Mufarika, Fitriah, Siti Aisyah, Hubungan Peran Kelompok..


HUBUNGAN PERAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA
DENGAN KUALITAS HIDUP ORANG HIV/AIDS (ODHA) DI POLI
VCT RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN
Mufarika
1
, Fitriah
2
, Siti Aisyah
1



1. Dosen Pengajar Prodi S1 Keperawatan STIKES Ngudia Husada Madura
2. Dosen Pengajar Prodi Kebidanan Poltekes Kemenkes Surabaya

E-mail: mufarika. unpad@ gma il.co m

Abstrak
AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV yang termasuk famili retroviridae. Kualitas hidup ODHA
menjadi sangat rentan mengalami penurunan akibat masalah baik fisik, psikologis, maupun sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan peran kelompok dukungan sebaya dengan kualitas
hidup pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jenis penelitian yang digunakan yaitu analitik dengan
menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 responden.
Pengambilan sampel menggunakan Simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji statistik Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hampir seluruhnya mendapatkan peran kelompok dukungan sebaya kurang yaitu 46 (75%)
ODHA. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value (0,000) < α (0,05), artinya ada hubungan peran
kelompok dukungan sebaya dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Poli VCT
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.

Kata Kunci: Kualitas Hidup, Peran Kelompok Dukungan Sebaya, AIDS



Abstract
AIDS can be interpreted as a collection of symptoms or diseases caused by decreased immunity due to
infection with the HIV virus belonging to the family of retroviridae. The quality of life of people living
with HIV becomes very susceptible to decrease due to physical, psychological, and social problems. This
study aimed to analyze the relationship of peer support group roles to the quality of life in people with
HIV / AIDS (ODHA). The type of research used was analytical using Cross Sectional approach. The
sample in this research were 61 respondents. Sampling using Simple random. The instrument used was
a questionnaire. The data were analyzed using Spearman Rank statistic test. The results showed that
almost entirely received less peer support group roles of 46 (75%) of people living with HIV. The result
of statistical test showed the value of p value (0,000) <α (0,05), meaning there was relation of peer
support group role with quality of life in people with HIV / AIDS (ODHA) in Poly VCT Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan Hospital.


Keywords: Quality of Life, The Role of Peer Support Groups, AIDS








67
JKM Vol 3 No 2 Desember 2018

Mufarika, Fitriah, Siti Aisyah, Hubungan Peran Kelompok..

