Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


90





Sikap Kerja Lebih Ergonomis Menurunkan Gaya Kompresi
Tulang Belakang dan Keluhan Muskuloskeletal
serta Meningkatkan Produktivitas

Komang Ayu Cintya Dewi
1
, Ketut Tirtayasa
2
, dan Luh Made Indah Sri Handari
3


1
Prodi Teknik Elektromedik, Fakultas Bisnis, Teknologi, Sosial dan Humaniora, Universitas Bali
Internasional
2,3
Program Studi Ergonomi Fisiologi Kerja, Pascasarjana Universitas Udayana
e-mail korespondensi: [email protected]
doi:https://doi.org/10.24843/JEI.2019.v05.i02.p06
Article Received: 16 September 2019; Accepted: 30 Desember 2019; Published: 31 Desember 2019


Abstrak

Peran pekerja bangunan sangat penting dalam proses membangun atau merenovasi rumah. Saat
pekerja bangunan mengangkat pasir menggunakan gerobak tangan, pekerja melakukan sikap
membungkuk dengan beban angkat yang cukup tinggi sehingga gaya kompresi tulang belakang
mencapai 7449 N yang termasuk dalam kategori bahaya karena melebihi batas maksimum yang
rekomendasikan NIOSH. Sikap kerja tersebut juga memicu timbulnya keluhan muskuloskeletal
terutama pada bagian tulang belakang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap
kerja yang lebih ergonomis terhadap gaya kompresi tulang belakang, keluhan muskuloskeletal dan
produktivitas kerja. Sampel yang digunakan berjumlah 8 orang dengan populasi seluruh pekerja
bangunan di Denpasar. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2019 di salah satu rumah yang
sedang dibangun di Kota Denpasar. Pengukuran variabel gaya kompresi menggunakan analisis
biomekanika melalui hitung manual dan menggunakan software 3D SSPP serta keluhan
muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map. Hasil penelitian diperoleh bahwa sikap kerja yang
lebih ergonomis pada pekerja bangunan di Denpasar dapat menurunkan gaya kompresi L5/S1 sebesar
67,25%, penurunan gaya kompresi L4/L5 sebesar 64,34%, penurunan keluhan muskuloskeletal
sebesar 4,92% (p<0,05), dan meningkatkan produktivitas kerja sebesar 5,97% (p<0,05). Disimpulkan
bahwa sikap kerja yang lebih ergonomis dapat menurunkan gaya kompresi, keluhan muskuloskeletal
dan meningkatkan produktivitas kerja. Disarankan kepada seluruh pekerja bangunan agar menerapkan
sikap kerja yang ergonomis agar terhindar dari penyakit akibat kerja.

Kata kunci: biomekanika, gaya kompresi, keluhan muskuloskeletal, produktivitas, sikap kerja



Work Posture More Ergonomically Reduce Spinal Force Compression,
Musculoskeletal Complaints and Increase The Productivity

Abstract

The role of construction workers is very important in the process of building or renovating a
house. When construction workers lift sand using a hand cart, workers perform a bent stance with a
lifting load that is high enough so the spinal force compression reaches 7449 N (L5/S1) which is
included in the danger category because it exceeds the maximum premissible limit by NIOSH. The
work posture also triggers musculoskeletal complaints especially in the back muscles. The purpose of
this study was to find out the effect of work posture that more ergonomically on spinal force
compression, musculoskeletal complaints and work productivity. The population was all construction

Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


91



workers in Denpasar with a sample of 8 people. The study was conducted in April-May 2019 in one of
the houses that were build in the city of Denpasar. Measurement of spinal force compression
variables using biomechanical analysis through manual count and using 3D SSPP software and
musculoskeletal complaints using Nordic Body Map. The results showed work posture that more
ergonomically in construction workers in Denpasar could reduce respectively L5/S1 compression
force 67.25%, decrease in L4/L5 compression force 64.34%, decrease in musculoskeletal complaints
4.92% (p<0.05), and increase work productivity of 5.97% (p<0.05). It was concluded were work
posture that more ergonomically can reduce spinal force compression, musculoskeletal complaints
and increase work productivity. Recommended for all construction workers to apply ergonomically
work posture to avoid work-related illnesses.

