E-ISSN : 2579-9258 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika
P-ISSN: 2614-3038 Volume 07, No. 1, December 2022 -March 2023, pp. 932-944

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri Bebasis
Higher Order Skill (HOTS) Berdasarkan Teori Newman Ditinjau dari
Gaya Belajar Siswa
Shinta Tri Hartini
1
, Rini Setyaningsih
2

1, 2
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Kartasura Sukoharjo Indonesia, 57162
[email protected]

Abstract
Each student has a different way of learning, students with appropriate learning styles will be able to support
the learning process and better student achievement. This research was conducted because most students did
not understand the High Order Thinking Skills (HOTS) type questions by using descriptive qualitative methods
and qualitative data analysis. This study aims to find out the mistakes made based on Newman's theory and the
factors that cause errors when students solve High Order Thinking Skills (HOTS) type questions according to
the learning style of the subject of this study, namely class VII-A students of SMPN 2 Gemuh, Kendal. This
study used 3 instruments, namely a learning style questionnaire, test questions, and interviews. Based on the
research, the results showed that there were errors at the transformation stage, comprehension errors, encoding
errors and process skill errors. Forms of errors made by students with a visual learning style are transformation
errors (transformation) and writing answers (encoding). Students who have an auditory learning style have a
tendency to make mistakes in understanding questions (comprehension), transformation (transformation) and
process skills (process skills). While students who have a kinesthetic learning style have a tendency to make
mistakes in understanding questions (comprehension), transformation (transformation) and writing answers
(encoding). Factors that cause students to make mistakes are students in a hurry in working on questions, not
careful, do not understand the questions, do not write conclusions and units in answers, and students are not
used to writing formulas and describing questions.
Keywords: Error analysis, HOTS oriented questions, Learning styles, Newman theory
Abstrak
Setiap siswa memiliki perbedaan cara belajarnya, siswa dengan gaya belajar sesuai akan dapat menunjang
proses belajar serta prestasi siswa yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan karena sebagian besar siswa kurang
memahami soal tipe High Order Thinking Skills (HOTS) dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif
serta analisis data kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan berdasarkan
teori Newman dan faktor yang menyebabkan kesalahan pada saat siswa dalam menyelesaikan soal tipe High
Order Thinking Skills (HOTS) sesuai dengan gaya belajar subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VII-A SMPN
2 Gemuh, Kendal. Penelitian ini menggunakan 3 instrumen yaitu angket gaya belajar, soal tes, dan wawancara.
Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil bahwa terdapat kesalahan pada tahap transformasi (transformation),
kesalahan memahami soal (comprehension), kesalahan penulisan jawaban (encoding) dan kesalahan proses
(process skill). Bentuk kesalahan yang dilakukan siswa dengan gaya belajar visual yaitu kesalahan transformasi
(transformation) dan penulisan jawaban (encoding). Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial memiliki
kecenderungan melakukan kesalahan memahami soal (comprehension), transformasi (transformation) dan
keterampilan proses (process skill). Sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik memiliki
kecenderungan melakukan kesalahan memahami soal (comprehension), transformasi (transformation) dan
penulisan jawaban (encoding). Faktor yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan yaitu siswa tergesa-gesa
dalam mengerjakan soal, tidak teliti, kurang memahami soal, tidak menuliskan kesimpulan dan satuan pada
jawaban, serta siswa tidak terbiasa menuliskan rumus dan menjabarkan soal.
Kata kunci: Analisis kesalahan, Gaya belajar, Soal berorientasi HOTS, Teori Newman

Copyright (c) 2023 Shinta Tri Hartini, Rini Setyaningsih
 Corresponding author: Rini Setyaningsih
Email Address: [email protected] (Penjalinan RT 01/01 Tawangsari, Teras, Boyolali, Indonesia)
Received 13 February 2023, Accepted 30 March 2023, Published 31 March 2023
DoI: https://doi.org/10.31004/cendekia.v7i1.2230


PENDAHULUAN
Matematik adalah pengetahuan yang paling mendasar diantara ilmu-ilmu lainnya dan

