127



AGAMA DALAM PERSFEKTIF AL -QUR’AN

Rahmat Hidayat
UIN Imam Bonjol Padang
E-mail: [email protected]


ﺺﻠﺨﻣ
ﺺﺨﺷ ﻦﻘﻴﺗ ﻮﻫ ﻦﻳﺪﻟا ﱂﺎﻋ ﻞﻛ ﻂﻴﳛ يﺬﻟا ﺮﻳﺪﻗ تاذ ﻰﻠﻋ ، ﻰﻠﻋ نﺎﻳدﻷا ﻢﺴﻘﻳ نﻮﻤﻠﻜﳌاو
ﻲﺿرأ ﻦﻳد و يﻮﲰ ﻦﻳد ﲔﻤﺴﻗ . ةدﺎﻋ ﻮﻫ ﻲﺿرﻷا ﻦﻳﺪﻟا و ﻲﺣﻮﻟا ﻦﻳد ﻮﻫ يﻮﻤﺴﻟا ﻦﻳﺪﻟا نﺈﻓ
كﺮﺸﻟا ﻞﻌﻓ ﻰﻠﻋ ﻊﻘﻳ نﺎﻜﻓ ﺎﻨﻳد وأ ﺎﻨﻘﻴﺗ نﻮﻜﺗ ﱴﻟا سﺎﻨﻟا . ﻢﺴﻘﻳ ﻲﺴﻧوﺪﻧﻹا ﰱ نﻮﻤﻠﻜﺘﳌا نﺈﻓ
ﻳ مﺎﺴﻗأ ﺔﺛﻼﺛ ﻰﻠﻋ يﻮﻤﺴﻟا ﻦﻳﺪﻟا ﰱ ﺮﺸﺘﻨﺗ ﱵﻟا ﺐﺘﻜﻟا ﻰﻠﻋ ﺎﻓﻼﺧ ﻲﻣﻼﺳإ و ﱐاﺮﺼﻧ و يدﻮﻬ
ﺪﻤﳏ ﱃإ مدأ ﻦﻣ ﻞﺳﺮﻟا و ءﺎﻴﺒﻧﻷا ﻦﻳد مﻼﺳﻹا ﲎﻌﺗ ﺪﺣاو يﻮﻤﺴﻟا ﻦﻳﺪﻟا نﺈﻓ ﻂﺳوﻷا قﺮﺷ
ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ . ﻦﻳد ﻦﻋ نأﺮﻘﻟا ﻒﻗﻮﻣ و ﻦﻳﺪﻟا ﻦﻋ نأﺮﻘﻟا ﱃإ ﺮﻈﻧأ ﺪﻳرأ ﺎﻧأ ﺔﻟﺎﺳﺮﻟا ﻩﺬﻬﻓ
ﻦﻳد ﻦﻋ ﻪﻔﻗﻮﻣ و ﻞﺳﺮﻟا و ءﺎﻴﺒﻧﻷا يﻮﻤﺴﻟا ﻦﻳﺪﻟا ﰱ ﱐاﺮﺼﻨﻟاو يدﻮﻬﻴﻟا ﻞﺧﺪﻳ ﻞﻫ يﻮﻤﺴﻟا.

تﺎﻴﺣﺎﺘﻔﻤﻟا ﺔﻤﻠﻜﻟا :نأﺮﻘﻟا ،مﻼﺳﻹا و ىرﺎﺼﻨﻟا و دﻮﻬﻴﻟا و يﻮﻤﺴﻟا ﻦﻳﺪﻟا.

Pendahuluan
Para ahli theologi Islam
membagi agama-agama di dunia,
kepada dua pembagian yaitu agama
Samawi dan agama Ardhi, agama
Samawi adalah agama yang turun dari
hadirat yang Maha Tinggi yaitu agama
yang berasal dari wahyu Tuhan yang
menciptakan sekalian alam ini, yang
diwahyukan-Nya kepada rasul-rasul-
Nya, untuk disampaikan kepada umat
masing-masing.
1

Agama-agama Samawi yang
dijelaskan oleh Bapak Nasrul dalam
bukunya Konsep Hari Akhirat Menurut

1
Agus Hakim, Perbandingan Agama
Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan :
Majusi, Shabiah, Kristen, Hindu dan Budha,
(Bandung: Dipenegoro, 1982) h. 13
Kristen dan Islam, Tasman Ya’qub
dalam bukunya Perbandingan Agama,
Agus Hakim dalam bukunya
Perbandingan Agama Pandangan Islam
Mengenai Kepercayaan : Majusi, Shabiah,
Kristen, Hindu dan Budha, dan sebagian
besar buku-buku theologi yang
dikarang oleh ahli theologi yang
berasal dari Indonesia, menyatakan
bahwa agama Samawi adalah Yahudi ,
Nashrani dan Islam sebagai agama
penutup.
Agama Ardhi adalah agama
yang timbul dari angan-angan khayal
manusia belaka. Dinamakan agama
Thabîy atau Ardhi ialah karena thabi’at
manusia yang ingin beragama, ingin
mengabdi dan memuja kepada sesuatu
yang dianggapnya Maha Kuasa atas

128 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

dirinya. Bukan berasal dari
wahyu.
2
Sehingga semua agama Ardhi
ini terjebak dalam kesyirikan seperti
agama Hindhu, Budha, Konghucu dan
lain-lainya.
Berdasarkan informasi di atas
dipahami bahwa agama Samawi yang
diturukan Allah SWT ada tiga Yaitu:
Yahudi agama tertua, dibawa oleh Nabi
Musa, Nashrani, agama Nabi Isa, dan
Islam, agama penutup yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga
agama ini memiliki prinsip yang sama
yaitu menyakini Allah SWT Yang
Maha Esa, oleh sebab itu diyakini
Yahudi dan Nashrani adalah agama
wahyu (Samawi). Diyakini bahwa
agama Yahudi dahulunya adalah agama
yang hak, begitu juga dangan agama
Nashrani, akan tetapi setelah
meningalnya Nabi Musa dan Nabi Isa
maka umat-umatnya merubah ajaran-
ajaranya dengan merubah isi kitab
Taurat dan Injil. Pemahaman inilah
yang berkembang disebagian buku-
buku theologi di Indonesia.
Pemahaman yang berbeda
disampaikan oleh Muhammad Kamal
Isa tentang agama Samawi dan agama
Ardhi. Muhammad Kamal Isa
menjelaskan pengertian agama Samawi
persis sama dengan yang disampaikan
oleh ahli theologi Islam yang ada di
Indonesia, akan tetapi ia berbeda
pendapat ketika mengelompokan
agama Samawi, Muhammad Kamal Isa
menyatakan bahwa agama Samawi itu
hanya satu, agama para nabi dan rasul
mulai dari Nabi Adam AS sampai
kepada Nabi Muahammad SAW yaitu
Islam. Sedangkan selain agama Islam
diketegorikan kedalam agama
syayâthiîn (agama syethan-syethan)