68
JKM Vol 3 No 2 Desember 2018
PENDAHULUAN
HIV (Human immunodeficiency Virus)
merupakan virus yang menyerang kekebalan
tubuh manusia, sedangkan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah sindrom
kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Noviana,
2013). Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
yang tidak mampu melakukan aktifitas sehari–
hari mengindikasikan bahwa penderita
mengalami penurunan kualitas hidup (Suryono
& Nasronudin, 2014).
Sejak pertama ditemukan, HIV/AIDS
menyebabkan berbagai respon seperti
penolakan, ketakutan, stigma dan diskriminasi
yang menyebabkan terjadinya kecemasan dan
prasangka terhadap ODHA (Frederikson,
2007).
Adanya stigma dan diskriminasi yang
berujung pada ketidaksetaraan dalam
kehidupan sosial dapat membuat dengan
HIV/AIDS (ODHA) menjadi sulit membuka
diri dan bersosialisasi. Sehingga hal ini akan
semakin menghambat ODHA untuk
berkontribusi dilingkungan sosialnya. Semakin
berkurangnya peran fungsi dalam masyarakat
akan semakin memicu penurunan kualitas
hidup ODHA. Sehingga perlu intervensi yang
dapat membantu ODHA untuk menunjang
kualitas hidup yang lebih baik. Kualitas hidup
merupakan kemampuan individu dalam
menikmati kepuasan selama hidupnya
(Ventegodt, 2008).
Data menurut United Nations
Programme on HIV/AIDS 2014 di dunia
terdapat sebanyak 36,9 juta orang dengan HIV,
dan 1,5 juta meninggal dalam keadaan AIDS
(Rozi, 2016). Data kemenkes RI (2015) pada
tahun 2010-2012 jumlah kasus baru HIV positif di
Indonesia cukup stabil. Tahun 2010 jumlah kasus
baru HIV positif sebesar 21.591 kasus kemudian
meningkat secara signifikan pada tahun 2014
yaitu sebesar 32.711 kasus baru. Tercatat bahwa
pada tahun 2013 – 2014 kasus HIV mengalami
peningkatan secara signifikan. Peningkatan
jumlah kasus baru AIDS selalu terjadi setiap
tahunnya. Jumlah kumulatif kasus AIDS sampai
dengan akhir 2014 sebesar 65.790 kasus
(Gunawan, 2017).
Sementara jumlah survailens di poli VCT
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
pada bulan November-Desember 2016 sebanyak
5 orang. Pada bulan Januari-November 2017
sebanyak 67 orang. Berdasarkan studi
pendahuluan 10 responden di poli VCT RSUD
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
didapatkan 5 orang dengan kualitas hidup buruk
yaitu ODHA masih mengalami keterbatasan
dalam beraktifitas, sering memiliki perasaan putus
asa, tidak puas dengan dirinya sendiri dan merasa
dikucilkan dari lingkungan sosialnya. Kemudian
terdapat 2 orang dengan kualitas hidup sedang
yaitu ODHA puas terhadap kemampuannya untuk
bekerja, masih dapat menerima penampilan
tubuhnya, puas terhadap hubungan sosialnya dan
merasakan aman dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya 2 orang dengan kualitas hidup baik
yaitu ODHA merasa masih membutuhkan terapi
medis untuk dapat berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari, puas dalam menikmati hidup dan puas
terhadap kehidupan seksual. Selain itu terdapat 1
orang dengan kualitas hidup yang sangat baik
yaitu ODHA memiliki vitalitas yang baik untuk
beraktifitas sehari-hari, merasa hidupnya sangat
berarti, dapat menerima dengan keadaan dirinya

Mufarika, Fitriah, Siti Aisyah, Hubungan Peran Kelompok..

69
JKM Vol 3 No 2 Desember 2018
yang sekarang dan sering memiliki
kesempatan untuk rekreasi. Buruknya kualitas
hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
diukur menggunakan empat dimensi yaitu
fisik, psikologi, lingkungan dan sosial.
Kesimpulan dari data tersebut masih
banyaknya responden dengan kualitas hidup
buruk di poli VCT RSUD Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan.
Kualitas hidup ODHA dipengaruhi oleh
fisik, level ketergantungan ARV, lingkungan,
dukungan sebaya dan spiritual (Rasyid, 2016).
Domain kualitas hidup dibagi menjadi domain
fisik, psikologi, hubungan sosial dan
lingkungan. Kualitas hidup terendah adalah
domain lingkungan dan hubungan sosial
sehingga kondisi hidup menurun dan
mengakibatkan kualitas hidup juga menurun
(Hardiansyah, 2014). Dijelaskan bahwa
terdapat faktor–faktor lain yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pada pasien HIV
yaitu infeksi, terapi antiretroviral, dukungan
sosial, jumlah CD4, kepatuhan pengobatan,
pekerjaan, gender, gejala, depresi dan
lingkungan keluarga (Disa, 2014)
Salah satu faktor yang memiliki
peranan penting dalam meningkatkan kualitas
hidup ODHA adalah kelompok dukungan
sebaya. Dukungan sebaya diartikan sebagai
suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan,
atau bantuan yang dirasakan ODHA dari orang
lain atau sesama ODHA. Pola dukungan
kelompok sebaya dimulai dengan pertemuan
tertutup bagi ODHA untuk saling berbagi
pengalaman, ketakutan dan harapan. Pola pun
berkembang dengan kegiatan belajar bersama
hingga keterlibatan ODHA lebih luas dalam
penyebaran informasi dan advokasi terkait HIV
(Rasyid, 2016)

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini populasi yang
digunakan adalah orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Poli VCT RSUD Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan sebanyak 72 orang dengan
sampel 61 orang. Dalam penelitian ini tekhnik
pengambilan sampel menggunakan Simple
random sampling. Data dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner yang
digunakan yaitu kuesioner peran kelompok
dukungan sebaya dan kuesioner kualitas hidup.
Diuji dengan uji statistik Spearman Rank didapat
nilai signifikansinya < 0,05 maka H0 ditolak
berarti terdapat Hubungan Peran Kelompok
Dukungan Sebaya dengan Kualitas Hidup orang
dengan HIV/AIDS (ODHA).