Keywords: biomechanics, musculoskeletal complaints, productivity, spinal force compression, work
posture.


PENDAHULUAN

Industri properti yang meningkat diikuti oleh bertambahnya kebutuhan jumlah pekerja
bangunan. Peran pekerja bangunan sangat penting dalam proses membangun atau merenovasi
rumah. Namun sering kali para pekerja bangunan mengabaikan aspek kesehatan dan
keselamatan kerja. Berdasarkan studi pendahuluan pada pekerja bangunan di daerah
Denpasar, ditemukan sikap pekerja yang membungkuk saat mulai mengangkat gerobak
tangan dengan beban angkat yang cukup tinggi dan pekerjaan tersebut dilakukan secara
berulang. Berdasarkan analisis REBA, diperoleh skor sebesar 8 yang artinya pekerja
memiliki risiko yang tinggi dan harus segera diberi intervensi.
Melalui analisis biomekanika ditemukan pula bahwa gaya kompresi yang dialami oleh
pekerja pada L5/S1 sebesar 7449 N dan pada L4/L5 sebesar 7348 N. Menurut NIOSH,
batasan gaya angkat normal (AL) sebesar 3400 N dan gaya tekan maksimum (MPL) sebesar
6400 N. Berdasarkan hal tersebut, nilai rerata gaya kompresi L5/S1 dan L4/l5 melebihi nilai
maximum pressure load (MPL). Hal tersebut sangat membahayakan kesehatan para pekerja,
karena jika tulang belakang terus menerus diberi tekanan yang tinggi maka dampak jangka
panjangnya dapat mengakibatkan pecahnya disk pada tulang belakang yang berujung pada
kelumpuhan. Besarnya gaya kompresi tersebut mengakibatkan otot yang menyangga tulang
belakang harus berkontraksi dengan kuat yang menyebabkan terjadinya keluhan
muskuloskeletal pada pekerja dibagian punggung (43%), pinggang (53%) dan bokong (60%).
Berdasarkan penelitian terdahulu, perbaikan cara angkat-angkut bahan bangunan
menurunkan aktivitas otot erector spinae dan keluhan muskuloskeletal (Muliarta, 2015).
Penelitian yang sama dilakukan oleh Suarbawa (2017) yang menyimpulkan bahwa perbaikan
sikap kerja menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan, dan peningkatan
produktivitas kerja pada proses pembersihan garam. Kurangnya pengetahuan pekerja tentang
bagaimana bekerja dengan sikap kerja yang ergonomis menjadi salah satu faktor penyebab
masalah tersebut.
Sikap kerja yang ergonomis bagi pekerja bangunan saat mengangkat gerobak tangan
yaitu dengan cara menekukkan lutut dan sedikit berjongkok dengan tetap menjaga punggung
dan kepala agar tetap lurus selama mengangkat. Sikap kerja yang lebih ergonomis tersebut
sangat disarankan karena setelah dianalisis secara biomekanika diperoleh nilai gaya kompresi
L5/S1 sebesar 3606 N dan gaya kompresi L4/L5 sebesar 4408 N yang mendekati kategori
aman. Mengacu pada hal tersebut, alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara memberikan edukasi dan mengajak pekerja untuk memperbaiki sikap kerjanya
menjadi lebih ergonomis. Dengan menerapkan sikap kerja yang lebih ergonomis diharapkan

Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


92



mampu menurunkan gaya kompresi tulang belakang dan keluhan muskuloskeletal, serta
meningkatkan produktivitas pekerja bangunan di Denpasar, Bali.

