Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara
PING-003
6 Oktober 2019 1
Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa melalui
Teknik Simulasi

Agnestia Rizky Putri Utami*, Siti Yulidhar Harunasari, Titik Nurmanik
STKIP Kusuma Negara
*[email protected]

Abstrak
Beberapa siswa tidak tertarik dan memiliki kekurangan pada keterampilan berbicara sehingga hasil
penilaiannya menjadi belum baik. Penelitian ini adalah tentang teknik simulasi meningkatkan
keterampilan berbicara siswa pada proses kegiatan belajar mengajar. Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan di SMK Al–Khairiyah 1 Jakarta pada siswa kelas X. Data dikumpulkan melalui
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa siswa tertarik
dan menikmati pembelajaran bahasa Inggris. Teknik simulasi dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa dengan baik. Hal ini dibuktikan melalui nilai siswa yang mengalami kenaikan dari
siklus pertama, siklus kedua, dan siklus ketiga. Hasil evaluasi menunjukan nilai yang cukup bagus,
pada siklus pertama dengan rata- rata perolehan yaitu 61,05, siklus kedua 69,34, dan siklus ketiga
dengan rata- rata perolehan nilainya 72,89. Hal tersebut telah melewati batas nilai kelululsan
(KKM) yaitu 70. Dengan demikian disimpulakan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara
melalui teknik simulasi efektif dan dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses belajar
mengajar.

Kata kunci: keterampilan berbicara, peningkatan teknik simulasi.

