279






Pelaksanaan Volunteer Management Training untuk
Meningkatkan Kapabilitas Organisasi Sosial
Sofia Ika Rahmawati, Tjutju Yuniarsih, Rini Intansari Meilani
Universitas Pendidikan Indonesia
*Correspondence: E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
A B S T R A K A R T I C L E I N F O
Indonesia merupakan negara paling dermawan di dunia versi World
Giving Index 2021. Oleh karena itu, pencapaian tersebut layak
didapatkan Indonesia, melihat makin banyaknya organisasi yang ikut
berkontribusi dalam menjawab persoalan sosial kemanusiaan.
Organisasi yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan, sudah
pasti memiliki sumber daya manusia dengan berbekal jiwa
kemanusiaan, tanpa mengharapkan adanya imbalan atau yang biasa
kita kenal dengan sebutan relawan. Dalam hal ini, ketua organisasi
sosial harus memiliki kemampuan dalam mencari kandidat relawan
yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan, serta mampu
meningkatkan kemampuan relawan tidak hanya sekedar memiliki
jiwa kemanusiaan namun mampu menghadapi tantangan di
lapangan. Tidak hanya fokus pada bagaimana merawat dan
meningkatkan kemampuan relawan dalam implementasi program
kemanusiaan, namun seorang ketua organisasi sosial, ketika akan
mengembangkan program kemanusiaan wajib untuk
mengidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan dan dampak jangka
panjang, dengan tujuan program tersebut akan memberikan
kebermanfaatan secara berkelanjutan. Selain itu, pelaksanaan
Volunteer Management Training akan meningkatkan kapabilitas
organisasi sosial. Untuk itulah, pelaksanaan Volunteer Management
Training oleh lembaga sosial kemanusiaan yang sudah
berpengalaman seperti yang telah dilaksanakan oleh Sekolah
Relawan, patut untuk menjadi langkah awal bagi siapapun yang ingin
mendirikan organisasi sosial. Dalam artikel ini, akan ada penambahan
modul dengan materi administrasi organisasi, karena berkaitan
dengan database yang nantinya menjadi asset berharga dan catatan
sejarah bagi organisasi sosial. Pelaksanaan Volunteer Management
Training memberikan kebermanfaatan bagi penggiat organisasi
sosial, untuk itu penulis menyarankan untuk menambahkan
mengenai administrasi dalam pelaksanaannya.

© 2023 Kantor Jurnal dan Publikasi UPI

Article History:
Submitted/Received Aug 2023
First Revised 10 Aug 2023
Accepted 10 Nov 2023
First Available online 01 Dec 2023
Publication Date 01 Dec 2023
____________________
Kata Kunci:
Volunteer Management Training,
Kapabilitas Organisasi Sosial,
Relawan
Manajerial:
Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi
Journal homepage: http://ejournal.upi.edu/index.php/ manajerial



Manajerial: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi 22(2) (2023) 279-292