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri Bebasis Higher Order Skill (HOTS) Berdasarkan Teori
Newman Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Shinta Tri Hartini, Rini Setyaningsih 933
memiliki fungsi dalam mengarahkan siswa menyelesaikan masalah sehari-hari serta mengembangkan
kemampuan logikanya untuk membentuk sikap. Dalam pelaksanaannya, matematika digunakan
semua tingkat pendidikan mulai dari SD hingga perkuliahan, termasuk juga SMP (Listiana &
Sutriyono, 2018). Matematika menuntut siswa mampu menyelesaikan permasalahan matematika
dengan akurat (Rusli, 2021). Faktor-faktor yang penyebab siswa melakukan kesalahan pada saat
penyelesaian soal matematika yaitu kurangnya memahami konsep matematika (Rismawati &
Asnayani, 2019).
Penguasaan meteri matematika siswa dapat menjadi tolak ukur dalam analisis banyak atau
tidak kesalahan yang dilakukan siswa. Karakteristik kesulitan belajar matematika berbeda dengan
mata pelajaran lain (Ratnasari & Setiawan, 2019). Untuk mengidentifikasi kesalahan siswa dapat
dilakukan dengan analisis. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode pendekatan Newman,
pendekatan ini digunakan untuk mengevaluasi kesalahan kalimat. Menurut (Prakitipong & Nakamura,
2006) analisis Newman dibagi menjadi 5 tahap yaitu: tahap membaca (reading level), memahami
(comprehension level), transformasi (transformation level), ketrampilan proses (process skills level),
penulisan jawaban (encoding level). Selain mempelajari tentang kesalahan siswa saat memecahkan
masalah matematika, guru diharapkan mampu memahami unsur-unsur yang mempengaruhi belajar
siswa, termasuk kemampuan siswa, kesiapan guru dan siswa, serta gaya belajar siswa
(Sulistyoningrum et al., 2021a). Salah satu pengaruh siswa dalam belajar yaitu kemampuan siswa dan
gaya belajar. Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan Higher Order Thinking Skills
(HOTS) (Sari et al., 2019). HOTS memiliki konsep dalam pembentukan kemampuan siswa secara
mandiri tidak hanya fokus dalam tujuan pendidikan yang telah ditetapkan antara lain dalam berfikir
kritis, kreatif, inovatif dan mampu memcahkan masalah (Sriyanti et al., 2022). Rendahnya hasil
pemetaan siswa dalam kategori HOTS menjadi salah satu factor yang berkontribusi terhadap
ketidakmampuan siswa untuk menganalisis, kreasi dan evaluasi serta penalaran logika (Hartini et al.,
2018). Geometri adalah materi yang dianggap sulit diterima oleh siswa (Riastuti et al., 2017).
Penyelesaian soal kategori HOTS beberapa siswa kelas VII-A SMP N 2 Gemuh mengalami kesulitan.
Saat proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal HOTS
materi geometri mengenai luas dan keliling segi empat. Kesimpulan penelitian dapat diketahui dengan
memperoleh data hasil pengerjaan soal serta wawancara siswa.
Penelitian telah dilakukan oleh (Asdarina & Ridha, 2020) kesalahan siswa dalam materi
geometri yaitu : siswa tidak terbiasa menerima soal dengan masalah rumit yang membutuhkan
keterampilan pemecahan masalah tingkat tinggi, terbatasnya penguasaan materi, tidak bisa
mengaitkan konsep. Penelitian (Nurwijayanti et al., 2018) juga mengatakan bahwa siswa salah dalam
rumus dikarenakan lupa, kurangnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal.
Setiap siswa memiliki perbedaan cara belajar untuk menyelesaikan soal HOTS materi
geometri, perbedaan tersebut merupakan cara interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya (Sutama
& Anggitasari, 2018). (Rosanggreni, 2018) mengemukakan bahwa gaya belajar berperan penting

934 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, No. 01, December 2022-March 2023, hal. 932-944
dalam prestasi belajar dikarenakan mayoritas siswa gagal mengetahui bagaimana cara dalam belajar.
Meskipun gaya belajar tidak serta merta menghasilkan kecerdasan yang lebih besar, tetapi siswa
dengan gaya belajar yang tepat akan dapat membantu proses belajar serta prestasi siswa yang lebih
baik (Grahito Wicaksono, 2016). Dengan menggunakan gaya belajar yang tepat dapat membantu
pemahaman siswa terhadap materi (Linggih & Toyang, 2020). (Porter et al., 2015) mengelompokkan
gaya belajar yaitu: gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Penelitian (Sulistyoningrum et al.,
2021) mengungkapkan bahwa kesalahan siswa ditentukan oleh gaya belajarnya antara lain: kesalahan
yang dilakukan oleh siswa dengan gaya belajar visual pada saat transformasi. Oleh karena itu,
diharapkan guru menyadari penyebab yang dialami siswa dalam menyelesaikan permasalahan,
sehingga perbaikan kualitas pembelajaran dapat dilakukan.
Berdasarkan beberapa penelitian telah dilakukan mengenai analisis kesalahan yaitu penelitian
yang telah dilakukan oleh (Y. M. Sari & Valentino, 2016) mengatakan bahwa kesalahan dalam
penulisan jawaban sering dilakukan oleh siswa serta kesalahan membaca paling sedikit dilakukan.
Penelitian (Mahmudah, 2018) menyatakan bahwa kesalahan pada pemahaman siswa, transformasi,
kelemahan keterampilan proses, dan notasi telah dilakukan oleh siswa. faktor pengaruh tersebut ialah
kapasitas siswa dalam penalaran dan kreativitas dalam pemecahkan masalah ke dalam bentuk aljabar
yag masih rendah, tetapi yang paling dominan adalah kebiasaan siswa dalam menggunakan proses
pemecahan masalah. Penelitian (Mulyani & Muhtadi, 2019) mengemukakan bahwa kesalahan dalam
pemahaman, transformasi, dan penulisan jawaban paling umum dilakukan siswa. Untuk gender laki-
laki kesalahan paling besar pada tahap transformasi sedangkan gender perempuan kesalahan besar
pada pemahaman siswa, keterampilan proses dan pada penulisan jawaban. Salah satu faktor
penyebabnya karena rendahnya tingkat pemahaman siswa dan ketidakkemampuan siswa dalam
menafsirkan maksud dari pertanyaan. Penelitian (Utami, 2016) mengemukakan bahwa mahasiswa
paling banyak melakukan kesalahan pada tahap comprehension yang mengakibatkan kegagalan pada
pengerjaan selanjutnya. Faktor penyebabnya adalah kurangnya pemahaman mahasiswa dalam
memahami generalisasi dari soal pembuktian.
Berdasarkan penelitian terdahulu, perbedaan dari peneliti sebelumnya dalam materi geometri
dan tinjauan penelitiannya gaya belajar siswa. Materi dalam penelitian ini menyangkut materi
geometri yaitu luas dan keliling segiempat. Tinjuan penelitian ini adalah tipe gaya belajar yaitu gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Ketiganya memiliki pengaruh terhadap cara belajar siswa
sehingga dapat menentukan metode belajar efektif untuk membantu siswa meningkatkan pemahaman
materi menjadi lebih baik serta meminimalisir kesalahan (Yofita et al., 2022). Kebaharuan penelitian
ini mengkaji kesalahan yang dilakukan siswa saat menyelesaikan soal materi geometri tipe HOTS
ditinjau dari gaya belajar. Penelitian ini ingin mengetahui mengenai jenis kesalahan yang dilakukan
siswa dan alasan mengapa kesalahan tersebur dilakukan siswa berdasarkan gaya belajarnya. Dengan
mengidentifikasi penyebab kesalahan siswa saat menjawab soal HOTS maka solusi dalam
memperbaiki masalah tersebut lebih mudah. Hal ini bisa dijadikan pedoman guru dalam memilih

