6

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum
Manajemen konstruksi adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam
proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber daya
dalam proyek konstruksi dapat dikelompokan menjadi manpower, material, machines,
money, method (Ervianto, 2010). Bagaimana cara penanganan yang tepat, sebenarnya
tidak ada suatu cara yang yang mutlak dan sempurna, dan harus selalu dikembangkan
pada setiap saat sesuai situasi dan kondisi. Pada dasarnya cara penanganan tersebut
dituangkan dalam suatu ilmu yang dinamakan “Manajemen”.
Sedangkan definisi dari manajemen konstruksi itu sendiri menurut Husein
(2011: 45) adalah kelompok yang menjalankan fungsi manajemen dalam proses
konstruksi (tahap pelaksanaan), suatu fungsi yang akan terjadi dalam setiap proyek
konstruksi. Tujuan pokok dari manajemen konstruksi ialah mengelola atau mengatur
pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil sesuai dengan
persyaratan (specification).
Untuk dapat mencapai tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu
bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian
hasil ini, selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control),
pengawasan waktu (time control), dan pengawasan penggunaan biaya (cost control).
Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.
Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat
hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan
(Djojowirono, 2002).
Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan yang diselenggarakan
melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi/
manajemen konstruksi (MK), baik merupakan pembangunan baru perbaikan sebagian
atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan yang sudah ada, dan/ atau lanjutan
pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi,
renovasi, restorasi).

7

2.2 Manajemen Konstruksi
2.2.1 Pengertian Manajemen Konstruksi
Terdapat dua jenis aspek manajemen pelaksana proyek konstruksi yaitu aspek
manajemen proyek dan aspek manajemen konstruksi. Manajemen proyek dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan
pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber
daya semaksimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Berdasarkan
PMBOK (Project Management Body of Knowledge) dalam buku Budi Santoso (2009),
manajemen proyek adalah suatu aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan
(skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk
memenuhi kebutuhan- kebutuhan proyek. Menurut Wulfram I. Ervianto (2003),
manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan
koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk dapat
menjamin biaya proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu.
Sedangkan manajemen konstruksi adalah sumber daya yang terlibat dalam suatu
proyek dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat (Ervianto, 2002). Sumber
daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan sebagai : manpower, machines,
money, and method.
Menurut Ervianto (2005), pada hakekatnya dalam manajemen konstruksi
terdapat dua pemahaman yang pelaksanaanya menjadi satu kesatuan untuk mencapai
tujuan proyek, yaitu:
1. Teknologi kontruksi (Construction Technology) yaitu mempelajari metode atau
teknik tahapan pelaksanaan pekerjaan dalam mewujudkan bangunan fisik di suatu
lokasi proyek, sesuai dengan spesifikasi teknik yang disyaratkan.
2. Manajemen konstruksi (Construction Manajement) adalah bagaimana sumber
daya (man, material, machine, method) yang terlibat dalam pekerjaan dapat dikelola
dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan proyek, sesuai dengan
ketentuan/hukum yang berhubungan dengan konstruksi.
Manajemen yang baik mengandung pengertian efektifitas dan efisiensi.
Efektifitas dan efisiensi adalah dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kerja
manajemen. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan benar. Efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat

8

atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi
pengertian efisiensi dan efektifitas berarti segala sesuatu dilaksanakan dengan berdaya
guna, yang berarti tepat, cepat, hemat, dan selamat.
Manajemen Konstruksi adalah suatu cara / metode untuk mencapai suatu hasil dalam
bentuk bangunan / infrastruktur yang dibatasi oleh waktu dengan menggunakan
sumber daya yang ada secara efektif melalui tindakan-tindakan:
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Pelaksanaan (Actuating)
d. Pengawasan (Controlling)

2.2.2 Tujuan Manajemen Konstruksi
Fokus utama dari tujuan manajemen konstruksi adalah untuk mencapai target
tertentu yang terdefinisi dengan baik. Dalam rekayasa sipil, beberapa tujuan penting
lainnya dalam teknik sipil yang juga harus dicapai. Sasaran ini sebagai sasaran
sekunder dan bersifat sebagai kendala. Tujuan akhir dari sebuah proyek pada umunya
yaitu terwujud pekerjaan yang :
a. Tepat waktu
b. Tepat kuantitas
c. Tepat kualitas
d. Tepat biaya sesuai dengan biaya rencana
e. Tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar
f. Tercapainya K3 dengan baik
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui pengunaan teknik manajemen yang baik antara
lain :
a. Pembentukan situasi yang dapat mendelegasikan kepada mereka yang mampu
dimana keputusan yang mantap dapat diambil pada tingkat manajemen yang
paling rendah.
b. Memotivasi orang – orang untuk memberikan yang terbaik dalam batas

