Online ISSN: 2685-9882 Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Vol. 5, No. 1 (April, 2023) Doi: 10.30596/ihsan.v%vi%i.13660

65


Participatory Action Research: Pengorganisasian Masyarakat Dalam
Mengurangi Penggunaan Obat Kimia Melalui Pemanfaatan Tanaman Obat
Keluarga (Studi Kasus Di Desa Sidorejo, Nganjuk)
Nur Irvan Rizki*), Alfina Nur Hayat, Hamidah Amalia, Moch. Rizalul Wakhid, Rini
Saputri, Aufa Ulil Abshar Abdalla, Arif Wijaya
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Correspondence Author:
*[email protected]

Abstract
Based on data obtained by the KKN-116 team at Sunan Ampel State Islamic University Surabaya, most of
the people of Sidorejo Village who have a history of gout prefer treatment in an instant way. They tend to
consume chemical drugs that are often found in pharmacies. This is because chemical treatment is
considered more practical. Unfortunately, the people of Sidorejo Village are not aware that consuming
medicines that contain BKO (Medicinal Chemicals) continuously can have side effects in a long time. Side
effects obtained from using BKO include causing kidney failure, gastric ulcers. From this statement, it can
be seen that the contents of BKO can cause very serious health problems. Therefore, a strategy is needed
to reduce dependence on the level of use of drugs containing chemicals in Sidorejo Village. The method or
strategy used in this study is the Participatory Action Research (PAR) method. The approach with the PAR
method is research conducted with the community and actively involves various parties (stakeholders) in
reviewing ongoing actions (where their own experiences are the problem) which are then carried out in a
change and improvement for the better. With several strategies that have been implemented by the
community, there have been many changes achieved by the people of Sidorejo Village. The ASMAN TOGA
group has increased confidence in socializing the use of TOGA. Meanwhile, the people of Sidorejo Village
have a better understanding of the use of TOGA as an alternative medicine. Thus, efforts to minimize the
use of BKO are in accordance with the expectations of the people of Sidorejo Village.
Keyword: Organizing, Participatory Action Research (PAR). Utilization of Asman Toga
Abstrak
Berdasarkan data yang didapatkan oleh tim KKN-116 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, sebagian besar masyarakat Desa Sidorejo yang memiliki riwayat asam urat lebih
memilih pengobatan dengan cara yang instan. Mereka cenderung untuk mengkonsumsi obat-
obatan berbahan kimia yang sering ditemukan di apotek. Hal ini karena pengobatan berbahan
kimia dinilai lebih praktis. Sayangnya, masyarakat Desa Sidorejo kurang menyadari bahwa
mengkonsumsi obat-obatan yangmengandung BKO (Bahan Kimia Obat) secara terus menerus
dapat memberikan efek samping dalam waktu yang panjang. Efek samping yang didapat dari
penggunaan BKO diantaranya dapat menyebabkan gagal ginjal, tukak lambung, Dari pernyataan
tersebut, dapat diketahui bahwa kandungan dari BKO dapat menimbulkan masalah kesehatan
yang sangat serius. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk mengurangi ketergantungan tingkat
penggunaan obat-obatan yang mengandungbahan kimia di Desa Sidorejo. Metode atau strategi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Participatory Action Research (PAR).

Online ISSN: 2685-9882 Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Vol. 5, No. 1 (April, 2023) Doi: 10.30596/ihsan.v%vi%i.13660