Pendahuluan
Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang mendunia yang
digunakan semua orang untuk melakukan sebuah komunikasi. Jadi, pemerintah
memposisikan bahasa inggris tersebut kedalam sebuah program dari pelajarab
yang harus dipelajari oleh murid-murid SMP sampai SMA atau SMK. Khususnya
disini adalah sekolah kejuruan. Hal itu dibutuhkan untuk membangun komunikasi
bahasa Inggris siswa di dunia kerja. Tetapi, Bahasa Inggris tidaklah mudah seperti
yang mereka tahu. Ada 4 keterampilan dalam bahasa Inggris yang harus mereka
pelajari. Yaitu berbicara, membaca,mendengarkan, dan menulis. Permasalahan
yang muncul disini adalah berbicara. Ada beberapa alasan mengapa keterampilan
berbicara sangatlah susah bagi mereka. Peneliti menemukan hampir semua siswa
memiliki permasalahan pada pengucapan, jadi mereka akan salah di dalam
memahami dan menerjemahkan sebuah makna dan kata-kata. Disamping itu,
kenapa berbicara itu susah bagi mereka, hal itu juga dikarenakan model
pengajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa. Jadi, tidak menutup
kemungkinan menyebabkan mereka memiliki kekurangan didalam berbicara.
Mereka juga tidak memiliki motivasi yang bagus dari gurunya sendiri.
Berdasarkan pada permasalahan diatas, peneiliti mencari jalan terbaik untuk
memperbaiki berbicara mereka dengan menggunakan teknik simulasi.
Berdasarkan latar belakang masalah, dan batasan masalah sehingga rumusan
masalahnya adalah: (1) bagaimana meningkatkan keterampilan berbicara siswa?
(2) apakah ada peningkatan terhadap keterampilan berbicara siswa?
Keterampilan adalah salah satu hal terpenting yang harus dibangun dan
dikembangkan oleh manusia. Keterampilan merupakan sebuah sistem dari
kebaiasaan yang dapat diterapkan pada sebuah situasi yang luas (Robbin &
Hunsaker, 2009). Jadi, keterampilan akan muncul ketika kita selalu melakukan
kebiasaan tersebut setiap waktu tanpa adanya batasan untuk melakukannya dan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara
PING-003
6 Oktober 2019 2
akan terbentuk setelah proses pencapaiannya selesai. Disamping itu, keterampilan
berbicara dibutuhkan oleh siswa SMK. Dan mereka harus membangun motivasi
mereka untuk meningkatkan keterampilan dan memperabiki masalah. Berbicara
adalah salah satu keterampilan produktif yang mana pembicara membuat bahasa
untuk dijadikan sebagai komunikasi, dimana komunikasi adalah sebuah hasil yang
dikeluarkan dan pembelajaran adalah hasil masukan (Brown, 1994). Hal itu
menunjukkan bahwa berbicara adalah sesuatu yang penting dalam komunikasi.
Hal tersebut tidak bisa di hindari dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Ada
beberapa komponen berbicara yang harus diperhatikan oleh siswa. Huges
menyatakan ada 5 komponen berbicara, yaitu : pengucapan, tata bahasa, kosa kata,
kelancaran, dan pemahaman (Huges, 2003). Komponen-komponen tersebut yang
harus mereka punya ketika mereka ingin memperbaiki keterampilan berbicara.
Hal terxebut tidaklah mudah tetpai jika mereka mempelajarinya dengan serius,
mereka bisa menguasainya. Untuk mengajar berbicara secara efektif, ada beberapa
cara atau prosedur.
Sebelum mengajarkan berbicara, kita harus tahu jenis-jenis berbicara yang
bisa di praktikan pada proses pembelajara. Brown (2001) berkata bahwa banyak
pengajaran bahasa dikhususkan untuk pengajaran pada penguasaan percakapan
dalam bahasa Inggris. Kemudian ada beberapa jenis-jenis bahasa lisan seperti
monolog dan dialog. Enam tipe dari pelaksanaan kegiatan berbicara yang
diharapkan siswa untuk diterapkan di kelas yaitu: meniru / immitative, intensif,
responsif/bergantian, transactional (dialog), interpersonal (dialog), bentuk