METODE

Penelitian ini menggunakan treatment by subject design yang meliputi Periode 1 (tanpa
intervensi) dan Periode 2 (dengan intervensi) diselingi dengan washing out period selama
sehari pada hari Minggu untuk menghilangkan efek sisa dari Periode 1. Selanjutnya subjek
diberi kesempatan untuk melakukan adaptasi selama sehari dengan sikap kerja yang lebih
ergonomis. Edukasi mengenai sikap kerja yang ergonomis dilakukan saat proses adaptasi.
Penelitian dilakukan pada salah satu rumah warga di daerah Denpasar, Bali yang sedang
melakukan pembangunan. Penelitian dilakukan selama bulan April-Mei 2018 dengan
populasi seluruh pekerja bangunan di daerah Denpasar, Bali dan jumlah sampel untuk
penelitian ini sebanyak 8 pekerja yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling.
Gaya kompresi tulang belakang diperoleh berdasarkan analisis biomekanika melalui
perhitungan manual dan menggunakan aplikasi simulasi 3D SSPP. Keluhan muskuloskeletal
diukur dengan kuesioner Nordic Body Map. Produktivitas kerja didapatkan melalui
perbandingan antara beban yang diangkut dengan skor keluhan muskuloskeletal yang dialami
pekerja. Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Semua subjek hadir selama penelitian dan dapat mengikuti kegiatan penelitian dengan
baik. Data karakteristik subjek penelitian pada 8 pekerja disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1
Karakteristik Subjek Penelitian

Variabel N Rerata+SB Rentangan
Umur (th) 8 31,88+5,27 25-39
Berat badan (kg) 8 60,48+3,64 55,2-64,7
Tinggi badan (cm) 8 167,50+0,05 160-175
Indeks massa tubuh (kg/m²) 8 21,56+0,47 20,62-22,00
Pengalaman kerja (bln) 8 43,75+20,69 15-72

Pada penelitian ini Indeks Massa Tubuh (IMT) subjek dikontrol dalam batas normal,
sehingga mempunyai status gizi yang sama dan tidak berpengaruh pada hasil penelitian.
Tinggi badan, berat badan dan indeks massa tubuh mempunyai hubungan yang kuat terhadap
risiko terjadinya gangguan muskuloskeletal. Pekerja yang memiliki IMT yang tinggi
memiliki risiko terkena gangguan muskuloskeletal yang lebih tinggi (Suputra, 2003). Pekerja
memiliki umur dengan rentang 25-39 tahun yang merupakan umur yang produktif untuk
bekerja. Kekuatan fisik pada rentangan umur 50-60 tahun hanya mencapai 75-85%
dibandingkan dengan orang yang berumur 25-45 tahun (Pheasant, 1991).
Subjek penelitian memiliki pengalaman kerja yang dirasa cukup dengan rerata
pengalaman kerja 15-72 bulan sehingga dapat dikatakan bahwa subjek penelitian dalam
kondisi sehat dan memiliki kemampuan atau keahlian kerja yang relatif sama. Hasil
penelitian karakteristik subjek menunjukkan subjek pekerja bangunan di Denpasar masih
memiliki kemampuan kerja optimal sehingga memungkinkan untuk melakukan aktivitas
secara normal dan sesuai dengan kriteria sampel.
Kondisi lingkungan kerja dapat berpengaruh terhadap kenyamanan dan kesehatan
pekerja bangunan di Denpasar. Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menyebabkan

Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


93



ketidaknyamanan dan gangguan kesehatan bagi para pekerja. Sumber pencahayaan di
lingkungan kerja pekerja bangunan berasal dari cahaya matahari dengan rerata intensitas
cahaya sebesar 298,36 lux. Intensitas cahaya tersebut telah sesuai dengan nilai yang
direkomendasikan untuk pekerja industri yaitu 200-300 lux (Kroemer dan Grandjean, 2010).
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki sehingga menimbulkan gangguan
pendengaran dengan nilai ambang kebisingan yaitu 85 dB (Manuaba, 2000). Rerata
kebisingan yang terjadi di tempat penelitian sebesar 69,6 dB yang tidak melebihi ambang
batas yang direkomendasikan.