9

kemampuannya dengan menerapkan hubungan manusiawi.
c. Penting untuk mendorong kerja tim di dalam organisasi agar fungsinya dapat
berjalan penting untuk dipupuklancar .kerja tim di dalam organisasi sehingga
fungsinya dapat berjalan dengan lancar . Penyediaan fasilitas yang memugkinkan
orang – orang yang terlibat dalam proyek meningkatkan kemampuan dan
cakupannya.
Apabila tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai , dapat disimpulkan
bahwa proyek yang bersangkutan mengalami kendala. seperti kegagalan bangunan ,
merupakan dampak panjang untuk proses pengerjaan yang tidak sesuai dengan rencana
, RKS , atau gambar rencana yang diperbarui .

2.2.3 Fungsi Manajemen Konstruksi
2.2.3.1 Perencanaan (Planning)
Setiap proyek konstruksi biasanya diawali dengan proses perencanaan supaya
tidak ada kendala dalam prosesnya. Perencanaan dapat didefinisikan sebagai gambaran
masa yang akan datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bentuk perencanaan dapat berupa perencanaan
prosedur, perencanaan metoda kerja, perencanaan standar pengukuran hasil,
perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana kegiatan beserta jadwal).
Fungsi perencanaan berupa tindakan-tindakan pengambilan keputusan yang
berisi data atau informasi, asumsi atau fakta , dan akan dilakukan di masa yang akan
datang. Bentuk tindakan tersebut antara lain:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran usaha.
b. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.
c. Menyumbangkan strategi dan prosedur operasi.
d. Menyiapkan pendanaan serta standard kualitas yang diharapkan.
Manfaat dari fungsi perencanaan di atas adalah menjadi alat pengawas,
pengendali kegiatan, atau pedoman pelaksana kegiatan, serta sarana untuk memilih
dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.

10

2.2.3.2 Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi berasal dari kata organism yang berarti membentuk struktur dengan
bagian-bagian yang terpadu sedemikian rupa, dan terintegrasi secara seragam,
sehingga hubungannya hubungan terhadap keseluruhannya terikat oleh satu sama lain.
Pembagian kerja dilakukan dari spesialisasi keahlian atau ketrampilan dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Menempatkan orang pada setiap aktifitas, menyediakan alat-
alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan pada
setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut sehingga tercipta suatu
kesatuan dalam kerangka tujuan yang ditetapkan. Tujuannya untuk melakukan
pengaturan dan pengelompokkan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang
dihasilkan sesuai. Tahap ini menjadi sangat penting karena ketidaktepatan pengaturan
dan pengelompokkan kegiatan yang terjadi akan berakibat langsung terhadap tujuan
proyek. Tindakan- tindakan dalam fungsi pengorganisasian, antara lain berupa :
a. Menetapkan daftar penugasan.
b. Menyusun lingkup kegiatan.
c. Menyusun struktur kegiatan.
d. Menyusun daftar personil organisasi berikut lingkup tugasnya.
Manfaat dari fungsi organisasi adalah pedoman pelakasanaan fungsi, dalam
mengetahui tugas, hubungan tanggung jawab, dan delegasi wewenang yang terlihat
jelas.

2.2.3.3 Pelaksanaan (Actuating)
Dalam kenyataannya, kegiatan ini dilakukan oleh pihak pelaksana konstruksi
dan pihak pemilik proyek. Pengawasan dilakukan oleh pelaksanaan konstruksi
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek,
sedangkan pengawasan oleh pemilik bertujuan memperoleh keyakinan bahwa apa
yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang diinginkan. Parameter hasil kegiatan
dituangkan dalam spesifikasi. Tindakan yang dapat dilakukan pada pelaksanaan yaitu
:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.