2
Ibid., h. 12
seperti agama Yahudi, Nashrani,
Majusi dan Shabiah .
3

Pendapat Muhammad kamal Isa
ini didukung oleh Khalifah Muhammad
Hasan dalam bukunya yang berjudul
Sejarah Agama Yahudi, yang
diterjemahkan oleh Abdul Shomad, Lc.
M.A dan juga didukung oleh
Muhammad Abdul Wahhab dalam
bukunya yang berjudul al-Islam Wa Al-
Adyân al-Ukhra bahwa agama para
nabi dab rasul mulai dari Nabi Adam
Sampai kepada Nabi Muhammad SAW
adalah Islam.
Maka terjadi perbedaan
pendapat antara ahli Theologi yang ada
di Indonesia dan timur tengah, mereka
sepakat dalam hal pendefenisian agama
Samawi akan tetapi berbeda pendapat
dalam mengelompokan.
Maka dari perbedaan
pemahaman yang terjadi antara ahli
theologi Islam tentang pengelompokan
agama Samawi dan Ardhi, maka
penulis ingin melihat pandangan al-
Qur’an tentang agama Samawi yaitu
agama para nabi dan rasul yang berasal
dari Allah SWT.

Metode Penelitian
Penelitian ini juga merupakan
kajian kepustakaan melalui
dokumentasi. Sesuai dengan masalah
yang akan dibahas, penelitian ini akan
di awali dengan menggali dan
mengumpulkan berbagai informasi,
dokumentasi dan data-data melalui
studi kepustakaan (liberary reseach).
Penulis menerapkan metode
tafsir maudhu’i (tematik), sebagai
metode tafsir kontemporer yang cukup
kuat serta fokus mengkaji sebuah tema

3
Kamal Muhammad Isya, al-‘Aqidah
al-Islamiyah Safinah al-Najah, ( T.Tp., Dal al-
Syuruq, T.Tt) h. 76

Rahmat Hidayat, Agama Dalam Perspektif Al-Qur`an 129
dari al-Qur’an. Kata mudhu’i berasal
dari bahasa Arab. Apabila kata ini
dikaitkan dengan kata yang lain seperti
maudhu’ al-kalam, maka berarti materi
atau tema yang sedang dibicarakan,
4
Di
akhirnya ditambah huruf “ya” yang
berfungsi mensifati, jadi kata
maudhu’iy menunjukan arti bersifat
tematik.
Dalam prakteknya, metode ini
memiliki tiga bentuk yaitu:
1. Memilih suatu kata dari ayat-ayat
al-Qur’an, menghimpunya,
menafsirkan serta menyimpulkan
sarana-sarana penggunaan kata
itu.
5

2. Menentukan suatu tema dari tema-
tema yang dibicarakan dalam al-
Qur’an, lalu menghimpun ayat-
ayat yang terkait denganya,
menafsirkan dan menyimpulkan
unsur-unsur tema yang diperoleh
dari ayat-ayat tersebut,
menjelaskan kaitan antara masing-
masing unsur itu serta
mengemukakan metode, atau uslub
al-Qur’an dalam memaparkan
pikiran tentang tema itu.
6

3. Menggali sasaran utama dan tema
pokok yang menjadi arah
pembicaraan satu surat dalam al-
Qur’an, lalu mengemukakan latar
belakang turunya ayat dan urutan
turunya, mengkaji uslub al-Qur’an
dalam memaparkan tema serta
menguraikan korelasi antara ayat-
ayat dalam surat tersebut.
7


4
Louis Ma’luf, al-munjid fi al-Lughah
wa al-‘Alam (Bairut: Dar al-Masyruq, 1999), h.
890.
5
Musthafa Muslim, Mabahis fi al-
Tafsir al-Maudhu’i,(Dasmaskus: Dar al-Qalam,
1998) , h. 23
6
Ibid, h.27
7
Ibid , h.28
Kemudian dalam praktek
penulisan pada Tesis ini penulis
menggunakan metode yang telah
dijelaskan oleh bapak Dr. Zulheldi
dalam bukunya yang yang berjudul 6
Langkah Metode Tafsir Maudhu’I
sebagai berikut:
a. Menentukan Tema
b. Mengumpulkan Ayat (dan
Hadis)
c. Mengklasifikasikan Kandungan
Ayat (dan Hadist)
d. Membuat Outline
e. Menafsirkan Ayat
f. Menegaskan Kesimpulan
8


Dalam penelitian ini penulis
banyak menemukan ayat-ayat al-
Qur’an yang memuat kata al-din dan
yang semakna dangan al-din seperti:
al-millah, al-syari’ah dan manhaj.
Akan tetapi fokus pembahasan penulis
hanya pada kata-kata al-din dan al-
millah saja untuk m embatasi
pembahasan kerena kedua kata ini
sering diartikan dengan makna yang
sama (muradif).
Dalam menafsirkan ayat-ayat
tentang al-din penulis hanya
menafsirkan ayat-ayat yang
menjelaskan tentang agama para nabi
dan rasul saja, penulis tidak
menafsirkan seluruh ayat al-Qur’an
yang memuat kata al-din dan al-millah
karena hanya dengan menafsirkan ayat-
ayat yang menjelaskan tentang agama
para nabi dan rasul, maka insya Allah
sudah mampu menjawab batasan
masalah dalam pembahasan ini.