Tabel 2
Analisis Kondisi Lingkungan

Variabel
Periode 1 Periode 2
p
Rerata SB Rerata SB
Suhu (
0
C) 29,70 0,41 29,53 0,45 0,26
Kelembaban Relatif (%) 79,70 0,95 79,20 1,03 0,09
Intensitas Cahaya (Lux) 298,44 8,42 298,28 7,66 0,96
Kebisingan (dB) 69,60 0,58 69,54 0,62 0,83

Berdasarkan Tabel 2, seluruh variabel kondisi lingkungan memiliki nilai p>0,05 yang
artinya suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kebisingan tidak ada perbedaan yang
bermakna pada Periode 1 dan Periode 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondsi lingkungan
dalam keadaan yang sama pada Periode 1 dan 2 sehingga tidak memberi pengaruh terhadap
interverensi yang diberikan.
Gaya kompresi tulang belakang adalah gaya tekan pada intervertebral disk yang biasa
terjadi antara lumbar kelima dengan sacrum pertama (L5/S1) dan lumbar keempat dengan
lumbar kelima (L4/L5). Gaya kompresi pada L5/S1 diperoleh menggunakan perhitungan
biomekanika dengan menganalisis sudut pada setiap segmen (Gambar 1) dan menghitung
gaya kompresi dengan menganalisis momen gaya pada setiap segmen.




Gambar 1. Analisis Sudut Salah Satu Sampel. (a) Periode 1 (b) Periode 2

(a) (b)

Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


94



Setiap sampel dilakukan pengukuran sudut seperti pada Gambar 1 dengan nilai yang
dinyatakan pada Tabel 3. Data antropometeri segmen tubuh pada pekerja tersebut, yaitu
panjang telapak tangan (SL1) 0,11 m; panjang lengan bawah (SL2) 0,26 m; panjang lengan
atas (SL3) 0,28 m; panjang punggung (SL4) 0,52 m. Pekerja tersebut memiliki berat badan
642 N dengan berat beban pada tangan sebesar 392 N yang dihitung berdasarkan momen
gaya.

Tabel 3
Data Sudut pada Setiap Segmen Salah Satu Pekerja

Sudut θ1 θ2 θ3 θ4 θH θT
Periode 1 65
o
85
o
72
o
29
o
42
o
55
o

Periode 2 80
o
85
o
85
o
80
o
90
o
55
o


Perhitungan manual gaya kompresi L5/S1 menggunakan analisis biomekanika pada
salah satu sampel dengan sikap kerja semula (Periode 1) dan sikap kerja ergonomis (Periode
2) disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4
Analisis Biomekanika pada Salah Satu Sampel

Periode 1 Periode 2
Momen gaya pada telapak tangan:

N 3,9 642 0,6% W 0,6%W
badanH

N 199,9 3,9
2
392
W
2
Wo
ΣFyw
H

Nm 9,265 cos 0,11 199,9M
cosθ SL W
2
Wo
M
o
W
11HW









Momen gaya pada telapak tangan:
N 3,9 642 0,6% W 0,6%W
badanH

N 199,9 3,9
2
392
W
2
Wo
ΣFyw
H 
Nm 7,380 cos 0,11 9,199M
cosθ SL W
2
Wo
M
o
W
11HW










Momen gaya pada lengan bawah:

N9,10642 1,7% W 1,7% W
43% 2
badanLA 



N 210,7 10,9 199,9 W Fyw Fye
LA 

Nm 13,5 Me
)85 cos 0,26 (199,9
)85 cos 0,26 43% (10,9 9,2 Me
)cosθ SL (Fyw
)cosθ SL λ2 (W M Me
o
o
22
2 2LA W







Momen gaya pada lengan bawah:

N9,10642 1,7% W 1,7% W
43% 2
badanLA 



N 210,7 10,9 199,9 W Fyw Fye
LA 

Nm 7,9 Me
)85 cos 0,26 (199,9
)85 cos 0,26 43% (10,9 3,7 Me
)cosθ SL (Fyw
)cosθ SL λ2 (W M Me
o
o
22
2 2LA W







Momen gaya pada lengan atas:

N 17,9 642 2,8% W 2,8% W
% 43,6 3
badanUA 




Momen gaya pada lengan atas:

N 17,9 642 2,8% W 2,8% W
% 43,6 3
badanUA 



Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


95



Periode 1 Periode 2
N 7,228 17,9 210,7 W Fye Fys
UA



Nm 32,4 Ms
)72 cos 0,28 (210,7
)72 cos 0,28 43,6% (17,9 13,5 Ms
)cosθ SL (Fye
)cosθ SL λ3 (W Me Ms
o
o
33
33UA