percakapan panjang ekstensif (monolog)
Jadi peneliti mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran
eksklusif dengan menggunakan dialog transaksional untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Mengajar keterampilan berbicara melalui teknik
simulasi untuk memperbaiki keterampilan berbicara mereka dapat dijelaskan
dalam beberapa langkah yang harus dipahami oleh guru. Untuk mengajarkan
keterampilan berbicara secara efektif ada beberapa langkah atau prosedur.
Menurut Hyland (1993) bahwa 4 struktur bagian, yaitu: persiapan, pengenalan,
kegiatan, dan tanya jawab. Pada bagian persiapan, guru memastikan siswanya
merasa akrab dan nyaman dengan prposes pembelajaran yang interaktif. Untuk
beberapa murid, pertemuan dengan teman, lingkungan baru akan menjadi suatu
hal yang mengkhawatirkan. Jadi, guru harus punya cara yang bagus untuk
membuat muridnya merasa nyama untuk berinterkasi satu sama lain. Kemudian
menilai kebutuhan, ketertarikan, dan keahlian siswanya. Untuk menilai hal
tersebut, guru dapat melakukan pengamatan apa yang mereka kerjakan dan apa
yang ingin mereka lakukan atau guru dapat bertanya kepada muridnya apa yang
ingin mereka lakukan di kelas. Secara sepontan mereka akan menjawab dengan
jujur. Setelah itu, guru bisa memilih atau menuliskan rencana simulasi. Langkah
akhir didalam persiapan adalah mengatur kelas dan mengumpulkan sumber.
Sebagai bahan diskusi bahwa simulasi menggunakan peralatan yang sesuai
dengan kenyataan. Jadi kelas harus dilengkapi dengan beberapa media atau
perlatan yang mendukung kegiatan.
Pada bagian pengenalan, informasi yang masuk adalah tugas, peran, dan
latar belakang masalah. Dalam menentukan tugas, seoraang guru harus
mempertimbangkan beberapa hal, salah satunya mengidentifikasi tugas. Dalam
menetukan tugas yang bagus yaitu sebuah tugas yang dapat memberikan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara
PING-003
6 Oktober 2019 3
keuntungan untuk murid untuk mengembangkan kemampuan keterampilan bahasa
yang berhubungan dengan dunia yang sebenaranya. Pada langkah ini siswa
menetukan tugas apa yang harus mereka lakukan didalam simulasi. Kemudian
pembelajar ikut serta dala tugas mengumpulkan informasi. Keikutsertaan murid
dalam mengumpulkan informas sangatlah penting untuk memahami apa yang
akan mereka lakukan dan keikutsertaannya lebih lanjut akan membuatnya menjadi
pembelajar mandiri. Selanjutnya adalah bahasa masukan, yaitu penggunaan lexis,
struktur, gaya, dan lain-lain. Sebelum memulai simulasi, guru harus memberikan
bahasa masukan yang berhubungan dengan apa yang akan mereka butuhkan untuk
berinteraksi, seperti daftar kosa kata, dan penggunaan frasa pada topik tertentu.
Setelah memasuki tahap kegiatan, guru dapat memiliki banyak peran
tergantung pada kegiatan yang direncanakan. Seorang guru juga dapat menjadi
pengamat kinerja siswa mereka, atau guru juga dapat berpartisipasi aktif dalam
simulasi. Dengan kata lain, guru juga berperan dalam simulasi. Oleh karena itu
penentuan kegiatan utama dalam simulasi menjadi sangat penting, karena berhasil
atau gagalanya simulasi tergantung pada kegiatan yang dirancang oleh guru.
Terakhir adalah tanya jawab, yaitu bagian yang penting dalam simulasi.
Guru membantu muridnya memahami tugas yang diberikan, mengulas bahasa
yang digunakan, dan membina kelemahannya. Tanya jawab setelah kegiatan
simulasi sangatlah penting. Sesi tanya jawab tidak hanya menyimpulkan peristiwa
saja, siswa yang memiliki tingkat dasar, guru harus dapat membantunya untuk
menjelaskan apa yang mereka lakukan dan mengapa, dengan bertanya karena
mereka tidak dapat menjelaskan sepenuhnya didalam bahasa target yaitu bahwa
Inggris (Hyland, 1993).