8
Zulheldi, 6 Langkah Metode Tafsir
Maudhu’I, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2017) h. 39-41

130 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

Pembahasan

a. Berdasarakan Penafsiran Ayat-
Ayat Tentang Agama Nabi dan
Rasul
1. Penafsiran Q. S. al-Baqarah: 132
dan 140
      
       
 
    
    
         
       
      
Artinya: “Dan Ibrahim telah
Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-
anaknya, demikian pula Ya'qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku!
Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, Maka janganlah
kamu mati kecuali dalam memeluk
agama Islam."ataukah kamu (orang-
orang Yahudi dan Nashrani) berkata
bahwa Ibrahim,Ismel, Ishaq, Ya’qub
dan anak cucunya adalah penganut
agama Yahudi atau Nashrani?
Katakanlah , “kamukah yang lebih
tahu atau Allah? Dan siapakah lebih
zhalim dari yang menyembunyikan
kesaksian dari Allah yang ada
padanya?” Allah tidak lengah
terhadap apa yang kamu lakukan.

Dalam ayat ini Allah SWT
bertanya dengan maksud mengingkari
(istifaham inkar) Nabi Ibrahim dan
anak cucunya beragama Yahudi dan
Nashrani. Di dalam surat al-Baqarah
ayat 35 Allah melarang umat muslim
mengikuti agama Yahudi dan
Nashrani, akan tetapi Allah
memerintahkan untuk mengikuti agama
Ibrahim. Berdasarkan hal ini, maka
agama Yahudi dan Nashrani tidak
termasuk kedalam agama Samawi
(agama wahyu) agama para nabi dan
rasul
Kata al-din yang disebutkan
dalam ayat ini adalah agama Islam, jadi
Nabi Ibrahim telah mewasiatkan
kepada anak-anaknya agar mereka
mengikuti agamanya, begitu pula
Ya’qub mewasiatkan agar patuh
terhadap agama Ibrahim. Ayat ini
menceritakan tentang ketika Nabi
Ibrahim dan Ya’qub berkata kepada
anak-anaknya “menetaplah pada
agama Islam sehingga ajal
menjemputmu, dan kamu tetap
berpegang teguh pada agama Islam.
9

Di dalam tafsir Khazin juga
dinyatakan bahwa Nabi Ibrahim dan
anak cucunya adalah menganut agama
Islam sebagaima dijelaskan dalam kitab
tersebut “ Sesungguhnya Allah telah
memilihkan agama Islam untuk Nabi
Ibrahim dan anak cucunya maka
jangan mereka meninggal kecuali
dalam keadaan beriman, ikhlas artinya
selalu istiqamah di atas Islam sampai
ajal menjemput, karena tidak diketahui
kapan datangya ajal bagi manusia.”
10

Menurut Syeik Muhammad Ali
al-Shabuni dalam kitabnya shafwah al-

9
Muhammad Ali al-Shabuni, Shawah
al-Tafasir, Terjemahan oleh Yasin (Bairut: Dal
al-Qur’an al-Karim, 1999) jild. 1, h. 63-64
10
‘Ala’ al-Din ‘a Ali bin Muhammad
bin Ibrahim l-Baghdadi, Tafsir Khazin, (
Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1995) Jild 3, h.
78

Rahmat Hidayat, Agama Dalam Perspektif Al-Qur`an 131
Tafasir
11
dan buya Hamka dalam
tafsirnya al-Azhar kata al-din yang
dimaksud dalam ayat ini adalah agama
Islam.
12

Apabila diperhatikan ayat al-
Qur’an yang mengggunakan kata al-din
sering kita menemukan dalam banyak
tempat kata al-din disandingkan
dengan kata aslama, hal ini menjadi
isyarat bahwa al-din yang dimaksud
adalah agama Islam.

2. Penafsiran Q.S. Ali Imran: 19

     
Artinya: Sesungguhnya agama
(yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam.
Dalam ayat ini kata al-din juga
diartikan dengan agama Islam bahwa
maksud ayat ini adalah Syari’at yang
diterima di sisi Allah hanyalah Islam,
tidak ada agama yang diridhai Allah
SWT melainkan Islam semata.
13

Pendapat di atas sejalan dengan
pendapat Wahbah al-Zuhaili yaitu
Agama yang diredhai oleh Allah SWT
semenjak mulai proses penciptaan alam
semesta sampai hari kiamat adalah
agama Islam tidak yang lain, oleh
sebab itu Allah menyampaikan dalam
ayat ini tidak satupun agama yang
diterima oleh Allah selain agama Islam,
agama Islam adalah agama yang
dibawa oleh para nabi dan rasul
sehingga sampai kepada Nabi
Muhammad SAW, meraka hanya

11
Muhammad Ali al-Shabuni, Safwh
al-Tafasir, , opcit., Jild.1 h.179
12Hamka, op cit., Jild 1, h. 399
13
Muhammad Ali al-Shabuni, op. cit.,
jild. 1, h. 414-415
berbeda dari segi syari’at (furu’) tidak
dasar (ushul) yaitu tauhid.
14

Ayat ini turun tentang seorang
Yahudi dan Nashrani ketika mereka
meninggalkan Islam. Pendapat lain
mengatakan bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Nashrani Najran.
15


3. Penafsiran Q.S. Ali Imran: 85
       
      
Artinya: “Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan Dia di
akhirat Termasuk orang-orang yang
rugi.”

