Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan
Volume 5 Nomor 5 Oktober 2023 Halaman 1824 - 1832
https://edukatif.org/index.php/edukatif/index

Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order
Thinking Skill

Suwarni
1
, Yulita Dewi Purmintasari
2

Pendidikan Sejarah, IKIP PGRI Pontianak, Indonesia
1,2
e-mail : [email protected]
1
, [email protected]
2


Abstrak
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengembangan, dan kelayakan bahan ajar Sejarah Asia
Selatan berbasis HOTS. Permasalahan akan keterbatasan sumber belajar sejarah asia selatan yang belum
mengajak peserta didik untuk mengembakan kemampuan HOTS menjadi landasan penelitian untuk
mengembangakan bahan ajar sejarah asia selatan, dengan harapan dapat membantu mahasiswa lebih
memahami tentang nilai-nilai yang harus mahasiswa dapatkan dan diimplementaasikan dari sejarah Asia
Selatan. Metode penenilitian yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan dengan Langkah 4D
yaitu, Define, Design, Develop, Deseminate. Hasil penelitian kelayakan pertama dapat dilihat dari hasil ahli
materi dengan rata-rata skor dan ahli media dengan skor rata-rata 4,08 kategori baik. Selanjutnnya dilakukan
development testing dalam dua tahapan. Hasil penilaian pada evaluasi one to one skor rata rata 4,15 kategori
baik. Skor rata-rata pada evaluasi small group adalah 4,31 kategori sangat baik.
Kata Kunci: Bahan Ajar, HOTS, Sejarah Asia Selatan.
Abstract
This study aims to determine the development process, and the feasibility of HOTS-based South Asian History
teaching materials. The problem of limited South Asian history learning resources which have not yet invited
students to develop HOTS skills has become the basis for research to develop South Asian history teaching
materials, with the hope of helping students understand more about the values that students must obtain and
implement from South Asian history. The research method used is the development research method with 4D
steps, namely, Define, Design, Develop, Deseminate. The results of the first feasibility study can be seen from
the results of material experts with an average score and media experts with an average score of 4.08 in the
good category. Furthermore, development testing is carried out in two stages. The results of the one-to-one
evaluation score an average score of 4.15 in the good category. The average score in the small group
evaluation was 4.31 in the very good category.
Keywords: Teaching materials, HOTS, South Asia History.








Copyright (c) 2023 Suwarni, Yulita Dewi Purmintasari

 Corresponding author :
Email : [email protected] ISSN 2656-8063 (Media Cetak)
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600 ISSN 2656-8071 (Media Online)

1825 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order Thinking Skill - Suwarni,
Yulita Dewi Purmintasari
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

