CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
129
PERAN PENDIDIKAN PANCASILA DA N KEWARGANEGARAAN
DALAM MEMBENTUK CALON PEM IMPIN DI ERA GLOBAL
H.Lukman Hakim
Staf Pengajar PPKn SMAN 6 Kabupaten Tangerang Banten
Email: [email protected]
Abstrak
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(PPKn)merupakan bentuk
pendidikan yang mengembangkan sikap dan kemampuan warga negara baik
dari aspekpengetahuan,sikap,keterampilan, dan karakter. Menghadapi arus
globalisasi saat ini tentu membutuhkan persiapan secara maksimal untuk
menyiapkan para generasimuda menjadi pemimpin masa depan yang
profesional.Pemimpin di eraglobal haruslahdapat malakukan perubahan
secara terencana, memiliki suatu visi dan misi, memiliki pengaruh yang kuat
guna mencapai tujuan bersama hingga mampu memotivasi rekan kerja di
Organisasi.Untukmenjalankan roda kepemimpinan seorang pemimpin
memerlukan suatu upaya yangstrategis, sistematis dan efektif dalam
melaksananan suatu aktifitas untuk mencapai perubahan yang berkemajuan.
Melaluipengembangan nilai-nilai kepemimpinan yang terdapat dalam
materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraandapat digunakan sebagai
acuan bagi generasi mudapenerus estafet kepemimpinanuntuk menyiapkan
diri menjadi pemimpinan masa depanyanghandal,berkualitas dan berjiwa
nasionalisme.
KataKunci:Peran, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Pemimpin di Era global

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
130
Abstract
Pancasila and CitizenshipEducation (PPKn) is a form of education
that develops the attitudes and abilities of citizens both in terms of
knowledge, attitudes, skills, and character. Facing the current flow of
globalization certainly requires maximum preparation to prepare young
people to become professional future leaders. Leaders in the global era
must be able to make changes in a planned manner, have a vision and
mission, have a strong influence in achieving common goals so as to be able
to motivate colleagues in the Organization.To run the leadership wheel of a
leader requires a strategic, systematic and effective effort in carrying out an
activity to achieve progressive change. Through the development of
leadership valuescontained in the Pancasila and Citizenship Education
material can be used as a reference for the younger generation of
successors in the leadership relay to prepare themselves to become reliable,
quality and spirit of nationalism future leaders.
Keywords: Role, Pancasila Education and Citizenship, Leader in the Global
Era
PENDAHULUAN
Perubahan yang terjadi di dunia saat ini sangatlah cepat, baik dari aspek
teknologi, pendidikan, politik, hukum,sosial,maupaun ekonomi. Tentu hal ini
akan berakibat pada perubahan tatanan dunia. Disisilain tatanan-tatanan baru
yang menjadi alternatif dalam menciptakan sistem global yang lebih baik belum
terbentuk.Seperti halnya dampak dan pengaruh yang disebabkan oleh globalisasi.
Hal tersebut tentu akan mengakibatkan lemahnya nilai-nilai sosial
kemasyarakatan. Lemahnya nilai-nilai sosial kemasyarakatan akan menimbulkan
krisis moneter yangdampaknya tentu akan terasadalam kehidupan sehari-hari,
sekaligus juga akan mempengarui karakter moral dan sikap perilaku manusia
diberbagai belahandunia seperti halnya negara berkembang yakni Indonesia
(Syarbaini, 2006: 1)
Adanya krisis yang dialami negara tentu akan berndampak juga pada
generasi muda.Muhammad Syaifudin & Agus Satmoko (2014 : 670)
menyampaikan bahwa“Generasi muda tentu akan menjadi generasi penurus
bangsa untuk memimpin dan membawa perubahan bagi bangsanya ke arah yang
lebih baik”. Oleh karena itu diperlukan adanya rekontruksi dalam dunia
pendidikanuntuk menyiapkanpara pemimpin yang berjiwa nasionalis dan

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
131
berkarakter. Salah satu bentuk rekontruksi pendidikan yang dapat diterapkan
yakni melalu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hal ini tentu
mengingat bahwa materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki
tujuan.