N 7,228 17,9 210,7 W Fye Fys
UA



Nm 12,8 Ms
)85 cos 0,28 (210,7
)85 cos 0,28 43,6% (17,9 7,9 Ms
)cosθ SL (Fye
)cosθ SL λ3 (W Me Ms
o
o
33
33UA







Punggung:

N 321 642 50% W 50% W
% 67 4
badanT 



N 369 Mt
)29 cos 0,52 (2(228,7)
)29 cos 0,52 67% (321 2(32,4) Mt
)cosθ SL (2Fys
)cosθ SL λ4 (W 2Ms Mt
o
o
44
44 T







Punggung:

N 321 642 50% W 50% W
% 67 4
badanT 



N 85,2 Mt
)80 cos 0,52 (2(228,7)
)80 cos 0,52 67% (321 2(12,8) Mt
)cosθ SL (2Fys
)cosθ SL λ4 (W 2Ms Mt
o
o
44
44 T







Gaya perut (FA) dan tekanan perut (PA):

   
   
2
A
8,14
A
8,1
TH
4
A
N/m 0,45 P
75
369552436,04310
P
75
Mtθθ36,04310
P








FA = PA x A = 0,45 x 0,0465 = 0,01 N

Gaya perut (FA) dan tekanan perut (PA):

   
   
2
A
8,14
A
8,1
TH
4
A
N/m 0,03- P
75
85,2559036,04310
P
75
Mtθθ36,04310
P








FA = PA x A = (-0,03) x 0,0465 = –0,0017 N

Gaya otot pada spinal erector (FM):

FM . E = Mt – FA . D
FM . 0,05 = 369 – 0,01 . 0,11
FM = 7381,27 N

Gaya otot pada spinal erector (FM):

FM . E = Mt – FA . D
FM . 0,05 = 85,2 – (– 0,0017) . 0,11
FM = 1704 N

Berat yang terjadi pada gaya kompresi:

Wtot = Wo + 2 WH + 2 WLA + 2 WUA + WT
Wtot = 392 + 2 (3,9) + 2 (10,9) + 2 (19,7)
+ 321 = 778,5 N

Berat yang terjadi pada gaya kompresi:

Wtot = Wo + 2 WH + 2 WLA + 2 WUA + WT
Wtot = 392 + 2 (3,9) + 2 (10,9) + 2 (19,7)
+ 321 = 778,5 N

Gaya kompresi pada L5/S1:

Fc = Wtot . cos θ4 – FA + FM
Fc = 778,5 . cos 29
o
– 0,01 + 7381,27
Fc = 8059 N

Gaya kompresi pada L5/S1:

Fc = Wtot . cos θ4 – FA + FM
Fc = 778,5 . cos 80
o
– (– 0,0017) + 1704
Fc = 1837 N

Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


96



Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4, besar gaya kompresi L5/S1 pada salah satu
sampel saat Periode 1 sebesar 8059 N, sedangkan saat Periode 2 sebesar 1837 N. Nilai gaya
kompresi pada Periode 1 melebihi batas maksimum yang ditetapkan oleh NIOSH dan
termasuk dalam kategori berbahaya, sedangkan pada Periode 2 termasuk dalam kategori
aman. Tingginya nilai gaya kompresi pada Periode 1 disebabkan karena kecilnya sudut yang
terbentuk antara tubuh terhadap garis horisontal (θ4) sehingga membuat tingginya nilai cos θ4
yang berpengaruh terhadap besarnya nilai momen gaya pada tulang belakang (Mt) dan gaya
kompresi pada L5/S1. Nilai gaya kompresi tersebut memberi kontribusi terhadap besarnya
gaya otot pada spinal erector (FM), karena besarnya gaya kompresi membuat gaya otot
semakin berkontraksi untuk menahan struktur tulang belakang. Otot yang berkontraksi
dengan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal. Selain itu,
dalam jangka panjang dampak dari tingginya gaya kompresi tulang belakang yaitu cedera
pada disk yang dapat berujung pada kelumpuhan.