HASIL PENELITIAN
Data Umum
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Karakteristik Responden di poli VCT
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan

No
Jenis
kelamin
Frekuensi
Presentase
(% )
1 Laki – laki 28 46
2 Perempuan 33 54

Jumlah 61 100
No. Usia Frekuensi
Presentase
(% )
1
Remaja
akhir (17-
25) tahun
12 20
2
Dewasa
awal (26-
35) tahun
9 15
3
Dewasa
akhir (36-
45) tahun
32 52

Mufarika, Fitriah, Siti Aisyah, Hubungan Peran Kelompok..

70
JKM Vol 3 No 2 Desember 2018
4
Lansia awal
(46-55)
tahun
8 13
Jumlah 61 100
No. Pendidikan Frekuensi
Presentase
(% )
1
Tidak
sekolah
12 20
2 SD 32 52
3 SMP 7 11
4 SMA 6 10
5
Perguruan
tinggi
4 7
Jumlah 61 100
No.
Lama
Menderita
Frekuensi
Presentase
(% )
1 < 1 tahun 14 23
2 1-3 tahun 47 77
3 > 3 tahun 0 0
Jumlah 61 100

Diketahui bahwa jenis kelamin
responden sebagian besar perempuan yaitu 33
(54%) responden. Sebagian besar berusia 36-45
tahun yaitu sebanyak 32 (52%) responden.
Sebagian besar berpendidikan sekolah dasar
yaitu 32 (52%) responden. Hampir seluruhnya
menderita HIV/AIDS selama 1-3 tahun yaitu 47
(77%) responden.

Data Khusus
Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan
peran kelompok dukungan sebaya di
Poli VCT RSUD Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan

No.
Peran Kelompok
Dukungan Sebaya
Frekuensi (% )
1 Peran kelompok
dukungan sebaya baik
5 8
2 Peran kelompok
dukungan sebaya
cukup
10 17
3 Peran kelompok
dukungan sebaya
kurang
46 75
Jumlah 61 100

Diketahui bahwa hampir seluruhnya dari
responden mendapatkan peran kelompok
dukungan sebaya kurang yaitu 46 (75%)
responden.

Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan kualitas
hidup pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Poli VCT RSUD Syarifah
Ambami Rato Ebu Bangkalan
No. Kualitas Hidup Frekuensi (% )
1 Kualias hidup sangat
baik
2 3
2 Kualitas hidup baik 7 11
3 Kualitas hidup sedang 14 24
4 Kualitas hidup buruk 27 44
5
Kualitas hidup sangat
buruk
11 18
Jumlah 61 100

Diketahui bahwa hampir setengahnya
dari responden mengalami kualitas hidup
buruk yaitu 27 (44%) responden.

Tabel 4 Tabulasi silang peran kelompok dukungan
sebaya dengan kualitas hidup pada
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di
Poli VCT RSUD Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan

Dapat disimpulkan bahwa responden
yang mendapatkan peran kelompok dukungan
sebaya kurang yaitu sebanyak 46 (75%)
responden, 10 responden mengalami kualitas
hidup sangat buruk, 27 responden mengalami

Mufarika, Fitriah, Siti Aisyah, Hubungan Peran Kelompok..

71
JKM Vol 3 No 2 Desember 2018
kualitas hidup buruk dan 9 responden
mengalami kualitas hidup sedang. Sedangkan
kualitas hidup pada responden hampir
setengahnya mengalami kualitas hidup buruk
yaitu sebanyak 46 (75%) responden.
Hasil uji statistik spearman rank
diperoleh nilai p value (0,000) dengan tingkat
kemaknaan α (0,05), berarti nilai p value < α.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak yang berarti “ada hubungan peran
kelompok dukungan sebaya dengan kualitas
hidup pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
di Poli VCT RSUD Syarifah Ambami Rato
Ebu Bangakalan”.