1)menampilkan karakter yang mencerminkan penghayatan, pemahaman, dan
pengamalan nilai dan moral Pancasila secara personal dan sosial;
2)memiliki komitmen konstitusional yang ditopang oleh sikap positif dan
pemahaman utuh tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
3)berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta memiliki semangat
kebangsaan serta cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila,
Undang Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, semangat
Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dan 4)berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai
anggota masyarakat, tunas bangsa, dan warga negara sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang hidup
bersama dalam berbagai tatanan sosial Budaya. (PP Nomor 32 Tahun 2013)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memilik peran dan fungsi
yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai Ideologi Pancasila. Malalui
pengembangan nilai-nilai Ideologi Pancasila yang disampaikan dalam
pembelajaran PPKn akan menumbuhkan jiwa nasionalisme para pemimpin di era
global.Kepemimpinandi era global haruslah dapat melakukan suatu perubahan
yang terstruktur dan memiliki visi misiuntuk mencapai tujuan, hingga dapat
memotivasi rekan kerja dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Tentu
hal ini membutuhkan persiapan secara profesional dan personal untuk
menjalankan tugas tersebut. Para generasi muda saat ini tentu harus disiapkan
secara maksimal dalam setiap proses pembelajaran di lingkungan sekolah
khususnya pada pelajaran PPKn yang mengembangkan dan menanamkan nilai-
nilai Ideologi Pancasila.
Model kepemimpinan yang mengembangkan nilai-nilai pancasila tentu
sangat dibutuhkan dalam menyiapkan pemimpin di era global. tentu hal ini
mengingat bahwa nilai-nilai pacasila kini telah tergerus oleh globalisasi yang
selalu membawa karakter individualistik dan liberal.Para generasi muda saat ini
belum mampu menjadikan Pancasila sebagai benteng untuk menahan banyaknya
arus globalisasiyang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.Maraknya

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
132
pemimpin bangsa yang tersandung akan masalah korupsi dan kriminalitas tentu
menjadi contoh lunturnya nilai-nilai pancasila.
Pemimpin yang hanya sibuk mementingkankepentingan diri dan
kelompoknya,bagaimana nilai cadangan devisa negara bertambah, eksploitasi
sumber daya alam dan bagaimana memperoleh menjalankan serta
mempertahankan kekuasaandengan segala cara. Akan tetapi, tidak pernah lagi
berpikir bagaimana membanguntatanan negara yang berasaskan nilai-nilai dan
dasar-dasar Ideologi Pancasila. Perhatian pemimpin bangsa saat ini tentu tersita
pada persoalan-persoalanteknis yang pada hakikatya dapat diselesaikan secara
mudahasal para pemimpin bangsa memiliki pendirian yang kokoh(Yetti
Hidayatillah: 2014). Penumbuhan kembali nilai-nilai Pancasilapada mata
pelajaran PPKn dalam upaya menyiapkan para calon pemimpin bangsa tentu
menjadi alternatif untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Hal ini dapat
dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas bahkan
Perguruan Tinggi.Dengan demikian para generasi muda dituntut untukdapat
mengimplementasikannilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik dari
aspek pengetahuan, keterampilan,dan sosialserta karakter warga negara.
KAJIAN PUSTAKA
1.Hakikatdan peranpendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan pada pembinaan sikap dan
kemampuan bela negara. Jadi berbeda dengan wajib latih yang lebih
ditekankan pada aspek fisik. Pendidikan kewarganegaraan lebih ditekankan
pada aspek kongnitif dan afektif bela negara (Amin, 2010: 42).Kesadaran
akan hak dan kewajiban warga negara dalam membangun kehidupan warga
negara tentu menjadi tujuan umum dari pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan. Hal ini tentu sependapat dengan pendapatnyaHeater
(1999:114)bahwa.