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri Bebasis Higher Order Skill (HOTS) Berdasarkan Teori
Newman Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Shinta Tri Hartini, Rini Setyaningsih 935
strategi yang sesuai dalam pembelajaran untuk meminimalisir kesalahan serupa.
Agar dapat melihat kesalahan dan penyebabnya secara rinci dalam menjawab soal tipe HOTS
dengan materi geometri dengan gaya belajar maka dilakukan analisis berdasarkan teori newman.
Rumusan masalah penelitian ini adalah apa kesalahan siswa dan penyebab mereka melakukan
kesalahan saat menyelesaikan soal geometri berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS)
berdasarkan teori newman ditinjau dari gaya belajar siswa kelas VII-A SMPN 2 Gemuh.

METODE
Metode yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut (Cresswell, 2011)
jenis penelitian kualitatif deskriptif menampilkan data asli tanpa proses manipulasi. Kualitatif
deskriptif yaitu suatu metode yang penekannya ada pada proses analisis saat menggambarkan suatu
peristiwa dengan rinci, lengkap yang sedang diteliti secara mendalam yang menggambarkan situasi
yang sebenarnya (Farida, 2014). Desain penelitian ini studi kasus, yaitu penelitian yang dikaitkan
dengan situasi. Penelitian dilakukan di SMPN 2 Gemuh subjek yang digunakan penelitian kelas VII-A
dengan jumlah 32 siswa kemudian mengisi angket mengenai gaya belajar siswa sehingga subjek dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan gaya belajar mereka yaitu masing-masing 2 dengan
gaya belajar visual, 3 dengan gaya auditorial, dan 3 dengan gaya belajar kinestetik.
Instrumen yang digunakan adalah angket, tes tertulis, dan wawancara yang sudah divalidasi
oleh tim ahli. Sebaran angket bertujuan untuk mengklasifikasikan siswa sesuai gaya belajarnya, berisi
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberikan informasi tentang gaya belajar siswa dan hanya
memberikan jawaban sesuai pilihan. Tes tertulis memiliki tujuan mengetahui hasil kesalahan pada
pekerjaan siswa, berupa perintah mengerjakan soal uraian bertipe HOTS dengan materi geometri.
Wawancara digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai penyebab kesalahan
siswa dari hasil tes yang sudah dianalisis, subjek wawancara adalah 8 siswa terpilih sesuai gaya
belajar dan kesalahannya. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif
merupakan strategi yang memanfaatkan informasi kualitatif dan dijabarkan secara detail.
Untuk mengelompokkan gaya belajar siswa, maka digunakan indikator gaya belajar
berdasarkan pendapat DePorter dan Hernacki berikut ini.
Tabel 1. Indikator gaya belajar siswa berdasarkan pendapat Deporter Hernacki.
Aspek Indikator
Visual • Selalu teratur dan rapi
• Perencana dan pengatur jangka panjang lebih baik
• Tidak suka dibacakan tetapi lebih suka membaca
• Membuat banyak gambar dan simbol dalam catatan
Auditorial • Berbicara kepada diri sendiri ketika melakukan sesuatu
• Mengucapkan tulisan dibuku ketika membaca dan menggerakkan bibir mereka