Tabel 5
Analisis Efek Perlakuan Gaya Kompresi Tulang Belakang

Variabel
Periode 1 Periode 2
p
Rerata SB Rerata SB
Gaya kompresi L5/S1 (N) 7839,25 974,39 2054,37 409,22 0,001
Gaya kompresi L4/L5 (N) 6731,12 184,45 2400,25 291,44 0,012

Hasil pada Tabel 5 menunjukkan bahwa terjadi penurunan gaya kompresi L5/S1 dan
L4/L5 secara signifikan sebesar 73,79% (L5/S1) dan 64,34% (L4/L5) setelah
mengaplikasikan sikap kerja yang ergonomis(p<0,05). Senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rochman (2105), bahwa perbaikan sikap kerja ketika melakukan aktivitas
manual material handling dapat menurunkan risiko cidera tulang belakang (L5/S1).
Sitanggang (2009) juga menjelaskan dalam penelitiannya bahwa perbaikan postur tubuh pada
saat menggendong anak dapat mengurangi risiko cidera punggung dengan
merekomendasikan beberapa model berdasarkan nilai gaya kompresi L5/S1 yang tidak
melebihi batas MPL yang direkomendasikan NIOSH.
Melalui perhitungan biomekanika ditemukan bahwa semakin kecil sudut yang
terbentuk antara tubuh terhadap garis horizontal maka semakin besar torsi atau momen gaya
yang bekerja pada segmen punggung yang mengakibatkan besarnya gaya kompresi tulang
belakang (Gambar 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap kerja yang semakin
membungkuk akan menghasilkan momen gaya yang lebih besar sehingga menyebabkan gaya
kompresi tulang belakang L5/S1 dan L4/L5 semakin tinggi. Selain sudut, jarak beban
terhadap tumpuan tulang belakang juga mempengaruhi besarnya gaya kompresi. Semakin
jauh jarak beban terhadap titik tumpu tulang belakang (Periode 1) membuat gaya kompresi
lebih besar dibandingkan posisi saat beban yang diangkat mendekati titik tumpu (L5/S1 dan
L4/L5) pada Periode 2 yang meminimalisir besarnya gaya tekanan terhadap titik tumpu.
Senada dengan penelitian lain yang menyebutkan bahwa diperoleh rerata selisih gaya otot
150,20 N (Periode 1) dan 29,11 N (Periode 2) yang terjadi karena sikap kerja menuang
adonan pada Perlakuan 1 lebih banyak menjauhi bidang median dibanding pada Periode 2
(Dinata, 2018).
Perubahan sikap kerja juga membuat turunnya skor REBA dari 8 (Periode 1) yang
memiliki risiko tinggi menjadi 5 (Periode 2) yang memiliki risiko sedang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perbaikan sikap kerja yang ergonomis dapat menurunkan risiko pada
pekerja bangunan.

Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


97



Tabel 6 menunjukkan bahwa adanya penurunan keluhan muskuloskeletal secara
signifikan sebesar 4,92% setelah mengaplikasikan sikap kerja yang ergonomis. Walaupun
penurunan keluhan muskuloskeletal tergolong rendah namun secara statistik menunjukkan
bahwa terjadi penurunan yang signifikan antara Periode 1 dan Periode 2. Dengan demikian
perbaikan sikap kerja yang ergonomis dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal
dibandingkan dengan sikap kerja semula yang tidak fisiologis. Keluhan muskuloskeletal pada
tulang belakang sangat berpengaruh terhadap nilai gaya otot pada tulang belakang.
Berdasarkan analisis biomekanika pada gaya kompresi, diperoleh pula nilai gaya otot pada
spinal erector pada Periode 1 dan Peridode 2. Rerata gaya otot sikap kerja pada Periode 1
sebesar 7185 N dan pada Periode 2 gaya otot menurun sebesar 1957 N. Hal tersebut sesuai
dengan penurunan skor keluhan muskulosketetal setelah melakukan sikap yang ergonomis.

