http://ojs.itb-ad.ac.id/index.php/RUSTIC
E-ISSN: 2775-7528



TINJAUAN PENGARUH LETAK BUKAAN TERHADAP
PERSEPSI PENGHUNI PADA GEREJA -GEREJA DI
INDONESIA

Cornelia Hildegardis
1(*)


1
PS Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Nusa Nipa, Maumere


Abstract

The research was conducted to examine the location of the openings in several churches in
Indonesia against the views of the residents who were in them. The location is determined
based on the koppen climate classification for tropical regions in Indonesia which is divided
into tropical rain forests, tropical monsoons, and savanna. The study was conducted by
comparing previous studies on churches in Indonesia. The results from the three tropical
regions concluded that occupant distance, dimensions, and conditions of openings
(open/closed) were able to influence the perception of comfort felt in the building.


Kata Kunci: Persepsi, Letak Bukaan, Gereja


Januari – Juni 2022, Vol 2 (1) : hlm 10-19
©2022 Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan.
All rights reserved.

(*)
Korespondensi: [email protected] (Cornelia Hildegardis)

Tinjauan Pengaruh Letak Bukaan
Terhadap Persepsi Penghuni pada Gereja -Gereja di Indonesia
(Cornelia Hildegardis)
11
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang dapat menunjang konsentrasi dalam beribadah adalah
kenyamanan. Kenyamanan yang dituntut dalam sebuah perancangan, tidak hanya
meliputi kenyamanan visual dan audial, namun juga kenyamanan termal. Menurut
Koenigsberger (1975), suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara dan kecepatan
angin merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi kenyamanan termal di
suatu lingkungan seperti gereja. Adanya kegiatan atau aktivitas ibadah yang
dilakukan di dalam gereja seperti duduk, berdiri, berlutut dan berjalan menuntut
bangunan agar dapat memberikan kenyamanan terutama secara termal terhadap
penghuni didalamnya.
Hingga saat ini, terdapat beberapa stategi yang telah diterapkan pada
bangunan ataupun rumah ibadah untuk mendapatkan kenyamanan dalam
bangunan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2016) di Sumatra,
Mohammad (2016) di Jawa, Alahudin (2012) di Sulawesi, Bua'Toding dan
Kindangen (2014) di Kalimantan, Karyono dkk. (2012) di Nusa Tenggara Barat
menunjukkan bahwa atap memberikan pengaruh terhadap kenyamanan penghuni
didalamnya. Selain itu material yang digunakan pada atap dapat mempengaruhi
time-lag panas yang masuk ke dalam bangunan. Menurut Suwantara dkk. (2012),
time lag merupakan waktu tunda yang dibutuhkan sebuah material untuk
merambatkan panas.
Pada bangunan kolonial, selasar merupakan salah satu faktor yang dapat
mengendalikan suhu udara di dalam bangunan karena mampu berfungsi sebagai
penghalang sinar matahari agar tidak langsung mempengaruhi udara di dalam
bangunan (Santosa, 2004, Purwanto, 2005, Ardiyanto dkk., 2015). Selain selasar,
ketinggian lantai, penggunaan dinding satu bata, material genteng pada atap,
kemiringan atap serta ukuran bukaan pun merupakan faktor-faktor lain yang
mampu memberikan pengaruh dalam mengendalikan suhu di dalam bangunan
(Lukyta dkk., Kumurur, 2018).
Menurut Alfata dkk. (2015) dan Arifah dkk. (2017) tipe bukaan pun
memberikan pengaruh terhadap kenyamanan di dalam sebuah hunian dan dapat
disimpulkan, bahwa dimensi dan tipe bukaan pada jendela dapat mempengaruhi
kecepatan dan persebaran angin dalam ruang. Hal ini sebanding dengan hasil yang
dipaparkan Hildegardis dkk. (2020) bahwa bukaan merupakan variabel penentu
dalam menentukan kenyamanan termal dalam ruangan.
Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Indonesia memiliki tipe iklim hujan
tropis yang terbagi menjadi tiga tipe yaitu Hutan Hujan Tropika (Af), Monsun
Tropika (Am), dan Savana (Aw) dan hampir seluruh provinsi mempunyai tipe iklim
Af kecuali sebagian Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Kottek dkk., 2006). Hal serupa
dikatakan Febrianti (2008) bahwa sebagian besar wilayah Indonesia mengalami
hujan sepanjang tahun atau memiliki tipe iklim hutan hujan tropis kecuali di
Indonesia bagian selatan yang relatif lebih kering seperti iklim Am dan Aw. Menurut
penelitian Hildegardis dkk. (2020), diketahui bahwa perbedaan iklim di setiap
daerah dapat mempengaruhi persepsi atau adaptasi masyarakat di dalam gereja.
Melalui beberapa paparan yang telah dikemukakan di atas, dilakukanlah
tinjauan terhadap letak-letak bukaan pada gereja untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap persepsi penghuni berdasarkan tipe iklim tropis yang ada di Indonesia.