Siapa saja yang mencari syari’at
selain syari’at Islam setelah diutusnya
Muhammad SAW, lalu mereka
beregama dengan syari’at itu, maka
sekali-kali Allah tidak akan menerima
syari’at agama itu darinya. Kata Tanya
dalam kalimat tersebut bertujuan untuk
mengutarakan takjub dan betapa
dahsyatnya kekafiran mereka yakni:
bagaimana kaum kafir bisa
mendapatkan hidayah sesudah mereka
beriman dan setelah datangnya
beberapa rasul sebagai Hujjah (bukti)
kebenaran bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah benar-benar rasul.
16

Kata al-din dalam ayat ini
diartikan dengan syari’at Islam, jadi
tidak diterima syari’at lain setelah

14
Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsir al-
Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wal Mahaj,
(Bairut: Dar al-Fikr, 1991) Jild. 3-4, h. 179
15
Ala’ al-Din ‘aAli bin Muhammad
bin Ibrahim l-Baghdadi, Op. Cit., Jild 1 , h. 78
16
Muhammad Ali al-Shabuni, op cit.,
Jild. 1, h. 476-477

132 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

diutusnya Nabi Muhammad SAW
selain syari’atnya.

4. Penafsiran Q.S. al-Nisa’: 171
      
       
     
       
       
        
         
     
Artinya: “Wahai Ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas
dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali
yang benar. Sesungguhnya Al Masih,
Isa putera Maryam itu, adalah utusan
Allah dan (yang diciptakan dengan)
kalimat-Nya yang disampaikan-Nya
kepada Maryam, dan (dengan tiupan)
roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu
kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan
itu) tiga", berhentilah (dari Ucapan
itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha
Esa, Maha suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi
adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah
menjadi Pemelihara.”
Menurut Muhammad Ali al-
Shabuni agama Nashrani bukanlah
termasuk agama yang dibawa oleh
Nabi Isa, sebagaimana ayat ini
ditafsirkan “wahai kaum Nashrani
janganlah kamu melampai batas dalam
urusan agamamu yaitu berlebih-lebihan
kamu dalam urusan Isa al-Masih dan
anggapan kamu pada Isa sebagai
Tuhan, dan jangan kamu menyifati
Tuhan Allah dengan sesuatu yang tidak
pantas bagi-Nya, seperti bersemayam
dalam diri Isa Al-Masih, mangambil
teman dan anak. Isa tidak lain
hanyalah seorang rasul dari rasul-rasul
Allah SWT, dia bukanlah anak Allah
sebagaimana yang kamu anggap, Allah
tidak menciptakan dengan kalimat-Nya
kun tanpa perentara seorang bapak dan
juga tanpa sperma.
Ruh itu berasal dari Allah SWT
yaitu bekas titipan Jibril, yaitu bekas
titipan Jibril kedalam dada Maryam,
dimana Maryam hamil dengan tiupan
itu, bahwa roh itu dinisbatkan kepada
Allah untuk memuliakan dan
mengagungkan. Janganlah kamu
mengatakan Tuhan itu tiga yaitu Allah,
Isa dan Maryam, atau Allah tiga:
Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Roh
Kudus. Maka Allah melarang melarang
mengatakan Trinitas, Allah
menegaskan kalian untuk menyatakan
bahwa Allah Maha Esa (tauhid) karena
Allah Maha Suci dengan anggapan
trinitas itu, berhentilah dari ucapan
trinitas, maka itu lebih baik bagimu.
Jika Allah mempunyai anak
berarti Allah membutuhkan sesuatu,
padahal Allah tidak membutuhkan
apapun. Semua yang berada di lagit
dan di bumi adalah ciptaan, milik
hamban-Nya, Allah tidak serupa
dengan suatu apapun sehingga tidak
mempunyai anak. Ini adalah
pemberitahuan atas kecukupanya (tidak
membutuhkan) anak. Cukuplah sajalah
Allah yang mengurus urusan makhluk-
Nya dan menjaganya, Allah tidak
membutuhkan anak dan tidak butuh

Rahmat Hidayat, Agama Dalam Perspektif Al-Qur`an 133
pembantu, karena Allah adalah raja
dari segala sesuatu.
17


5. Tafsir Q.S. al-Syura: 13
        
      
       
         
       

Artinya: “Dia telah
mensyari'atkan bagi kamu tentang
agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami
wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah
belah tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah
menarik petunjuk kepada (agama)-Nya
orang yang kembali (kepada-Nya).”
Menurut Al-Shahawi secara
khusus Allah menyebutkan nabi-nabi
dalam ayat ini karena mereka nabi-nabi
besar, ulul azmi, dan pembawa
pembawa syari’at yang agung. Masing-
masing rasul dibeban syari’at baru.
Sedang nabi yang lain, hanya diutus
dengan misi menyampaikan syari’at
nabi sebelumnya.
Dengan demikian jelaslah,
bahwa syari’at kita, umat Muhammad
SAW, menyatukan seluruh syari’at
terdahulu dalam pokok akidah dan
pokok hukum. agama yang benar

17
Ibid., h. 766
dalam ayat ini ditafsirkan dengan
agama Islam yaitu agama tauhid,
keimanan kepada kitab-kitab Allah,
para rasul Allah, hari kebangkitan dan
pembalasan.
18

Berdasarkan ayat ini agama
Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi
Musa AS dan Nabi Isya AS adalah
agama Islam, sebagaimana yang
ditafsirkan oleh al-Shahawi. Namun
syari’at mereka berbeda -beda
sementara meraka tetap membawa
agama yang haq yaitu agama Islam.

b. Penafsiran Ayat-Ayat Tentang
Kata al-Millah
1. Penafsiran Q. S. al-Baqarah: 120
      
 
Artinya: “Orang-orang Yahudi
dan Nashrani tidak akan senang
kepadamu hingga kamu mengikuti
agama mereka.”