66

Pendekatan dengan metode PAR ini merupakan penelitian yang dilakukan bersama masyarakat
serta melibatkan berbagai pihak (stakeholders) secara aktif dalam mengkaji tindakan yang sedang
berlangsung (dimana pengalaman mereka sendiri sebagai persoalan) yang kemudian dilakukan
sebuah perubahan dan perbaikan kearah yang lebih baik. Dengan beberapa strategi yang telah
dijalankan masyarakat, terdapat banyak perubahan yang dicapai oleh masyarakat Desa Sidorejo.
Kelompok ASMAN TOGA memiliki kepercayaan diri ya ng meningkat
mensosialisasikanpemanfaatan TOGA. Sedangkan masyarakat Desa Sidorejo memiliki
pemahaman yang lebih baik mengenai kegunaan TOGA sebagai obat alternatif. Sehingga, upaya
untuk meminimalisir penggunaan BKO berjalan sesuai dengan harapan masyarakat Desa
Sidorejo.
Kata kunci: Participatory Action Research (PAR). Pengorganisasian, Pemanfaatan Asman Toga
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia rata-rata
menderita penyakit yang cukup serius di usia
produktif hingga non-produktif. Penyakit
asam urat merupakan salah satu jenis
penyakit yang memiliki faktor resiko yang
tinggi seiring bertambahnya usia.
Peningkatan kadar asam urat dapat
mengakibatkan gangguan pada persendian
tubuh manusia, seperti pegal linu dan disertai
rasa nyeri bagi penderitanya. Semakin
bertambahnya usia seseorang, maka resiko
kadar asam urat dalam darah semakin
meningkat. Berdasarkan perbandingan
penyakit asam urat yang meningkat pada usia
diatas 60 tahun, maka lansia menjadi
perhatian yang penting karena rentan terkena
penyakit asam urat, mengingat lansia
memiliki sistem kerja tubuh yang semakin
lama semakin menurun serta masih
banyaknya pola hidup dan pola makan yang
buruk. Kasus yang sering ditemui di Desa
Sidorejo, Kecamatan Sawahan, Nganjuk ini
mayoritas memiliki keluhan pegal linu di
persendian atau yang biasa disebut sebagai
penyakit asam urat.
Sesuai dengan data yang didapatkan
oleh tim KKN-116 Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, mayoritas
masyarakat Desa Sidorejo lebih memilih cara
instan dalam mengobati serta meredakan
penyakit asam urat yang diderita, yaitu
dengan mengkonsumsi obat-obatan berbahan
kimia atau yang sering dijumpai di apotek.
Menurut survey yang dilakukan, masyarakat
lebih memilih dengan cara instan karena
lebih praktis. Namun, masyarakat kurang
menyadari jika mengkonsumsi obat-obatan
yang mengandung BKO (Bahan Kimia Obat)
secara terus menerus dapat memberikan efek
samping pada jangka waktu yang panjang.
BKO dapat membahayakan kesehatan
apalagi jika digunakan dalam waktu yang
lama akan menyebabkan timbulnya penyakit
serius seperti tukak lambung, gagal ginjal,
dan gangguan hati atau liver (axometrix,
n.d.). Tidak jarang seseorang yang
mengkonsumsi jamu dengan kandungan
BKO pada jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan penyakit stadium lanjut dan
berujung pada kematian. Maka dari itu perlu
adanya strategi untuk mengurangi
penggunaan obat kimia di Desa Sidorejo.
Sesuai dengan data yang didapatkan
oleh tim KKN-116 Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, mayoritas
masyarakat Desa Sidorejo lebih memilih cara
instan dalam mengobati serta meredakan
penyakit asam urat yang diderita, yaitu
dengan mengkonsumsi obat-obatan berbahan
kimia atau yang sering dijumpai di apotek.
Menurut survey yang dilakukan, masyarakat
lebih memilih dengan cara instan karena
lebih praktis. Namun, masyarakat kurang
menyadari jika mengkonsumsi obat-obatan
yang mengandung BKO (Bahan Kimia Obat)

Online ISSN: 2685-9882 Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Vol. 5, No. 1 (April, 2023) Doi: 10.30596/ihsan.v%vi%i.13660