PEMBAHASAN
Ada hubungan peran kelompok
dukungan sebaya dengan kualitas hidup pada
orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rasyid (2016) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara peran
kelompok dukungan sebaya dengan quality of
life pada ODHA. Pada tabel 3 bahwa frekuensi
responden yang mendapatkan peran kelompok
dukungan kurang dan mengalami kualitas
hidup buruk. kelompok dukungan sebaya
memiliki peranan dalam mengurangi dampak
sosial ekonomi HIV/AIDS pada ODHA.
Secara rutin setiap 1 bulan sekali ODHA
melakukan pertemuan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan terbaru terkait
HIV/AIDS melalui pertemuan kelompok
dukungan sebaya ini ODHA diajak berdiskusi
terkait permasalahan yang sering dihadapi
ODHA misalnya kesulitan ODHA untuk bisa
membuka status HIV nya kepada keluarga
pertemuan inilah yang secara tidak langsung
ODHA akan mendapatkan dukungan baik dari
keluarga, teman sebaya maupun tim medis,
namun dukungan sebaya dalam kelompok
dukungan sebaya tidak begitu saja tersedia,
dikarenakan beberapa keterbatasan dari ODHA
itu sendiri seperti sifat tertutup ODHA,
komunikasi, tempat tinggal dari anggota ODHA.
Adanya keterbatasan ini mengakibatkan
kepercayaan dan solidaritas untuk mendukung
sesama kurang. Kurang nya dukungan sebaya
dapat membuat ODHA tidak ingin berinteraksi
sosial, merasa kurang dihargai oleh
lingkungannya, hal ini secara tidak langsung akan
membuat ODHA jatuh pada kondisi stres serta
akan berimbas pada penurunan kualitas hidupnya.
Hal ini didukung oleh teori Rozi (2016) kurang
nya peran kelompok dukungan sebaya ini akan
mengantarkan ODHA pada kondisi stres, depresi,
putus asa dan menutup diri, ODHA akan lebih
memilih untuk merahasiakan status kesehatannya
dari keluarga, teman maupun kerabatnya,
sehingga ODHA pun tidak mampu mendapatkan
dukungan yang seharusnya diperoleh.
Kompleksnya masalah yang mesti dihadapi oleh
ODHA ini tentunya dapat berimbas pada
penurunan kualitas hidup khususnya pada domain
psikologi. Adanya stigma dan diskriminasi yang
berujung pada ketidaksetaraan dalam kehidupan
sosial yang membuat ODHA menjadi tertutup
untuk membuka diri dan bersosialisasi
dilingkungan sekitar juga akan menghambat
ODHA untuk berfungsi dalam lingkungan
sosialnya. Hal ini secara tidak langsung dapat
memicu penurunan kualitas hidup pada ODHA.

Mufarika, Fitriah, Siti Aisyah, Hubungan Peran Kelompok..