PENDAHULUAN
Pendidikan sejarah di era global ini menghadapi tantangan dan dibutuhkan kontribusi masyarakat untuk
lebih meningkatkan sejarah kesadaran, baik dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat dan warga
negara, serta memperkuat semangat nasionalisme dan cinta tanah air tanah air tanpa mengabaikan rasa
kebersamaan dalam kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Sejarah dapat meningkatkan kesadaran sejarah
membangun kepribadian dan mentalitas sikap siswa, dan meningkatkan kesadaran akan beberapa dimensi
paling dasar dari eksistensi manusia, yaitu kesinambungan. Selain itu, Pendidikan sejarah diharuskan memberi
perhatian pada perkembangan keterampilan berpikir dalam proses belajarnya, akan tetapi hal tersebut belum
dapat terealisasi dengan sepenuhnya karena pada kenyataanya pembelajaran sejarah dianggap tidak bermakna,
penuh beban hafalan yang tidak mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis, tidak berkaitan dengan
realita kehidupan dan tidak dapat memunculkan rasa ingin tahu peserta didik (Irfan et al., 2019). Selain itu
permasalahan pembelajaran sejarah yaitu menghadirkan keabstrakan sehingga membuat pembelajaran terasa
sulit.
Menghadirkan bahan ajar merupakan salah satu upaya untuk membuat sejarah pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merasakan suatu peristiwa
dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran merupakan suatu kesatuan sistem yang
kompleks yang disusun dari perangkat pembelajaran, proses, evaluasi, sumber belajar dan media
pembelajaran. Bahan ajar sebagai bagian dari sumber belajar merupakan komponen penting dalam
pembelajaran yang merangkum materi yang dipelajari guna mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ibrahim
bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci,
jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan
sikap atau nilai (Aisyah et al., 2020). Melalui bahan ajar peserta didik mendapatkan informasi yang
dibutuhkan sesuai dengan materi kajian.
Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus mampu untuk mengembangkan materi yang
diampunya dengan kreatif, dan inovatif sesuai dengan perkembangan kurikulum dan perkembangan teknologi.
Sesuai perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi yang menembus batas ruang dan waktu,
permasalahan yang semakin kompleks maka bahan ajar juga harus menyesuaikan perkembangan zaman.
Bahan ajar yang tidak tepat akan berpengaruh pada pencapaian belajar yang kurang optimal (Anggoro et al.,
2020). Bahan ajar menjadi penting karena bahan ajar dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembelajaran. Bahan ajar dapat menjadi pedoman bagi guru yang mengarahkan kegiatan pembelajaran dan
mengandung substansi kompetensi yang akan diajarkan, menjadi sebuah pedoman agar dapat
mengembanngakan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap posistif (Susanty et al., 2023). Bahan ajar tidak
semata-mata hanya menghadirkan materi ajar untuk mencapai tujuan pembelajaran semata, akan tetapi juga
harus mampu untuk mengajak siswa berfikir kritis dan memecahkan suatu permasalahan dari masalah
sederhana hingga masalah yang kompleks agar siswa dapat mengggali suatu kemungkinan, menginventaris
alternatif solusi, mencobakan sebuah ide dan menguji hipotesis (Ahyani, 2014).
Sesuai dengan perkembangan zaman saat ini menuntut mahasiswa mengembangkan kemampuan
berfikir kritis sesuai dengan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwol.
Pengembangan kemampuan berfikir kritis tersebut dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill
(HOTS). Melalui HOTS peserta didik harus mampu untuk berfikir kritis pada level C4, C5, dan C6 sesuai
dengan taksonomi Bloom (Saragih, 2019) (Ananda & Maemonah, 2022). Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi (HOTS) menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi berpikir kritis, kreatif, analitis, terhadap
informasi, dan data dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Sholiha & Kurniawan, 2021) (Ustadzah &
Fatchurrohman, 2023). Melalui HOTS mencoba untuk mengeksplorasi pertanyaan yang tidak jelas dan tidak

1826 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order Thinking Skill - Suwarni,
Yulita Dewi Purmintasari
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