936 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, No. 01, December 2022-March 2023, hal. 932-944
• Merasa hebat dalam bercerita, tetapi kesulitan untuk menulis
• Berbicara dalam irama yang berpola
Kinestetik • Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
• Belajar melalui memanipulasi dan praktik
• Banyak menggunakan gerak tubuh sebagai isyarat
• Dalam waktu lama tidak bisa duduk diam
Untuk membantu peneliti mengidentifikasi kesalahan yang dapat dilakukan oleh siswa, maka
digunakan indikator-indikator kesalahan berdasarkan prosedur newman berikut.
Table 2. Indikator kesalahan berdasarkan analisis kesalahan newman

HASIL DAN DISKUSI
Penelitian dimulai dengan pemberian angket gaya belajar. Gaya belajar visual, auditorial serta
kinestetik merupakan tiga jenis dari gaya belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Selanjutnya diberikan tes tertulis dengan soal HOTS materi geometri. Dari hasil pekerjaan siswa
dianalisis kesalahannya menggunakan teori newman. Untuk mendapatkan informasi lebih rinci
dilakukan wawancara. Angket gaya belajar yag telah diberikan menunjukkan hasil perbandingan
terhadap jumlah siswa VII-A SMPN 2 Gemuh tersaji pada Tabel 3. sebagai berikut.


Tahapan dalam analisis newman Indikator
Kesalahan dalam membaca (reading) Kemampuan membaca simbol dan kata-kata dalam
soal.
Kesalahan memahami
(comprehension)
• Memahami konsep soal.
• Memahami maksud dan penyelesaian soal.
• Menuliskan informasi pada lembar jawaban.
• Menuliskan informasi tapi tidak sesuai dengan apa
yang diminta soal.
• Kemampuan memasukkan data dari soal.
Kesalahan transformasi
(transformation)
• Menentukan rumus yang sesuai.
• Merencanakan solusi untuk pemecahan masalah.
Kesalahan proses (process skill) • Mampu berproses sesuai konsep.
• Mampu dalam melakukan operasi hitung.
• Kemampuan melanjutkan prosedur penyelesaian.
Kesalahan hasil (encoding) • Kemampuan menuliskan jawaban yang tepat.
• Kemampuan dalam menyertakan satuan yang sesuai.
• Kemampuan menuliskan jawaban yang tepat.

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri Bebasis Higher Order Skill (HOTS) Berdasarkan Teori
Newman Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Shinta Tri Hartini, Rini Setyaningsih 937
Tabel 3. Perbandingan jumlah siswa kelas VII-A SMPN 2 Gemuh berdasarkan gaya belajar





Berdasarkan hasil analisis pekerjaan siswa dengan gaya belajarnya masing-masing memiliki
kecenderungan kesalahan yang telah dibuat. Berikut ini kecenderungan kesalahan yang dibuat
berdasarkan gaya belajar siswa tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Kecendurungan kesalahan berdasarkan gaya belajar siswa
Tipe Gaya Belajar Kesalahan
Visual Transformation dan encoding
Auditorial comprehension, transformation, dan process skill
Kinestetik comprehension, transformation, dan encoding
Tabel 4. menunjukkan bahwa Langkah transformasi merupakan kesalahan yang sering
dilakukan siswa. Dari 32 siswa tersebut dilakukan wawancara 2 siswa visual, 3 siswa auditorial dan 3
siswa kinestetik. Siswa tersebut yaitu S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8. Jenis kesalahan yang ditemukan
saat siswa melakukan menyelesaikan soal jenis HOTS berdasarkan newman selanjutnya akan dibahas
dari segi gaya belajar siswa.
Analisis Newman ditinjau dari gaya belajar visual

Gambar 1. Kesalahan S1 dalam tahap transformasi
Berdasarkan gambar 1. kesalahan transformasi dialami siswa yang belajar secara visual.
Siswa menuliskan informasi dari masalah, termasuk apa yang diketahui dan ditanyakan untuk menarik
kesimpulan, menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah tersebut. Sebenarnya, siswa
sudah memahami rumus dengan sempurna, tetapi mereka tidak memasukkannya ke dalam jawaban
mereka. Temuan wawancara S1 memperjelas bahwa siswa tidak terbiasa menulis rumus sebagai
jawaban atas pertanyaan. Berikut pemaparan hasil wawancara tersebut.
P : “Mengapa tidak kamu sertakan rumusnya saat menyelesaikan permasalahan tersebut?”
S1 : “Saya terbiasa langsung menuliskan jawaban tanpa menulis rumus terlebih dahulu”
P : “Jangan diulangi lagi ya, lain kali rumus ditulis sebelum menjawab soal agar tidak tejadi
kesalahan lagi”

Jenis Gaya Belajar Jumlah Siswa
Visual (melihat) 21
Auditorial (mendengarkan) 5
Kinestetik (bergerak) 6

938 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, No. 01, December 2022-March 2023, hal. 932-944