Ayat ini membantah bahwa
agama Yahudi dan Nashrani adalah
agama para nabi dan rasul dalam ayat
ini dijelaskan bahwa sekali-kali kedua
golongan Yahudi dan Nashrani tidak
rela sebelum umat muslim
meninggalkan Islam yang bersinar dan
mengikuti agama yang melenceng.
Katakan kepada umat muslim wahai
Muhammad bahwa Islam adalah agama
yang benar dan selain Islam adalah
agama yang sesat.
19

Menurut Ibnu Abbas ayat ini
berkenaan dengan kiblat, sesungguh
Yahudi Madinah dan Kristen Najran

18
Muhammad Ali al-Shabuni, op. cit.,
Jild. 4, h. 668
19
Muhammad Ali al-Shabuni, op. cit.,
jild. 1h. 63-64

134 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

mengharapkan agar Nabi Muhammad
SAW sholat menghadap ke qiblat
mereka. Ketika Allah memerintahkan
untuk merubah qiblat ke Ka’bah maka
Yahudi dan Nashrani merasa risih,
kemudian mereka putus asa atas
mengajak Nabi Muhammad SAW
mengikuti agama mereka.
20

Wahbah al-Zuhaili menafsirkan
ﷲ ىﺪھ dengan agama Islam, jadi Allah
menolak agama Yahudi dan Nashrani
bahwa petunjuk Allah SWT dan agama
Allah Islam yang diturunkan kepada
para nabi adalah satu-satunya petunjuk
(agama) yang wajib di ikuti. Karena
salain Islam maka berdiri di atas hawa
dan syahwat.
21


2. Penafsiran Q. S al-Baqarah: 120
       
        
   
Artinya: “Dan tidak ada yang
benci kepada agama Ibrahim,
melainkan orang yang memperbodoh
dirinya sendiri, dan sungguh Kami
telah memilihnya di dunia dan
Sesungguhnya Dia di akhirat benar-
benar Termasuk orang-orang yang
saleh.”
Kata millah dalam ayat ini
ditafsirkan oleh Muhammad Ali al-
Shabuni dengan agama Islam,Nabi
Ibrahim telah mewasiatkan kepada
anak-anaknya agar mengikuti
agamanya, begitupula Ya’qub berkata
kepada anak-anaknya, maka janganlah
mati kecuali dalam memeluk agama
Islam, menetap pada agama Islam

20
Wahbah al-Zuhaili, op cit., Jild. 1,
h. 294
21
Ibid., h. 296
sampai ajal menjemputmu dan kamu
tetap perpegang teguh dengan agama
Islam.
22

Nabi Ibrahim mewasiatkan
kepada anak-anaknya agar menjadi
seorang muslim sampai akhir hayat,
berdasarkan ayat ini maka Nabi
Ibrahim dan anak-anaknya adalah
penganut agama muslim
Penafsiran ini sejalan dengan
penafsiran Wahbah al-Zuhali bahwa
Nabi Ibrahim dan Ya’qub mewasiatkan
kepada anak dan cucunya agar
memeluk agama Islam, karena agama
Islam adalah agama yang hak.
23

Sesungguhnya agama Islam
adalah agama yang klasik yang
merupakan dakwah semua nabi dan
rasul, Nabi Ibrahim dan Ya’qub
memerintahkan untuk istiqamah degan
agama Islam dan jangan sampai
terpecah belah sampai mati.
24


3. Penafsiran Q. S. al-Baqarah: 135
       
       
 
Artinya: “Orang Yahudi
berkata “hendaklah kamu menjadi
penganut Agama Yahudi atau Nashrani
niscaya kamu mendapat petujuk”.
Kedua kelompok agama ini sejatinya
mengajak ke agamanya yang
melenceng. Katakanlah wahai
Muhammad kami hanya mengikuti
agama yang hanif yaitu agama
Ibrahim. Agama-agama lain
menyimpang dan Ibrahim bukanlah

22
. Ali al-shabun, op cit., Jild.1 h. 179
23
Wahbah al-ZUhaili, Op.Cit., Jild.
1-2, h. 318
24
Ali al-shabuni, op. cit, Jild. 1, h. 184

Rahmat Hidayat, Agama Dalam Perspektif Al-Qur`an 135
termasuk orang-orang yang musyrik,
bahkan Ibrahim adalah orang yang
mengesakan Allah SWT.
Kata ﻢﯿھاﺮﺑإ ﺔﻠﻣ dalam ayat ini
artinya adalah agama Islam, sebagai
mana ditafsirkan oleh M. ali al-Shabuni
ketika menafsirkan Q.S. al-Baqarah:
140. Ayat ini membantah bahwa Nabi
Ibrahim dan anak-anak cucunya
penganut agama Yahudi dan Nashrani
sebagaimana yang disampaikan oleh
Yahudi dan Nashrani, akan tetapi
mereka semua adalah penganut agama
Islam.
25

Agama Nabi Ibrahim yang lurus
merupakan agama yang juga
didakwahkan oleh Nabi Muhammad
SAW dan pengikutnya (Islam). Nabi
Ibrahim AS merupakan orang yang
cendrung kepada agama yang hak.
26


4. Penafsiran Q. S. Ali Imran: 95
       
    

Artinya: “Katakanlah:
"Benarlah (apa yang difirmankan)
Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim
yang lurus, dan bukanlah Dia
Termasuk orang-orang yang musyrik.
Kata millah dalam ayat ini juga
ditafsirkan dengan agama Islam, jadi
maksud ayat ini adalah agama yang
lurus yaitu agama Ibrahim adalah
agama Islam, tinggalkanlah agama
Yahudi dan ikutilah agama Islam yang
merupakan agama (millah) Ibrahim
AS. Dalam ayat ini Allah
menghindarkan Ibrahim dari klaim
Yahudi dan Nashrani yang

25
Ibid.,.
26
Wahbah al-Zuhaili, op. cit., , jild. 3-
4, h 325
menyebutkan bahwa Ibrahim telah
menyekutukan Allah SWT atau
Ibrahim penganut Agama Yahudi dan
Nashrani.
27

Wabah al-Zuhaili menafsirkan
menafsirkan ayat ini bahwa apabila
telah tampak kebenaran, maka mestilah
mengikuti agama Ibrahim yang
didakwahkan oleh Nabi Muhammad
SAW, agama yang membolehkan
memakan daging dan susu yaitu agama
yang lurus, sederhana (al-Wasth) tidak
berlebih-lebihan dan tidak pula terlalu
longgar, agama yang disyari’atkan
Allah SWT dalam al-Qur’an.
28

Agama Ibrahim yang berdiri di
atas tauhid yaitu agama yang
disyari’atkan oleh al-Qur’an yang
didakwahkan oleh Nabi Muhammad
SAW merupakan kebanaran yang tidak
diragukan lagi.
29