Citizenshipn eeds to be 'understooda nd studied as a mosaic of
identities, duties and rightsr athert han a unitaryc oncept' (Heater,
1999, p. 114). As such, citizenshipe ducation can be located within
broadlyd rawnp arameters.In veryb road terms, the tasko f
citizenship education is to promotea nd encourage individualst o
play a better part in our democracy

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
133
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tentu menjadi proses
penanaman kesadaran warga negara dalam menjalankan hakdan kewajiban
warga negara dalam hal ini mata pelajaran PPKn memiliki peran yang
strategis untuk membangun sistem pemerintahan yang lebih beradab. Melalui
pembinaan karakter pada masyarakat tentu akan mewujudkan kabiasaan baik,
dan dari kebiasaan baik akan melehirkan budaya yang baik pula dalam sistem
pemerintahan.Dalam mewujudkan hal tersebut tentu membutuhkan proses
yang kompleks dan memperlukan waktu yang cukup lama oleh sebab itu
diperlukan kerjasama dari berbagai komponen masyarakat.
Salah satu komponen penting dalam upaya membangun tatanan
masyarakat yang berkemajuan tentu diperlukan adanya kerjasama dari bidang
pendidikan, khususnya pendidikan formal, artinya bahwa pendidikan formal
memiliki peran sekaligus tanggun jawab dalam membina karakter bangsa
khusunya amta pelajaran PPKn yang secara umum memiliki tujuan sama
dengan konsep membangun tatanan masyarakat yang berkemajuan yakni:
(1)sikap kewarganegaraan termasuk keteguhan, komitmen dan tanggung
jawabkewarganegaraan (civic confidence, civic committment, and civic
responsibility);
(2)pengetahuan kewarganegaraan;
(3)keterampilan kewarganegaraan termasuk kecakapan dan partisipasi
kewarganegaraan(civic competence and civic responsibility(PP Nomor
32 Tahun 2013)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki ruang lingkup
yang cukup luas dalam mengembangkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan
bangsa Indonesia. Adapun kedudukan dan fungsi tersebut di jalskan dalam
Undang-undang Pasal 3 No. 20 tahun 2003 yakni:
1)PPKn merupakan pendi dikan nilai, moral/karakter, dan
kewarganegaraan khas Indonesia yang tidak sama sebangun dengan
civic education di USA, citizenship education di UK, talimatul
muwatanahdi negara-negara Timur Tengah, education civicasdi
Amerika Latin.
2)PPKn sebagai wahana pendidikan nilai, moral/karakter Pancasila dan
pengembangan kapasitas psikososial kewarganegaraan Indonesia sangat
koheren (runut dan terpadu) dengan komitmen pengembangan watak

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
134
dan peradaban bangsa yang bermartabat dan perwujudan warganegara
yang demokratis dan bertanggung jawab
Menuru Rahmat (2009)banyak aspek kompetensi yang dapat diperoleh
peserta didik dalam pembelajaran PPKn salah satunya pengetahua warga
negara (civic knowledge)menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yagn
dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral.
keterampilan kewarganegaraan (civicskills) meliputi keterampilan intelektual
dan keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sedangkan kompetensi watak atau karakter kewarganegaraan (civic
dispositions) dapat dikatakan sebagai murah dari pengembangan kedua
kompetensi tersebut.
KomponenCivic knowledgepada mata pelajaran PPKn mengambarkan
bahwa PPKn merupakan salah satu kajian keilmuan yang memiliki sifat
multidisipliner hal ini berarti bahwa materi pengetahuan kewarganegaraan
meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak
asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan
dan non-pemerintahan, identitas nasional, pemeritahan berdasarkan hukum
dan peradilan yang tidak memihak dan bebas, konstitusi serta nilai dan moral
masyarakat. Sedangkan menurut Branson (1998: 87) aspekcivic knowledge
dalam pembelajaran PPKn diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting
yakni
(1)apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan pemerintahan;
(2)apapondasi-pondasi sistem politik;
(3)bagaiamana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi
mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
demokrasi;
(4)hubungan antar suatu Negara dengan Negara-negara lain dan posisinya
dalam masalah-masalah internasional;
(5)apa peran warganegara dalam demokrasi.