punya jawaban pasti akan suatu permasalahan. Sejalan dengan HOTS, melalui pembelajaran Sejarah
diharapkan menghasilkan output yang mampu berfikir kritis (Mahfud et al., 2020) (Utaminingsih & Rahayu,
2021).
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa Indonesia masih sangat tertinggal dalam HOTS. Untuk mengatasi
permasalan rendahnya kemampuan siswa dalam berfikir HOTS maka dalam pembelajaran harus menyediakan
bahan ajar yang mampu digunakan untuk analisis, mengevaluasi dan berkreasi (Susilowati & Sumaji, 2021)
(Cintamulya, 2019). Keterampilan berpikir tingkat tinggi sangat penting untuk diterapkan dalam aspek
pengetahuan. Penting untuk ditanamkan pada siswa, mengingat pesatnya perkembangan tuntutan teknologi
setiap individu untuk mengerahkan pikiran dan seluruh potensinya agar dapat bertahan hidup dan bersaing.
Institusi pendidikan yang hanya menekankan hafalan membuat siswa tidak terbiasa berpikir kritis dalam
menerima materi yang diberikan. Akibatnya, kebiasaan siswa yang hanya menghafal tanpa mengembangkan
argumen akan terus belajar bahkan di dunia kerja yang sebenarnya.
Hasil penelitian anisah menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar berbasis HOTS dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis mahasiswa dalam penyelesaian masalah dengan rata-rata
kemampuan meningkat dari 57,50 menjadi 87,90 (Lastuti, 2018). Hasil penelitian Guswita juga menunjukkan
bahwa pengembengan bahan ajar berbasis HOTS dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik dalam pembelajaran (Guswita, 2021). Mata kuliah sejarah asia selatan sebagai salah satu mata
kuliah wajib lulus di program studi pendidikan sejarah IKIP PGRI Pontianak merupakan mata kuliah yang
cukup sulit dan kekurangan sumber belajar. Kajian sejarah Asia Selatan mulai dari peradaban Mohenjodaro-
Harrappa hingga India kontemporer. Mahasiswa dihadapkan pada kenyataan bahwa materi yang luar biasa
luas dan pelik hanya mengandalkan beberapa buku cetak sejarah asia selatan yang sangat terbatas di
lingkungan IKIP PGRI Pontianak. Bahan ajar yang ada hanya sebatas menghadirkan materi semata, belum
menuntun mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Permasalahan akan keterbatasan dan
belum adanya sumber belajar sejarah asia selatan yang mengajak peserta didik untuk mengembakan
kemampuan HOTS menarik peneliti untuk mengembangakan bahan ajar sejarah asia selatan, dengan harapan
dapat membantu mahasiswa lebih memahami tentang nilai-nilai yang harus mahasiswa dapatkan dan
diimplementasikan dari sejarah asia selatan. Bahan ajar yang lengkap dapat mengoptimalkan pembelajaran
dan mempengaruhi suasana pembelajaran. Bahan ajar berbasis HOTS penting dikembangkan untuk
memfasilitasi peserta didik dapat belajar secara mandiri diluar pembelajaran di kelas dan memiliki
kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran Sejarah tidak hanya menyajikan pengetahuan faktial namun juga
melatih kemampuan berfikir kritis dan dapat memberikan kesimpulan sesuai dengan kaidah keilmuan.
METODE PENELITIAN
Proses penelitian memiliki langkah-langkah yang sangat terprinci secara jelas. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian pengembangan atau dikenal dengan istilah research and development dengan
hasil akhir berupa produk, yaitu media berupa bahan ajar Sejarah asia selatan pengembangan. Pengembangan
produk menggunakan model pengembangan deskriptif prosedural, yang dalam kegiatannya akan dilakukan
secara bertahap untuk menghasilkan produk yang valid, realiabil dan kredibel dengan menggunakan prosedur
4D, yaitu Define, Design, Develop dan Deseminate (Sivasailam et al., 1974); (Arywiantari et al., 2015);
(Guswita, 2021).
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional yaitu bahan ajar diartikan sebagai materi suatu
pembelajaran yang digunakan sebagai sumber belajar mahasiswa, dan HOTS diartikan sebagai kemampuan
siswa dalam menyelesaikan suatu pertanyaan permasalahan dengan tingkat kemempuan C4, C5 dan C6 pada
taksonomi Bloom (Saragih, 2019). Subjek Penelitian yaitu pengajar, peserta didik mata kuliah Sejarah Asia
Selatan IKIP PGRI Pontianak.

1827 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order Thinking Skill - Suwarni,
Yulita Dewi Purmintasari
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

Instrument penelitian ini yaitu panduan wawancara, Lembar Validasi Ahli, lembar uji coba dan tes.
Kualitas bahan ajar sejarah asia selatan hasil pengembangan dilakukan dua kali penilaian dari ahli dan hasil
uji coba kelompok kecil. Data hasil validasi berupa data kuantitatif yang akan dipharafrasekan secara
deskriptif untuk mengetahui kualitas produk. Kriteria kualitas video interaktif akan ditentukan dari persentase
penilai yang kemudian dikonversikan dalam kriteria persentase skor penilaian menurut Muhafid (Purmintasari
& Nurhakim, 2021):

