PENGARUH STATUS GIZI TERHADAP KUALITAS HIDUP ORANG
DENGAN HIV/AIDS (ODHA) YANG MENERIMA TERAPI
ANTIRETROVIRAL

Rizka Gia Novita
1
, Rico Januar Sitorus
2
, Novrikasari
3

1
Mahasiswa Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya, Indonesia
2-3
Prodi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sriwijaya, Indonesia
e-mail: [email protected]


ABSTRACT
Background: Quality of life in people living with HIV/AIDS (PLWHA) is an important component of
evaluating treatment. In other hand, nutritional status plays an important part in disease progression,
which eventually affects the quality of life. Therefore, the correlation between nutritional status and
quality of life must be further studied.
Objective: to study the correlation between nutritional status and quality of life of PLWHA receiving
ART
Methods: cross-sectional analytical research using Body Mass Index (BMI) and WHOQOL-HIV BREF
Questionnaire to evaluate the quality of life of PLWHA. Bivariate and multivariate analysis were done
using chi-square and logistic regression, respectively.
Results: The results showed that there was no relationship between nutritional status and quality of
life. This study found a relationship between age, stigma, and depression with quality of life in people
living with HIV who received ARVs.
Conclusion: The integration of psychologists in the treatment of HIV/AIDS is also recommended
considering that depression plays a role in the quality of life of PLWHA. Education to the community to
reduce stigma should also be carried out.
Keywords: Nutritional status, Quality of Life, People Living With HIV/AIDS, Antiretroviral Therapy


ABSTRAK
Latar Belakang : Kualitas hidup Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan komponen penting
dalam menilai keberhasilan terapi. Di sisi lain, status gizi ODHA berpengaruh terhadap progresivitas
penyakit yang berdampak pada kualitas hidup. Oleh karena itu, hubungan antara status gizi dan
kualitas hidup perlu diketahui lebih lanjut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh status gizi terhadap kualitas hidup ODHA
yang menerima terapi ARV.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-sectional yang meneliti status gizi
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kualitas hidup ODHA yang dinilai dengan kuesioner
WHOQOL-HIV BREF. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat
menggunakan uji regresi logistik.
Hasil: Tidak didapatkan adanya hubungan antara status gizi dan kualitas hidup. Penelitian ini
menemukan hubungan antara usia, stigma, dan depresi dengan kualitas hidup pada ODHA yang
menerima ARV.
Simpulan: Integrasi psikolog di dalam penanganan HIV/AIDS juga dianjurkan mengingat depresi
berperan dalam kualitas hidup ODHA. Penyuluhan kepada masyarakat untuk mengurangi stigma juga
sebaiknya dilakukan.

Kata Kunci: Status gizi, kualitas hidup, Orang Dengan HIV/AIDS, Terapi Antiretroviral

595

PENDAHULUAN
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
merupakan sejenis virus yang dapat
melemahkan sistem imun. Semakin lemah
imunitas tubuh, semakin banyak patogen
yang dapat menginfeksi tubuh yang akan
menyebabkan kondisi Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di
Indonesia pada triwulan kedua tahun 2021
hampir mencapai 10.000 orang, di mana
sekitar 70%nya menerima terapi
antiretroviral (ARV).
1

Kualitas hidup ODHA merupakan
komponen penting dalam menilai
keberhasilan terapi. Disisi lain, status gizi
ODHA berpengaruh terhadap progresivitas
penyakit yang berdampak pada kualitas
hidup. ODHA rentan mengalami penurunan
kualitas hidup dikarenakan kesehatan fisik
yang menurun maupun stigma dari diri
sendiri dan masyarakat. ODHA juga
ditemukan memiliki asupan yang kurang,
perubahan laju metabolik tubuh, dan
perubahan pada sistem pencernaan, yang
berakibat pada kondisi malnutrisi. Kondisi
ini akan semakin menurunkan sistem imun
tubuh, yang akan berisiko menimbulkan
infeksi oportunistik.
2
Karena masih
sedikitnya penelitian yang menunjukan
bukti hubungan status gizi dengan kualitas
hidup ODHA, maka penelitian ini bertujuan
untuk meneliti pengaruh status gizi
terhadap kualitas hidup orang dengan
HIV/AIDS yang menerima terapi ARV.