Pembelajaran PPKn yang dikembangkan saat ini tentu haruslah sesuai
dengan lima hal terserbut untuk melahirkan warga negara yang memiliki
pengetahuan kewarganegaraan yang memadai guna menyiapkan para calon
pemimpin di era globa yang mampu memberi perubahanyang lebih baik
bagai negaranya dengan menerapkan nilai-nilai dan asas asas dasar negara.
Komponen aspekcivic skillsdalam pembelajaran PPKn menurut
Quigley dalam Budimansyah 2010 secara konseptual memiliki karakteristik

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
135
kepribadian yang meliputi keadaban, tanggung jawab, disiplin, toleransi,
terbuka, kesabaran, ketaatan keterharuan, rendah hati serta memiliki jiwa
nasionalisme dan patriotisme dalam menejalankan kehidupan sehari-hari baik
alam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, serta bangsa dan negara.
Sedangkan komponen ketiga dalam pembelajaran PPKn berupacivics
dispositionaspek ini merupakan aspek yang paling subtantif dan esensial.
Civics dispositionmerupakan muarah utama dari aspekCivic knowledgedan
civic skillshal ini tentu sesuai dengan tujuan secara umum dari mata pelajaran
PPKn yang cenderung menekakan pada aspek pengetahuan dan keterampilan
warga negara dalam upaya membangun tatanan kehidupan warga negara yang
berlandaskan nilai-nilai dasara negara Pancasila.
Pembelajaran PPKn tentumemiliki peran yang sangat strategis untuk
melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang baik. Mempunyai kompetensi
yang handal sesuai dengan asas dan nilai-nilai ideologi Pancasila. Para
pemimpin bangsa yang dalam menerapkan kebijakan-kebijakannyasudah
dapat dipastikan tidak akan berbuat curang terhadap rakyatnya atau berbuat
negatif seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Dengan demikian akan
mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
berkeadaban dalam tatanan kehidupan masyarakat. Tentu dalam upaya
mewujudkan aspek-aspek tersebut dibutuhkan pola Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang jauh lebih baik lagi baik dari kurikulum PPKn, model
pembelajaran PPKn sampaik dengan model penilaian yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
2.Hakikatperan PPKn danPemimpin di Era Global
Dalam menjalankan organisasi, pemimpinmenjadi penentu untuk
mencapai tujuan dan perubahan yang lebih baik. Menurut Robert D Stuart
(2002: 352) pemimpin adalah “seseorang yang diharapkan mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi, memberi petunjuk dan juga mampu
menentukan individu untuk mencapai tujuan organisasi”.Sedang kan menurut
Avolio dalamHofmeyer, Sheingold, Klopper dan Warland (2015)
menjelaskan bahwa “Leadership can be defined in terms of traits,
characteristics and behaviours that focus on a clear vision,action, modelling
the way, ethical relationships, congruence, trustworthiness and
collaboration”.Kepemimpinan merupakan bentuk gambaran dari sifat,
karakteristik dan perilaku yang fokus pada visi dan misi untuk mencapai
tujuan organisasi

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
136
Pemimpin apresiatif tentu sangat di butuhkan untuk membangun
tatanan dunia yang berkemajuan. Mengingat bahwa perngertian pemimpin
apresiatif adalah “The role of an appreciative leader is to be a catalyst of
change and to look for and nurture the best in others”.(Orr and Cleveland-
Innes, 2015: 237).Pemimpinapresiatif akanmewujudkan sistem
kepemimpinan yang mengembangkan nilai-nilai dasar organisasi. Dalam
menjalankan kepemimpinannya,pemimpin tentu tidak bisa lepas akan konsep
kepemimpinan yang dikembangkan. Di era saat inipemimpinharuslah
memiliki konsep kepemimpinan yang berorientasi pada perbuahan.