67

secara terus menerus dapat memberikan efek
samping pada jangka waktu yang panjang.
BKO dapat membahayakan kesehatan
apalagi jika digunakan dalam waktu yang
lama akan menyebabkan timbulnya penyakit
serius seperti tukak lambung, gagal ginjal,
dan gangguan hati atau liver (axometrix,
n.d.). Tidak jarang seseorang yang
mengkonsumsi jamu dengan kandungan
BKO pada jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan penyakit stadium lanjut dan
berujung pada kematian. Maka dari itu perlu
adanya strategi untuk men gurangi
penggunaan obat kimia di Desa Sidorejo.
Sesuai dengan data yang didapatkan
oleh tim KKN-116 Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, mayoritas
masyarakat Desa Sidorejo lebih memilih cara
instan dalam mengobati serta meredakan
penyakit asam urat yang diderita, yaitu
dengan mengkonsumsi obat-obatan berbahan
kimia atau yang sering dijumpai di apotek.
Menurut survey yang dilakukan, masyarakat
lebih memilih dengan cara instan karena
lebih praktis. Namun, masyarakat kurang
menyadari jika mengkonsumsi obat-obatan
yang mengandung BKO (Bahan Kimia Obat)
secara terus menerus dapat memberikan efek
samping pada jangka waktu yang panjang.
BKO dapat membahayakan kesehatan
apalagi jika digunakan dalam waktu yang
lama akan menyebabkan timbulnya penyakit
serius seperti tukak lambung, gagal ginjal,
dan gangguan hati atau liver (axometrix,
n.d.). Tidak jarang seseorang yang
mengkonsumsi jamu dengan kandungan
BKO pada jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan penyakit stadium lanjut dan
berujung pada kematian. Maka dari itu perlu
adanya strategi untuk mengurangi
penggunaan obat kimia di Desa Sidorejo.
Maguire juga menjelaskan
bahwasanya Participatory Action Research
(PAR) adalah metode penyelidikan masalah
sosial yang melibatkan partisipasi orang-
orang yang menghadapi masalah untuk dapat
menyelesaikannya. Oleh karena itu,
penelitian ini merupakan proses pendidikan
untuk peneliti dan juga masyarakat untuk
bekerjasama menganalisis penyebab
struktural dari masalah yang mereka hadapi
dan dijadikan fokus dalam prosesnya melalui
diskusi yang secara interaksi kolektif. PAR
memiliki tiga kata yang saling berhubungan
satu sama lain diantaranya partisipasi, riset,
dan aksi. Semua riset itu harus
diimplementasikan dalam aksi.
Adapun tujuan peneliti ketika
menggunakan metode ini ialah 1) untuk
membangun kesadaran masyarakat atau
memberdayakan masyarakat melalui
pendidikan kritis dengan berdialog,
berdiskusi, dan mengarah pada pembelajaran
orang dewasa, 2) untuk merubah cara
pandang tentang penelitian dengan
menjadikan penelitian sebuah proses
partisipasi. 3) untuk menggeser paradigma:
masyarakat sebagai sebuah objek subjek
penelitian, 4) untuk membawa perubahan
atau transformation nilai sosial di
masyarakat.
Gambaran hasil penelitian dengan
menggunakan PAR yakni banyak perubahan
yang bisa dicapai oleh masyarakat Desa
Sidorejo. Kelompok ASMAN dan
masyarakat memiliki pemahaman tentang
bahayanya penggunaan Bahan Kimia Obat
(BKO) yang terdapat pada obat kimia. Selain
itu masyarakat juga memiliki inovasi dan
kemampuan untuk mengelola hasil Tanaman
Obat Keluarga (TOGA) sebagai pengobatan
alternatif. Semua pihak yang terlibat mulai
mengembangkan hasil Tanaman Obat
Keluarga yang berupa minuman kesehatan.
Upaya untuk meminimalisir penggunaan
Bahan Kimia Obat (BKO) berjalan sesuai
dengan harapan masyarakat Desa Sidorejo.