Tabel 6
Analisis Efek Perlakuan terhadap Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan Muskuloskeletal
Periode 1 Periode 2
p
Rerata SB Rerata SB
Sebelum bekerja (pre) 28,75 0,70 28,88 0,64 0,317
Setelah bekerja (post) 35,50 1,07 33,75 0,70 0,001
Selisih (pre-post) 6,75 0,88 4,88 0,64 0,010

Sesuai dengan pendapat Andreani (2013), memperbaiki sikap kerja dengan tidak
melakukan posisi membungkuk dalam waktu yang cukup lama agar tidak meningkatkan
keluhan subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Suarbawa (2017) juga menyatakan bahwa
bahwa perbaikan sikap kerja pada proses pembersihan garam menyebabkan terjadi penurunan
keluhan muskuloskeletal. Hasil tersebut senada dengan penelitian Muliarta (2015) yang
menyatakan penerapan sikap kerja yang ergonomis mampu menurunkan keluhan
muskuloskeletal seiring dengan berkurangnya ketegangan otot. Diantara semua segmen
tubuh, segmen yang mengalami keluhan muskuloskeletal terbanyak adalah segmen
punggung, pinggang dan bokong. Skor keluhan muskuloskeletal pada segemen terbanyak di
Periode 1 dan 2 disajikan pada Gambar 2.


Gambar 2. Grafik Skor Keluhan Muskuloskeletal per Segmen Terbanyak

0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Punggung Pinggang Bokong
43%
48%
55%
38%
43%
48%
Periode 1
Periode 2

Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


98



Tingginya tingkat keluhan muskuloskeletal pada bagian tulang belakang sebanding
dengan tingginya nilai gaya otot yang dialami pada tulang belakang. Keluhan
muskuloskeletal pekerja bangunan disebabkan oleh tingginya gaya otot pada tulang belakang
akibat posisi mengangkat gerobak yang membungkuk dan dilakukan secara berulang
sehingga oksigen menuju bagian otot tidak cukup yang menyebabkan penimbunan asam
laktat hingga timbul kelelahan otot-otot skeletal yang dirasakan pekerja sebagai bentuk
kenyerian otot oleh pekerja (Takala, 2016).
Produktivitas kerja merupakan perbandingan antara jumlah luaran (berat pasir yang
diangkut oleh pekerja dengan berat yang tetap, yaitu 70 kg sekali muatan) dengan masukan
(skor keluhan muskuloskeletal) dan waktu (rerata lamanya waktu yang dibutuhkan dalam
proses pengangkutan pasir dengan dengan jarak tempuh yang sama). Dalam hal ini
produktivitas secara ergonomis dikaji dari aspek manusia yang bekerja sebagai subjek
penelitian.

Tabel 7
Analisis Efek Perlakuan terhadap Produktivitas Kerja

Variabel
Periode 1 Periode 2
p
Rerata SB Rerata SB
Produktivitas kerja 0,067 0,001 0,071 0,002 0,001

Tabel 7 menunjukkan bahwa adanya peningkatan produktivitas kerja secara signifikan
setelah diberikan perlakuan pada periode 2 sebesar 5,97%. Nilai produktivitas dipengaruhi
oleh perbaikan respons fisiologi berupa keluhan muskuloskeletal yang menurun setelah
pekerja melakukan perbaikan sikap kerja yang ergonomis. Peningkatan yang terjadi cukup
rendah karena menggunakan variabel keluhan muskuloskeletal yang penurunannya relatif
rendah namun tetap signifikan. Walaupun peningkatan produktivitas tergolong rendah namun
secara statistik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perbaikan sikap kerja yang ergonomis mampu meningkatkan
produktivitas pekerja bangunan di Denpasar Bali. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang
menyatakan bahwa perbaikan kondisi kerja melalui pendekatan ergonomi total mampu
meningkatkan produktivitas sebesar 61,36% (Adiatmika, 2007). Perbaikan sikap kerja pada
proses pembersihan garam menyebabkan terjadi peningkatan produktivitas kerja (Suarbawa,
2017). Produktivitas dapat meningkat apabila semua sistem dapat dirancang secara
ergonomis sehingga mampu dengan waktu yang sama memperoleh hasil kerja lebih besar
atau output lebih besar dibandingkan input (Manuaba, 2003).