Perubahan tersebut mencakup tujuh unsur yang esensial dalam kepemimpinan
yakni perubahan dalam aspek pemimpin, pengaruh, pengikut, maksud, tujuan
bersama, perubahan, dan tanggung jawab pribadi.Seorang pemimpin tentu
haruslah memberi perubahan bagi organisasi yang dipimpinnya. Pengaruh
kepemimpinan tuntu juga menjadi unsur mendasar dalam memberikan
perubahan.
Nanus & Dobbs (1999: 18) menemukan beberapa model khusus yang
dapat digunaan untuk memahami peran pemimpin organisasi“inside the
organization, outside organization, present operation, and on future
possiblities”para pemimpinharuslah memberi inspirasi, mendorong ,
menggerakkan dan memberdayakananggotannya baiklingkup dalam
organisasi, luar organisasi, operasional organisasi, maupuan masa depan dan
tujuan organisasi yang akan dicapai. Keempat hal tersebut terdiri dari enam
peran yang merupakan aktivitas pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya dan oleh Burtdigambarkan pada gambar 1.
Gambar 1. peran gambar pemimpin organisasi non profit

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
137
Gambar tersebut tentu memberikan gambaran bahwa pemimpin dalam
menjalankan organisasinya memiliki visi dan strategiyang sejalan dengan
dasar negara Pancasila yakni seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk
menggerahkan organisasi ke arah yang lebih baik dan mengembangkan nilai-
nilai dasar negara pada setiap visi dan misi. Pemimpin sebagai politisi dan
juru bicara juga merupakan komponen kedua yang harus di kembangkan
dalam model kepemimpinan di era global hal ini dapat diartikan bahwa
pemimpin berperan sebagai penasehat, juru bicara dan sebagai negosiator
terhadap bawahnnya serta membangun hubungan dengan menggunakan
sumber-sumber informasi. Ketiga, pemimpinansebagai seorang pelatih, yakni
dalam diri pemimpin telah tertanan sifat membangun regu dan membina
orang-orang di dalam organisasi dengan membangun kepercayaan yang
menjadi pegangan. Nilai model kepemimpinan yang harus dibangun yakni
pemimpin yang mampu menjadi agen perubahan dalam posisi di masa yang
akan datang. Pemimpinini memiliki pengaruh besar dalam mengembil
keputusanuntuk perubahan yang lebih baik lagi.
Pemimpin sebagai agen perubahan merupakan individu yang harus
bertanggun jawab untuk mengubahsistem dan tingkah laku para anggotanya
yang berdasarkan ajaran dan nila-nilai Ideologi Pancasila.Perubahan sukses
dalam model kepepimpinan menurut Kurt Lewain dan Schein dalam Irawaty
A. Kahar(2008: 25)haruslah mengikuti empat langkah yakni pertama,
adanya keinginan untuk berubah dengan diawali adanya suatu kebutuhan
perupa kekurangan-kekurangan dan ketidakpuasan selama ini. Kedua,
pencarian yang meliputi memberikan dorongan untuk membujuk melalui
beberapa pendekatan dan mengurangai berbagai bentuk ancaman-ancaman
dan penolakan dengan demikian setiap individu dalam lingkung organisasi
siap untuk berubah. Ketiga, merubah perilaku secara individu terlebih dahulu
kemudian anggota organisasi secara umum.Keempat merupakan langkah
terakhir dalam upaya melakukan perubahan yang lebih baik pada organisasi
yakni melalu pemantapan perubahan baru untuk membuat menjadi permanen.