METODE
Peneliti dalam proses pendampingan
masyarakat di Desa Sidorejo ini
menggunakan pendekatan Participatory

Online ISSN: 2685-9882 Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Vol. 5, No. 1 (April, 2023) Doi: 10.30596/ihsan.v%vi%i.13660

68

Action Research (PAR). Pada dasarnya PAR
merupakan penelitian yang melibatkan
secara aktif semua pihak-pihak yang relevan
dalam mengkaji tindakan yang sedang
berlangsung dalam rangka melakukan
perubahan dan perbaikan kearah yang lebih
baik. Menurut Yoland Wadworth,
Participatory Action Research (PAR)
merupakan istilah yang memuat seperangkat
asumsi yang mendasari paradigma baru
dalam ilmu pengetahuan yang bertentangan
dengan paradigma pengetahuan tradisional
atau kuno. Asumsi-asumsi tersebut
menggarisbawahi pentingnya arti proses
sosial dalam mencapai kesimpulan-
kesimpulan mengenai “apa kasus yang
sedang terjadi” dan “apa implikasi
perubahannya” yang dipandang berguna oleh
orang-orang yang berbeda pada situasi
problematis, dalam mengantarkan untuk
melakukan penelitian awal.

HASIL
Pohon Masalah
Diagram pohon masalah (Tree Diagram)
adalah suatu metode pemecahan masalah
dengan mencari hubungan sebab akibat dari
suatu masalah. Pohon masalah memiliki 3
bagian, yaitu bagian batang, bagian akar dan
bagian cabang. Bagian batang merupakan
gambaran dari masalah utama dan akar
merupakan menyebabkan masalah inti
terjadi, sedangkan cabang adalah dampaknya
(Mustaghfiroh et al., 2020). Dari pohon
masalah didapatkan jika inti permasalahan
yang ada di Desa Sidorejo Kecamatan
Sawahan Kabupaten Nganjuk yaitu
ketergantungan masyarakat terhadap
penggunaan bahan kimia obat. Dari masalah
inti itu menimbulkan beberapa akibat yakni
tingginya tingkat pengeluaran rumah tangga
yang digunakan untuk membeli obat kimia.
Kesehatan juga terancam akibat seringnya
pola konsumsi obat kimia. Hal ini tentu
membuat kesejahteraan masyarakat sekitar
menjadi menurun.
Berdasarkan gambaran permasalahan
yang ada, maka kami berencana membuat
program berupa pelatihan pemanfaatan
TOGA. Program pelatihan ini bertujuan agar
para masyarakat Desa Sidorejo bisa lebih
mampu memanfaatkan penggunaan tanaman
TOGA yang ada.

A. Penggunaan Obat Kimia
Penggunaan Obat Kimia di Desa
Sidorejo mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Orang zaman dahulu masih
mengandalkan jamu sebagai upaya
pengobatan alami namun sejak ada wabah
yang silih berganti membuat masyarakat
Desa Sidorejo mulai beralih menggunakan
obat kimia. Kondisi ini didukung dengan
adanya kebijakan pemerintah yakni
puskesmas, hal ini tentu mempermudah akses
kesehatan. Peningkatan penggunaan obat
kimia didukung pula dengan berdirinya
apotek di Desa Sidorejo. Pada maraknya
kasus Covid pada tahun 2020 masyarakat
dipaksa melakukan pengobatan dengan obat
kimia. Dominasi penggunaan obat kimia di
Desa Sidorejo dibuktikan dengan tingginya
pengeluaran rumah tangga yang digunakan
untuk membeli biaya pengobatan setiap
bulannya. Hal itu dibuktikan dengan hasil
wawancara bersama beberapa warga yang
memiliki riwayat penyakit. Selanjutnya,
didapatkan pula data dari wawancara
bersama beberapa Apoteker yang bekerja di
dua Apotek yang berada Desa Sidorejo yakni,
Apotek Citra Sedudo dan Apotek Syifa
Farma. Dari wawancara tersebut
menghasilkan data bahwa Apotek Citra
Sedudo dalam satu hari terdapat total
pembelian obat kimia sintesis rata-rata
sebanyak 20 unit obat kimia sintesis.
Sementara di Apotek Sawahan dalam sehari
rata-rata total pembelian sebanyak 30 unit
obat kimia sintesis. Selain mengandalkan
obat kimia sintetis yang dibeli di Apotek,
masyarakat juga terkadang masih
mengandalkan jamu sebagai alternatif