SIMPULAN

Disimpulkan bahwa sikap kerja yang lebih ergonomis menurunkan gaya kompresi pada
L5/S1 sebesar 73,79% dan pada L4/L5 sebesar 64,34%, menurunkan keluhan
muskuloskeletal sebesar 4,92%, dan meningkatkan produktivitas sebesar 5,97% pada pekerja
bangunan di Denpasar Bali.
Berdasarkan simpulan tersebut, hendaknya penggunaan sikap kerja yang ergonomis
dilakukan oleh seluruh pekerja bangunan dan dilakukan secara berkelanjutan agar pekerja
terhindar dari berbagai penyakit akibat kerja dan mampu meningkatkan produktivitas kerja.

Jurnal Ergonomi Indonesia Vol.05. No.02 : Juli-Desember 2019
(The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN Print : 1411 – 951 X, ISSN Online : 2503-1716


99



UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Program Pascasarjana Universitas Udayana,
pembimbing dan penguji yang tidak lelah untuk memberi masukan, saran dan koreksi
sehingga tuisan ini dapat diselesaikan sebagai bagian dari tesis yang telah diuji oleh Tim
Penguji. Terimakasih pula kepada pemilik rumah dan pekerja bangunan serta semua pihak
yang telah membantu dan berkontribusi dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adiatmika, I. P. G. 2007. “Perbaikan Kondisi Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total
Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta Menigkatkan Produktivitas
dan Penghasilan Pengrajin Logam di Kediri Tabanan” (disertasi). Denpasar: Program
Studi Doktor Ilmu Kedokteran, Universitas Udayana.
Andreani, M. U. dan Paskarini, I. 2013. Sikap Kerja yang Berhubungan dengan Keluhan
Subjektif pada Penjahit di Jalan Patua Surabaya. Jurnal Promkes, Vol. 1(2): 205-208.
Dinata, I M. K. 2018. “Aplikasi Alat Penuang Berbasis Ergonomi Total Memperbaiki
Respons Fisiologis dan Meningkatkan Produktivitas Pekerja Industri Roti Kukus di
Denpasar” (disertasi). Denpasar: Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran, Universitas
Udayana.
Kroemer, K. H. E. dan Grandjean, E. 2000. Fitting the tasks to the human, 5
th
ed. London:
Taylor dan Francis Inc.
Manuaba, A. 2000. Ergonomi, kesehatan dan keselamatan kerja. Proseding Seminar Nasional
Ergonomi. Surabaya: Guna Widya.
Manuaba, A. 2003. Penerapan Ergonomi Meningkatkan Produktivitas. Makalah. Denpasar:
Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Muliarta, I M. 2015. Perbaikan Cara Angkat Angkut Material Bangunan Mengurangi
Aktivitas Listrik Otot Erector Spinae dan Keluhan Muskuloskeletal Tukang Bangunan.
Jurnal Ergonomi Indonesia, Vol. 1(1): 13-14.
Pheasant, S. 1991. Ergonomics Work and Health. London: Macmillan Press Scientific dan
Medical.
Rochman, T., Apriyadi, A., dan Astuti, R. D. 2015. Perbaikan Metode Kerja Dengan
Pendekatan Metode Rappid Upper Limb Assessment dan Biomekanika Operator
Pemindah Peti Buah di Pasar Tradisional. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi,
Vol. 4(1):3-14.
Sitanggang, S. M. 2009. “Usulan Perbaikan Postur dalam Menggunakan Alat Gendong Anak
dengan Biomekanika” (skripsi). Solo: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Suarbawa, I K. G. dan Bangse, I K. 2017. Perbaikan Sikap Kerja Pada Proses Pembersihan
Garam Amed dapat Menurunkan Beban Kerja, Keluhan Otot dan Kelelahan serta
Meningkatkan Produktivitas Kerja. Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017.
Denpasar:
Suputra, I. G.N. B. 2003. “Pemakaian Tempat Duduk Dan Meja Kerja Mengurangi Keluhan
Muskuloskeletal dan Meningkatkan Produktivitas Kerja Pemahat Roster Batu Padas
Palimanan Di Perusahaan Mahkota Bali” (tesis). Denpasar: Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
Takala, E. P. 2016. Pathophysiological Mechanism of Musculoskeletal Disorder. Journal of
Work, Environment dan Health. Finnish Institute of Occupational Health.