Metode Penelitian
Peneliti ini menggunakan penelitian kualitatif yang disebut penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan obyek penelitian adalah murid-murid kelas 10 SMK
Al-Khairiyah 1 Jakarta Utara. Peneliti membagi beberapa kegiatan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara mereka pada tiga siklus. Di mana masing-
masing siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu perencanaan, kegiatan, pengamatan, dan
merefleksi (Hopkins, 1992; Kemmis, McTaggart & Nixon, 2013; Arikunto,
Suhardjono & Supardi, 2015).
Jenis pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah data kualitatif
dan kuatitatif. Data kualitatif berupa skor keterampilan berbicara siswa. Data
kualitatif akan dikumpulkan dengan menggunakan tes. Dalam hal ini, peneliti
akan memberikan tes di setiap siklus. Penilaian mencakup setiap elemen
pengucapan, kosa kata dan tata bahasa, kelancaran dan koherensi, dan interaksi.
Data kualitatif akan dikumpulkan menggunkan beberapa teknik seperti
pengamatan, wawancara, dan tes berbicara.
Dari penelitian tersebut dijelaskan bahwa teknik dan analisis kriteria yang
dibutuhkan untuk menganalisis data yaitu mereduksi data. Reduksi data dalam
analisis penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai proses pengumpulan dan
konsentrasi pada kesederhanaan abstraksi dan transformasi data mentah yang
muncul dari catatan penelitian lapangan. Dari ringkasan yang telah dibuat, maka
peneliti melakukan reduksi data yang meliputi: (1) proses pemilihan data yang
didasarkan pada tingkat relevansi dan koreksi dengan klasifikasi data; (2) untuk
fokus pada penyederhanaan dan mengubah data sukar ke catatan lapangan yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara
PING-003
6 Oktober 2019 4
kegiatannya berkelanjutan, oleh sebab itu peneliti harus lebih hati-hati memeriksa
catatannya; (3) deskripsi data, yang terdiri dari serangkaian data yang
dikumpulkan, baik dari data pendukung seperti latar belakang lembaga, struktur
organisasi, dan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis; dan (4) verifikasi
data, yaitu cara untuk memastikan kepercayaan dalam pelaksanaan atau perjanjian
lain dalam bidang penelitian. Verifikasi digunakan untuk data empiris,pengamatan,
tes atau eksperimen untuk mengonfirmasi kebenaran yang rasional suatu hipotesis.
Penelitian ilmiah harus dievaluasi dan didukung.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil penelitian dijelaskan berdasarkan skor di setiap siklus. Pada siklus
satu, hasilnya adalah 9 siswa (24%) lulus KKM (70) dan 29 siswa (76%) gagal.
Ada beberapa penyebab. Pertama, mereka kurang dalam mengembangkan ide, hal
ini disebabkan karena mereka memiliki kekurangan dalam penguasaan tata
bahasa, pengucapan, dan kosa kata, dan para siswa masih bingung ketika mereka
akan mulai berbicara dengan teknik simulasi. Pada siklus 2, ada peningkatan. Hal
itu bisa ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada skor siswa yang muncul.
Meskipun itu tidak cukup tinggi, tetapi cukup meningkatkan keterampilan
berbicara mereka. Hasil dari siklus 2 adalah 22 siswa lulus KKM (58%) dan 16
siswa gagal KKM (42%). Alasan pada siklus 2 terdapat cukup peningkatan karena
siswa masih kesulitan mengucapkan dialog dan memahami dialog, siswa masih
bingung dengan materi dan bagaimana mengekspresikan perasaan mereka dalam
interaksi yang baik dan kurang adanya kerja sama dengan kelompok dan tidak
dapat berbicara dengan lancar karena masih ada kesulitan dalam pengucapan. Dan
siklus terakhir, ada peningkatan, meskipun itu tidak 100% seperti target yang
diharapkan peneliti, tetapi peningkatan itu membuat harapan yang baik bagi guru
dan peneliti, jika mereka lebih baik dalam memotivasi diri sendiri dan
memperbaiki keterampilan berbicara mereka. Hasil siklus 3 adalah 32 siswa (84%)
lulus KKM, dan 6 siswa (16%) gagal atau tidak melewati KKM. Alasan mengapa
enam siswa gagal adalah masih adanya kesulitan untuk mengekspresikan perasaan
mereka berdasarkan dialog dan karakter yang dimainkan dalam dialog tersebut
dengan mendalam.
Hasilnya dapat dijelaskan pada diagram. Guru mempresentasikan bahwa
adanya peningkatan skor siswa dari pos test diagram pada Gambar 1.