Dalam upaya mewujudkan pemimpin di era global yang profesional
dan berjiwa Pancasilais tentu dibutuhkan peran dunia pendidikan untuk
menanamkan nilai-nilaidasar negara tersebut.Disinilahperan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan sangat di perlukan mengingat bahwa
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan materi pembelajaran
wajib pada sekolah dasar sampaiperguruan tinggi yang menanamkannilai-

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
138
nilai dasar negara Pancasila pada generasi penurus bangsa dalam upaya
mewujudkan cita-cita dan tujuan Nasional Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila sebagaimana di rumuskan oleh para pemimpinan bangsa
merupakan pandangan hidup yang muncul dalam mengenali realitas sosial
politik bangsa Indonesia. menurut Kaelan (2002) Pancasila adalah
gambararan dari nilai-nilai jati diri bangsa yang dikembangkan dalam lima
dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam lingkuppendidikan nasional, tidak dapat dipungkiri bahwa
Pancasila sebagai ideologi bangsa mengalami banyak mengalami perubahan
dari setiap razim yang berkuasa, baik dari orde lama samapai dengan masa
reformasi.Namun demikian pembelajaran PPKn tentu menjadi alternafi
utama dalam penanaman nilai-nilai dasar negara Pancasila sebagai upaya
menyiapkan para pemimpinan bangsa di masa yang akan datang. Sekaitan
dengan pananaman nilai-nilai Pancasila melalu pendidikan Kewarganegaraan
Afief Rahman, Duta UNESCO untuk Indonesia sekaligus pengamat
pendidikan mengemukakan bahwa Penanaman Ideologi Pancasila saat ini
dapat diterapkan malalui Pendidikan Kewarganegaraan (Anonym, 2011).
Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa agarideologi terserbut mampu berjalan
secara maksimal makaperlu memperhatikan tiga aspek yakni Kognitif
(pengetahuan), efektif (sikap), dan psikokotor (pengalaman) begitu pula
dengan penanaman ideologi Pancasila dalam pembelajaran PPKn ketiga
aspek tersebut harus dijalankan secara seimbang.
Dengan demikian adabeberapa nilai-nilai kepemimpinan pada
pembelajaran PPKn yang dapat digunakan untuk membangun para calon
pemimpin di era global yang berjiwa nasionalis. Menurut Winarno (2010)
nilai-nilai terserbut dapat dilihat dari persektif teori pembelajaran PPKn yakni
fungsionalisme strukturalmerupakan pengembangan nilai-nilai kehidupan
sosial yang mengikat integrasi, titik temu, jati diri bangsa serta nilai yang
dianggap baik untuk diwujudkan. Sedangkan menurut White Hodgson dan
Crainer (1997) ada lima jenis kterampilan yang perlu dikembangkan dalam
pembelajaran PPKn di sekolah-sekolah. Kelima terampilan terserbut harus
dikorelasikan dengan nilai-nilai dasar negara Pancasila.
a.Dificult Learning
Proses pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai Pancasila
merupakan kunci untuk mengatasi kegagalan dalam berorgansiasi.

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
139
Adanya proses pembelajaran yang rumit dan sulit tentu mebutuhkan
kreatifitas yang tinggi. Disinilah peran dari nilai pancasila yang dapat
dikembangkan dalam pores pembelajaran untuk dapat mengidentifikasi
apa yang belum mereka ketahui dan segala sesuatu yang belum
didapatkan cara pemecahannya. Guru PPKn hendaklah mengambarkan
nilai-nilai dasar negara Pancasila melalu beberapa contoh untuk
membangun tugas dan fungsi dalam proses pembelajaran melalui
penugasan yang mengarahkan pada aspek sikap, pengetahuan dan
ketarampilan warga negara.