Rahmawati et al., Pelaksanaan Volunteer Management Training untuk … | 280
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570
1. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan antar individu, perlu untuk menanamkan jiwa sosial, dengan tujuan
agar dapat ikut membantu pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang ada
di Negeri ini. Oleh karena itu, banyak organisasi sosial berdiri dengan berbagai program yang
mereka kembangkan, tidak hanya sekedar implementasi program, namun ada baiknya para
founder organisasi sosial harus memiliki peran dalam meningkatkan kapabilitas organisasi
sosial dalam merawat keberlanjutan organisasi, baik dari sisi pengembangan program sosial
maupun dalam hal pengadaan relawan yang sesuai dengan kriteria organisasi.
Sekolah Relawan sebagai lembaga sosial kemanusiaan menjawab akan hal itu, dengan
memiliki visi “Relawan Sebagai Pemimpin Bangsa” Sekolah Relawan memiliki program dalam
bidang edukasi kerelawanan salah satunya pelaksanaan Volunteer Management Training.
Sekolah Relawan juga berpartisipasi dalam kegiatan kerelawanan yang memiliki kesadaran
akan tanggung jawab terhadap isu-isu local dan global, serta mampu berkolaborasi dan
berpikir kritis dan aktif (Millenia et al., 2022).
Untuk itulah organisasi ini, menjadi pelopor dalam mewadahi organisasi sosial dengan
mengembangkan program Volunteer Management Training dengan memberikan solusi untuk
meningkatkan kemampuan ketua organisasi sosial dalam mengelola organisasi agar berjalan
sesuai dengan harapan dan tujuan. Selain itu, ketua organisasi sosial harus bisa menjaga dan
merawat relawan, terlebih jika organisasi nirlaba kebanyakan tidak ada fee yang harus
dibayarkan kepada para relawan, sehingga, mereka memang bekerja berangkat dengan hati
dan niat yang tulus.
Penelitian yang dilakukan oleh (Trent et al., 2020) mengatakan bahwa komunikasi
secara upward maupun downward adalah salah satu indikator penting dari keterlibatan dan
komitmen relawan. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Muhamadi & Hasanah, 2019) penguatan karakter dan komunikasi dengan relawan
menghasilkan kepedulian yang mendalam untuk misi kemanusiaan.
Selain itu, memberikan pelatihan kepada relawan dapat membantu untuk
memperkuat keberlangsungan program dalam sebuah organisasi sosial. Untuk itulah, penting
bagi ketua organisasi sosial dalam menjalin komunikasi dengan relawan untuk membangun
chemistry. Melakukan komunikasi secara tatap muka juga sebagai sarana penguatan
hubungan sosial antara relawan dengan ketua organisasi sosial, menurut penelitian yang
dilakukan oleh (Requier et al., 2020). Ketika, relawan sudah sesuai dengan harapan dan tujuan
organisasi sosial, maka untuk menjalankan program sosial akan berjalan sesuai rencana.
Dalam hal ini, program sosial yang direncanakan harus sesuai dengan kebermanfaatan
bagi masyarakat dan memiliki efek dampak panjang. Untuk membuat program sosial perlu
dilakukan analisis yang mendalam, dan bisa melihat peluang dalam program sosial yang baru.
Misalkan saja dalam pemberdayaan masyarakat, untuk memberikan nama program agar
berbeda dengan organisasi sosial yang lain harus memiliki ciri khas, hal ini berkaitan dengan
brand image untuk organisasi sosial.
Organisasi sosial memiliki peran dalam menerapkan untuk pemberdayaan masyarakat
dan meningkatkan kesejahteraan, sebut saja program naik pangkat (Muhtadi, 2020), ketua
organisasi dengan memiliki brand tersebut artinya harus bisa merawat keseluruhan yang

281 | Manajerial: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi, Volume 22 Issue 2, Desember 2023 Hal 279 – 292
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570

berkaitan dengan brand tersebut, dari mulai merawat relawan, merawat penerima manfaat,
merawat pihak-pihak donator, dan siapapun yang ikut terlibat, untuk itulah ketua organisasi
sosial harus memiliki kemampuan dalam mengelola brand. Maka, dibutuhkan pelatihan
dalam meningkatkan kemampuan leader organisasi sosial sebagai sarana untuk
meningkatkan kapabilitas organisasi agar program yang direncanakan dapat berjalan sesuai
dengan visi dan misi organisasi.
Dalam artikel ini akan dibahas model pelatihan Volunteer Management Training
dengan modifikasi modul materi adanya pelatihan mengenai administrasi organisasi.
Terlepas, dari memaksimalkan relawan dan program sosial yang dijalankan, adminisrasi
menjadi hal yang sangat penting untuk diterapkan ke dalam organisasi sosial dan menjadi hal
yang krusial, bisa dibayangkan jika setiap ada donasi yang masuk, relawan yang banyak, dan
beberapa program sosial yang dijalankan, namun ketika implementasi aksi, tidak ada
pencatatan maupun dokumentasinya, maka hal itu sangat disayangkan karena tidak bisa
dijadikan database informasi. Melalui artikel ini, penulis ingin menyampaikan sebuah model
Volunteer Management Training dengan menerapkan modul materi mengenai administrasi
organisasi, dengan subjek dalam model pelatihan ini adalah para ketua organisasi sosial yang
ada di daerah Jabodetabek.