5. Penafsiran al-Nisa’: 124
       
       
  
Artinya: ‘Dan siapakah yang
lebih baik agamanya dari pada orang
yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus?
dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya.”
Kata millah dan al-din
ditafsirkan dengan agama Islam,
agamanya nabi Ibrahim AS. Orang
yang beramal baik, meninggal

27
Ibid., h. 485
28
Wahbah al-Zuhaili, op. cit., Jild. 3-4
h. 08
29
Ibid., h. 09

136 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

kejahatan, bersifat dengan akhlak
mulia, pengikut agama Ibrahim yang
jauh dari kesyirikan dan menjahui
penyembahan berhala adalah orang
yang beragama dengan agama yang
hak yaitu Islam.
30
Sebagaimana dalam
firman Allah SWT dalam surat al-
Baqarah ayat 135:
       
       
 
Artinya: “Dan mereka berkata:
"Hendaklah kamu menjadi penganut
agama Yahudi atau Nasrani, niscaya
kamu mendapat petunjuk".
Katakanlah: "Tidak, melainkan (kami
mengikuti) agama Ibrahim yang lurus.
dan bukanlah Dia (Ibrahim) dari
golongan orang musyrik."
Dalam ayat ini pemimpin-
pemimpin Yahudi dan Nashrani
mendakwahkan kepada pengikutnya
agar memeluk agama Yahudi dan
Nashrani akan tetapi Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk memeluk
agama Nabi Ibrahim yang lurus yaitu
agama Islam yang jauh dari kesyirikan.

6. Penafsiran Q.S. al-‘A’raf: 88
      
     
        
 

30
wahbah al-Zuhaili, op.cit., Jild. 6-5,
h. 286-287
Artinya: “Pemuka-pemuka dan
kaum Syu'aib yang menyombongkan
dan berkata: "Sesungguhnya Kami
akan mengusir kamu Hai Syu'aib dan
orang-orang yang beriman bersamamu
dari kota Kami, atau kamu kembali
kepada agama kami". berkata Syu'aib:
"Dan Apakah (kamu akan mengusir
kami), Kendatipun Kami tidak
menyukainya?"
Kata millah juga diterjemahkan
dengan agama (kepercayaan) maksud
dari penjelasan ayat ini adalah Jika
kami kembali ke agamamu setelah
Allah menyelamatkan kami
daripadanya dengan beriman dan
ditunjukkan kepada kami hidayah,
tentu itu sudah mengada-adakan
kebohongan yang terbesar kepada
Allah. Ini adalah perasaan putus asa
orang kafir dari kembalinya orang
mukmin kepada agamanya.
31

Seruan Nabi Syu’aib yang
didorong oleh rasa cinta kepada
kaumnya itu disambut oleh kaumnya
dengan tantangan yang kasar. Di sini
Allah telah memberi petujuk kepada
kita bahwasanya kaum Nabi Syu’aib
yaitu orang -orang yang
menyombongkan atau membesarkan
diri.
32

Orang yang membesarkan diri
adalah orang lupa daratan, kadang-
kadang mereka memegang kekuasaan
yang membuat mereka gila. Dia
menyangka man usia dapat
diperlakukan seenaknya saja.
33

Mereka menyombongkan diri
karena di tangan mereka terpegang
kekuasaan negeri. Sebab itu Nabi
Syu’aib disuruh memilih salah satu di

31
Muhammad Ali al-Shabuni, op. cit.,
jild. 2 h. 334
32
Hamka, Tafsir al-Azhar, op.cit.,
Jild. 5, h. 7
33
Ibid.,, h. 7

Rahmat Hidayat, Agama Dalam Perspektif Al-Qur`an 137
antara keduanya, pertama segara keluar
dari dalam negeri ini, bersama sekalian
orang yang percaya akan ajaranya atau
menjadi pengikutnya. Artinya kalau
masih tetap bertahan kepada
kepercayaan yang baru itu, mereka
harus segara keluar dari kekuasaan
mereka.
34

Tentu timbul pertanyaan :
apakah Nabi Syu’aib sebelum itu
memeluk agama agama mereka? Kalau
tidak mengapa mereka menyuruh
kembali ? tentu sebagaimana Nabi kita
Muhammad SAW dari masa kecilnya
tidak pernah menyembah berhala orang
Quraisy, meskipun Nabi Muhammad
SAW ketika itu belum menjadi
Rasul.
35
Jadi kembali disini adalah
masuk kedalam kepercayaan mereka
karena kaum Nabi Syu’iab meyakini
Nabi Syu’aib telah keluar dari agama
mereka.

7. Penafsiran Q.S. Yusuf : 37-38
     
       
        
      
    
        
       
      
Artinya: “Yusuf berkata: "tidak
disampaikan kepada kamu berdua

34
Ibid.,, h. 8
35
Ibid., h. 9
makanan yang akan diberikan
kepadamu melainkan aku telah dapat
menerangkan jenis makanan itu,
sebelum makanan itu sampai
kepadamu. yang demikian itu adalah
sebagian dari apa yang diajarkan
kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya
aku telah meninggalkan agama orang-
orang yang tidak beriman kepada
Allah, sedang mereka ingkar kepada
hari kemudian. dan aku pengikut
agama bapak-bapakku Yaitu Ibrahim,
Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi
Kami (para Nabi) mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Allah. yang
demikian itu adalah dari karunia Allah
kepada Kami dan kepada manusia
(seluruhnya); tetapi kebanyakan
manusia tidak mensyukuri (Nya).”