b.Maximizing Energy
Merupakan proses pembelajaran PPKn yang menekankan pada
penyampain nilai-nilai pembelajaran secara maksimal baik
secara teori maupun praktek. Bagaimana nilai-nilai tersebut mampu
di pahami para peserta didik kemudian dapat membangun keterampilan
para calon pemimpin yang diinginkan pada organisasi masa depan yakni
para pemimpin dengan kemampuan untuk mengeluarkan keputusan yang
berlandaskan akan nilai-nilai dasar negara
c.Resonant Simplicity
Di era kecanggihan teknologi saat ini, informasi dan komunikasi
yang efektif dan jelas merupakan suatu tuntutan. Melalu informasi
berupa data maupun informasi tentu akan memberikan kemudahan bagi
pendidik dalam upaya mentransformasikan nilai-nilai dasar negara dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian para peserta didik akan dibekali
setiap ilmu pengetahuan serta cara mengkomunikasikannya pada
masyarakat umum. Pemimpian masa depan haruslah benar-bener
memastikan dengan terjun langsung ke lapangan baik dalam bentuk
observasimaupuanpenelitian mengenai dinamika dan kebutuhan
masyarakat yang kemudian akan berujuk pada kebijakan yang akan
diambil dalam menyelesaikan permasalahan.
d.Multiple Focus
Pendidik merupakan media dalam mentransformasikan nilai-nilai
pembelajaran pada peserta didik. Tentu dalam menyampikan peroses
pembelajaran di kelas pendidik harus fokus pada nilai pendidikan apa

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
140
yang akan dikembangkan dalam upaya membekalai para calon pemimpin
di era global. Untuk membangun nuansa fokus dalam peserta agar
menjadi kebiasaan tentu membutuhkan strategi. Strategi ini lah yang
tentu akan menjadi kebiasaan di masa yang akan datang. Kejelasan untuk
mencapai tujuan akan didapatkan setelah melalu proses yang tidak
terfokus. Dalam menyiapkan para pemimpian masa depan tentu hal ini
akan sering sekalitimbul. Adanya kemampuan seorang pemimpin untuk
melakukan teknikpersuasifdanadvocaydalam mempengarui anggota
organisasi untuk dapat berpikir dan bertindak secar terfokus tentu sangat
dituntut pada para calan pemimpinan masa depan. Dengan demikian
melalui proses pembelajaran PPKn yang berkelanjutan diharapkan mamu
memberikan alternatif para peserta didik untuk membiasaan kebiasaan
fokus dalammenjalankan tugas.
e.Mastering Inner Sense
Proses pembelajaran di kelas tentu menggunakan logika dan rasio
dalam membuat prediksi-prediksi dalam menyelesaikan tugas.
Pembelajaran PPKn akan menjadi media untuk melatih menggunakan
kemampuaninner senseyang dimiliki dalam membuat keputusan-
keputusan. Keputusan-keputusan tersebut haruslah diselesaikan secar
cepat, maka peraninnersensesangatlah penting. Melalu kekuatan
innersenseseorang pemimpinan akan berani mengambil resiko
menempuh jalan keluar dari segala aturan.Disinilah peran materi PPKn
dalam menumbuhkan kekuataninnersensepara pesrta didik sebagai
bekaldalam membangun para calon pemimpin di era masa depan yang
berani mengambil resiko, dan paham akan konsekuensi dengan tanggap
dapat memberikan suatu solusi.