11

b. Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
Wujud dari tindakan ini berupa pengisian staff, yaitu pengerahan, penempatan,
pelatihan, pengembangan tenaga kerja dengan tujuan menghasikan kondisi tepat
personel (right people), tepat posisi (right position), tepat waktu (right time).
c. Pengarahan (directing)
Tahap pengarahan dapat didefinisikan sebagai kegiatan mobilisasi sumber daya –
sumber daya yang dimiliki supaya dapat berkesinambungan sesuai tugas.
Termasuk di dalamnya adalah memberikan motivasi dan koordinasi terhadap
seluruh staf.
Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah mendorong tercapainya efisiensi
serta kebersamaan dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

2.2.3.4 Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses dari rangkaian upaya untuk mengusahakan sesuatu
pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tahapan
yang harus dilalui sehingga apabila ada kendala atau masalah dengan rencana dan
tahapan tersebut, diadakan suatu tindakan perbaikan seperlunya.
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai koordinasi antar komponen organisasi
untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses ini berlangsung secara terus-
menerus guna mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanan kegiatan berjalan sesuai
prosedur yang ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan
pengendalian adalah proses penetapan atas apa yang telah dicapai, evaluasi kineja dan
langkah perbaikan bila diperlukan. Proses ini dapat dilakukan jika telah ada kegiatan
perencanaan sebelumnya karena esensi pengendalian adalah membandingkan apa
yang seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Tindakan- tindakan dalam
fungsi controlling meliputi:
a. Mengukur kualitas hasil.
b. Membandingkan hasil terhadap standard kualitas.
c. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi.
d. Memberikan saran-saran perbaikan.
e. Menyusun laporan kegiatan.

12

Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan
kesalahan yang terjadi segi kualitas, kuantitas, biaya maupun waktu.

2.3 Manfaat Penerapan Manajemen Konstruksi
2.3.1 Aspek Biaya
Faktor biaya sangat jelas merupakan poin utama pada umumnya pemilik
proyek agar mengeluarkan biaya yang minimal untuk proyek tersebut. Walaupun
misalnya terdapat pemilik proyek yang mempunyai kendala biaya, tetapi dia akan
menuntut kualitas yang prima untuk setiap uang yang dikeluarkan. Tidak terjadinya
faktor ganda atas keuntungan, pajak dan biaya umum, pada masing-masing kontraktor
yang dibebankan pemilik. Dalam sistem manajemen konstruksi, para kontraktor
memperoleh pekerjaan (kontrak) langsung dari pemilik sehingga tidak terjadi
penggandaan pajak dan keuntungan. Dengan menggunakan manajemen konstruksi,
pekerjaan pembangunan proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Hal ini
dapat memberikan penghematan biaya kepada pemilik proyek.
a. Pengertian biaya proyek
Biaya proyek adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk mewujudkan suatu
bangunan yang telah direncanakan. Menurut Soeharto (1998) biaya proyek dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu :
1. Biaya tanah (land cost)
Biaya tanah adalah harga dari tanah tempat bangunan tersebut akan didirikan.
2. Biaya konstruksi, biaya ini meliputi :
a) Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), misalnya upah buruh dan upah
tukang.
b) Biaya konstruksi (direct labor cost), misalnya harga pasir dan besi beton.
c) Biaya sub kontraktor ( sub contract cost)
d) Biaya peralatan (equipment cost), dapat berupa biaya sewa peralatan dan juga
biaya penyusutan peralatan.
e) Biaya umur proyek (job overhead cost), misalnya kompensasi pengawas
proyek, biaya kantor cabang dan biaya pemeliharaan kendaraan.
f) Biaya umum pusat (general overhead expenses), misalnya gaji personil

13

kantor pusat dan biaya penjadwalan.
3. Biaya tak langsung, biaya ini meliputi :
a) Biaya personalia dan konsultan
b) Biaya pendanaan (financial cost)
c) Biaya hukum (legal cost)
b. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek
Rencana anggaran biaya pelaksanaan adalah perhitungan atau prakiraan
pengeluaran biaya dan tata cara penyelenggaraan suatu pekerjaan bangunan
berdasarkan isi dari dokumen kontrak, spesifikasi, gambar – gambar dan metode
pelaksanaan. Fungsi rencana anggaran biaya adalah untuk mengetahui prakiraan
jumlah harga total maupun per item yang dibutuhkan saat menjalani suatu proyek.
Dengan begitu, hal ini dapat menjadi acuan terkait sejumlah biaya pelaksanaan yang
perlu dikeluarkan di masa depan.
Melalui rencana anggaran biaya, diharapkan proyek akan berjalan secara
efektif dan efisien, sehingga dana diperhitungkan secara teliti tanpa adanya over
budget.
Berikut adalah berbagai fungsi rencana anggaran biaya lainnya:
• Memperhitungkan biaya keseluruhan mengenai peralatan, upah pekerja,
peralatan, dan tambahan lainnya secara detail.
• Mendata kebutuhan material dalam suatu proyek tertentu.
• Membantu menentukan ukuran proyek serta jasa kontraktor yang tepat dan
sesuai kebutuhan.
Biaya adalah keseluruhan dana yang diperuntukan untuk mewujudkan suatu
bangunan yang telah direncanakan. Biaya bertujuan untuk menjamin biaya proyek
tidak melampaui rencana anggaran pelaksanaannya. Peluang terbesar untuk menekan
biaya akhir proyek adalah pada tahap studi kelayakan dan perencanaan. Hal yang
diperlukan untuk mengontrol pengendalian biaya adalah rencana anggaran
pelaksanaan yang menyangkut mutu, volume dan harga satuan pekerjaan yang
didapatkan.