Kata millah dalam ayat ini
ditafsirkan dengan agama para nabi dan
rasul yaitu agama yang haq agama nabi
Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub agama
Islam yang rahamatan lil’alamin.
Al-Bhaidhawi berkata: Yusuf
ingin mengajak keduanya betauhid dan
menunjukkan mereka agama yang
benar sebelum menjawab pertanyaan
mereka. Hal ini adalah metode para
nabi dan rasul dalam berdakwah. Yaitu
mendahulukan mukjizat untuk
memberitahukan kepada mereka
kebenaranya dalam berdakwah dan
menakbirkan mimpi. Memberitahu
yang ghaib bukanlah ilmu nujum
maupun astronomi, namun lewat
wahyu dan ilham Allah SWT.
36

Tuhan secara khusus
memberitahu Nabi Yusuf ilmu, karena
Nabi Yusuf berasal dari rumah
kenabian. Nabi Yusuf menjauhi agama-
agama kaum yang musyrik dan tidak
percaya kepada A llah SWT,

36
Ibid.,h. 778

138 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

mendustakan hari kiamat. Yusuf
mengatakan dua pokok penting yaitu
beriman kepada Allah dan hari akhir
sebab keduaya adalah rukun iman yang
paling besar.
37

“Dan aku pengikut agama
bapak-bapakku Yaitu Ibrahim, Ishak
dan Ya'qub” Nabi Yusuf pengikut
agama para nabi, bukan agama orang-
orang musyrik dan sesat. Tujuan Yusuf
adalah menjelaskan bahwa dia berasal
dari rumah kenabian agar kedua
pemuda itu suka mendengarkanya dan
berpegang dengan ucapanya.
Ketika Nabi Yusuf
menyebutkan agama hanif (lurus) yang
dianutnya, yaitu agama para rasul dan
nabi, maka Nabi Yusuf bersikap lemah
lembut dalam menjelaskan agama yang
dianut oleh kedua pemuda, yaitu
menyembah berhala. Maka Nabi Yusuf
berkata : hai kedua penghuni penjara,
manakah yang lebih baik, Tuhan yang
bermacam-macam atau Allah Yang
Maha Esa. Hai kedua temanku yang di
penjara beberapa Tuhan yang banyak
dan tidak dapat memberikan mudharat
lebih baik dari Allah Yang Maha Esa.
38

Agama Nabi Yusuf dalam ayat
ini ditafsirkan dengan agama para nabi
dan rasul mulai dari Nabi Adam AS
sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

8. Penafsiran Q. S. al-Nahl: 123
       
     

Artinya: “Kemudian Kami
wahyukan kepadamu (Muhammad):
"Ikutilah agama Ibrahim seorang yang
hanif" dan bukanlah Dia Termasuk

37
Ibid.,
38
Ibid., h. 779
orang-orang yang mempersekutukan
tuhan.”

Ayat ini ditafsirkan oleh
Muhammad Ali al-Shabuni sebagai
pembatah atas pernyataan Yahudi dan
Nashrani bahwa Nabi Ibrahim adalah
orang Yahudi dan Nashrani. Maksud
dari ayat ini adalah Ketika Allah
menyifati Ibrahim dengan sifat-sifat
mulia tersebut, dia menyuruh Nabi
Muhammad SAW agar mengikuti
agama Nabi Ibrahim. Kemudian kami
perintahkan kamu wahai Muhammad
untuk mengikuti agama Ibrahim dan
keyakinannya yang hanif dan ringan.
Dia bukanlah orang Yahudi maupun
Nashrani, bahwa mereka memeluk
agama Ibrahim.
39
Agama Ibrahim yang
hanif adalah agama Islam sebagaimana
dalam surat al-Baqarah juga ditafsirkan
bahwa agama Nabi Ibrahim yang hanif
tersebut adalah agama Islam agamanya
para nabi dan rasul.

9. Penafsiran Q. S. al-Haj: 78
       
        
      
      
      
      
     
Artinya: “Dan berjihadlah
kamu pada jalan Allah dengan Jihad
yang sebenar-benarnya. Dia telah

39
Ibid.,jild. 3 h. 181

Rahmat Hidayat, Agama Dalam Perspektif Al-Qur`an 139
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama
orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah
menamai kamu sekalian orang-orang
Muslim dari dahulu, dan (begitu pula)
dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya
kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia, Maka dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah
Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik
penolong.”

Menurut Ibnu Abbas dan
Mujahid bahwa Allah telah menyebut
umat nabi dan rasul sebagai orang
muslim dalam kitab-kitab kuno dan di
dalam al-Qur’an ini, dan Allah telah
meridhoi Islam sebagai agama.
40

ﻞﺒﻗ ﻦﻣ ﻦﯿﻤﻠﺴﻤﻟا ﻢﻛﺎﻤﺳ kalimat ini
mengandung dua kinayah (indikator),
yang pertama bawha kinayah kembali
kepada Allah SWT yakni Allah
sesunggunya Allah telah menamakan
kalian dengan muslimin (penganut
agama Islam) di dalam kitab terdahulu
sebelum al-Qur’an, yang kedua
kinayah kembali kepada Nabi Ibrahim
yakni sesungguhnya Nabi Ibrahim telah
menamakan kalian sebagai muslimin.
41

Imam al-Jalalain juga
menafsirkan kata al-din dalam ayat al-
Qur’adalah agama Islam,
42
pendapat ini
juga sejalan dengan tokoh ulama besar
yang berasal dari Indonesia yaitu buya
Hamka, menurut buya Hamka Nabi

40
Ibid., h. 535
41
‘Ala’ al-Din ‘aAli bin Muhammad
bin Ibrahim l-Baghdadi, Tafsir Khazin, (
Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1995) Jild 3, h.
78
42
Shidqi Muhammad Jamil, al-Shawi,
(T.T, al-Haramain, T.Th) Jild. 1, h. 90
Ibrahim AS sampai kepada Nabi
Muhammad SAW adalah pemeluk
agama Islam. Kerena dalam surat al-
Haj ayat 78 ini Allah menyatakan
secara tegas bahwa Allah telah
menamakan Nabi Ibrahim dan
pengikutnya sampai kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai seorang
muslim.
43

Berdasarkan penjelasan ini
agama Nabi Ibrahim bukanlah agama
Yahudi atau Nashrani, kerena Allah
telah menamakan Nabi Ibrahim dan
pengikutnya dengan orang-orang
muslim, ayat ini adalah dalil yang kuat
bahwa agama-agama nabi dan rasul
hanya satu yaitu Islam.