Online ISSN: 2685-9882 Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Vol. 5, No. 1 (April, 2023) Doi: 10.30596/ihsan.v%vi%i.13660

69

pengobatan karena biaya yang relatif lebih
murah dan terkesan aman, namun jumlah
konsumennya cenderung sedikit. Di Desa
Sidorejo sendiri terdapat dua toko jamu
herbal bermerek. Di toko jamu pertama yang
diwawancarai didapatkan data berupa
intensitas pembelian jamu perhari sekitar 2
sampai 3 pembeli bahkan kadang tidak ada
pembeli sama sekali. Di toko jamu kedua
dilakukan wawancara yang menghasilkan
data berupa intensitas pembelian jamu per
hari mencapai 5-7 pembeli. Dari data di atas,
dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa
Sidorejo cenderung memilih pengobatan
kimia dari pada jamu tradisional. Tingginya
pengeluaran untuk pembelian obat juga
disebabkan oleh adanya hegemoni dari
penguasa melalui kebijakan yang berlaku,
berimplikasi pada kemudahan akses obat
yang ditunjukkan oleh diagram alur distribusi
obat kimia sintesis.

B. Pengorganisasian Masyarakat
Sidorejo Pengorganisasian
masyarakat adalah pencarian kekuatan sosial
untuk melawan ketidakberdayaan melalui
pembelajaran secara personal dan politik.
Pengorganisasian masyarakat dapat
meningkatkan kapasitas berdemokrasi dan
menciptakan suatu perubahan sosial yang
berkelanjutan. Pengorganisasian masyarakat
menjadikan masyarakat dapat lebih
beradaptasi dan pemerintahan lebih dapat
mempertanggungjawabkan.
Pengorganisasian masyarakat dapat diartikan
sebagai usaha dalam mengajak orang secara
bersama-sama untuk berjuang berbagi
masalah dan mendukung keputusan -
keputusan yang mempengaruhi kehidupan
mereka. Tujuan utama dari pengorganisasian
masyarakat tidak lain adalah untuk
mewujudkan masyarakat secara mandiri dan
sejahtera serta untuk membebaskan
masyarakat dari ketergantungan dan
pembelengguan. Pada Desa Sidorejo ini
terdapat komunitas dampingan yang disebut
ASMAN TOGA. Kelompok ini dapat
menjadi media yang dapat membantu
masyarakat dalam proses pengorganisasian
yang bertujuan untuk terjadinya perubahan
pada masyarakat. Asuhan Mandiri Kesehatan
Tradisional atau lebih dikenal dengan
Asuhan Mandiri Tanaman Obat Keluarga
(ASMAN TOGA) adalah upaya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan mengatasi penyakit
ringan secara mandiri oleh individu dalam
keluarga, kelompok atau masyarakat
memanfaatkan dengan keterampilan.
ASMAN TOGA sendiri merupakan suatu
kelompok yang terdiri atas 5 (lima) sampai
dengan 10 (sepuluh) keluarga yang dibina
dan dikoordinir oleh seorang kader untuk
melaksanakan kegiatan ASMAN. Kader
dipilih dari anggota masyarakat yang mau
dan mampu bekerja sama berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan
secara sukarela. Gerakan ASMAN sendiri
merupakan suatu upaya dari semua
stakeholder untuk memanfaatkan TOGA
melalui pembinaan keluarga yang bertujuan
untuk mendorong terlaksananya pemanfaatan
TOGA secara aktif dan berkesinambungan
hingga membentuk kelompok-kelompok
baru. Sejak dirintisnya kelompok ASMAN
TOGA hingga saat ini, terlihat
perkembangan yang cukup banyak. Mulai
dari pengetahuan dan keterampilan dalam
penanaman dan perawatan TOGA hingga
pengolahan TOGA menjadi produk makanan
dan minuman karena khasiatnya. Dari
beberapa hal yang sudah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwasanya TOGA di Desa
Sidorejo menjadi sebuah potensi yang perlu
dikembangkan guna mengatasi problematika
yang terjadi di Desa Sidorejo Kecamatan
Sawahan terkait pemanfaatan TOGA sebagai
alternatif pengobatan tanpa bahan kimia obat.