14

Informasi yang dibutuhkan kontraktor agar pengendalian tersebut dapat tercapai
sasaran yang efisien dan efektif yaitu :
1. Biaya proyek yang digunakan sesuai dengan hasil bagian pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Jika terjadi perbedaan ( lebih besar atau lebih kecil dari rencana
biaya), dimana hal itu terjadi dan siapa yang bertanggung jawab dan apa yang
akan dikerjakan.
2. Memperkirakan biaya sesuai rencana atau melebihi rencana merupakan hal yang
sangat penting, tahap atau hal yang akan mempengaruhi biaya. Ketika biaya
dengan pasti berbeda, biasa sangat terlambat disadari. Rahasia dari suatu
pengendalian yang nyata adalah dapat menentukan kecenderungan-
kecenderungan yang akan dapat secepat mungkin begitu hal tersebut mulai terjadi
dan dapat mengatasinya. Dengan demikian manajemen proyek perlu dapat
memprediksi biaya akhir dari bagian proyek atau keseluruhan proyek.
3. Hal yang perlu diperhatikan terkait biaya adalah hubungannya dengan waktu
pelaksanaan. Umumnya percepatan pekerjaan dalam penyediaan bahan
mengurangi biaya pelaksanaan. Apakah diperlukan pelaksanaan yang lebih cepat
dan beberapa besar pengaruhnya terhadap biaya. Manfaat apa yang akan didapat
dengan mempercepat waktu, maka manajemen sangat perlu mendapatkan
informasi sejelas-jelasnya tentang pengaruh ini.
Untuk proyek – proyek yang melibatkan dana dalam jumlah yang besar dan
jadwal yang lama, anggaran bukan hanya ditentukan untuk total proyek atau per
periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian
penyelesaian bagian – bagian proyek pun harus memenuhi sasaran per periode.

2.3.2 Aspek Mutu
Penerapan sistem manajemen kontruksi akan sangat membantu, terlebih pada
proyek yang tergolong berskala besar dalam pengawasan mutu bangunan. Sinergi
berbagai bidang keahlian dalam tim konsultan manajemen konstruksi akan
memberikan kontribusi yang positif pada pemilik, terutama pada tahap pelaksanaan,
konsultan manajemen konstruksi akan sangat membantu untuk memberikan
penilaian/evaluasi mengenai usulan-usulan kemajuan pekerjaan metode kerja dari
kontraktor sehingga dapat dicapai mutu atau kualitas hasil pekerjaan.

15

Ada tiga proses pada proyek konstruksi yang harus dilakukan untuk
mendapatkan mutu yang baik. Syarat ini dilakukan dalam manajemen mutu di suatu
proyek. Adapun ketiga proses mutu tersebut adalah perencanaan mutu (Quality
Planning ), pengendalian mutu (Quality Control) dan penjaminan mutu (Quality
Assurance). Ketiga proses ini dilakukan dalam suatu manajemen proyek agar proyek
tersebut menghasilkan mutu yang baik.
a. Perencanaan Mutu (Quality Planning)
Perencanaan mutu umunya dilakukan pada tahap desain. Perubahan desain
pada tahap pelaksanaan dapat terjadi karena tidak
melakukan proses perencanaan mutu (Quality planning) dengan baik. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar perencaan mutu dapat berjalan dengan baik dan
semestinya, antara lain sebagai berikut :
1) Sebelum akan dilaksanakan pekerjaan kontruksi, kontraktor telebih dahulu
meninjau gambar kerja yang telah direncanakan oleh arsitek. Arsitek juga
merupakan manusia biasa yang bisa saja melakukan kesalahan dalam
menggambar. Untuk itu kontraktor pelaksana wajib memeriksa terlebih dahulu
gambar kerja sebelum melaksanakan proses pembangunan. Supaya jika terjadi
kesalahan dalam perencanaan gambar kerja, maka otomatis desain akan berubah
untuk menutupi kesalahan tersebut.
2) Konsultan sudah memahami secara detail keinginan pelanggan. Sebagai seorang
konsultan, maka keinginan pelanggan adalah hal mutlak yang harus diketahui
secara detail. Jika tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka pada
pertengahan proses pelaksanaan pelangan akan meminta untuk mengubah desain.
Karena kepuasan pelanggan adalah bukti bahwa proyek tersebut disebut bermutu.
3) Melakukan perjanjian dengan pelanggan agar tidak melakukan perubahan desain
pada tahap pelaksanaan. Hal ini bertujuan untuk mencegah pelanggan yang
kadang-kadang secara mendadak merubah desain awal yang telah direncanakan.
b. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Pengawasan dan pengendalian adalah dua kegiatan yang dilakukan pada tahap
pelaksanaan. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan oleh kontraktor pengawas
dan kontraktor pengendali. Tugas pengawas dan pengendali tidak sama. Pengawas
hanya mempehatikan setiap kegiatan lapangan dan melaporkannya, sedangkan