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kapabilitas Organisasi Sosial
Kapabilitas memiliki arti yang sama dengan kompetensi, merupakan kemampuan tidak
sebatas memiliki keterampilan saja namun lebih dari itu, lebih paham mengenai kekuatan
dalam organisasi sosial dan kelemahan sehingga bisa memberikan solusi dalam mengatasi
kelemahan tersebut. Sejalan dengan artikel yang ditulis oleh (Mahyuddin, 2008) Kapabilitas
organisasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi untuk menjalankan tujuan
dan fungsinya untuk mencapai tujuan spesifik yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, agar
tujuan spesifik dalam organisasi sosial salah satunya mengembangkan program kemanusiaan
dapat tercapai maka relawan harus memiliki komitmen dalam organisasi tersebut.
Menurut Lawler dalam buku Kusumaputri (2018) kapabilitas merupakan kemampuan
organisasi untuk merencanakan, membuat, merancang, hingga mengimplementasikan semua
tipe perubahan secara efisien dengan seluruh anggota organisasi. Kapabilitas organisasi sosial
juga merujuk pada kemampuan suatu kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan-
tujuan mereka dan beradaptasi dengan lingkungannya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri
kapabilitas organisasi sosial : (1) memiliki tujuan yang jelas; (2) struktur organisasi yang kokoh;
(3) kepemimpinan yang kompeten; (4) sumber daya manusia yang kompeten; (5) manajemen
sumber daya yang efisien; (6) kemampuan belajar dan beradaptasi; (7) komunikasi yang
efektif; (8) budaya organisasi yang positif; (9) inovasi dan kreativitas; (10) kemitraan dan
jariangan; (11) akuntabilitas dan transparansi; (12) responsibilitas sosial (Djojoningrat, 2009).
Dalam praktiknya organisasi sosial harus memiliki kemampuan menganalisis SWOT
untuk mengembangkan program sosial yang akan dilaksanakan, dalam hal ini beserta sumber
daya manusia yang terlibat dalam program tersebut. Jika perubahan organisasi ini dilakukan

Rahmawati et al., Pelaksanaan Volunteer Management Training untuk … | 282
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570
dengan baik sesuai dengan analisis SWOT maka program sosial dapat berjalan secara
berkelanjutan. Selain itu, kapabilitas organisasi sebagai konsep yang cukup baru, yaitu
organisasi mempunyai metode untuk melakukan dan memberikan solusi terhadap masalah
organisasi.
Kapabilitas organisasi memberikan perubahan dalam eksistensi organisasi sosial
karena memberikan kemampuan kompetisi yang berbeda jika diaplikasikan sesuai dengan
jangka waktu yang lama, tidak terlepas dari sumber daya manusia yang mendukung jalannya
organisasi sosial terutama para leader yang utama dalam keberhasilan meningkatkan
kapabilitas organisasi sosial. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kapabilitas organisasi sosial
adalah kekhususan suatu organisasi yang memberikan nilai keunggulan bagi organisasi dalam
merencanakan, membuat, merancang, dan menerapkan proses perubahan dalam organisasi
sosial dengan seluruh yang terlibat di dalam organisasi sosial.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Sacchetti, 2023) ada analisis studi kasus yang
mengungkapkan tiga kemampuan penting untuk mendukung inovasi sosial yaitu, (1)
kemampuan untuk melibatkan pemangku kepentingan dalam hal ini leader organisasi sosial
harus pandai berkomunikasi dan memiliki jaringan yang luas untuk mendukung setiap
programnya; (2) kemampuan untuk belajar dari organisasi lain, apalagi organisasi yang
termasuk baru, harus terus belajar dari organisasi sosial yang pengalamannya lebih lama, agar
lebih memahami dinamika organisasi yang dapat terjadi; dan (3) kemampuan untuk tumbuh
melalui diversifikasi, artinya organisasi harus memiliki aktivitas atau praktik dalam
memvariasikan program sosial dengan penerima manfaat serta relawannya agar tidak ada
kesenjangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa dampak kapabilitas organisasi memiliki
pengaruh terhadap kinerja sosial. Secara khusus, kemampuan keterlibatan pimpinan dan
kemampuan perencanaan kerja memberikan kontribusi positif terhadap organisasi sosial (Yu
et al., 2022), hal ini menunjukkan bahwa sangat penting bagi para leader organisasi sosial
untuk memiliki kemampuan dalam mengelola organisasi beserta program dan pengelolaan
relawannya.
Untuk meningkatkan kapabilitas organisasi sosial, perlu usaha lebih bagi seorang
pimpinan atau leader dengan memberikan pelatihan bagi para relawan, terlebih leadernya
sendiri disarankan untuk mengikuti program yang difasilitasi oleh Sekolah Relawan yaitu
Volunteer Management Training terlebih dahulu, sehingga dapat menambah kemampuan
dalam menyelesaikan tantangan dan tanggung jawab yang ada di dalam organisasi sosial.
Selain itu, beberapa cara untuk meningkatkan kapabilitas organisasi sosial adalah dengan
kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berorientasi pada misi, seperti saat akan
menjalankan aksi program kebaikan maka relawan harus bisa memberikan pelayanan yang
baik sesuai dengan standar dan misi organisasi sosial, serta kemampuan organisasi untuk
mendapatkan dukungan dan keterlibatan dari berbagai pihak (Kwiotkowska, 2022).
Dengan demikian, perlunya dilakukan upaya dari organisasi sosial oleh pemimpinnya
agar dapat meningkatkan kapabilitas organisasi sosial, dan program-program kebaikan,
sumber daya manusia, dan setiap aksinya dapat dilakukan secara berkelanjutan.