72
JKM Vol 3 No 2 Desember 2018
Sedangkan ODHA yang mengalami
kualitas hidup sedang cenderung mendapatkan
peran kelompok dukungan sebaya cukup, hal ini
terjadi karena ODHA merasa dengan
bergabungnya menjadi anggota kelompok
dukungan sebaya mampu memberikan
pengetahuan dan informasi tentang
penyakitnya, meskipun ODHA belum
sepenuhnya terbuka dan saling mensupport
antar sesama anggota. Adanya stigma dan
diskriminasi buruk yang melekat pada diri
ODHA sehingga ODHA merasa tidak ingin
status HIV nya diketahui orang lain, karena
takut adanya penolakan dari lingkungan bahkan
dari anggota kelurganya (Diatmi, 2014).
Stigma pada pasien HIV AIDS dianggap
sebagai masalah yang terus-menerus dan
menyudutkan dalam kelompok pasien HIV
AIDS. Selain menghancurkan kehidupan
keluarga, sosial, dan ekonomi individu, stigma
HIV AIDS dianggap sebagai penghalang utama
untuk mengakses layanan pencegahan,
perawatan, dan perawatan (Mahajan et al.,
2008). Sehingga diperlukan dengan adanya
peran kelompok dukungan sebaya yang cukup
akan menunjang kualitas hidup ODHA
khususnya dalam domain fisik karena dengan
bergabungnya ODHA dengan KDS ODHA
lebih mengetahui kebutuhan gizi yang baik
untuk dirinya sehingga ODHA dijauhkan dari
penyakit penyerta yang akan memperparah
kondisi sakitnya, berbeda hal nya dalam domain
lingkungan dan hubungan sosial meskipun
sudah tergabung dengan KDS ODHA tidak
ingin berkomunikasi dengan orang baru karena
khawatir status HIV nya diketahui orang
banyak, dengan begitu dukungan dalam
KDS masih kurang terbentuk (Margawati, 2015).
Sedangkan ODHA yang mengalami
kualitas hidup baik cenderung mendapatkan peran
kelompok dukungan sebaya baik, hal ini terjadi
karena dengan bergabung nya ODHA pada KDS
akan mengurangi stigma baik dari diri sendiri
maupun lingkungannya, mendapatkan informasi
dan pengetahuan yang cukup untuk ODHA
sehingga ODHA mampu menyelesaikan
permasalahan kesehatannya sendiri, adanya
perasaan senasib dari ODHA sehingga ODHA
saling memberikan dukungan antar sesama
ODHA, menjadi wadah kegiatan yang bermanfaat
bagi ODHA seperti konseling, dan acara-acara
keagamaan yang membuat ODHA lebih
mendekatkan diri kepada sang pencipta sehingga
ODHA tidak merasakan depresi dan feeling blues.
Terpenuhinya peran kelompok dukungan sebaya
ini mencerminkan adanya dukungan sosial yang
baik bagi ODHA sehingga ODHA merasa
dihargai, dicintai yang akan berdampak positif
bagi kehidupannya.
Peran kelompok dukungan sebaya yang
baik ODHA dapat meningkatkan kualitas hidup
ODHA misalnya dengan peran kelompok
dukungan sebaya baik memantau te rapi
pengobatannya khususnya ARV serta dapat
menjadi tempat konseling serta penyuluhan
tentang gizi yang baik bagi ODHA sehingga dapat
terpenuhi secara optimal pemenuhan gizi pada
ODHA dengan demikian ODHA mampu bekerja
tanpa khawatir kondisi fisik nya dan ODHA lebih
produktif. Selain itu, dengan peran kelompok
dukungan sebaya yang baik ODHA diberikan
kesempatan untuk bertemu dan berteman dengan

Mufarika, Fitriah, Siti Aisyah, Hubungan Peran Kelompok..

73
JKM Vol 3 No 2 Desember 2018
orang lain sehingga ODHA merasa memiliki
teman untuk berbagi, memiki perasaan senasib
sehingga akan muncul dukungan saling
memberikan semangat antar ODHA, sehingga
ODHA tidak akan merasa sendiri sehingga
terus menerus akan memikirkan penyakitnya
kemudian ODHA akan jatuh pada kondisi stress
yang akan memperburuk kondisi kesehatannya.
Terwujudnya dampak dukungan
psikologis yang positif terhadap diri subjek,
menjadikan subjek terhindar dari stress. Hal
tersebut memberikan dampak positif terhadap
kesehatan subjek, sehingga subjek merasa lebih
sehat, tidak mudah lelah dan tidak mudah sakit.
Selain itu pun, dalam memerangi virus HIV,
sebjek menjadi lebih menjaga kesehatannya
dengan minum obat secara teratur, makan tepat
waktu, selalu berusaha menghindari pemakaian
obat-obatan terlarang dan secara rutin
mengkonsultasikan masalah kesehatannya ke
dokter (Nurbani, 2015).
Hal ini didukung oleh teori Diatmi
(2014) menyatakan bahwa kelompok dukungan
sebaya memiliki peran yang sangat penting bagi
kualitas hidup ODHA. Memberikan informasi
terkait dengan pelayanan kesehatan, dukungan
emosional dan pendampingan bagi ODHA yang
memiliki masalah dengan kesehatannya,
memberikan pengetahuan bagi keluarga agar
bisa mmeberikan dukungan emosional kepada
ODHA serta pelayanan medis yang memadai
serta memberikan pengembangan pengetahuan
lainnya yang dapat menunjang kualitas hidup
nya.