10. Penafsiran Q.S. Shad: 07
        
 
Artinya: “Kami tidak pernah
mendengar hal ini dalam agama yang
terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak
lain hanyalah (dusta) yang diada-
adakan”

Menurut Muhammad Ali al-
Shabuni Kata millah dalam ayat ini
tafsirkan dengan agama Nashrani jadi
maksud ayat ini adalah menurut
penganut agama Nashrani mereka tidak
pernah mendengar ucapan ini
(mentauhidkan Allah) pada agama
Nashrani, agama terakhir, sebab Tuhan
mereka tiga dan bukan hanya satu, lalu
bagaimana Muhhamad itu mengatakan
Esa? Ibnu Abbas berkata agama
terakhir menurut mereka adalah agama
Kristen, Mujahid dan Qatadah berkata:
yang mereka maksud adalah agama
kaum Quraisy sendiri dan agama

43
Hamka, op. cit., Jild. h. 314

140 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019

seruan Muhammad SAW tidak ada
pada yang kami terima dari nenek
moyang kami, apa yang didakwahkan
oleh Muhammad adalah mengada-
ngada.
44

Penganut agama Nashrani
meyakini bahwa agama merekalah
yang terakhir, sedangkan agama yang
dibawa Nabi muhammad yang
memerintahkan untuk menge-Esakan
Tuhan tidak pernah mereka dengar
dalam agama mereka.

Kesimpulan
Agama samawi adalah agama
yang berasal dari wahyu ilahi agama
yang haq, jauh dari praktek
peyimpangan, penyelewengan dan
kesyirikan. Agama samawi adalah
agamanya para Nabi dan Rasul mulai
dari Nabi Adam AS sampai kepada
Nabi Muahammad SAW. Di dalam al-
Qur’an banyak disebutkan kata al-din
yang berarti kepercayaan, al-Qur’an
juga menyampaikan bahwa hambanya
telah dinamakan dengan muslim
semanjak dahulu sebagaiman yang
dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-haj
ayat 78, dalam ayat ini Allah
memerintahkan agar kita mengikuti
agama nenek moyang kita Ibrahim
yang beragama Islam karena dari
dahulu semenjak nabi Adam AS
sampai Nabi Muhammad Allah telah
menakan kita dengan muslim orang
beragama Islam.
Memang di dalam al-Qur’an
tidak Allah menyebutkan agama semua
Nabi dan Rasul akan tetapi hanya
menyebutan sebagian agama Nabi dan
Rasul seperti Nuh, Ibrahim, Musa,
Isya, Ishaq, Ya’qub, dan yang lain-lain
namun sebagian ini sudah bisa diambil

44
Muhammad Ali al-Shabuni, op. cit.,
Jild. 4 h. 472
kesimpulan bahwa agama Nabi dan
Rasul adalah agama Islam,
sebagaimana Allah mengatakan agama
yang diredhainya hanyalah agama
Islam semata.
Para ahli tafsirpun sepakat
mengatakan agama Nabi ada Rasul
adalah Agama Islam seperti Ibnu
Abbas, al-Qurthubi, Muhammad
Jalaludin Al-Suyuthi dan Muhammad
Jalaluddin Al-Mahilli, Ibnu Kastir dan
buya hamka dalam tafsir meraka
mengatakan bahwa al-din, al-millah
dalam al-Qur’an adalah agama Islam.
Maka pendapat yang mengatakan
bahwa Yahudi dan Nashrani adalah
agama samawi agama yang haq
dahulunya adalah pendapat yang salah
dan bertentang dengan al-Qur’an,
karena agama yang haq agamanya para
Nabi dan Rasul hanya satu yaitu agama
Islam.
Di dalam al-Qur’an Allah SWT
marah kepada orang-orang yahudi dan
Nashrani ketika mereka mengatakan
bahwa Nabi Ibrahim berserta cucunya
bergama Yahudi dan Nashrani, Allah
Membantah semuanya itu dengan
pertanyaan Allah yang menginkari hal
tersebut sebagaimana Allah sampaikan
dalam surat al-baqarah ayat 140.
Maka dalam tulisan ini penulis
menyimpulkan bahwa agama samawi
hanya satu yaitu agama Islam
agamanya para Nabi dan Rasul yaitu
agama Islam, selain dari agama Islam
adalah agama ardhi seperti Yahudi,
Nashrani, Majusi dan agama-agama
yang lainya di dunia ini, bahkan
menurut Muhammad Kamal Isya
agama Yahudi, Nashrani dan Majusi
adalah agama syaithan bukan berasal
dari wahyu ilahi.

Rahmat Hidayat, Agama Dalam Perspektif Al-Qur`an 141
Daftar Pustaka

Baghdadi, ‘Ala’ al-Din Ali bin
Muhammad bin Ibrahim,
Tafsir Khazin, Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Ilmiah, 1995
Hakim, Agus, Perbandingan Agama
Pandangan Islam Mengenai
Kepercayaan : Majusi,
Shabiah, Kristen, Hindu dan
Budha, Bandung: Dipenegoro,
1982.
Hamka, Tafsir al-Azhar,
Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1983.
Isya, Kamal Muhammad, al-‘Aqidah
al-Islamiyah Safinah al-
Najah, T.Tp., Dal al-Syuruq,
T.Tt.
Jamil, Shidqi Muhammad, al-Shawi,
T.T, al-Haramain, T.Th.
Ma’luf, Louis, al-munjid fi al-Lughah
wa al-‘Alam, Bairut: Dar al-
Masyruq, 1999
Muslim, Musthafa, Mabahis fi al-Tafsir
al-Maudhu’i, Dasmaskus: Dar
al-Qalam, 1998
Al-Shabuni, Muhammad Ali, Safwh al-
Tafasir, alih bahasa oleh
Yasin dengan judul Safwah al-
Tafasir Tafsir-Tasir Pilihan,
Jakrta: Darul Fikr, 2010
Zuhaili, Wahbah, al-Tafsir al-Munir fi
al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wal
Mahaj, Bairut: Dar al-Fikr,
1991.
Zulheldi, 6 Langkah Metode Tafsir
Maudhu’I, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2017.

142 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 No.1/Juni 2019