Tabel 1. Kriteria Persentase Skor Penilaian

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pengembangan Bahan Ajar
a. Define
Tahap define merupakan tahapan pendefinisian kebutuhan dengan mengumpulkan berbagai informasi
yang akan digunakan dalam pengembangan produk (Yunika et al., 2020). Tahapan dalam define dilakukan
melalalui analisis kebutuhan, yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Front-end analysis untuk menentukan
permasalahan yang dihadapi sehingga memerlukan pengembangan suatu produk tertentu. Melalui analisis
awal akan didapatkan gambaran fakta dan alternatif penyelesaian masalah. Dalam penelitian ini ditemukan
permasalahan yaitu masih sedikitnya bahan ajar atau buku peganganmahasiswa untuk sejarah asia selatan.
Selain itu bahan aja yaang ada belum lah dapat membanu siswa untuk mengembangkan HOTS.
b. Design
Tahap design ini akan dilakukan menetapkan tujuan pembelajaran, rencana/kriteria penilaian, skema
desain kerja, rencana pelajaran dan sumber daya (Ernawati, 2014). Harus ada pendekatan logis yang diambil
untuk merancang, dengan sistem tinjauan dan pengeditan untuk memastikan bahwa produk yang
dikembangkan sesuai dengan tujuan.
1) Construction criterion referenced test
Penyusunan standar tes ditentukan dari hasil analissi tujuan pembelajaran dan analisis peserta didik.
Dalam kegiatan ini akan disusun kisi-kisi tes hasil belajar yang akan digunakan dalam kegiatan
implementasi produk untuk mengetahui efektivitas produk. Tes disesuaikan dengan kajian dalam
video interaktif yang dikembangkan, lebih tepatnya dalam materi sejarah asia selatan.
2) Media selection
Pemilihan materi didasarkan pada hasil analisis konsep, analisis tugas, dan analisis peserta didik,
serta rencana pengguna secara masal. Pemilihan media harus didasari untuk memaksimalkan
penangkapan materi dalam proses pembelajaran. video interaktif membuat pengguna harus
menyimak video, karena video tidak akan dapat berlanjut ketika pertanyaan tidak dijawab.
3) Intial design
Rancangan produk secara utuh yang harus dikerjakan sebelum produk menjadi prototype awal.

c. Develop
Tahap ini akan dilakukan realisasi dari design yang masih berupa draft dalam bentuk prototype yang
siap untuk divalidasi dan diuji coba (Ernawati, 2014). Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengembangan
bahan ajar sejarah asia selatan berbasis HOTS yaitu: Pemilihan Materi/ ObjekPada tahap awal pengembangan

1828 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order Thinking Skill - Suwarni,
Yulita Dewi Purmintasari
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

suatu produk, langkah pertama yang dilakukan adalah memilih materi. Materi yang dipilih disesuaikan dengan
indikator pembelajaran. Pemilihan materi ini bertujuan untuk membekali mahasiswa praktik di lapangan.
1. Pengumpulan Bahan
Langkah selanjutnya setelah materi ditentukan yaitu pengumpulan bahan yang sesuai dengan materi
yang dipilih.
2. Pengolahan Naskah
Data yang telah didapat diolah menjadi rangkaian materi modul praktikum.
3. Pembuatan story board
Setelah semua susunan materi praktikum didapat maka dirubah menjadi storyboard. Storyboard
merupakan proses secara konkret peralihan dari gagasan verbal ke dalam gagasan visual atau gambar.
4. Layout
Setelah pembuatan story board maka dilakukan layout untuk cover dan isi bahan ajar. Pembuatan
layout dibantu dengan program computer CorelDraw X7 tahun 2014. Corel Draw X7 merupakan
salah satu aplikasi atau software ilustrasi atau editor yang banyak digunakan untuk mengedit grafik
vektor. Software editing gambar ini telah memiliki fitur lengkap dan popular dipakai masyarakat
secara umum. Manfaat Corel Draw X7 pada proses desain adalah untuk membuat kalimat dan
gambar, menyusun tata letak sehingga penggunaan software ini sangat fleksibel dalam pemakaiannya.
5. Validasi ahli terhadap prototype I bahan ajar sejarah asia selatan dilakukan oleh ahli materi dan ahli
media. Hasil validasi dari ahli akan digunakan untuk memperbaiki prototype I bahan ajar, sehingga
akan didapatkan produk yang layak ketika tahap uji coba, yang disebut prototype II.

