PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

144

ELEMEN-ELEMEN ESTETIS KOMPOSISI TARI

oleh
I Wayan Mastra
i
, Luh Putu Pancawati
ii

E-mail: [email protected], [email protected]
FKIP, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

ABSTRAK
Dalam seni pertunjukan tari yang professional mengenal elemen-elemen
Estetis Komposisi Tari, yaitu menata gerak-gerak tari sesuai dengan tingkatan
estetis pandangan kemampuan penata dan penonton. Tari yang baik adalah tari yang
bisa “memuasakan hati penonton”, karena sebuah pertunjukan dihadapkan oleh
semua lapisan masyarakat, oleh karena itu persiapan yang matang sangat
diutamakan dalam pencapaian tujuan oftimal.
Tari-tarian Indoneia banyak macam dan jenisnya, yang mana masing-
masing mempunyai ciri has dan fungsi tersendiri. Untuk pencapaian pertunjukan
tari yang edial memerlukan elemen-elemen komposisi tari, salah satu diantaranya
adalah musik, baik sebagai iringan tari maupun sebagai pengiring tari. Fungsi musik
dalam tarian saling keterkaitan dengan gerak tari. Untuk itu pertunjukan tari dalam
penyajiannya tidak terlepas dengan musik serta unsur-unsur persyaratan lainnya.
Tujuan penelitian secara umum meletrarikan kesenian Indonesia. Tujuan
khususnya yaitu untuk memperdalam tentang elemen-elemen estetis komposisi tari
yang terkandung dalam seni tari Indonesia. Metode digunakan yaitu metode analisis
deskretip. Bentuk penelitian kualitatif. Sumber data dapat diimput melalui berbagai
sumber buku yang valid dengan obyek penelitian.
Kata Kunci : Elemen-Elemen Estetis Komposisi Tari

PENDAHULUAN
Tari adalah ekpresi jiwa manusia ritmis dan indah. Terwujud dan terbentuk
sebuah karya seni khususnya seni Tari adalah atas dasar ilmu pengetahuan elemen-
elemen estetis komposisi tari. Elemen-elemen itu adaah pundamental komposisi,
yaitu susunan posisi letak suatu gerak yang dilakukan bedasarkan nilai estetis
penata. Yang dimaksud Elemen-elemen estetis itu adalah: gerak, pola lantai, desain
atas, musik, komposisi kelompok, desain dramatik, denamika, tema dan
pemanggungan.
Dalam penataan gerak atau mengkomposisikan gerak tari memerlukan
penanganan yang serius, (tidak semata-mata seperti semudah membalikan telapak

PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

145

tangan). Penanganan itu dimaksud adalah, proses awal sampai terbentuk penyajian
tari. Proses awal disebut penjajagan (ekplorasi), kerja mandiri (evaluasi), memilih,
penggabungan, kerja studio, kerja kelompok, rangkaian dan bentuk utuh. Dalam
penanganan kesenian yang lebih konsisten harus diperhatikan teori-teori yang
relevan dan valid keberadaannya, diantaranya teori tari, teori kompossi, teori
koriografy, estetika dan structural fungsional.
Tari dapat diketengahkan adalah isi curahan jiwa manusia yang indah, yakni
dalam wujud gerak yang sudah disetilirisasi, sehingga menjadi bentuk tari. Dalam
pemilihan gerak tari dapat dibagi dua, yaitu gerak wantah (murni) dan gerak sudah
punya arti (maknawi). Gabungan kedua gerak ini menjadi rangkaian gerak tari,
tetapi yang sebelum mengalami proses pengolahan (stilirisasi) belum dapat disebut
gerak tari. Adapun contoh-contoh gerak murni diantaranya tangan bergetar, busung
badan, kaki bergetar. Contoh gerak yang sudah punya arti (maknawi) adalah seperti
gerak keseharian, diantaranya gerak menunjuk (nuding), ngangguk, ulap-ulap
(silau), mekipekan, ngeteb dan sejenisnya. Tari dipandang juga sebagai gerak estetis
ungkapan seni melalui media gerak yang masih abstarak, walaupun demikian
penataan tari masih relevan saat ini baik sebagai penunjang adat, agama dan sebagai
hiburan. sehingga perlu ditindak lanjuti sebagai obyek penelitian.
METODE
Metodelogi yang digunakan di sini adalah metode trianggulasi, yaitu
dengan evaluasi, wawancara dan sumber buku. Evaluasi, yaitu hasil pengamatan
dari sejak lama tentang isi unsur-unsur tari Jawa dan Bali. Wawancara dilakukan
dengan tidak berstruktur, yaitu peneliti mempertimbangakan situasi dan kondisi
obyek yang dituju; Berdasarkan buku, yaitu beberapa buku bacaan yang valid
untuk tari. Diantaranya buku Tari-Tarian Indonesia I dan buku tari yang mengupas
tentang nilai-nilai estetis tari tradisional maupun tari kreasi baru, terutamanya
mengenai unsur-unsur dasar sebagai konsep seni itu sendiri. Untuk itu metodologi
sangat penting untuk menentukan sumber data yang jelas dan valid diperoleh
sebagai pembentukan hasil penelitian ini.

PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

146

HASIL DAN PEMBAHASAN
Seperti yang telah diuraikan di atas tentang Elemen-Elemen Estetis
Komposisi Tari diharapkan bisa bermanafaat bagi siswa yang mendalami seni
Drama, Tari dan Musik khususnya seni tari. Seperti apa yang dimaksud dalah
sebagai berikut :
1) Gerak, adalah yang paling tua umurnya. Tari merupakan alat komunikasi
terhadap penonton lewat gerak-gerak keseharian yang sudah mengalami proses
keindahan/ stirisasi sehingga terwujud gerak tari, disesuikan dengan tema yang
sudah ditentukan. Dalam gerak tari tanpa ada pengolahan berarti belum bisa
disebut tari seperti gerak bayi baru lahir. Untuk itu media utama tari adalah
gerak, penuh atas pergolakan dukungan ruang dan waktu.
Bertalian dengan bentuk tari dalam sebuah analisis gerak tari, yaitu:
Bentuk, adalah gabungan atau rangkaian dari bagain-bagian garapan itu,
sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Atau istilah lainnya adalah rangkaian
dari beberapa unsur yang menyatu, sehingga menjadi wujud atau bentuk
(dalam pengertian scup yang lebih kecil. Dalam pengertian bentuk gamelan dan
tari sebagai suatu contoh, pengertiannya yaitu tingkatannya: unsur, motif, pola
dan kalimat/ prase (dalam bentuk Bahasa). Penegertian unsur adalah gerak
terkecil dari suatu tari, contohnya dalam gerak jeriring, ngepel, nuding dan
sebagainya. Pengertian motif yaitu rangkaian beberapa unsur menjadi satu,
Pengertian pola yakni kesatuan beberapa motif menjadi satu. Sedangkan arti
kalimat yaitu pengertiannya yang sudah mempunyai arti. Bentuk sangat
penting untuk mengidenfikadi suatu wujud, karena tanpa bentuk sulit untuk
menunjukan identitasnya. Dengan itu pada umumnya dalam wujud kesenian
ada yang bentuk kecil sampai bentuk besar. Teknisnya seorang
pengamat/peneliti harus melihat dari semua/berbagai sudut dan arahnya
menyeluruh.
2) Pola Lantai, yaitu suatu disain lanatai yang nampak terlukis di atas lantai,
dimana prosesnya dapat dibagi dua, yaitu pola lantai berbentuk

PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

147

melengkung/bundar dan pola lantai berbentuk lurus. Kedua desain ini
mempunyai filosofis mendalam.
Desain lantai berbentuk meingkar mempunyai kesan lemah, dalam fungsi
psikologi berfungsi untuk kesatuan dan pesatuan, sebagai ritual dijadikan
pedoman dalam untuk batas-batas wewenang pelaksanaan ritual. Contohnya
tari Kecak, tari Rejang Dewa dan sebagainya.
Desain berbentuk lurus, yaitu mempunyai kesan kuat, tangkas, jantan dan
sebagainya, mempunyai filosofis: dalam menentukan sikap yang kesatria harus
menuju tujuan yang lusus. Contoh salah satunya pada tari Baris Gede.
Berikut ini beberapa contoh Pola Lantai Desain Lurus dan Lengkung pada
tarian Tradisional Bali klasik. Disain Lurus dan dan lengkung pada umumnya
(bisa digambarkan dengan hurup/angka.
Kedua bentuk garis ini bisa dikombinasi lagi bermacam-macam garis, seuai
dengan ide penata tari/gerak. Biasanyanya disesuaikan dengan penataan
panggung/stage yang disiapkan dan dipertimbangkan dengan segi efek arah
penonton (Mastra I Wayan, 2018).
3) Desain atas, desain atas adalah suatu desain di atas pentas yang nampak terlukis
di udara diakibatakan banyaknya gerak yang beraneka warna yang dilakukan.
Desain ini nampak jelas dilihat dari depan arah penari/satu focus. Bayak gerak
yang beraneka warna, diantaranya adalah gerakmurni, kontras, bersudut,
berimbang dan sebaginya. Oleh Sudarsono,1978:82) menyebutkan desain atas
ini jumlahnya 18 motif, masing-masing mempunyai daya sentuhan dan kesan
tersendiri.
4) Musik Iringan, musik dalam hal ini adalah musik gamelan (pentatonis), yaitu
dalam penampilan tari yang lengkap mesti musik tidak tak tertinggalkan, sebab
fungsi dalam tari musik sangat menentukan, baik sebagai rangka bentuk tari,
sebagai fatner tari, sebagai mengisi suasana, sebagai menopang gerak tari,
sebagai merangsang gerak, sebagai menentukan hitungan menitan dalam
penyajian. Dalam penyajian musik Bali dan Jawa dapat dipilah menjadi dua
pengertian, yakni fungsi musik sebagai iringan tari dan fungsi musik sebagai
pengiring tari, (Senen I Wayan, 1982/1983:410).

PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

148

Fungsi musik sebagai iringan tari, yaitu dalam pengisian
penyajiannya/pada penampilannya saling mendukung atau saling mengisi dan
mengurangi dalam pencapaian keharmonisannya. Dengan itu tidak jarang
koriografer dan penata musik/musisi tetap harus komonikasi untuk
memperlancar terwujudnya bentuk penyajian tari tersebut. Contohnya berbagai
bentuk dan jenis tari pelegongan, seperti tari lepas: rejang, panyumbrama,
kijang kencana, merak, wiranata, tani dan seterusnya. Dengan ini karena gerak
dan musiknya sudah ditentukan sedemikian rupa/berfakem, maka pemain
musik ada peluang untuk bernafas.
Fungsi musik sebagai pengiring tari, adalah dalam penampilan keduanya
gerak tari mendominir musik artinya gerak tari ememberi kode atau aba-aba
pada musik. Untuk itu tidak dibenarkan selaku pemain kendang dan pemain
ugal beserta peserta lainnya tidak mengikuti gerak tari. Adapun contohnya
dalam penyajian ini adalah tari Baris Tunggal, Barong, Topeng panca/pajegan,
rangde, arja dan sejenisnya
Penyajian tari beserta musik yang akurat dalama penampilannya yang
menjadi prioritas adalah musik hidup, sedangkan musik rekaman kurang
menjadi hidup. Kelemahan pakai musik rekaman tidak disediakannya fasilitas
yang memadai. Keuntungannya adalah dapat menghemat biaya dan dari segi
stabilitas atau tempo lagu yang digunakan tetap ajeg, sehingga kekompakan
tarian diterapkan menjadi lebih sempurna/konsisten daripada pakai musik
hidup.
Fungsi intrumen/alat musik tradisional tarian Bali yaitu:
a. Sebagai guru Lagu: kajar/tawa-awa, Gong dan kecek.
b. sebagai pemegang irama lagu adalah Kendang.
c. Sebagai pemangku lagu adalah ugal/giying.
d. Sebagai pemurba irama adalah Gong/kempul
e. Sebagai penegas gerak mata kemong/klentong
f. Sebagai membentuk jalinan melodi gangsa/kantilan dan reong.
g. Sebagai penyambung dan pemanis lagu adalah suling/rebab.
h. Sebagai tetenger/motifasi gerak adalah terompong dan ugal.

PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

149

5) Komposisi Kelompok, adalah garapan tari berkelompok berlaku untuk
pementasan yang bersifat kolosal atas pertimbangan panggung yang berkala
besar. dengan pengertian itu penataan kelompok besar maupun kelompok kecil
perlu ditata dalam pencapaian keseimbangan panggung dilihat dari arah
penonton, Dimana teknisnya bisa antara kiri dan kanan ganjil maupun jumlah
genap. Komposisi kelompok ini tidak hanya untuk keseimbangan panggung
saja, tapi dapat memperkaya penataan mengatur komposisinya beserta
mendapatkan penyajian lebih meriah. Dan yang lainnya untuk pemenuhan
panggung dalam penari yang minim, dapat dilakukan dengan property yang
panjang, seperti kain panjang, peralatan dan teknik melempar alat yang kecil.
Adapun ciri-ciri komposisi kelomok adalah: (a) kompak/serempak, (b)
bergantian/selang-seling, (c) berimbang, (d), berurutan/mengalir (e) kontras,
(f) patah-patah (strakato), (g) mengalun dan (h) terpecah.
a) Kompak, yaitu gerak dengan hitungan sama dilakukan pula gerak secara
bersamaan. Ketentuan ini bida dicapai dengan level yang sama atau tingkat
organ tubuh pemaian yang sama tinggi dan besarnya.
b) Bergantian, yaitu gerak dilakukan secara berurutan dengan beda hitungan,
juga bisa dicapai dengan level yang berbeda, juga dengan warna gerak yang
berbeda posisi.
c) Berimbang, yaitu gerak yang kanan dan kiri bentuknya sama, juga dapat
diartikan antara posisi kanan dan kiri sama jumlahnya.
d) Berurutan, adalah gerak dilakukan secara berstruktur, yakni gerak pertama
menjadi panutan, yang berikutnya mengikuti, atau bisa dicapai dengan
hitungan yang berbeda (ganjil-genap).
e) Kontas, adalah gerak yang kanan belawanan dengan gerak yang kiri, atau
pembagian pola lantai penari berbeda jumlahnya.
f) Patah-patah, yaitu gerak tanpa melakukan gerak mengalun, yakni bisa
dilakukan dengan gerak mengikuti jarum jam, yang tenanannya terputus-
putus.

PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

150

g) Mengalun, yaitu gerak yang dilakukan secara mengalir, dengan penekanan
yang ada gelombang-gelombangnya, seperti mengikuti derunya ambak di
laut.
h) Terpecah, adalah gerak sama beda dilakukan, tetapi menyatu dalam tema
yang disampaikan dalam keutuhan.
6. Desain Dramatik, adalah suatu disain tanjakan emosional yang menyerupai
gambar gunung, yaitu dalam proses pencapaiannya baik saat dimulai,
tanjakan sampai di penghujung kalimak sampai penurunan harus
dipertimbangkan dengan matang dalam suatu garapan, tanpa memperhatikan
desain ini dalam pencapaian ketertarikan penyajian tidak tercapai. Maka dari
itu penting artinya disain ini menjadisuatu pertimbangan tersendiri bagi penata.
Desain ini dapat dibagi dua yaitu disain kerucut Tunggal dan kerucut Berganda.
Dimana masing-masing desin ini mempunyai fungsi baik untuk garapan
dramatari maupun untuk tari tunggal. Adpuan fungsi disain yang dimaksud
adalah: Desain kerucut berganda akan baik untuk menggarap jenis tari-tarian
tunggal. Desain kerucut tunggal akan baik untuk menggarapa tari-tarian
lepas/sejenis pelegongan. Untuk lebih jelasnya gambaran desain kerucut yang
dimaksud adalah berikut, oleh Sudarsono, dalam Tebok Kusdiardjo,1982:49):
B B


A C A C
Gb. Kerucut Tunggal Gb. Kerucut
Berganda
7. Dinamika, istilah dinamika dalam gamelan adalah ngumbang dan ngisep
ataupun tebal tipis (Bali). Dinamika sangat penting yang mengandung arti
keras lembut dalam suatu tarian. Tanpa dinamika seorang pemain akan
kewalahan untuk menahan gerak yang kuat, maka diperlukan ada kendo
sebagai menyeimbangkannya. Untuk itu dalam suatu garapan musik maupun

PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

151

tari memerlukan dinamika, sehingga menjadi hidup dalam penampilannya
(Sumndiyo Y. Hadi,1982:45).
8. Tema, tema dalam tari sangat penting, karena tema merupakan sumber pokok
untuk menentukan gambaran atau simbol cerita dari suatu penataan tari. Maka
dari itu oleh Sudarsono, 1986:19) mnyatakan ada 5 tes untuk menentukan tema
sebelum memulai suatu garapan berupa pertanyaan mendasar, yaitu: (1)
keyakinan; (2) orisinalitas; (3) dapatkah dilakukan; (4) dimanakah berada?; (5)
untuk apakah tema itu?.
1) Keyakinan yang dimakasusd adalah koriografer mempunyai kepercayaan
atas pengalaman pribadi. Pengalaman itu baik hubungannya dengan
observasi, religius maupun dengan banyak membandingkan keunggulan
karyanya dengan karya orang lain. (Observasi, 2 Februari 2014) di
lingkungan masyarakat Hindu Bali.
2) Orisinalitas, yaitu dalam pemilihan tema yang baik harus
mempertimbangkan obyek yang belum dapat digarap oleh orang lain.
3) Dapatkah dilakukan, maksudnya adalah dalam kemampuan penata yang
takterbatas, maka perlu mempertimbangkan pendukung dan sarana-
prasarana yang dapat menopangnya.
4) Dimanakah berada, yaitu penata harus menyesuaikan dengan desa kala ptra
atau situasi-kondisi lingkungan setempat.
5) Untuk apakah tema itu, artinya keputusan tujuan yang pasti merupakan
konsep pikiran, harus dijadikan focus menjawab pertanyaan itu. Apabila
seteah terjawab pertanyaan itu baru melangkah proses tindakan
keberikutnya.

PENUTUP
Kesimpulan
Elemen-elemen Komposisi tari sangat penting untuk menentukan daya
estetis penyajian pertunjukan professional, tanpa komposisi dalam suatu
pertunjukan tunggal/kelompok atau kalosal akan kurang baik dilihat penonton.

PROSIDING: WIDYADHARMA I
Inovasi Pembelajaran Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

152

Semua elemen yang telah dibahas di atas tersebut merupakan konsep dasar dalam
pencapaian pertunjukan tari professional di Indonesia.
Saran-Saran
Bagi peneliti dan pengguna, bagi peneliti dan pengguna berikutnya yang
mendalami pengetahuan ini harus cermat dan faham memilih akan banyaknya
unsur-unsur teori tari yang belum dapat dibahas di sini. Maka dari itu dibutuhkan
lagi penelitian lebih cermat lagi, karena hasil penelitian ini sangat terbatas
keberadaannya.

REFERENSI
Sukaraka I Gede, 1976. Managemen Produksi Tari. Denpasar: Asti Bali
Sumandiyo, Y Hadi, 1982. Kreativitas Tari. Yogyakarta: ASTI Yogyakarta.
Sudarsono, 1986. Tebok Kusdiardjo,1982. Pengetahuan Elemen-Elemen
Komposisi Tari I. Yogyakarta: ASTI Yogyakarta.
Senen I Wayan, 1982/1983. Pengetahuan elemen-elemen Musik atau Tari.
Yogyakarta:ASTI.

Sudarsono, 1982. Tari-Tarian Indonesia I. Yogyakarta: ASTI Yogyakarta.

Mastra I Wayan, 2018. Musik Tari. Denpasar: IKIP PGRI Bali Denpasar.

Biodata
Nama : Drs. I Wayan Mastra, M.Si
Tempat dan Tanggal Lahir : Tabanan, 31 Desember 1960.
Alamat : Jln. Ratna Gg. Jempiring No 8 Tonja Denpasar
Utara
Pekerjaan : Dosen

Nama : Luh Putu Pancawati
Tempat dan Tgl. Lahir : Sengguan Kawan Gianyar, 06 Januari 1967.
Tempat Tinggal : Jln Raya Andong Gg Padi 2 No. 5Br. Abangan
Peliatan Ubud,
Pekerjaan : Dosen