Januari – Juni 2022, Vol 2 (1) : hlm 10-19
12

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif
atau perbandingan. Perbandingan pada setiap gereja ini dilakukan untuk
menemukan persamaan atau perbedaan yang berhubungan dengan bukaan terhadap
persepsi kenyamanan termal penghuni didalamnya. Adapun beberapa variabel yang
dijadikan sebagai penekanan dalam studi komparatif ini, yakni.
1. Lokasi. Gereja berlokasi di Indonesia. Lokasi kemudian dipilah
berdasarkan tipe iklim tropis yakni Hutan Hujan Tropis (Af), Monsoon
tropis (Am) dan savana/kering (Aw)
2. Gaya bangunan.
3. Letak, dimensi dan tipe bukaan.
4. Metode penelitian digunakan untuk melihat persamaan dan perbedaan
hasil dari setiap penelitian yang dilakukan. Beberapa metode yang
dijadikan tinjauan yakni : model statis (PMV), model adaptif (regresi) dan
simulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada wilayah beriklim hutan hujan tropis (Af), tinjauan dilakukan pada gereja
Katedral Bogor. Gereja Katedral ini merupakan salah satu gereja yang bergaya
kolonial. Gereja katedral Bogor, memiliki ventilasi yang terletak 70 cm dari
permukaan lantai dan berbentuk bulat



Sumber: Sekatia dkk, 2018
Gambar 1. Letak dan bentuk ventilasi di Gereja Katedral Bogor


Penelitian diawali dengan melakukan pengukuran di lapangan, yang meliputi
pengukuran suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin. Pengukuran dilakukan
pada 15 titik, untuk mengetahui nilai PMV, PPD dan SET yang terjadi pada gereja
dengan menggunakan CBE Thermal Comfort Tool. Hasil pengukuran dilakukan pada
pagi dan sore hari. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai SET tertinggi terjadi
pada pagi hari dan terendah terjadi pada sore hari. Metode lain yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi untuk mendapatkan
vaariabel yang berpengaruh terhadap rendahnya nilai SET yang terjadi di gereja
pada sore dan malam hari. Aliran udara dan letak ventilasi bawah merupakan

Tinjauan Pengaruh Letak Bukaan
Terhadap Persepsi Penghuni pada Gereja -Gereja di Indonesia
(Cornelia Hildegardis)
13
variabel yang dipilih. Hasi penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa letak
ventilasi bawah memberikan pengaruh terhadap kenyamanan termal yang dirasakan
penghuni di dalam gereja(Sekatia, 2015, Sekatia, 2016, Sekatia dkk., 2018). Hal ini
diperkuat dengan penelitian lanjutan yang dilakukan Sekatia dkk. (2020) dengan
membandingkan ventilasi bawah yang berada di gereja Katedral Bogor dan Gereja
Katedral Semarang. Hasil penelitian dari kedua gereja tersebut, menunjukkan bahwa
semakin rendah posisi atau letak bukaan maka akan semakin tinggi kecepatan aliran
udara yang masuk ke dalam bangunan.
Tinjaun penelitian lain yang dilakukan pada wilayah bertipe monsoon tropis
umumnya dilakukan pada gereja-gereja yang berada di Semarang. Sebagai salah satu
wilayah yang memiliki tipe iklim monsoon tropis, Semarang memiliki beberapa
bangunan lama bergaya kolonial seperti Gereja Katedral Semarang dan Gereja
Bleduk serta bergaya lainnya seperti Gereja Santo Petrus Sambiroto. Penelitian yang
dilakukan pada Gereja Katedral Semarang pada tahun 2015 dan 2016, menemukan
bahwa nilai Temperatur Efektif yang berkisar 24,95
O
C, mampu memberikan sensasi
nyaman terhadap subjek yang berada di dalam gereja. Nilai PMV dan PPD yang
diperoleh berdasarkan hasil ukur di lapangan diketahui dipengaruhi oleh kondisi
ventilasi bawah yang berada pada gereja tersebut (Sekatia, 2015, Sekatia, 2016).