METODE
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
cross-sectional yang mencari hubungan
antara status gizi dengan kualitas hidup
orang dengan HIV/AIDS yang menerima
terapi ARV. Populasi studi penelitian ini
adalah ODHA yang mengakses fasilitas
kesehatan di Kota Jambi dan di Yayasan
Kanti Sehati. Kriteria inklusi yang dipakai
adalah ODHA yang mampu berkomunikasi
dengan baik dan bersedia menjadi
responden penelitian.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini
yaitu ODHA yang terganggu kejiwaannya
sehingga dapat me nghalangi dalam
memahami dan mengisi kuesioner dan
ODHA yang mengalami ketidaknyaman
fisik seperti pusing dan nyeri saat penelitian
berlangsung sehingga tidak memungkinkan
untuk melanjutkan pengisian kuesioner.
Sampel kemudian diambil
menggunakan teknik purposive sampling
dengan sampel minimum 235. Variabel
yang diteliti adalah karakteristik responden
(usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
penghasilan, status pernikahan, durasi
menderita HIV, dan durasi terapi ARV),
stigma yang diterima menggunakan HIV
stigma scale oleh Beger, status depresi
menggunakan kuesioner PHQ-9 (“Patient
Health Questionnaire-9”), Indeks Masa
Tubuh (IMT), dan kualitas hidup responden
yang dinilai menggunakan WHOQOL-HIV
BREF (“World Health Organization Quality
of life-HIV Bref”). Status depresi pasien
dikategorikan menjadi “depresi” dan “tidak
depresi” sedangkan stigma ODHA dibadi

596

menjadi “stigma rendah” dan “stigma tinggi”.
IMT dibagi menjadi “gizi tidak normal” (IMT<
17,0-18,4, IMT 25,1 sd>27) dan gizi normal
(IMT 18,5 sd 25). Kualitas h idup
dikategorikan menjadi “kualitas hidup
kurang baik” (skor < mean 13,82) dan
“kualitas hidup baik” (skor ≥ mean 13,82).
Seluruh Variabel kemudian akan dianalisis
secara univariat, bivariat, dan multivariat.
Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji
chi-square dan analisis multivariat
menggunakan uji regresi logistik ganda.

HASIL
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1,
dari 235 responden, mayoritas berusia di
atas 30 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
memiliki pekerjaan dan penghasilan di atas
UMR, dan belum menikah. Kebanyakan
responden juga memiliki status gizi yang
normal, durasi terinfeksi HIV kurang dari
lima tahun, dan durasi pengobatan lebih
dari satu tahun. Kebanyakan responden
tidak mengalami depresi, mengalami
stigma negatif yang rendah, dan memiliki
kualitas hidup yang kurang baik.
Pada Gambar 1Gambar 1, kualitas
hidup diinterpretasikan menurut kualitasnya
dan ditemukan kebanyakan responden
memiliki kualitas hidup yang baik pada
domain spiritual (99,6%). Kualitas hidup
yang rendah paling banyak ditemukan pada
domain fisik (69,3%).
Hasil analisis bivariat yang tertera
pada Tabel 2 menemukan nilai p<0,05
pada variabel usia (p=0,024), stigma
(p=0,00), dan depresi (p=0,004). Status gizi,
jenis kelamin, penghasilan, status
pernikahan, durasi menderita HIV/AIDS,
dan durasi terapi ARV ditemukan memiliki
nilai p>0,005.
Hasil analisis multivariat pada Tabel
3 menemukan bahwa tidak ada hubungan
antara status gizi dengan kualitas hidup.
Usia dan stigma memiliki hubungan dengan
kualitas hidup. Confounding hubungan
status gizi dengan kualitas hidup ODHA
yaitu usia dan stigma.



Tabel 1 Karakteristik Responden
Variabel Jumlah Persentase (%)
Umur
>= 30 tahun 162 68.9
< 30 tahun 73 31.1
Status pekerjaan
Tidak bekerja 19 8.1
Bekerja 216 91.9

597

Tabel 1 Karakteristik Responden (Lanjutan)
Jenis kelamin
Laki-laki 181 77.0
Perempuan 54 23.0
Penghasilan
<UMR 92 39.1
>= UMR 119 50.6
Tidak menjawab 24 10.2
IMT
Gizi tidak normal 47 20.0
Normal 167 71.1
Tidak menjawab 21 8.9
Lama terinfeksi HIV
<5 tahun 129 54.9
>=5 tahun 106 45.1
Lama ARV
<1 tahun 22 9.4
>= 1 tahun 213 90.6
Depresi
Depresi 71 30.2
Tidak depresi 164 69.8
Status pernikahan
Belum menikah 131 55.7
Janda/duda 35 14.9
Menikah 69 29.4
Stigma negative
Tinggi 114 48.5
Rendah 121 51.5
Kualitas Hidup
Kualitas hidup kurang baik 124 52.8
Kualitas hidup baik 111 47.2

598


Gambar 1 Proporsi Kualitas Hidup ODHA Berdasarkan Domain



Tabel 2 Analisis Bivariat Variabel dengan Kualitas Hidup menggunakan uji chi-square