KESIMPULAN
Ada hubungan peran kelompok
dukungan sebaya dengan kualitas hidup pada
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Poli
VCT RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan. Dan kelompok dukungan sebaya
efektif dalam menurunkan stigma negatif
pada pasien HIV AIDS.

DAFTAR RUJUKAN
Diatmi, Komang dan Fridari, Diah 2014.
Hubungan Antara Dukungan Sosial
dengan Kualitas Hidup Pada Orang
Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Di
Yayasan Spirit Paramacitta. Skripsi
Program Studi Psikologi Universitas
Udayana. Diakses pada tanggal 7
November 2017
Frederikson, J and Kanabus. 2007. A
HIV/AIDS Stigmam and discrimination.
Available on:
http://www.avert.org/aidsstigma.htm,
Diakses pada tanggal 07 November 2017.
Gunawan, Yudhi Tri. 2017. Hubungan
Karakterikstik ODHA Dengan Kejadian
Loss To Follow Up Terapi ARV Di
Kabupaten Jember. Skripsi Peminatan
Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember. Diakses
pada tanggal 29 November 2017
Hardiansyah. 2016. Kualitas Hidup Orang Dengan
HIV dan AIDS Di kota Makassar. Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin. Diakses pada tanggal 10
November 2017
Mahajan, A. P., Sayles, J. N., Patel, V. A.,
Remien, R. H., Sawires, S. R., Ortiz, D. J.,
… Coates, T. J. (2008). Stigma in the
HIV/AIDS epidemic: a review of the
literature and recommendations for the way
forward. AIDS, 22(Suppl 2), S57–S65.
http://doi.org/10.1097/01.aids.0000327438.
13291.62
Margawati, K., & Hargono, A. (2015). Perilaku
seksual berisiko penularan hiv pada tenaga
kerja bongkar muat di pelabuhan kalimas
surabaya. Promkes, 183–194.

Mufarika, Fitriah, Siti Aisyah, Hubungan Peran Kelompok..

74
JKM Vol 3 No 2 Desember 2018
Noviana., Nana. 2013 Catatan Kuliah Kesehatan
Reproduksi & HIV AIDS. Jakarta: Trans
Info Media
Nurbani, F. (2015). Dukungan Sosial dan ODHA.
Universitas Gunadarma, Jakarta, 1–11.
Rasyid, Astika. 2016. Pengaruh Kelompok
Dukungan Sebaya Terhadap Depresi dan
Quality Of life pada orang dengan human
immune deficiency virus/acquired immune
deficiency syndrome di Kediri Jawa Timur
.Masters thesis Universitas Sebelas Maret.
Diakses pada tanggal 7 November 2017
Rozi, Rahdatu Fakanur. 2016. Hubungan
Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup
ODHA Pada Kelompok Dukungan
Sebaya Solo Plus Di Surakarta. Skripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada
tanggal 7 November 2017
Suryono, & Nasronudin. (2014). Clinical
Description and Diagnosis of HIV /
AIDS. Indonesian Journal of Tropical
and Infectious Disease, 5(1), 23–27.
http://doi.org/10.1109/csnt.2014.137
Ventegodt, S., Ventegodt, S., Ventegodt, S.,
Ventegodt, S., Andersen, N. J., Ventegodt,
S., … Merrick, J. (2008). Quality of working
life: Improving working-life quality, quality
of life and health in companies. International
Journal on Disability and Human
Development, 7(2), 165 –184.
http://doi.org/10.1515/IJDHD.2008.7.2.165