Sumber: Sekatia dkk, 2020
Gambar 2. Letak dan bentuk ventilasi di Gereja Katedral Semarang

Penelitian lain yang dilakukan Dewandaru dkk. (2019) pada gereja Santo
Petrus Sambiroto, Semarang pun menemukan bahwa dimensi bukaan mampu
memberikan pengaruh terhadap pergerakan udara maupun nilai Temperatur Efektif.
Dewandaru dkk. (2019) menjelaskan bahwa semakin besar bukaan yang memiliki
wind obstacle maka nilai Temperatur Efektif pun semakin kecil.

Januari – Juni 2022, Vol 2 (1) : hlm 10-19
14

Sumber: Dewandaru et al, 2019
Gambar 3. Bukaan pada Gereja Santo Petrus Sambiroto

Pada Gereja Bleduk, hasil analisis menemukan bahwa zona duduk, kondisi
(terbuka/tertutup), letak bukaan serta waktu ibadah memberikan pengaruh
terhadap nilai PMV yang didapatkan (Carera dan Prianto, 2016). Penelitian yang
dilakukan pda ketiga gereja di Semarang ini, dilakukan menggunakan model statis
dan adaptif.
Penelitian pada wilayah beriklim savana/kering, dilakukan pada Gereja
St.Ignatius Loyola atau lebih dikenal dengan Gereja Tua Sikka. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti pengukuran alat di
lapangan, menggunakan metode statis, menyebaran kusioner untuk mengetahui
adaptasi yang terjadi, maupun menggunakan simul asi Computational Fluid
Dynamics untuk mengetahui aliran udara yang terjadi pada site maupun pada
bangunan.
Penelitian ditekankan pada perbedaan kondisi bukaan, yakni saat terbuka
maupun tertutup. Diketahui bahwa letak bukaan berada 2,5 meter dari permukaan
laintai. Hasil analisa yang didapatkan dari penyebaran kuisioner pun menunjukkan
bahwa sensasi termal yang dirasakan penghuni ketika berada dekat bukaan dengan
kondisi terbuka “lebih nyaman” bila dibandingkan dengan kondisi bukaan tertutup.
Posisi bukaan (jendela) yang berada di atas kepala penghuni, dianggap tidak
memberikan pengaruh terhadap persepsi penghuni, karena kecepatan udara yang
yang mengalir kurang dari 0,1 m/s.


Sumber: Hildegardis, 2021
Gambar 4. Kondisi Bukaan pada Gereja St. Ignatius Loyola, Sikka

Hasil yang telah di paparkan di atas, kemudian dihubungkan dengan
pemilihan zona duduk yang dilakukan penghuni di dalam bangunan. Secara umum
penghuni/umat yang berada di dalam gereja lebih merasa nyaman berada di

Tinjauan Pengaruh Letak Bukaan
Terhadap Persepsi Penghuni pada Gereja -Gereja di Indonesia
(Cornelia Hildegardis)
15
zona/titik yang langsung dialiri oleh angin. Penelitian lanjutan yang dilakukan
Hildegardis dan Wara (2021) pada gereja ini, menemukan bahwa aliran angin yang
mengenai fisik penghuni yang berada di dalam gereja akan mempengaruhi sensasi
termal yang dirasakan.
Hasil menunjukkan bahwa, aliran udara dari utara selatan pada bangunan,
yang langsung masuk melalui pintu yang terbuka lebih berpengaruh terhadap
sensasi termal yang dirasakan oleh penghuni di dalam gereja bila dibandingkan
apabila pintu dalam kondisi tertutup. Hasil dari CFD menunjukkan bahwa kondisi
bukaan yang terbuka ataupun tertutup mampu mempengaruhi aliran udara untuk
masuk ke dalam bangunan.