283 | Manajerial: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi, Volume 22 Issue 2, Desember 2023 Hal 279 – 292
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570

2.2. Kerelawanan
Menurut Internaational Labour Organization (ILO) atau Organisasi Buruh
Internasional relawan merupakan siapapun yang berada di usia produktif dalam periode yang
relatif singkat bekerja tanpa upah, tanpa keharusan menghasilkan produksi atau jasa, dan
bukan untuk kepentingan pribadi atau keluarganya, namun untuk masyarakat yang
membutuhkan. Relawan dalam niat untuk mengikuti aksi kebaikan di lapangan sejatinya
hanya berbekal niat dan keinginan yang tulus dalam membantu menyelesaikan permasalahan
sosial yang ada, namun tidak hanya itu, relawan juga harus memiliki keterampilan dalam
menghadapi kondisi tanggap darurat, misalkan kebencanaan, tidak hanya berbekal kemauan
namun harus memiliki keterampilan. Menurut (Syarif, 2021) kerelawanan pada dasarnya
adalah bagian dari hidup setiap manusia yang tertanam di dalam hati.
Penulis sepakat atas pendapat tersebut, karena setiap manusia yang hidup
merupakan makhluk sosial, dimana di dalam dirinya terdapat rasa ingin menolong dan
membutuhkan bantuan sesama. Pendapat lain mengenai kerelawanan dipaparkan oleh
(Dempsey-Brench & Shantz, 2021) dalam pendapat tersebut sangat menarik, karena
kerelawanan berbasis keterampilan, merupakan aktivitas yang digerakkan secara strategis
yang melibatkan seorang karyawan dalam sebuah Perusahaan untuk ikut menyumbangkan
kontribusi secara sukarela kepada organisasi nirlaba, dalam hal ini dapat dikaitkan terhadap
misi atau strategi Perusahaan misal bentuk Corporate Social Responsibility.
Upaya tersebut tentunya akan sangat membantu bagi organisasi nirlaba yang
membutuhkan relawan untuk menjalankan aksi program sosialnya, seperti yang dipaparkan
dalam artikel berikut, disampaikan bahwa untuk mempertahankan relawan dibutuhkan
motivasi yang mendasari para relawan diantaranya seperti berikut ini : (1) Apa yang penting
bagi saya sebagai relawan ? pertanyaan tersebut memggambarkan aspirasi relawan secara
bermakna, dan beberapa diantaranya didasari keinginan untuk mencari peran, menyibukkan
diri, dan tetap aktif beraktivitas; (2) Pembelajaran dan pertumbuhan, hal ini mencerminkan
penilaian positif mengenai keterlibatan mereka dalam lingkungan dan mempelajari
keterampilan baru melalui pengalaman mereka; (3) Kepemilikan, maksud dari kepemilikan
disini, setiap relawan dimanapun berada dan melakukan aksi apapun mereka menyatakan
ada peluang untuk bertemu orang baru, menjadi bagian dari organisasi, terlibat secara penuh,
dan ketika sebuah organisasi beripaya merencanakan acara sosial, relawan akan merasa
organisasinya mendengarkan masukan mereka dan memahaminya; (4) Bertemu di titik
tengah. Merupakan aksesibilitas terhadap peluang untuk menjadi relawan, maka tidak sedikit
seorang relawan mempertimbangkan lokasi kerja, kemudian akan mempengaruhi kesediaan
mereka untuk melanjutkan peran; dan (5) Metode komunikasi yang efektif antara koordinator
dan relawan (Same et al., 2020). Hal itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Clary
et al., 1992) merekrut relawan dan menempatkan mereka dalam aktivitas yang relevan secara
motivasi dan memberikan umpan balik yang relevan secara motivasi akan meningkatkan
kepuasan relawan.
Untuk itulah praktik kerelawanan di Indonesia terlihat sangat baik, dengan dilandasi
sikap kedermawanan. Hal ini dapat digambarkan dalam bentuk bantuan dari orang yang tidak

