump menjadi lebih tinggi dibandingkan beton normal. Hasil uji slump dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data Hasil Pemeriksaan Nilai Slump
Jenis Benda Uji Nilai Slump (cm)
Beton Normal
Beton + Superplasticizer
14
14,5
Sumber: Analisa

Hasil Pengujian Kuat Tekan
Dari hasil pengujian diatas maka dapat digambarkan diagram dan grafik kuat tekan rata-rata
beton pada umur 3, 7 dan 28 hari adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram Hasil Nilai Rata-rata Kuat Tekan Beton

Pengujian pada saat beton berumur 7 hari dan 28 hari. Tabel 7 menunjukkan hasil nilai rata-
rata kuat tekan beton normal pada umur 3 hari sebesar 11,47 MPa, pada umur 7 hari sebesar
18,64 MPa dan pada umur 28 hari sebesar 28,67 MPa dimana variasi yg berumur 28 hari memiliki
kuat tekan yang cenderung sama dengan beton superplasticizer umur 28 hari yaitu sebesar 28,65
MPa, sedangkan variasi yang lainnya memiliki kuat tekan lebih tinggi dari beton normal dengan
nilai kuat tekan pada umur 3 hari sebesar 15,08 MPa dan pada umur 7 hari sebesar 22,15 MPa.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa beton dengan penambahan superplasticizer memiliki
kekuatan tekan awal yang lebih tinggi di bandingkan dengan beton normal dan hasil dari kuat
tekan beton normal dan beton superplasticizer pada umur 28 hari memiliki kekuatan tekan
melebihi kuat tekan target yaitu fc’ 25 MPa.

Riki Fendria, Irwan & Ahmad Sumantri, Desain Beton High Early Strength (HES) Dengan
Campuran Superplasticizer
25
Tabel 8. Persentase Nilai Kuat Tekan Beton
Jenis Benda Uji Nilai Koefisien Umur
3 Hari 7 Hari 28 Hari
Beton Normal 11,47 18,64 28,67
Beton Superplasticizer 15,08 22,15 28,65
Persentase Kenaikan (%) 31,49 18,84 -0,08
Sumber : Hasil Penelitian

Dari hasil persentase nilai kuat tekan beton pada tabel 8. menunjukan hasil beton
superplasticizer pada umur 3 hari mengalami kenaikan sebesar 31,49% dari beton normal umur
3 hari dan pada umur 7 hari mengalami kenaikan sebesar 18,84% dari beton normal umur 7 hari,
sedangkan pada umur 28 hari mengalami penurunan sebesar 0,08% dari beton normal umur 28
hari. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa reaksi akibat adanya penggunaan campuran
superplasticizer kuat tekan awal beton menjadi lebih tinggi namun selanjutnya terus mengalami
penurunan dan pada umur 28 hari memiliki kuat tekan yang cenderung sama dengan beton tanpa
penggunaan superplasticizer. Persentase kenaikan nilai kuat tekan beton maksimum yaitu pada
beton umur 3 hari.

SIMPULAN
Penggunaan bahan tambah superplasticizer pada campuran beton dapat meningkatkan
kualitas beton pada kekuatan tekan awalnya maupun tingkat workability atau kelecakannya.
Pada variasi campuran dengan menggunakan bahan tambah superplasticizer berpegaruh pada
pengujian slumptest yang menghasilakan ukuran tinggi slump lebih tinggi dari beton normal yaitu
dengan nilai 14,5 cm dan untuk beton normal dengan nilai 14 cm. Berdasarkan dari hasil
penelitian, beton dengan penambahan superplasticizer meningkatkan kuat tekan awalnya
dimana pada umur 3 hari dan 7 hari kuat tekan yang di hasilkan lebih besar dari beton normal
yaitu pada umur 3 hari sebesar 15,08 Mpa dan umur 7 hari sebesar 22,15 Mpa sedangkan untuk
beton normal umur 3 hari sebesar 11,47 Mpa dan umur 7 hari sebesar 18,64 Mpa, namun untuk
variasi umur 28 hari memiliki kuat tekan yang cenderung sama dengan beton nomal yaitu
sebesar 28,65 Mpa dan beton normal umur 28 hari sebesar 28,67 Mpa. Dari hasil pengujian, beton
dengan campuran superplasticizer memiliki kekuatan awal yang tinggi di mana pada umur 3
mengalami kenaikan sebesar 31,49 % dan pada umur 7 hari mengalami kenaikan sebesar 18,84
%. 5. Pada umur 28 hari seluruh variasi memiliki nilai kuat tekan yang melebihi nilai kuat tekan
beton rancana yaitu 25 Mpa dimana kuat tekan beton superplasticizer umur 28 hari yaitu sebesar
28,65 Mpa dan beton normal 28 hari sebesar 28,67 Mpa jadi seluruh variasi cukup memenuhi
syarat dengan hasil yang didapat.