Gambar 2. Kesalahan S2 dalam tahap penulisan jawaban
Berdasarkan Gambar 2. kesalahan dilakukan siswa pada tahap penulisan jawaban akhir, siswa
sebenarnya memahami rumus dan cara menyelesaikan masalah, namun siswa menyimpulkan jawaban
akhir tanpa satuan yang tepat, tersaji dalam hasil wawancara bahwa kebanyakan siswa lupa dan atau
tidak mengetahui satuan yang tepat. Hasil wawancara dengan S2 tersaji sebagai berikut.
P : “Apa satuan luas itu benar seperti ini?”
S2 : (Berfikir) “emmmmm salah kayaknya kak”
P : “Yang benar harusnya apa”
S2 : “Meter kuadrat kak?”
P : “Kenapa menuliskannya m? Besok lagi jika ada soal seperti ini jangan gini ya jawabnya”
S2 : “Hehehe lupa kak, baik kak”
Analisis Newman ditinjau dari gaya belajar auditorial

Gambar 3. Kesalahan S3 kesalahan dalam tahap memahami soal
Berdasarkan Gambar 3. siswa dengan gaya belajar auditori sering melakukan kesalahan saat
menuliskan informasi dari soal. Hasil wawancara yang tersaji terlihat bahwa ketidaktahuan siswa
dalam memahami maksud dari yang diketahui dan ditanya, siswa langsung menuliskan apa saja yang
mereka baca di soal. Berikut pemaparan hasil wawancara dengan S3.
P : “Mana masalah yang harus kamu tuliskan pada lembar jawaban”
S3 : “Ini kak” (menunjukkan kalimat dalam soal)
P : “Itu sudah benar yang diketahui dan ditanya, tapi kenapa menuliskannya seperti ini?”
S3 : “Hehehe” (diam sejenak)

Gambar 4. Kesalahan S4 dalam tahap transformasi

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri Bebasis Higher Order Skill (HOTS) Berdasarkan Teori
Newman Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Shinta Tri Hartini, Rini Setyaningsih 939
Berdasarkan Gambar 4. Hasil pekerjaan siswa yang memiliki gaya belajar auditorial mampu
menyertakan jawaban benar tetapi rumus tidak dituliskan. Melalui wawancara didapatkan bahwa
siswa terbiasa menuliskan jawaban dari soal tanpa rumus. Berikut hasil wawancara dengan S4.
P : “Kenapa rumus tidak dituliskan?”
S4 : “Karena saya terbiasa langsung memasukkan angka kak”
P : “Untuk menyelesaikan jawaban seharusnya rumus ditulis terlebih dahulu ya, agar tidak
terjadi kesalahan”

Gambar 5. Kesalahan S5 dalam tahap keterampilan proses
Berdasarkan Gambar 5. kesalahan dalam operasi hitung perkalian dan pembagian dialami
siswa dengan gaya belajar auditorial sehingga proses perhitungan sampai dengan hasil akhir tidak
sesuai angka yang diharapkan. Siswa tersebut tidak menuliskan rumus, tetapi angka yang dimasukkan
untuk merencanakan solusi sudah benar. Dari hasil wawancara yang tersaji menujukkan bahwa siswa
belum mampu menguasai operasi hitung perkalian dan pembagian. Berikut wawancara dengan S5.
P : “Apakah perhitungan operasi hitung ini sudah benar?”
S5 : “Sudah benar kak”
P : “Coba dihitung kembali”
S5 : (Menghitung mandiri) “udah kak benar” (menunjukkan hasil perhitungan)
P : “Ini masih belum benar ya, (menjelaskan) jadi cara perhitungan yang benar seharusnya
seperti ini ya”
Analisis Newman ditinjau dari gaya belajar kinestetik

Gambar 6. Kesalahan S6 dalam tahap memahami soal
Berdasarkan Gambar 6. ketidakmampuan siswa dalam memahami soal dialami siswa dengan
gaya belajar kinestetik, kesalahan yang dilakukan yaitu pada saat menuliskan informasi soal, tidak
terdapat diketahui dan ditanya. Dari hasil wawancara menunjukkan saat siswa tersebut tergesa-gesa
karena khawatir tidak bisa menyelesaikan soal dengan waktu yang tersisa. Berikut tersaji hasil
wawancara dengan S6.

940 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, No. 01, December 2022-March 2023, hal. 932-944
P : “Coba baca informasi yang ada didalam soal”
S6 : (Melakukan pembacaan soal serta memberikan penjelasan terhadap apa yang diketahui dan
ditanya)
P : “Kenapa hanya menulis seperti ini dalam jawaban kamu”
S6 : “Saya tergesa-gesa biar cepet selesai”

Gambar 7. Kesalahan S7 dalam tahap transformasi
Berdasarkan Gambar 7. kemampuan siswa kinestetik dalam merencanakan solusi dengan
benar tetapi mereka tidak menuliskan rumus. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa tidak
terbiasa menuliskan rumus sebelum menuliskan jawaban mereka. Berikut hasil wawancara dengan S7.
P : “Kenapa rumusnya tidak disertakan?”
S7 : “Saya biasanya langsung menulis seperti ini kak”
P : “Untuk menyelesaikan jawaban seharusnya rumus ditulis terlebih dahulu ya, agar tidak
terjadi kesalahan”