Sumber: Hildegardis dkk, 2020
Gambar 5. Perbandingan aliran udara yang terjadi pada Gereja Tua Sikka dalam
kondisi tertutup dan terbuka

Hasil analisa maupun pembahasan yang telah dipaparkan berdasarkan
perbedaan lokasi, metode maupun gaya bangunan, memperoleh hasil bahwa
ventilasi bawah yang berada di wilayah bertipe iklim Af dan Am berpengaruh
terhadap aliran udara ke dalam gereja. Setiap metode penelitian yang dilakukan,
secara statis, adaptif maupun simulasi menunjukkan bahwa kondisi bukaan
memberikan pengaruh terhadap nilai PMV bahkan persepsi penghuni di dalam
gereja (tabel 1)

Januari – Juni 2022, Vol 2 (1) : hlm 10-19
16
Tabel 1. Penelitian-penelitian Gereja di Indonesia
Penulis
dan Tahun
Judul Metode Hasil Kesimpulan
Augi Sekatia,
Erni
Setyowati,
Gagoek
Hardiman
(2018)
Thermal
Condition of
passive cooling
system in Bogor
Catedral Church
Menggunakan
pengukuran di
lapangan untuk
memperoleh
nilai
Temperatur
Efektif
Zona yang
berdekatan
dengan
ventilasi
bawah
mempengaru
hi nilai
Temperatur
Efektif
Penerapan ventilasi bawah
pada gereja mempunyai
peranan terhadap hasil
pengukuran terhadap suhu,
kelembaban udara maupun
kecepatan angin
Augi Sekatia,
Erni
Setyowat,
Gagoek
Hardiman
(2015)
Efektivitas
Ventilasi Bawah
Terhadap
Kenyamanan
Dan PMV
(Predicted Mean
Vote) Pada
Gereja Katedral,
Semarang
Metode Statis
(PMV) dan
Persepsi
Titik paling
nyaman
memiliki TE
24,97
OC
Ventilasi bawah (desain
bangunan) merupakan
variabel bebas yang
memberikan pengaruh
terhadap nilai PMV maupun
respon subjek di dalam
gereja
Augi Sekatia
(2016)
Nilai Predicted
Mean Vote
(PMV) Pada
Bangunan
Dengan Sistem
Perkondisian
Udara
Campuran
PMV dan
persepsi
Gereja masuk
dalam
kategori
Nyaman
Berdasarkan nilai PMV
diketahui bahwa zona
tempat duduk yang dekat
dengan lubang ventilasi
lebih memberikan sensasi
nyaman.
Adela Carera
dan Eddy
Prianto
(2016)
Karakter
Kenyamanan
Thermal Pada
Bangunan
Ibadah Di
Kawasan Kota
Lama, Semarang
PMV
Nilai PMV
yang
diperoleh
memberikan
kondisi
hangat dan
tidak nyaman
Adela
Carera, Eddy
Prianto,
Bambang
Supriyadi
(2016)
Zona Nyaman
Beraktifitas
Ibadah
Di Kawasan Kota
Lama Semarang

Zona duduk,
kondisi
bukaan dan
Waktu
merupakan
faktor yang
mempengaru
hi nilai PMV
Ardian
Dewandaru,
Wahyu Setia
Budi,
Gagoek
Hardiman
(2019)
Pengaruh Desain
Penghawaan
Terhadap
kondisi termal di
Gereja Santo
Petrus
Sambiroto
Semarang
Pengukuran
lapangan untuk
mendapatkan
nilai
Temperatur
Efektif
Kecepatan
angin yang
masuk ke
dalam
bangunan
mampu
menurunkan
nilai
Temperatur
Efektif.
Bukaan mempunyai peran
terhadap kondisi termal
yaitu semakin besar bukaan
maka semakin besar pula
pergerakan udara yang ada
dan semakin kecil suhu
efektifnya