Variabel Prevalence Ratio (95% CI) P value
Status gizi 0.838 (0.592 - 1.188) 0,380
Usia 0,738 (0,584 - 0,934) 0,024*
Jenis Kelamin 1.072 (0.795 - 1.446) 0,758
Penghasilan 1,022 (0,790 -1,323) 0,977
Status Pernikahan 1,338 (0,999 -1,793) 0,051
Durasi Infeksi HIV 1.065 (0.834 -1.361) 0,707
Durasi Terapi ARV 1,037 (0,694 - 1,551) 1,000
Stigma 1.625 (1.261 - 2.093) 0,00*
Depresi 1.459 (1.159 - 1.837) 0,004*
*lebih rendah dari nilai alfa p<0.05


Tabel 3 Regresi logistik faktor yang mempengaruhi kualitas hidup ODHA

Variabel
P value OR 95%CI
Low Up
Usia ,019* ,441 ,223 ,873
Stigma pada ODHA ,000* 3,187 1,740 5,835
30,7
67,3
41,8
46,9
42,2
99,6
69,3
32,7
58,2
53,1
57,8
0,4
0
20
40
60
80
100
120
Fisik Psikologi Tingkat
Kemandirian
Hubungan
Sosial
LingkunganSpiritual
Kualitas BaikKualitas Kurang Baik

599

PEMBAHASAN
Penelitian ini menemukan bahwa mayoritas
responden memiliki status gizi yang normal.
Lingkar pinggang dan IMT yang tinggi
merupakan faktor risiko kesehatan yang
signifikan yang dapat meningkatkan
kemungkinan beberapa keganasan,
gangguan metabolik, dan penyakit
kardiovaskuler. Dahulu, indikator infeksi
HIV merupakan gizi kurang. Berdasarkan
Penelitian oleh Veld, status gizi dapat
memengaruhi kualitas hidup, khususnya
pada domain fisik. BMI yang lebih rendah
dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih
rendah, terutama pada domain fisik dan
fungsi sosial. Tetapi, beberapa penelitian
telah menunjukan adanya “obesity paradox”,
di mana dihipotesiskan bahwa obesitas
memperbaiki respon imun dan menyuplai
cadangan lemak untuk mengurangi
penggunaan protein. Menurut penelitian
oleh Martinez, infeksi HIV pada pasien
obese memiliki progresi yang lebih lambat.
Penemuan yang serupa dari penelitian
Biraguma juga menunjukan bahwa ODHA
dengan obesitas memiliki kualitas hidup
yang lebih baik.
3–7

Kebanyakan responden pada
penelitian ini memiliki kualitas hidup yang
kurang baik. Baru-baru ini ditemukan bahwa
kemudahan akses diagnosis HIV, terapi
ARV, dan dukungan fasilitas kesehatan
yang lebih awal dan lebih baik dapat
memperbaiki kualitas hidup ODHA. Kualitas
hidup telah dipakai sebagai kriteria dalam
menilai penanganan HIV. Penemuan pada
penelitian ini serupa dengan penelitian oleh
Handayani, yang menemukan bahwa
kualitas hidup yang baik paling banyak pada
domain sosial dan psikologis, dan kualitas
hidup yang kurang baik ditemukan paling
banyak pada domain fisik dan tingkat
kemandirian.
8,9
Penemuan penelitian ini
menunjukan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara status gizi
dengan kualitas hidup ODHA, yang serupa
dengan penelitian oleh Veld dan George.
6,10

Penelitian ini menemukan
hubungan yang signifikan antara usia
dengan kualitas hidup ODHA (p<0,005).
Faktor risiko untuk penyakit yang
berhubungan dengan umur ditemukan
serupa antara ODHA dengan orang tanpa
HIV/AIDS, tetapi prevalensinya
berhubungan dengan kebiasaan yang tidak
sehat. Karena ODHA biasanya ditemukan
memiliki kebiasaan tersebut,
direkomendasikan bagi klinik HIV untuk
tidak hanya berfokus pada
keberlangsungan hidup ODHA, tetapi juga
pada meningkatkan kualitas hidup ODHA
yang semakin tua.
11

Penelitian ini menemukan
hubungan yang signifikan pada depresi dan
stigma terhadap ODHA. Beberapa
penelitian sebelumnya telah menemukan
hasil yang serupa. Stigma ini biasanya
disebabkan oleh kurangnya informasi
tentang HIV/AIDS di masyarakat. Sebagai
akibat dari stigma, ODHA akan mengalami

600

diskriminasi yang akan berdampak buruk
pada kualitas hidup mereka. Stigma dan
diskriminasi juga ditemukan berhubungan
dengan depresi pada ODHA.
12–14

Kesehatan fisik yang memburuk dan efek
samping ARV ditemukan mengakibatkan
depresi. Selain itu, menurut satu penelitian,
efek neurotropik HIV dapat mengakibatkan
perubahan neuropatologis pada substansia
grisea yang kemudian akan mengakibatkan
depresi.
15–18





SIMPULAN
Pada penelitian ini, secara umum, ODHA
mempunyai status gizi nomal dan kualitas
hidup kurang baik. Tidak ada hubungan
antara status gizi dengan kualitas hidup
ODHA. Terdapat hubungan antara usia,
depresi, dan stigma dengan kualitas hidup.
Integrasi psikolog dalam penanganan
HIV/AIDS dianjurkan mengingat depresi
berperan dalam kualitas hidup ODHA.
Penyuluhan kepada masyarakat untuk
mengurangi stigma juga sebaiknya
dilakukan.