Gambar 8. Kesalahan S8 dalam tahap penulisan jawaban
Berdasarkan Gambar 8. menunjukkan siswa sebenarnya memahami rumus dan cara
menyelesaikan masalah, namun kesalahan dilakukan saat penulisan jawaban akhir. Kesimpulan yang
diperoleh dari jawaban tidak diruliskan, terlihat dari hasil wawancara siswa tidak mengetahui jika
harus menyimpulkan jawaban, siswa hanya mengetahui bahwa hasil akhir dalam proses sudah benar.
Berikut hasil wawancara dengan S8.
P : “Jawaban untuk soal ini berapa?”
S8 : “1105 meter kuadrat kak”
P : “Seharusnya hasil akhir disimpulkan”
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kesalahan siswa serta penyebabnya pada saat
menyelesaiakan soal geometri berbasis HOTS dengan materi luas dan keliling segiempat. Mayoritas
kesalahan pada tahap transformasi, kesalahan memahami soal, kesalahan penulisan jawaban dan
kesalahan proses dilakukan oleh siswa. Penelitian ini tidak ditemukan kesalahan dalam tahap
membaca. Hal ini sesuai dengan penelitian (Dewi & Kartini, 2021) menemukan bahwa kesalahan
transformation dan process skill sering terjadi. Fakta lain dari penelitian ini bahwa kesalahan
memahami soal dan kesalahan penulisan jawaban telah ditemukan.

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri Bebasis Higher Order Skill (HOTS) Berdasarkan Teori
Newman Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Shinta Tri Hartini, Rini Setyaningsih 941
Dari hasil analisis berdasarkan teori Newman, kesalahan dilakukan siswa yang memiliki gaya
belajar visual yaitu pada tahap transformasi dan penulisan jawaban. Siswa menuliskan jawaban
dengan rapi, jelas dan sistematis dari informasi soal antara lain diketahui dan yang ditanyakan hingga
penarikan jawaban, membuktikan bahwa gaya belajar visual berpengaruh baik kepada siswa ketika
memahami soal. Ciri gaya belajar visual yang dimiliki siswa yaitu memiliki sifat yang rapi, teratur
dan teliti (Porter et al., 2015).
Selanjutnya kesalahan siswa pada tahap memahami soal, transformasi dan proses dilakukan
oleh siswa gaya belajar auditorial. Siswa kurang teliti sehingga terjadi kesalahan menuliskan saat
menuliskan informasi dalam soal, menyertakan rumus dan keliru dalam perhitungan operasi hitung.
Namun siswa mampu dalam menjelaskan saat diwawancara. Ciri gaya belajar auditorial yang dimiliki
oleh siswa yaitu kesulitan menulis tetapi hebat dalam berbicara (Porter et al., 2015).
Yang terakhir kesalahan pada saat memahami soal, transformasi dan penulisan jawaban
dilakukan oleh siswa dengan gaya belajar kinestetik. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik sulit
mengingat jika dipaksa, dengan menggunakan cara mereka sendiri untuk mengingat sesuatu hal
termasuk dalam belajar. Keinginan dalam melakukan segala hal juga termasuk sifat siswa denga gaya
belajar kinestetik (Porter et al., 2015).
Penyebab melakukan kesalahan pada tahap transformasi, karena siswa tidak terbiasa
menuliskan rumus, siswa langsung memasukkan angka untuk menyelesaiakan permasalahan. Letak
kesalahan terlihat dari hasil pekerjaan siswa yang tidak menuliskan rumus, namun siswa sebenarnya
memahami maksud dari soal tersebut dan menyelesaikan permasalahan dengan tepat. Penyebab
kesalahan pada tahap memahami soal, siswa belum memiliki kemampuan menuliskan informasi pada
jawaban mereka dan atau menuliskan yang diketahui dan ditanya tetapi tidak jelas (Murtiyasa &
Wulandari, 2020). Hal tersebut dikarenakan siswa tidak mengetahui bahwa harus menuliskan
informasi pada jawaban mereka dan atau siswa terburu-buru mengejar waktu sehingga informasi tidak
dituliskan dalam jawaban. Penyebab kesalahan pada tahap penulisan jawaban, dikarenakan siswa
kurang teliti, letak kesalahan terlihat dari jawaban siswa tidak menuliskan satuan dan atau menuliskan
satuan namun salah, serta siswa tidak menyimpulkan kembali jawaban yang diperoleh (Kurnia &
Yuspriyati, 2020). Kesalahan pada tahap proses, siswa mengalami kesalahan karena belum mampu
menghitung dengan benar (Rasitullah & Wahyu, 2021). Hal ini terjadi karena siswa kurang
memahami maksud dari soal, siswa belum terbiasa dengan atau kurang latihan dalam menyelesaiakan
soal tipe HOTS.
Penelitian ini menyarankan guru untuk meminimalisir kesalahan siswa ketika menyelesaikan
soal HOTS yaitu: (1) guru harus membiasakan siswa untuk menuliskan rumus, (2) guru harus
memberikan latihan-latihan soal yang serupa dengan banyak simbol serta satuan yang tepat ditujukan
kepada siswa dengan gaya belajar visual, (3) harus mengulang-ulang konsep yang sudah diberikan
agar siswa ingat ditujukan kepada siswa dengan gaya belajar auditorial, (4) guru harus menggunakan
alat peraga/media pembelajaran yang tepat ditujukan kepada siswa dengan gaya belajar kinestetik.