Rahmawati et al., Pelaksanaan Volunteer Management Training untuk … | 284
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570
saling mengenal, tetapi bersedia mendonasikan uang maupun barang terkadang dengan
nominal yang tidak sedikit. Disisi lain juga seorang relawan harus siap meninggalkan keluarga
untuk sebuah aktivitas yang tidak berbayar demi rasa kepuasan dalam tugas kemanusiaan.
Seperti yang penulis jelaskan di awal tadi, bahwa Indonesia menjadi negara paling dermawan
menurut World Giving Index yang menjadi indikator dalam penilaian kedermawanan tersebut
diantaranya aksi membantu orang yang tidak dikenal, jumlah donasi yang terkumpul, dan
tingginya minat masyarakat untuk menjadi relawan. Dari hal tersebut, sangat layak Indonesia
dinobatkan sebagai negara paling dermawan, seimbang dengan bermunculan organisasi
sosial yang non profit sebagai wadah dalam menyalurkan partisipasi relawan, maka sebagai
organisasi sosial perlu untuk belajar dalam manajemen kerelawanan agar, mampu mengelola
organisasi sosial.
2.3. Volunteer Management Training
Sekolah Relawan yang merupakan Lembaga sosial kemanusiaan yang berfokus pada edukasi
kerelawanan serta pemberdayaan Masyarakat sebagai wujud aksi nyata. Sekolah Relawan
memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di dunia kemanusiaan menjadikan para pendiri
Sekolah Relawan sadar, bahwa sebagian besar relawan yang turun ke medan bencana masih
hanya berbekal semangat. Untuk itulah yang menjadikan pendiri Sekolah Relawan memiliki
program dengan fokus pada program sosial kemanusiaan, program pemberdayaan
Masyarakat, dan advokasi (Relawan, 2022)
satu yang menarik pada program volunteer development diantaranya Volunteer
Management Training merupakan program yang berbentuk pelatihan secara tatap muka,
dengan peserta terbatas maksimal 20 orang, dengan tujuan agar penyampaian materi dapat
diterima dengan baik dan menghasilkan feedback dari peserta yang maksimal. Pada program
pelatihan ini peserta mendapatkan materi dari para trainer dan mendapatkan modul serta
toolkits yang bisa dipakai saat pasca pelatihan bagi organisasi sosial tempat mereka
mengabdi.
Selain itu, peserta nantinya akan mendapatkan sertifikat dan juga menambah relasi
serta masih bisa berkonsultasi dengan para trainer yang berpengalaman dalam bidangnya.
Pendekatan yang digunakan dalam program pelatihan adalah pendekatan partisipatif,
dilakukan berkelompok, serta membuat simulasi sehingga peserta aktif dalam
berargumentasi dan membuat pengalaman peserta dalam mengikuti pelatihan menjadi
bermakan dan akan membawa kebermanfaat bagi organisasi sosialnya nanti.