Gambar 1. Presentase Skor Siwa dari Siklus 1 sampai Siklus 3
55
60
65
70
75
Post-Test
One in Cycle
1
Post-Test
One in Cycle
II
Post-Test
One in Cycle
III
61.05
69.34
72.89
Axis Title
Axis Title
Skor Rata-Rata

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara
PING-003
6 Oktober 2019 5

Dari diagram di atas menunjukkan skor keseluruhan dari siklus 1 ke siklus 3.
Proses belajar siswa megalami peningkatan dari siklus pertama, kedua dan ketiga
dengan skor persentase pada siklus pertama adalah 24%, dan siklus kedua di 58%
dan siklus ketiga adalah 84%.


Gambar 2. Prensentase Skor Siwa dari siklus 1 sampai siklus 3

Berdasarkan grafik siswa di atas, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
ada peningkatan persentase keterampilan berbicara siswa di setiap siklus. Hal ini
berarti bahwa ada peningkatan dalam setiap hal dan hasilnya memuaskan karena
hampir semua siswa lulus KKM. Kesimpulannya, penggunaan teknik simulasi
dalam kegiatan berbicara berhasil.

Kesimpulan
Penelitian ini dapat disimpulkan, peneliti ingin menyatakan hal berikut. Ada
beberapa kesimpulan seperti berikut: Teknik simulasi mampu meningkatkan
keterampilan berbicara di kelas sepuluh SMK Al-Khairiyah 1 Jakarta pada
semester ganjil tahun akademik 2018/2019, meskipun tidak 100% berhasil atau
lulus KKM tetapi hal tersebut lebih baik daripada pemebelajaran sebelum
menggunakan teknik simulasi. Hal itu bisa dije;askan melalui diagram dan
penjelasan dalam hasil penelitian dan diskusi.
Selain itu, dengan menggunakan teknik simulasi dapat meningkatkan
pemahaman tentang proses mengajar berbicara. Hal itu bisa ditunjukkan dari
pengamatan. Lembar pengamatan meliputi situasi kelas, motivasi siswa, siswa
interaktif dan kemampuan siswa dalam melakukan post test. Dalam siklus 1
situasi kelas masih tidak kondusif, motivasi siswa masih rendah dan siswa kurang
interaktif dalam proses pembelajaran. Siswa masih kesulitan dalam ketrampilan
berbicara menggunakan simulasi sebagai teknik. Karena tekniknya tidak mereka
pahami dan mereka biasanya tidak belajar menggunakan alat bantu ajar. Pada
siklus 2 siswa merasa lebih antusias menggunakan teknik simulasi dan melalui
diskusi kelompok kecil, siswa tertarik pada situasi kelas, siswa termotivasi untuk
belajar berbicara, terutama melalui simulasi. Siswa tertarik dengan materi dan
melakukan post test dengan percaya diri. Berdasarkan hasil wawancara hampir
semua siswa mengatakan bahwa mereka dapat mengembangkan ide menggunakan
benda-benda pendukung.
Dengan menggunakan simulasi, mengajar bisa lebih menarik dan
mengasyikan, karena siswa akan lebih mengerti ketika mereka menerima materi
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Cycle 1Cycle 2Cycle 3
24%
58%
84%
Cycle 1
Cycle 2
Cycle 3

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara
PING-003
6 Oktober 2019 6
oleh guru. Alat bantu mengajar dapat membuat kegiatan belajar lebih efektif dan
alat bantu mengajar dapat memberikan motivasi dalam proses belajar mereka.
Motivasi dalam belajar sangat dibutuhkan oleh siswa, agar mereka menjadi lebih
rajin dalam belajar dan hasil belajar mereka akan menjadi lebih baik. Simulasi
lebih bermanfaat karena proses ini menggunakan konsep dalam simulasi sebagai
persiapan untuk mengembangkan ide dan ekspresi mereka, oleh karena itu bahwa
hal ini efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dari hasil yang
diperoleh maka disimpulkan bahwa teknik simulasi berhasil meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.

Daftar Rujukan
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Brown, H. D. (1994). Principle of Language Learning and Teaching. UK:
Pretince Hall Regerents
Brown, H. D. (2001). Teaching by principles: an interactive approach to
language pedagogy. California: Englewood Cliffs.
Hopkins, D. (1992). A Teacher’s Guide to Classroom Research. 2nd. Philadelphia:
Open University Press.
Hughes, A. (2003). Testing for Language Teachers. Cambridge: Cambridgde
University
Hyland, K. (1993). Language-learning simulations: A practical guide In English
Teaching Forum. 31 (4), 16-22.
Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. (2013). The action research planner:
Doing critical participatory action research. Springer Science & Business
Media.
Robbins, S. P., & Hunsaker, P. L. (2011). Training in interpersonal skills: Tips
for managing people at work. San Diego: Pearson Education.