16

pengendali melakukan tindakan jika terjadi perbedaan pekerjaan dari yang
direncanakan. Hal yang diawasi dan dikendalikan pada tahap pelaksanaan adalah:
1) Mengawasi dan mengendalikan waktu pelaksanaan proyek. Waktu pelaksanaan
dapat diawasi dan dikendalikan dengan berpedoman pada kurva S dan Time
Schedule yang sudah direncanakan sebelumnya. Jika kontraktor pengawas
memeriksa proses pembangunan pada masing- masing tahap dan tidak sesuai
dengan rencana, maka kontraktor pengendali harus mengambil tidakan.
2) Mengawasi dan mengendalikan biaya yang masuk dan keluar. Biaya yang masuk
dan keluar dapat diawasi dan dikendalikan dari manajemen biaya yang sudah
direncanakan sebelumnya.
3) Mengawasi dan mengendalikan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja harian juga
mempengaruhi mutu pelaksanaan. Jika jumlah tenaga kerja terlalu banyak dalam
satu hari, tentu ini akan menjadi pemborosan biaya. Dan jika kekurangan tenaga
kerja, tentu akan menjadi pemborosan waktu. Maka dari itu, terlebih dahulu
merencanakan jumlah tenaga kerja agar tidak terjadi pemborosan. Produktivitas
tenaga kerja juga harus diawasi dan dikendalikan jika terjadi penurunan. Bukan
hanya itu, keselamatan pekerja juga harus diperhatikan agar tidak terjadi
kecelakaan.
4) Mengawasi dan mengendalikan material dan peralatan. Material dan peralatan
yang masuk dapat diawasi dan dikendalikan dengan berpedoman pada rencana
kedatangan material dan peralatan yang sudah dilakukan sebelumnya. Efektifitas
peralatan juga menjadi perhatian khusus kontraktor pengawas dan pengendali.
5) Mengawasi dan mengendalikan progres pekerjaan. Progres pekerjaan juga harus
diawasi dan di kendalikan agar sesuai dengan standar yang ada.
c. Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
Penjaminan mutu dilaksanakan pada tahap pelaksanaan. Hal ini tidak berarti
bahwa pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan mutu tidak mempengaruhi tahap
pelaksanaan. Jika proses perencanaan mutu pada tahap desain tidak dilakukan dengan
baik, maka akan ikut mempengaruhi mutu pada tahap pelaksanaan. Sebaik apapun
rencana yang dilakukan, pasti akan terjadi suatu kesalahan pada tahap pelaksanaan.
Salah satu manajemen mutu yang dilakukan adalah penjaminan mutu (Quality
assurance) yaitu dengan melakukan pengawasan dan pengendalian.
Koordinasi yang baik antara pihak yang terlibat ikut menentukan penjaminan