2.4. Administrasi Organisasi Sosial
Menurut (Gie, 2009) administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan
tertentu. Menurut Sondang P. Siagian, administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama
antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari pendapat dua ahli tersebut, penulis
berpendapat bahwa administrasi merupakan rangkaian proses dalam kegiatan mencatat,
menghimpun, mengolah, hingga menyajikan dalam bentuk informasi kepada siapapun yang

285 | Manajerial: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi, Volume 22 Issue 2, Desember 2023 Hal 279 – 292
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570

membutuhkan. Di setiap bidang baik itu pendidikan, ekonomi, kesehatan, pariwisata, hingga
bidang sosial semua tidak terlepas dari proses administrasi.
Ruang lingkup administrasi memang sangat luas, dan hal itu jika diselenggarakan
dengan baik, akan menciptakan organisasi yang tertib dan menghasilkan keterbukaan
informasi yang baik, ruang lingkup administrasi meliputi, administrasi keuangan, kearsipan,
administrasi kepegawaian, administrasi humas dan keprotokolan, sehingga organisasi sosial
harus memiliki sumber daya manusia yang paham akan hal tersebut, untuk itu sebagai
langkah awal, Volunteer Management Training menjadi wadah untuk memberikan sosialisasi
kepada leader agar mencari sumber daya manusia yang paham mengenai ruang lingkup
administrasi misalkan dari lulusan SMK jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran,
ataupun S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran/Manajemen Perkantoran, sehingga
meskipun hanya satu orang sumber daya manusia, tapi sebagai kandidat yang memahami
ruang lingkup administrasi, karena biasanya organisasi nirlaba masih bertumbuh menjadi
organisasi yang besar. Organisasi nirlaba perlu adanya tata Kelola yang disusun dengan baik,
agar setiap tujuan organisasi dapat terwujud secara efektif dan efisien serta transparansi
kepada masyarakat (Ramadhan & Suryaningrum, 2020).
Administrasi di dalam organisasi sosial biasanya meliputi, administrasi pendaftaran
relawan, administrasi keuangan sederhana seperti penerapan kas kecil, pengolahan data
program sosial seperti implementasi aksi, penerima manfaat program, jumlah keterlibatan
relawan, lokasi aksi, dan story kegiatan program sosial, dan yang juga tidak kalah penting
kearsipan dari mulai dokumentasi hingga surat menyurat baik di internal maupun eksternal
organisasi. Hal tersebut sangat penting dilakukan, mengingat organisasi sosial/nirlaba tidak
dapat menghasilkan pendapatan besar tanpa dukungan pemerintah, donator, atau
masyarakat, sehingga perlu adanya pengelolaan administrasi dengan baik agar dapat
dijadikan bukti kepada pihak-pihak yang telah membantu (Nikolaos Tzenios Ph.D, 2022).
Bahkan, memang akan menjadi tanggung jawab mereka untuk melayani individu, tanggung
jawab mereka terhadap masyarakat yang telah menjadi donatur.

3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam artikel ini menggunakan studi Pustaka. Penulis akan
melakukan tinjauan literatur yang melibatkan analisis artikel jurnal, buku, dan sumber-sumber
lainnya yang relevan. Studi Pustaka ini bertujuan untuk mengumpulkan mengenai
pelaksanaan Volunteer Management Training yang dapat memberikan dampak dan
kebermanfaatan yang baik dengan efek jangka panjang bagi organisasi sosial yang dipimpin.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut analisis kebutuhan Volunteer Management Training perlu dilaksanakan
karena beberapa hal yang mendasari seperti sumber daya manusia dalam sebuah
organisasi/lembaga/komunitas menjadi bagian yang harus dipersiapkan dalam kemampuan
mengelola agar organisasi dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan, terlebih
organisasi sosial pasti akan membutuhkan banyak SDM dalam hal ini adalah relawan. Selain