REFERENSI
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2022.
2. Anderson K, Pramudo SG, Sofro MAU. HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP
ORANG DENGAN HIV/AIDS DI SEMARANG. J URNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO.
2017;6(2):13.
3. Martinez SS, Campa A, Bussmann H, Moyo S, Makhema J, Huffman FG, et al. Effect of BMI and
fat mass on HIV disease progression in HIV-infected, antiretroviral treatment-naïve adults in
Botswana. Br J Nutr. 2016 Jun;115(12):2114–21.
4. Lim JU, Lee JH, Kim JS, Hwang YI, Kim TH, Lim SY, et al. Comparison of World Health
Organization and Asia-Pacific body mass index classifications in COPD patients. Int J Chron
Obstruct Pulmon Dis. 2017 Aug 21;12:2465–75.
5. Biraguma J, Mutimura E, Frantz JM. Health-related quality of life and associated factors in adults
living with HIV in Rwanda. SAHARA J. 2018 Sep 10;15(1):110–20.
6. Huis in ’t Veld D, Pengpid S, Colebunders R, Peltzer K. Body Mass Index and Waist Circumference
in Patients with HIV in South Africa and Associated Socio-demographic, Health Related and
Psychosocial Factors. AIDS Behav. 2018 Jun;22(6):1972–86.
7. Torres TS, Harrison LJ, La Rosa AM, Lavenberg JA, Zheng L, Safren SA, et al. Quality of life among
HIV-infected individuals failing first-line antiretroviral therapy in resource-limited settings. AIDS
Care. 2018 Aug;30(8):954–62.

601

8. Handayani S, Ratnasari NY, Husna PH, Marni, Susanto T. Quality of Life People Living with
HIV/AIDS and Its Characteristic from a VCT Centre in Indonesia. Ethiop J Health Sci. 2019
Nov;29(6):759–66.
9. Vu GT, Tran BX, Hoang CL, Hall BJ, Phan HT, Ha GH, et al. Global Research on Quality of Life of
Patients with HIV/AIDS: Is It Socio-Culturally Addressed? (GAPRESEARCH). Int J Environ Res
Public Health. 2020 Mar;17(6):2127.
10. George S, Bergin C, Clarke S, Courtney G, Codd MB. Health-related quality of life and associated
factors in people with HIV: an Irish cohort study. Health Qual Life Outcomes. 2016 Aug 5;14:115.
11. Althoff KN, Smit M, Reiss P, Justice AC. HIV and Ageing: Improving Quantity and Quality of Life.
Curr Opin HIV AIDS. 2016 Sep;11(5):527–36.
12. Lubis L, Sarumpaet SM, Ismayadi. HUBUNGAN STIGMA, DEPRESI DAN KELELAHAN DENGAN
KUALITAS HIDUP PASIEN HIV/AIDS DI KLINIK VETERAN MEDAN. Idea Nursing Jurnal.
2016;7(1):12.
13. Fatih HA, Ningrum TP, Shalma S. Hubungan Stigma Hiv dengan Kualitas Hidup Penderita Hiv/Aids.
Jurnal Keperawatan BSI. 2021;9(1):6.
14. Wardojo SSI, Huang YL, Chuang KY. Determinants of the quality of life amongst HIV clinic
attendees in Malang, Indonesia. BMC Public Health. 2021 Jun 30;21:1272.
15. Deshmukh NN, Borkar AM, Deshmukh JS. Depression and its associated factors among people
living with HIV/AIDS: Can it affect their quality of life? J Family Med Prim Care. 2017;6(3):549–53.
16. Tran BX, Dang AK, Truong NT, Ha GH, Nguyen HLT, Do HN, et al. Depression and Quality of Life
among Patients Living with HIV/AIDS in the Era of Universal Treatment Access in Vietnam. Int J
Environ Res Public Health. 2018 Dec;15(12):2888.
17. Shriharsha C, Rentala S. Quality of life among people living with HIV/AIDS and its predictors: A
cross-sectional study at ART center, Bagalkot, Karnataka. J Family Med Prim Care. 2019
Mar;8(3):1011–6.
18. Xing H yu, Yan J. Quality of Life Assessment and Related Factors of HIV-Infected Patients in
Hangzhou Using a Path Analysis Model: An Observational Study. Int J Gen Med. 2022 Jul
28;15:6325–33.