942 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, No. 01, December 2022-March 2023, hal. 932-944
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini mengkaji jenis dan alasan di balik kesalahan
siswa SMPN 2 Gemuh kelas VII-A sebagai berikut. (1) kecenderungan melakukan kesalahan dialami
oleh siswa yang menggunakan gaya belajar melihat objek (visual) di langkah transformasi dan
penulisan jawaban yaitu tidak adanya rumus dalam jawaban dan satuan yang tepat. Hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa mencantumkan rumus, siswa langsung memasukkan angka untuk
menyelesaikan permasalahan dan lupa satuan yang harus dituliskan. (2) kecenderungan membuat
kesalahan ketika memahami soal, transformasi, dan keterampilan proses yang dialami oleh siswa gaya
belajar auditorial yaitu siswa ketidakjelasan mereka ketika mencoba menuliskan informasi soal seperti
diketahui dan ditanya, tidak adanya rumus dalam jawaban, siswa masih cenderung melakukan
kesalahan pada saat menghitung. Penyebab kesalahan siswa yaitu masih kurang teliti untuk
menuliskan informasi soal, tidak terbiasa menuliskan rumus, siswa tidak terampil dalam operasi
hitung perkalian dan pembagian. (3) kecenderungan membuat kesalahan Ketika siswa mencoba
memahami soal, transformasi, dan penulisan jawaban yang dialami oleh siswa gaya belajar kinestetik
yaitu melakukan kesalahan pada saat penulisan informasi detail dalam soal seperti diketahui dan
ditanyakan, tidak adanya rumus dalam jawaban, siswa tidak menyimpulkan jawaban akhir. Hal ini
dikarenakan siswa terburu-buru menuliskan jawabannya, tidak terbiasa menuliskan rumus, tidak teliti
dan atau tidak mengetahui jawaban akhir harus disimpulkan.

REFERENSI
Asdarina, O., & Ridha, D. M. (2020). Analisis kemampuan penalran matematis siswa dalam
menyelesaikan soal setara pisa konten geometri. Jurnal Numeracy, 7(2), 192–206.
https://doi.org/https://doi.org/10.46244/numeracy.v7i2.1167
Cresswell, K. M. (2011). (Order No. 10174278) England - Implementation and adoption of the first
national electronic health record: a qualitative exploration of the perspectives of key
stakeholders in selected English care settings drawing on sociotechnical principles. ProQuest
Dissertations & Theses Global. (1827466863).
Dewi, S. P., & Kartini, K. (2021). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal sistem
persamaan linear tiga variabel berdasarkan prosedur kesalahan newman. Jurnal Cendekia:
Jurnal Pendidikan Matematika , 05(01), 632 –642.
https://doi.org/https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i1.508
Farida, N. (2014). Metode penelitian kualitatif dalam penelitian pendidikan bahasa (Vol. 1, Issue 1).
http://e-
journal.usd.ac.id/index.php/LLT%0Ahttp://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFil
e/11345/10753%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.758%0Awww.iosrjournals.org

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Geometri Bebasis Higher Order Skill (HOTS) Berdasarkan Teori
Newman Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa, Shinta Tri Hartini, Rini Setyaningsih 943
Grahito Wicaksono, A. (2016). Korelasi motivasi belajar dan gaya belajar dengan prestasi belajar
ilmu alamiah dasar mahasiswa prodi PGSD. Profesi Pendidikan Dasar, 3(2), 122–126.
https://doi.org/10.23917/ppd.v3i2.2768
Hartini, T., Misri, M. A., & Nursuprianah, I. (2018). Pemetaan kemampuan hots siswa berdasarkan
standar pisa dan timss untuk meningkatkan mutu pendidikan. Eduma : Mathematics
Education Learning and Teaching, 7(1), 83–92. https://doi.org/10.24235/eduma.v7i1.2795
Kurnia, L., & Yuspriyati, D. N. (2020). Analisis Kesulitan Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal
Aritmatika Sosial Berdasarkan Analisis Newman. Jurnal Matematics Paedagogic, IV(2),
116–119.
Linggih, I. K., & Toyang, A. F. (2020). Analisis kesalahan siswa kelas VII SMP katolik makale dalam
menyelesaikan soal himpunan ditinjau dari gaya belajar. Zigma: Jurnal Pendidikan
Matematika, 1(1), 19–26. http://ukitoraja.ac.id/journals/index.php/zig/article/view/974
Listiana, A. D., & Sutriyono. (2018). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Pada Materi Himpunan Bagi Siswa Kelas Vii Smp Semester I Tahun Ajaran 2016/2017.
Jurnal Pendidikan Berkarakter, 1(1), 60–65.
Mahmudah, W. (2018). Analysis of Student Errors in Solving Hots Type Math Problems Based on
Newman’s Theory. Jurnal UJMC, 4(1), 49–56.
Mulyani, M., & Muhtadi, D. (2019). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Trigonometri Tipe Higher Order Thinking Skill Ditinjau Dari Gender. Jurnal Penelitian Dan
Pembelajaran Matematika, 12(1), 1–16. https://doi.org/10.30870/jppm.v12i1.4851
Murtiyasa, B., & Wulandari, V. (2020). Analisis Kesalahan Siswa Materi Bilangan Pecahan
Berdasarkan Teori Newman. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 9(3),
713. https://doi.org/10.24127/ajpm.v9i3.2795
Nurwijayanti, A., Budiyono, & Fitriana, L. (2018). The geometry ability of junior high school
students in Karanganyar based on the hoffer’s theory. Journal of Physics: Conference Series,
983(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/983/1/012085
Porter, B. De, Hernacki, M., & Abdurrahman, A. (2015). Quantum learning : membiasakan belajar
nyaman dan menyenangkan (Ed. baru, cet . 1). Kaifa Learning.
Prakitipong, N., & Nakamura, S. (2006). Analysis of Mathematics Performance of Grade Five
Students in Thailand Using Newman Procedure. Journal of International Cooperation in
Education, 9(1), 111–122.
Rasitullah, S. A., & Wahyu, K. (2021). ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI
TINJAU DARI GAYA BELAJAR. Jurnal Syntax Transformation, 2(Sosial sains), 12.
Ratnasari, S., & Setiawan, W. (2019). Analisis kesulitan belajar siswa pada materi himpunan. Journal
On Education, 01(02), 473–479. https://doi.org/https://doi.org/10.31004/joe.v1i2.94