Tabel 1. Validasi Ahli Materi
N
o
Aspek S
k
o
r
Kate
gori
1 Kelayakakan isi 4
,
2
5
SB
2 Kelayakan penyajian 3
,
7
5
B
3 Kelayakan bahasa 4 B
Rata-Rata 4 SB
Kategori S
B


Expert Appraisal selanjutnya adalah validasi ahli media. Data yang diperoleh dari ahli media
dianalisis dan dijadikan sebagai pijakan untuk melakukan revisi produk bahan ajar sejarah asia selatan
berbasis HOTS. Data yang dikaji oleh ahli media meliputi 4 aspek yaitu 1) aspek kelayakan
kegrafikan, Bahasa dan teks, 2) kelayakan aspek warna, 3) kelayakan aspek gambar/ilustrasi, dan 4)
kelayakan aspek interaktifitas.

1829 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order Thinking Skill - Suwarni,
Yulita Dewi Purmintasari
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

4,
6
4,
4
4,
2
4,4
2
4,1
7
4 4
Materi
Bahasa
Gambar
Aspek
Penilaian
Tabel 2. Validasi Ahli Media
N
o
Aspek S
k
o
r
Kategori
1 Kelayakan Bahasa dan teks 4
,
5
Sangat Baik
2 Kelayakan aspek warna 4 Baik
3 Kelayakan aspek gambar/ilustrassi 3
,
8
Baik
4 Kelayakan aspek interaktifitas 4 Baik
Rata-Rata 4
,
0
8
Baik

6. Evaluasi one to one
Prototype II sebagai hasil validasi ahli selanjutnya akan dilakukan uji coba terbatas untuk mengetahui
hasil penerapaan bahan ajar asia selatan berbasis HOTS. Hasil akhir dari uji coba berupa bahan ajar
yang telah direvisi. Uji coba terbatas dilakukan dua kali, yaitu evaluasi one to one dan evaluasi small
group. Data yang diperoleh dari hasil evaluasi one to one meliputi empat aspek, yaitu aspek materi,
aspek gambar, aspek bahasa, dan aspek pembelajaran. Data ini dikaji untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap produk yang dikembangkan sebelum produk tersebut diuji cobakan pada evaluasi
one to one. Jumlah siswa yang memberikan tanggapan terhadap produk yang dikembangkan pada
evaluasi one to one sebanyak 3 orang.
Diagram 1 Perbandingan Skor Rata-Rata Hasil evaluasi one to one

Berdasarkan pada Diagram 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan skor rata-rata penilaian
aspek dalam pengembangan bahan ajar sejarah asia selatan berbasis HOTS hasil evaluasi one to one
rerata skor keseluruhannya adalah 4,15 yang masuk dalam kategori “baik” dengan rerata skor dari
masing-masing aspek yang meliputi aspek materi dengan rerata skor adalah 4,42, bahasa dan teks
rerata skornya adalah 4, aspek gambar rerata skornya 4 dan aspek pembelajaran dengan rerata skornya
adalah 4,17.

1830 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order Thinking Skill - Suwarni,
Yulita Dewi Purmintasari
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

4,4
4,3
7
4,3
5
4,3
5
4,2
9 4,3
4,2 4,1
9 4,2
Materi
Bahasa
Gambar
4,1
5
Aspek
Penilaian
7. Evaluasi Small Group
Hasil evaluasi one to one akan dilanjutkan pada evaluasi small group. Instrumen yang digunakan
dalam evaluasi small group masih sama dengan evaluasi one to one. Adapun hasil evaluasi small
group yaitu:
Diagram 2 Diagram Perbandingan Penialian Evaluasi Small Group

Diagram 2 di atas menunjukkan bahwa Perbandingan Skor Rata-Rata Penilaian Aspek dalam
Pengembangan bahan ajar sejarah asia selatan lama berbasis HOTS hasil evaluasi small group dengan
rerata skor pada masing-masing aspek adalah termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hal ini dapat
dilihat dari rerata skor pada masing-masing aspek yaitu untuk aspek materi 4,19, aspek bahasa
dan teks 4,35, untuk aspek gambar 4,29, dan untuk aspek pembelajaran 4,37.