Dalam upaya mengembangkan nilai-nilai terampilan para calon
pemimpin di era gelobal tentu membutuhkan keteladanan. Hal ini tentu harus
di gambarkan pula bagi para pendidik . Pendidikan merupakan contoh figur
yang mentransformasikan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara
tentu juga harus mencerahkan dan memberi perubahan ke arah yang lebih
baik dalam membangun tatanan kehidupan yang berasaskan nilai-nilai dasar
kehidupan.Sehingga akan terjalin ikatan antara pendidik dan peserta didik
yang terorganisir secar berkala untuk mencapai tujuan bersama yakni

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
141
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
SIMPULAN
Era global merupakan era dimana perkembangan teknologi semakin
berkembang, tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara tentu menjadi
obejek kajian yang menarik dalam upaya menyiapkan para pemimpin bangsa
yang berkualitas dan profesional.Hal ini diperlukan peran serta dunia
pendidikan dalam upaya menyiapkan para pemimpin terserbut yakni melalu
materi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pemimpin
di era global haruslah memiliki sikap dan karakter warga negara yang berjiwa
Nasionalisme, denganmengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam dasar
negara Pancasila pada kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai dasar pancasila akan
menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
Materipembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran
haruslah menginternalisasikan nilai-nilai dasar negara pancasila dalam setiap
materi yang disampaikan. terdapat lima nilai dasar yang bisa dijadikan rujuan
para pendidik mata pelajaran PPKn dalam membangun para calan pemimpin
masa depan yang memiliki jiwa Pancasilais dan nasionalis, kelima nilai
tersebut yakniDificult Learning,Maximizing Energy,Resonant Simplicity,
Multiple FocusdanMastering Inner Sense.Kelima nilai ini akan menjadi
media dalam mentransformasikan nilai-nilai dasar Pancasila dalam diri
peserta didik. Tentu hal ini juga membutuhkan peran dari seorang pendidik
yang memberikan teladan secaralangsung. sehingga akan terjadi interaksi
antara pendidik dan peserta didik yang sistematis,dalam upaya membentuk
calon pemimpin bangsa yang profesional di era global.

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
142
DAFTAR PUSTAKA
Syarbaini, Syahrial, dkk. 2006.Membangun Karakter dan Kepribadian melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : UIEU–University Press
Muhammad Syaifudin & Agus Satmoko. (2014). Kontribusi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam Pembentukan Perilaku siswa SMA
Negari 19 Surabaya.Kajian Moral dan KewarganegaraanVolume 2
Nomor 2.
Yetti Hidayatillah.(2014). Urgensi Eksistensi Pancasila di Era Globalisasi (Studi
Kritis Terhadap Persepsi Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Tentang
Eksistensi Pancasila). Jurnal Pelopor PendidikanVolume 6, Nomer 2
Amin, Z.L. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka
Heater, D. (1999).What is citizensih education.Cambridge: Polity Press
Branson, Margaret Stimman. (1998). The Role of Civics education: A fortcoming
Education Policy Tas Force Position Paper from the communicatarian
Network, Calabasas : CCE.
Stuart, Robert D. and Barbara B. Morgan. (2002).Library and information centre
management,USA: Library Unlimited.
Orr T & Cleveland-Innes M. (2015). Appreciative Leadership: Supporting
Education Innovation.International Review of Research in Open and
Distributed Learning. Volume 16, Number 4
Nanus, Burt and Stephen M. Dobbs. (1999).LeadersMake Different Strategies
for Meetingthe Non Profit Challenge, San Francisco: Jossey bass.
Hofmeyer A, Sheingold B.H, Klopper H.C, Warland J. (2015). LeadershipIn
Learning And Teaching In Higher Education: Perspectives Of Academics In
Non-Formal Leadership Roles.ContemporaryIssues In Education
Research. Volume 8, Number 3.
Irawaty A. Kahar. (2008). Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi
(organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan tinggi.Pustaha:
Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi.Vol.4, No.1, Juni 2008
Kaelan. 2007.Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

CIVICS EDUCATION AND SOCIAL SCIENSE JOURNAL(CESSJ)
Volume 1Nomor 2BulanDesember2019
JORNAL PROGDI PPKn, FKIP UNIVET BANTARA SUKOHARJO BEKERJA SAMA DENGAN
ASSOSIASI PROFESI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (AP3KNI) JAWA TENGAH
143
Anonym. 2011. “Cukupkan PendidikanKewarganegaraan?”Tersedia[Online]
http://edukasi.kompas.com/read/20Pendidikan Kewarganegaraan”.Acta
Civicus: Jurnal PendidikanKewarganegaraan, Vol. 2 (2) April 2009.
Winarno. 2010. “Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan
(civiceducation)”. Makalah disajikan dalam Seminar di Universiti
Pendidikan Sultan Idris (UPSI), 13 April 2010