Tinjauan Pengaruh Letak Bukaan
Terhadap Persepsi Penghuni pada Gereja -Gereja di Indonesia
(Cornelia Hildegardis)
17
Cornelia
Hildegardis,
Anak Agung
Ayu Oka
Saraswati, I
Dewa Gede
Agung
Diasana
Putra, Ni
Ketut
Agusintadew
i (2021)
Comparison of
Static Model,
Adaptation
Study, and CFD
Simulation in
Evaluating
Thermal
Comfort Based
on Köppen
Climate
Classification
System in
Churches in
Indonesia
Pengukuran
lapangan
menggunakan
alat, kuisioner
dan CFD
Perubahan
kondisi
bukaan
mempengaru
hi kecepatan
dan aliran
udara ke
dalam
bangunan,
yang
mempengaru
hi respon
kenyamanan
termal subjek
di dalam
gereja.
rendahnya kecepatan angin
dapat menyebabkan
tingginya nilai suhu
Sehingga zona duduk yang
berdekatan dengan bukaan
dapat memberikan kesan
nyaman karena mampu
mempertahankan
temperatur pada kondisi
yang sama dengan
lingkungan.
Cornelia
Hildegardis,
F.A. Wara
(2021)
Hubungan yang
dibentuk Faktor
Iklim, Desain
Bangunan,
Psikologis Dan
Fisik Fisiologis
Terhadap
Kinerja Termal
Bangunan Di
Wilayah
Beriklim Tropis
Kering Di
Kabupaten
Sikka, Nusa
Tenggara Timur

Aliran udara
yang masuk
ke dalam
bangunan dan
langsung
mengenai
fisik penghuni
dalam
bangunan
mampu
memberikan
pengaruh
terhadap
sensasi termal
yang
dirasakan
Sumber: analisis literatur, 2022

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan perihal ”Pengaruh Letak Bukaan Terhadap Persepsi
Penghuni Pada Gereja-Gereja Di Indonesia” maka dapat disimpulkan bahwa
semakin dekat bukaan yang berada dalam kondisi terbuka terhadap titik/zona
keberadaan subjek/orang, maka akan meningkatkan nilai kenyamanan subjek
terhadap ruang dalam bangunan tersebut. Hal ini disebabkan oleh aliran angin yang
secara langsung bersinggungan dengan kulit manusia dapat langsung memberikan
sensasi termal yang ”lebih nyaman” bila dibandingkan dengan yang tidak terkena
aliran udara secara langsung. Hal ini berlaku pada semua tipe wilayah beriklim
tropis di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
perancangan bukaan pada bangunan di Indonesia terutama yang memiliki gaya
bangunan ataupun fungsi bangunan yang serupa.


DAFTAR PUSTAKA

ALAHUDIN, M. 2012. Kenyamanan Termal Pada Bangunan Hunian Tradisional
Toraja. MUSTEK ANIM HA , 1, 168-177.
ALFATA, M. N. F., HIRATA, N., KUBOTA, T., NUGROHO, A. M., UNO, T.,
ANTARYAMA, I. G. N. & EKASIWI, S. N. 2015. Thermal comfort in naturally