d. Deseminasi
Hasil Expert Appraisal dan Developmental Testing digunakan untuk mengetahui kelayakan produk
media pembelajaran interaktif yang telah dikembangkan. Berdasarkan hasil uji kelayakan yang telah
dilakukan diperoleeh hasil bahwa bahan ajar sejarah asia selatan layak digunakan. Produk yang sudah siap
akan dilakukan deseminnasi atau promosi secara luas kepada kelompok-kelompok yang memiliki masalah
serupa (Ernawati, 2014). Tahapan ini bahan ajar di gunakan dikelas lain dengan mata kuliah yang sama.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat ditarik benang merah bahwa pengembangan bahan ajar
asia selatan dikembangkan melalui tahapan pengembangan 4D yang terdiri dari Define, Design, Develop,
Deseminate, dalam pengembangannya telah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang harus dijalani
untuk mendapatkan produk yang layak untuk digunakan. Setelah produk dikembangkan maka dilakukan uji
kelayakan melalui dua tahap yaitu Expert Appraisal dan development testing. Expert appraisal dilihat dari
hasil pengujian bahan ajar sejarah asia selatan berbasis HOTS sebagai hasil produk pengembangan.
Kelayakan pertama dapat dillihat dari hasil validasi ahli materi dengan rata-rata skor dan ahli media dengan
skor rata-rata 4,08 kategori baik. Sselanjutnnya dilakkan development testing dalam dua tahapan. Hasil
penilaian pada evaluasi one to one skor rata rata 4,15 kategori baik. Skor rata-rata pada evaluasi small group
adalah 4,31 kategori sangat baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada IKIP PGRI Pontianak yang telah memberikan pendanaan sehingga penelitian ini
dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan waktunyaa.

1831 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order Thinking Skill - Suwarni,
Yulita Dewi Purmintasari
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

DAFTAR PUSTAKA
Ahyani, N. (2014). Kemampuan Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah. Seminar Nasional Teknologi
Pendidikan, 94–106.
Aisyah, S., Noviyanti, E., & Triyanto. (2020). Bahan Ajar Sebagai Bagian Dalam Kajian Problematika
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Salaka, 2(1), 62 —65.
Http://Garuda.Ristekbrin.Go.Id/Documents/Detail/1653809
Ananda, W., & Maemonah, M. (2022). Implementasi Asesmen Kognitif Berbasis Hots Materi Pai Dengan
Pembelajaran Berbasis Proyek Di Sekolah Menengah Pertama. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(5),
6564–6575. Https://Doi.Org/10.31004/Edukatif.V4i5.3179
Anggoro, D., Wasino, & Sariyatun. (2020). Pengembangan Modul Bahan Ajar Sejarah Berbasis Perjuangan
Masyarakat Tengaran Selama Revolusi Fisik Untuk Meningkatkan Nasionalisme Development Of
History Learning Material Module Based On Tengaran Society Of Semarang Regency’s Struggle
During Physical Re. Jurnal Swadesi, I, 47–59.
Arywiantari, D., Agung, A. A. G., & Tastra, I. D. K. (2015). Pengembangan Multimedia Interaktif Model 4d
Pada Pembelajaran Ipa Di Smp Negeri 3 Singaraja. Edutech Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1), 1–
12. Https://Ejournal.Undiksha.Ac.Id/Index.Php/Jeu/Article/View/5611
Cintamulya, I. (2019). Analisis Kemapuan Berpikir Kritis Siswa Smp Berbasis Gaya Kognitif Melaui
Pembelajaran Tps (Think Pairs Share) Dengan Media Poster Analysis Of Middle School Students’
Critical Thinking Based On Cognitive Style ’ Through Tps Learning Model With Poster. Bioedukasi:
Jurnal Pendidikan Biologi, 12(1), 8–14. Http://Dx.Doi.Org/10.20961/Bioedukasi-Uns.V12i1.27356
Ernawati. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Model 4-D Pada Materi Getaran
Gelombang Dan Bunyi Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Smp Negeri 6 Palu. Jurnal
Sains Dan Teknologi Tadulaka , 3(1), 62 –71.
Http://Jurnal.Untad.Ac.Id/Jurnal/Index.Php/Jstt/Article/View/6864
Guswita, R. (2021). Pengembangan Buku Ajar Digital Bahasa Indonesia Berbasis Hots Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Stkip Muhammadiyahmuara Bungo. Jurnal Basicedu,
5(5), 4351–4360. Https://Doi.Org/10.31004/Basicedu.V5i5.1496
Irfan, M., Naim, M., & Puji, R. P. N. (2019). Jurnal Historica. 3(2252), 49–63.
Lastuti, S. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Hots Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Mahasiswa. Kreano: Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 9(2), 191–197.
Https://Doi.Org/10.15294/Kreano.V9i2.16341
Mahfud, N., Susanti, S. W. R., & Wulandari, Y. (2020). The Development Of Teaching Material With
Contextual Approach Based On History Sites To Improve Character Education. 1(1).
Purmintasari, Y. D., & Nurhakim, I. (2021). Pengembangan Subject Specific Pedagogy Cerita Rakyat Dayak
Simpakng Pada Kelas Sangsangan Sakolah Adat Arus Kualan Yulita Dewi Purm
Nurhakim 2. Jurnal Basicedu, 5(6), 5995–6004.
Saragih, F. A. (2019). Penerapan Metode Hots (Higher Order Thinking Skill) Dalam Pembelajaran Bahasa
Jepang Di Sma. Journal Of Japanese Language Education And Linguistics, 3(2), 147–166.
Https://Doi.Org/10.18196/Jjlel.3228
Sholiha, I. N., & Kurniawan, R. Y. (2021). Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Higher Order
Thinking Skills Pada Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Atas. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(1), 123–132. Https://Doi.Org/10.31004/Edukatif.V4i1.1736
Sivasailam, T., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. (1974). Instructional Development For Training Teachers Of
Exceptional Children: A Sourcebook. Indiana University. Https://Doi.Org/10.1016/0022-
4405(76)90066-2