17

mutu yang berjalan. Koordinasi yang dimaksud adalah
komunikasi antar pihak yang terlibat dilapangan. Koordinasi ini dimaksudkan agar apa
yang diinginkan pemilik dapat dimengerti oleh konsultan dan kontraktor, lalu apa yang
kontraktor pengawas perintahkan dapat dimengerti sepenuhnya oleh pekerja lain
sampai ke tingkat yang paling bawah sekalipun. Adapun orang-orang yang terlibat
dalam tahap pelaksanaan adalah :
1. Owner (pemilik)
2. Konsultan perencana
3. Konsultan pengawas
4. Sub kontraktor
5. Mandor dan tukang
2.3.3 Aspek Waktu
Faktor waktu sangat penting untuk pemilik proyek yang mengharapkan
keuntungan operasi atau produksi dari proyek yang telah selesai dilaksanakan. Makin
cepat selesai suatu proyek makin cepat "return of investment" serta keuntungan yang
akan didapat. Jika dalam pelaksanaannya terjadi keterlambatan penyelesaian proyek
maka akan memerlukan tambahan biaya. Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun
waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru,
maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
Walaupun secara teoritis pelaksanaan proyek harus tepat waktu, namun sering terjadi
pada waktu pelaksanaannya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Durasi pelaksanaan proyek adalah sejumlah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan pembangunan suatu proyek mulai dari tahap
persiapan hingga selesai diserahterimakan. Untuk memperkecil terjadinya
keterlambatan pada proyek konstruksi, maka perlu adanya suatu rencana kerja
(pengendalian waktu) yang dapat memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan
berlangsung di proyek dari awal sampai dengan proyek selesai. Selain itu diharapkan
dengan adanya rencana kerja, maka pengendalian proyek lebih mudah dan berjalan
lancar.
Rencana kerja ini dapat dilakukan dengan membuat Network Diagram yang
berfungsi sebagai suatu kontrol pelaksanaan terutama mengenai masalah waktu.

18

Dengan demikian, waktu yang telah direncanakan dalam proyek dapat dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan, atau dengan kata lain keterlambatan
dapat dihindari. Jadwal waktu penyelesaian (Time Schedule) menjadi faktor yang
sangat pentinguntuk pengendalian proyek, karena waktu penyelesaian pelaksanaan
proyek pada saat sekarang cenderung pendek sehingga memerlukan perhatian dari para
pelaku jas konstruksi.
Beberapa hal penting dalam merencanakan waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut
:
1. Pengalaman yang cukup dalam pelaksanaan pekerjaan
2. Pengetahuan atas pekerjaa yang dischedulekan
3. Kemampuan menginventariskan dan mengorganisir semua unsur yang terlibat di
dalamnya (tenaga, peralatan, material dan uang)
4. Pengetahuan atas teknik schedule
5. Pengalaman dalam penerapan teknik schedulling
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat jadwal pelaksanaan
proyek :
1. Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek diharapkan
dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
2. Keterkaitan dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek
sebelumnya.
3. Alasan sosial politis lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.
4. Kondisi alam dan lokasi proyek.
5. Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.
6. Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan dan material
pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek yang bersangkutan.
7. Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang
dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.
8. Produktivitas sumber daya, peralatan proyek, dan tenaga kerja proyek, selama
operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi aturan
teknis.

19

9. Cuaca, musim, debit air, skala gempa tahunan dan lai – lain.
10. Referensi hari kerja efektif (pekerjaan) dengan mempertimbangkan hari - hari
keagamaan serta adat setempat dimana proyek berada.
11. Kesiapan sponsor proyek atau sumber daya finansial proyek atau ketersediaan
dana proyek yang bersangkutan.
Dengan faktor – faktor yang telahdi perhitungkan dan dipertimbangkan
sedemikian lengkap, maka jadwal proyek yang diterima kontraktor pemenang tender
yang harus melaksanakan proyek tersebut adalah jadwal proyek yang telah matang,
artinya pemenang tender sangat mungkin untuk memenuhi jadwal penyelesaian proyek
tersebut.

2.3.4 Aspek Lain-lain
Manajemen dalam penyelenggaraan keseluruhan proyek ditangani oleh tim
manajemen konstruksi dengan mengintegrasikan seluruh tahap dalam satu keadaan
sistem yang utuh dan terpadu. Manajemen konstruksi selalu mengadakan check dan
recheck terhadap seluruh tahap penyelenggaraan proyek, sehingga dicapai suatu hasil
yang optimal sesuai dengan keinginan pemilik proyek. Apabila dalam pelaksanaan
proyek didapati kontraktor yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka
kontraktor tersebut dapat saja diganti tanpa perlu mengganti seluruh kontraktor dan
tanpa menimbulkan pengaruh yang drastis terhadap keseluruhan proyek.
Namun, di sebutkan juga tata cara pengawasan pekerjaan guna meminimalisir
kesalahan konstruksi terjadi. Kesalahan konstruksi dapat menyebabkan kerugian
untuk kontraktor dan pemilik proyek.