DAFTAR PUSTAKA
[1] S. dkk Beong, “Peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Medan dalam Penanggulangan
Bencana Alam,” JPPUMA J. Ilmu Pemerintah. dan Sos. Polit. UMA (Journal Gov. Polit. Soc. UMA), vol. 4,
no. 2, pp. 176–185, 2018.
[2] A. Sinaga and Zainnudin, “Persepsi dan Implementasi Kebijakan Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Sebagai Sarana Pembelajaran dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan Pada
SMA Negeri Kota Pematang Siantar,” J. Adm. Publik ( Public Adm. J. ), vol. 3, no. 1, pp. 17–44, 2013,
[Online]. Available: http://ojs.uma.ac.id/index.php/adminpublik/article/view/192/145
[3] A. Irwan, “Analisa Respon Mekanik Genteng Dari Bahan Beton Busa Diperkuat Serat Tkks Akibat
Beban Impak Hujan Es Dengan Menggunakan Impactor Batang Aluminium,” J. Mech. Eng. Manuf.
Mater. Energy, vol. 3, no. 1, p. 57, 2019, doi: 10.31289/jmemme.v3i1.2498.
[4] M. Al Rasid and A. J. Zulfikar, “Analysis Tensile Strength of Laminate Jute Composites Based on Damage
Patterns of Cylinder Columns Split Tensile Test Method,” J. Ilm. Tek. Sipil dan Arsit., vol. 1, no. 2, pp.
97–103, 2022, doi: 10.31289/jitas.v1i2.1454.

Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Arsitektur (JITAS) | ISSN 2830-3911(Online)
Vol 3, No. 1, Februari 2024: 18-26,
26
[5] A. Kekuatan et al., “Analysis of Compressive Strength of Concrete Cylindrical Column,” vol. 6, no. 1, pp.
37–44, 2022.
[6] P. Penggunaan et al., “(Journal of Civil Engineering, Building and Transportation),” vol. 4, no. 1, pp. 1–
10, 2020.
[7] A. Perbandingan, K. Tekan, B. Normal, and K. Seunagan, “Analisa Perbandingan Kuat Tekan Beton
Normal Dengan Campuran Abu Boiler Pada Proyek Jembatan Di PT. Socfindo Kebun Seunagan,” vol.
7, no. 1, 2023.
[8] S. Sta and M. T. Road, “Analysis Calculation of Carryng Capacity Pile Foundation Overpass Sei,” vol. 3,
no. 1, pp. 40–48, 2019, doi: 10.31289/jcebt.v3i1.2460.
[9] E. Perencanaan et al., “(Journal of Civil Engineering, Building and Transportation),” vol. 2, no. 1, 2018.
[10] S. Sugiyanto, M. K. Yunanto, and D. Yulianto, “Inovasi Pengembangan Wisata Kampung Nelayan di
Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Endeurahan Tetandara, Rukun Lima, dan Paupanda, Kecamatan
Ende Selatan, Kabupaten Ende,” Perspektif, vol. 9, no. 1, pp. 27–37, 2020, doi:
10.31289/perspektif.v9i1.2996.
[11] P. Merbau, M. K. Pembangunan, P. Pasaribu, D. H. P. Simanjuntak, and W. Malau, “ANTHROPOS : Jurnal
Antropologi Sosial dan Budaya Metode Intervensi Sosial dalam Penguatan Strategi Masyarakat,” vol.
2, no. 2, pp. 192–205, 2016.
[12] K. Mustafa, P. Studi, T. Industri, and U. M. Area, “JIME ( Journal of Industrial and Manufacture
Engineering ) Provinsi Sumatera Utara di Medan Work Network Analysis Using CPM Method on
Construction Project of BPK RI Balai Diklat Building Representative of North Sumatra Province in
Medan Program Studi Tekn,” vol. 2, no. November 2018, pp. 51–56, 2019.
[13] D. Menggunakan, N. Bow, S. Dan, H. Pasar, D. C. Krisnawan, and H. R. Agustapraja, “Bow , Sni , And
Market Prices,” vol. 4, no. September, pp. 80–84, 2020.
[14] T. D. Stevanni Imelda Christianingrum, “IMPLEMENTASI PROGRAM KOTA TANPA KUMUH DI
KECAMATAN SEMARANG TIMUR,” J. Public Policy Manag. Rev., vol. 8, pp. 1–19, 2019.
[15] M. S. Siagian, D. Ramdan, and B. Umroh, “Rancang Bangun Cetakan Botol Ukuran 30 ml Model Blow
Pada Mesin Injection Molding Design of 30 ml Blow Model Bottle Mold on Injection Molding Machine,”
J. Ilm. Tek. Inform. dan Elektro, vol. 2, no. 1, pp. 11–20, 2022, doi: 10.31289/jitmi.v2i1.2009.
[16] N. Fitriadi and Y. Yus, “Pengaruh Penambahan Water Tube Dan Penggunaan Air Panas Hasil
Penyulingan pada Boiler Terhadap Lama Waktu Penyulingan Minyak Pala,” J. Mech. Eng. Manuf. Mater.
Energy, vol. 3, no. 2, p. 123, 2019, doi: 10.31289/jmemme.v3i2.3096.
[17] Z. Fynnisa, M. Irwansyah, and P. Handayani, “for Cement in Concrete K-300,” vol. 6, no. 1, pp. 92–96,
2022.
[18] P. S. Zalukhu and D. M. Hutauruk, “Effect of Addition of Coco Fiber ( Cocofiber ) to Concrete Mixture
as Sound Damper,” vol. 1, no. 1, pp. 27–36, 2017.
[19] C. T. Material, “Concrete Tile Material,” vol. 1, no. 1, pp. 11–18, 2017.