944 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, No. 01, December 2022-March 2023, hal. 932-944
Riastuti, N., Mardiyana, M., & Pramudya, I. (2017). Students’ errors in geometry viewed from spatial
intelligence. Journal of Physics: Conference Series, 895(1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/895/1/012029
Rismawati, M., & Asnayani, M. (2019). Analisis Kesalahan Konsep Siswa Kelas Iv Dalam
Menyelesaikan Soal Ulangan Matematika Dengan Metode Newman. J-PiMat : Jurnal
Pendidikan Matematika, 1(2), 69–78. https://doi.org/10.31932/j-pimat.v1i2.495
Rosanggreni, B. Y. (2018). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan
spldv berdasarkan newman’s error analysis (Nea) ditinjau dari gaya belajar. [Universitas
Jember]. In Repository.Unej.Ac.Id. https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86279
Rusli, N. (2021). Analisis kesalahan siswa SMA dalam menyelesaikan soal cerita program linier
berdasarkan prosedur newman. universitas islam negeri ar-raniry darussalam, banda aceh.
Sari, Y., Cahyaningtyas, A. P., Maharani, M. M., Yustiana, S., & Kusumadewi, R. F. (2019).
Meningkatkan kemampuan menyusun soal IPA berorientasi HOTS bagi guru sekolah dasar
gugus pandanaran dabin IV UPTD Semarang Tengah. Indonesian Journal of Community
Services, 1(2), 175–183. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30659/ijocs.1.2.175-183
Sari, Y. M., & Valentino, E. (2016). An analysis of students error in solving pisa 2012 and its
scaffolding. Journal of Research and Advances in Mathematics Education, 1(2), 90–98.
https://doi.org/10.23917/jramathedu.v1i2.3380
Sriyanti, A., Samdewi, A. R., Mania, S., & Yuliany, N. (2022). Analisis soal tipe Higher Order
Thinking Skill (HOTS) pada buku ajar matematika SMK kelas XI. EDUKATIF : JURNAL
ILMU PENDIDIKAN, 4(2), 2385–2394. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2400
Sulistyoningrum, E., Kartinah, K., & Sudargo, S. (2021a). Profil kesalahan siswa berdasarkan
newman’s error analysis (NEA) dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari
gaya belajar siswa. Imajiner: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 3(4), 322–329.
https://doi.org/10.26877/imajiner.v3i4.7684
Sulistyoningrum, E., Kartinah, K., & Sudargo, S. (2021b). Profil Kesalahan Siswa Berdasarkan
Newman’s Error Analysis (NEA) dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari
Gaya Belajar Siswa. Imajiner: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 3(4), 322–
329. https://doi.org/10.26877/imajiner.v3i4.7684
Sutama, & Anggitasari, B. (2018). Gaya dan hasil belajar matematika pada siswa SMK. Jurnal
Managemen Pendidikan, 13(1), 52–61. https://doi.org/10.23917/jmp.v13i2.6396
Utami, A. D. (2016). Tipe Kesalahan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Geometri Berdasar
Newman’S Error Analysis (Nea). JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 4(2), 85.
https://doi.org/10.25273/jipm.v4i2.842
Yofita, A., Rahmi, R., & Jufri, L. H. (2022). Analisis kesalahan siswa menyelesaikan soal cerita
ditinjau dari gaya belajar. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 6(1), 42–56.
https://doi.org/10.33603/jnpm.v6i1.4979