Online ISSN: 2685-9882 Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Vol. 5, No. 1 (April, 2023) Doi: 10.30596/ihsan.v%vi%i.13660

70

C. Pemanfaatan TOGA dalam
Mengurangi Obat-obatan Kimia
Tanaman Obat Keluarga atau biasa
disingkat dengan nama TOGA merupakan
tanaman berkhasiat yang ditanam di
pekarangan yang dikelola oleh keluarga.
Ditanam untuk memenuhi keperluan
keluarga akan obat-obatan tradisional yang
dapat diolah secara mandiri. TOGA atau
biasa disebut dengan apotek hidup adalah
suatu kegiatan budidaya tanaman obat yang
biasanya ditanam di halaman atau
pekarangan rumah sebagai langkah antisipasi
pencegahan maupun pengobatan secara
mandiri. Tanaman tersebut dimanfaatkan
sebagai bahan untuk ramuan obat. Sejalan
dengan kegiatan tersebut menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 yang
menjelaskan tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional pasal 70 yang menyatakan bahwa
masyarakat dapat melakukan perawatan
kesehatan mandiri dengan memanfaatkan
Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Adanya
TOGA guna memenuhi kebutuhan dalam
kehidupan, termasuk keperluan mengatasi
kesehatan secara tradisional, pada dasarnya
obat yang berasal dari bahan alami
khususnya tanaman telah memperlihatkan
peranannya dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat. Berdasarkan temuan-
temuan masalah yang sudah dipaparkan
sebelumnya, ditemukan potensi yang dapat
menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Hal ini dibuktikan bahwasanya terdapat
beberapa titik pelestarian TOGA di Desa
Sidorejo. Mulai dari tanaman yang tumbuh
liar di tempat-tempat yang tidak sewajarnya,
seperti di tepi saluran air hingga tanaman
yang biasa dirawat di pekarangan rumah.

Pelatihan Pemanfaatan
TOGA Pelatihan pemanfaatan TOGA
dimulai dengan pemaparan materi yang
menjelaskan tentang resep membuat
minuman kesehatan serta alat dan bahan yang
diperlukan oleh Asih Widi Yani selaku
narasumber, seorang Ahli Terapis dan
Herbalis & Konsultan Kesehatan Tradisional.
Pada sesi pemaparan materi ini ditunjukkan
pula tata cara pembuatan minuman kesehatan
berupa video tiap melakukannya agar para
peserta pelatihan yakni para ibu kader
ASMAN TOGA serta masyarakat Sidorejo
mudah mengerti dan memahami tentang
mengolah TOGA menjadi minuman
kesehatan. Selain itu, diberikan juga modul
pelatihan yang berisi alat bahan serta cara
pembuatan dan penyajian agar peserta bisa
mempelajari dan membuat sendiri di rumah.
Sesi ini menggunakan metode presentasi
informasi. Metode presentasi informasi
merupakan metode dimana peserta menjadi
penerima informasi yang pasif dari pemateri.
Pada metode ini, pelatihan ini akan
menggunakan teknik ceramah sehingga
pemateri yang akan memberikan informasi
terkait materi. Metode ini dipilih dengan
dasar agar peserta pelatihan mendapatkan
informasi secara lengkap dan detail mengenai
pemanfaatan TOGA, mulai dari teori hingga
tips-tips melakukannya (Chaerudin, 2018).