1832 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Asia Selatan Berbasis Higher Order Thinking Skill - Suwarni,
Yulita Dewi Purmintasari
DOI : https://doi.org/10.31004/edukatif.v5i5.4600

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5 No 5 Oktober 2023
p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071

Susanty, S. M. O., Mulyadi, M., & Karnedi, K. (2023). Pengembangan Bahan Ajar Tematik Berbasis Pbl
Untuk Meningkatkan Hots Siswa Kelas Iv Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 5(1),
491–499. Https://Doi.Org/10.31004/Edukatif.V5i1.4086
Susilowati, Y., & Sumaji, S. (2021). Interseksi Berpikir Kritis Dengan High Order Thinking Skill (Hots)
Berdasarkan Taksonomi Bloom. Jurnal Silogisme : Kajian Ilmu Matematika Dan Pembelajarannya,
5(2), 62. Https://Doi.Org/10.24269/Silogisme.V5i2.2850
Ustadzah, U., & Fatchurrohman, F. (2023). Pengembangan Instrumen Penilaian Kognitif Berbasis Higher
Order Thingking Skills Dengan Penilaian Portofolio Pada Mata Pelajaran Ipa. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 5(2), 1545–1540. Https://Doi.Org/10.31004/Edukatif.V5i2.4266
Utaminingsih, R., & Rahayu, A. (2021). Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Higher Order Thinking Sklills
(Hots) Dalam Mata Kuliah Pengembanganan Pembelajaran Ipa Sd. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-Sd-
An, 7(2), 1088–1093. Https://Doi.Org/10.30738/Trihayu.V7i2.9168
Yunika, E., Iriani, T., & Saleh, R. (2020). Pengembangan Media Video Tutorial Berbasis Animasi
Menggunakan 4d Untuk Mata Kuliah Praktik Batu Beton. Snitt-Politeknik Negeri Balikpapan, 4(1),
299–306. Https://Jurnal.Poltekba.Ac.Id/Index.Php/Prosiding/Article/View/1035/639