Januari – Juni 2022, Vol 2 (1) : hlm 10-19
18
ventilated apartments in Surabaya, Indonesia. Procedia Engineering, 121,
459-467.
ARDIYANTO, A., DJUNAEDI, A. & SURYABRATA, J. A. 2015. The Architecture of
Dutch colonial office in Indonesia and the adaptation to tropical climate.
International Journal of Scientific and Research Publications, 5, 1-
7.
ARIFAH, A. B., ADHITAMA, M. S. & NUGROHO, A. M. 2017. Pengaruh bukaan
terhadap kenyamanan termal pada ruang hunian rumah susun
Aparna Surabaya. Brawijaya University.
BUA'TODING, J. & KINDANGEN, J. I. 2014. Kenyamanan Termal Pada Rumah Tepi
Sungai “Studi Kasus Rumah Tepi Sungai Kahayan Di Kota Palangka Raya”.
MEDIA MATRASAIN, 11, 33-42.
CARERA, A. & PRIANTO, E. 2016. Karakter Kenyamanan Thermal pada Bangunan
Ibadah di Kawasan Kota Lama, Semarang. Prosiding SNST Fakultas
Teknik, 1.
DEWANDARU, A., BUDI, W. S. & HARDIMAN, G. 2019. Pengaruh Desain
Penghawaan terhadap Kondisi Termal di Gereja Santo Petrus Sambiroto
Semarang. ARSITEKTURA , 17, 231-248.
FEBRIANTI, N. Perubahan Zona Iklim di Indonesia Dengan Menggunakan Sistem
Klasifikasi Koppen. Prosiding Workshop Aplikasi Sains Atmosfer
LAPAN, 2008.
HILDEGARDIS, C. 2021. Kenyamanan Termal pada Gereja St. Ignatius
Loyola, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara
Timur. Doktoral Disertasi Udayana.
HILDEGARDIS, C., SARASWATI, A., GEDE, I. D., PUTRA, A. D. & DEWI, N. K. A.
2020. Comparison Of Thermal Comfort Based On Köppen Climate
Classification In Churches In Indonesia.
HILDEGARDIS, C. & WARA, F. A. 2021. HUBUNGAN YANG DIBENTUK FAKTOR
IKLIM, DESAIN BANGUNAN, PSIKOLOGIS DAN FISIK FISIOLOGIS
TERHADAP KINERJA TERMAL BANGUNAN DI WILAYAH BERIKLIM
TROPIS KERING DI KABUPATEN SIKKA, NUSA TENGGARA TIMUR.
SAINSTEK, 5, 27-39.
KARYONO, T. H., SUWANTARA, I. K., NUGRAHAENI, R., SUPRIJANTO, I. &
VALE, R. Temperature performance and thermal comfort study in vernacular
houses in East Nusa Tenggara, Indonesia. Proceedings of 7 th Windsor
Conference: The changing context of comfort in an unpredictable
world Cumberland Lodge , Windsor, UK, 2012. 12-15.
KOENIGSBERGER, O. H. 1975. Manual of tropical housing & building, Orient
Blackswan.
KOTTEK, M., GRIESER, J., BECK, C., RUDOLF, B. & RUBEL, F. 2006. World map
of the Köppen-Geiger climate classification updated.
KUMURUR, V. A. 2018. ‘ Adaptasi Bangunan Gaya Arsitektur Kolonial Belanda
terhadap Iklim Tropis Kota Manado’. Jurnal Lingkungan Binaan
Indonesia, 13, 32-37.
LUKYTA, A., NUGROHO, A. M. & ADHITAMA, M. S. Kajian Bukaan Terhadap
Pendinginan Alami Ruangan Pada Bangunan Kolonial Di
Malang. Brawijaya University.
MOHAMMAD , P. S. Heat Removal Using the Hollow Roof in the Javanese House.
MATEC Web of Conferences , 2016. EDP Sciences, 04003.

Tinjauan Pengaruh Letak Bukaan
Terhadap Persepsi Penghuni pada Gereja -Gereja di Indonesia
(Cornelia Hildegardis)
19
PRASETYO, Y. H. 2016. Analisis Kinerja Termal dan Aerodinamis pada Rumah
Tradisional Batak Toba Menggunakan Simulasi Digital dan Pengukuran
Lapangan. Widyariset, 2, 131-142.
PURWANTO, L. 2005. Kenyamanan Termal pada Bangunan Kolonial Belanda di
Semarang. DIMENSI (Journal of Architecture and Built
Environment), 32.
SANTOSA, M. 2004. Harmoni di lingkungan tropis lembab: Keberhasilan bangunan
kolonial. DIMENSI (Journal of Architecture and Built
Environment), 29.
SEKATIA, A. 2015. Efektivitas Ventilasi Bawah Terhadap Kenyamanan Dan Pmv
(Predicted Mean Vote) Pada Gereja Katedral, Semarang. AGORA: Jurnal
Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti, 15.
SEKATIA, A. 2016. Nilai Predicted Mean Vote (PMV) Pada Bangunan
Dengan Sistem Perkondisian Udara Campuran (Studi Kasus: Gereja
Katedral Semarang).
SEKATIA, A., SETYOWATI, E. & HARDIMAN, G. Thermal condition of passive
cooling system in Bogor Cathedral Church. IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science, 2018. IOP Publishing, 012044.
SEKATIA, A., SETYOWATI, E. & HARDIMAN, G. 2020. On the Comparison of
Thermal Comfort Performances in Dutch Style Churches with Low Ventilation
in Hot-Humid Tropical Region. Civ. Eng. Archit, 8, 1419-1435.
SUWANTARA, I. K., DAMAYANTI, D. P. & IWAN, S. 2012. Karakteristik Termal
Pada Uma Lengge Di Desa Mbawa Nusa Tenggara Barat. DIMENSI
(Journal of Architecture and Built Environment), 39, 5-14.