KESIMPULAN
Kondisi masyarakat yang ada di Desa
Sidorejo masih banyak yang memiliki
keterbatasan wawasan mengenai Bahan
Kimia Obat (BKO) yang menjadikan
masyarakat sangat bergantung pada obat
kimia. Melihat adanya efek samping dari
penggunaan obat kimia mengakibatkan
kesehatan masyarakat lama kelamaan akan
mengalami penurunan. Kondisi kesehatan
masyarakat menurun dipengaruhi oleh pola
pikir masyarakat di Desa Sidorejo yang
masih dalam tingkatan kesadaran majis dan
tingkatan kesadaran naif. Strategi
pengorganisasian tersebut dalam kegiatan
KKN ini termasuk dalam aras mezzo, dimana
upaya pengorganisasian yang dilakukan
diarahkan bersama dengan kelompok. Dalam
hal ini kelompok Asuhan Mandiri (ASMAN)
Tanaman Obat Keluarga (TOGA) menjadi

Online ISSN: 2685-9882 Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Vol. 5, No. 1 (April, 2023) Doi: 10.30596/ihsan.v%vi%i.13660

71

media intervensi dalam berbagai macam
tahapan-tahapan dalam proses
pengorganisasian yang bertujuan terjadinya
perubahan pada masyarakat melalui
kelompok ASMAN TOGA selaku komunitas
dampingan. Dengan menggunakan PAR
(Participatory Action Research) yang
mengutamakan partisipasi komunitas
dampingan. Dengan strategi
pengorganisasian kelompok ASMAN TOGA
dimana pengorganisasian yang dilakukan
dimulai dengan peningkatan kualitas
kelompok ASMAN melalui Pelatihan
Pemanfaatan TOGA sebagai Optimalisasi
Penggunaan Tanaman Obat Keluarga dalam
Peningkatan Kesehatan Masyarakat Mandiri.
Selain melakukan pelatihan juga melakukan
kampanye mengenai khasiat TOGA melalui
penjualan produk hasil pemanfaatan TOGA.
Rumah edukasi TOGA sebagai wadah dan
wahana masyarakat Desa Sidorejo dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan inovasi sebagai upaya untuk
membebaskan masyarakat dari belenggu
bahayanya Bahan Kimia Obat (BKO) dan
mahalnya biaya pembelian obat kimia yang
selama ini menjadi keluhan masyarakat.
Dengan beberapa program yang dijalankan
masyarakat, banyak perubahan yang dicapai
pada masyarakat Desa Sidorejo. Kelompok
ASMAN dan mas yarakat memiliki
pemahaman tentang bahayanya penggunaan
Bahan Kimia Obat (BKO) yang terdapat pada
obat kimia. Selain itu masyarakat juga
memiliki inovasi dan kemampuan untuk
mengelola hasil Tanaman Obat Keluarga
(TOGA) sebagai pengobatan alternatif.
Semua pihak yang terlibat mulai
mengembangkan hasil Tanaman Obat
Keluarga yang berupa minuman kesehatan.
Upaya untuk meminimalisir penggunaan
Bahan Kimia Obat (BKO) berjalan sesuai
dengan harapan masyarakat Desa Sidorejo.



DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Moh dkk. 2021. Pendekatan-
Pendekatan Dalam University -
Community Engagement. Surabaya:
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Arifin. 2021. Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Program Kerja TOGA
(Tanaman Obat Keluarga) dalam
Rangka Pencegahan Pandemic Covid-
19, Jurnal Sibermas, Vol. 10 No. 1, Hal
152.
Afandi, Agus. 2013. Modul Participatory
Action Research (PAR). Surabaya: LPM
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Chaerudin, A. (2018). Manajemen
Pendidikan dan Pelatihan SDM. CV
Jejak (Jejak
Publisher).https://kesmas.kemkes.go.id/
konten/133/0/062614-waspada-dengan -
jamu-berbahan-kimia.
Mustaghfiroh, M., Ariyanti, N. S., Adha, M.
A., & Sultoni, S. (2020). Upaya
Peningkatan Komitmen Kerja Guru
Bidang Studi (Studi Kasus di SMK
Riyadlul Quran Kabupaten Malang).
JDMP (Jurnal Dinamika Manajemen
Pendidikan), 5(1), 22 –28.
https://doi.org/10.26740/jdmp.v5n1.p22
-28.