Rahmawati et al., Pelaksanaan Volunteer Management Training untuk … | 286
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570
itu, leader harus memiliki kemampuan dalam mengelola program dan mengembangkan
organisasi yang dipimpinnya, serta memberikan motivasi untuk mereka dapat memperkuat
proyek atau program yang mereka jalani.
Pendekatan pedagogik yang akan diterapkan dalam Volunteer Management Training
yang pertama yaitu menggunakan pendekatan konstruktivisme, dengan cara peserta
pelatihan menganalisis masalah yang dihadapi di organisasi, lembaga, atau komunitas mereka
dengan menuliskannya pada sticky note kemudian ditempelkan pada papan yang disediakan.
Melalui hal itu, leader belajar untuk menganalisis masalah dan tantangan yang dihadapi
sehingga, bisa memberikan solusi dengan meminimalkan resiko. Selain itu, peserta diberikan
kesempatan untuk memaparkan motivasi untuk menjadi relawan, dan pengetahuan tentang
relawan, hal itu bertujuan untuk menjadi tahapan awal dan sebagai pengetahuan bagi peserta
agar memahami terlebih dahulu makna relawan.
itu, menggunakan pendekatan sosial konstruktivisme, karena pada implementasinya
nanti akan berhubungan dan komunikasi dengan peserta lain. Pendekatan sosial
konstruktivisme merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang menekankan bahwa
individu akan belajar dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
dan pemahaman (Nasution et al., 2023). Dalam hal ini peserta VMT akan berbagi dalam
pemahaman dan dari latar belakang masing-masing organisasi sosial yang dipimpinnya.
Seperti, menjelaskan bagaimana relawan menjadi bagian dari organisasi, menilai kapasitas
organisasi dengan menganalisis SWOT organisasi sosial, kemudian mempresentasikan visi dan
misi program. Untuk praktik, dalam mengimplementasikan kemampuan memecahkan
masalah, peserta diberikan studi kasus dengan tujuan agar bisa memberikan solusi, dan
terbiasa dalam mengatasi tantangan, peserta juga diberikan untuk berperan aktif dalam
membuat rencana kerja dan evaluasi keberhasilan.
Dengan menggunakan pendekatan sosial konstruktivisme dalam pelaksanaan
Volunteer Management Training akan melihat bahwa pelatihan ini bersifat dialogis, fokus
pada pemahaman dari peserta secara instrinsik maupun ekstrinsik, pertimbangan dialog
seperti proses membangun organisasi, mencari relawan yang memiliki komitmen, maupun
pengelolaan administrasi dengan baik. Sejalan dengan artikel yang ditulis oleh (Arpentieva et
al., 2021) bahwa aspek sosial dalam pendekatan konstruktivisme dikaitkan dengan
generalisasi pengalaman interaksi individu dan orang lain, aspek pribadi meliputi pengalaman
profesionalnya.
Selanjutnya, untuk memberikan pelatihan mengenai administrasi, menggunakan
pendekatan pedagogik konektivisme, karena akan dikolaborasikan dengan penggunaan
aplikasi perkantoran, yaitu dalam administrasi umum, peserta diberikan materi mengenai
pengadministrasian secara sederhana seperti merekap implementasi aksi program sosial
melalui google drive, kemudian pengelolaan kas kecil peserta diberikan materi mengenai kas
kecil melalui Microsoft excel , dan diberikan pelatihan kearsipan peserta diberikan materi,
cara merapikan dokumen agar mudah ditemukan kembali ketika dibutuhkan. Pendekatan
konektivisme digunakan dalam modul administrasi organisasi karena melibatkan penyediaan
infrastruktur pendukung seperti software.

287 | Manajerial: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi, Volume 22 Issue 2, Desember 2023 Hal 279 – 292
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570

Penelitian oleh (Khushk et al., 2022) mengatakan bahwa pendekatan konektivisme
sangat penting untuk memahami peserta dalam beradaptasi menggunakan teknologi baru,
terlebih jika mereka masih asing dengan teknologi baru, kemudian setelah pelatihan
diberikan studi kasus untuk meihat sejauh mana peserta dapat memahami apa yang
disampaikan. Selain itu pendekatan ini cocok untuk disampaikan secara jarak jauh atau online
menggunakan platform pembelajaran. Pendekatan konektivisme ini hadir untuk menawarkan
perspektif baru dalam pelatihan yang berkembang pada era digital ini, sehingga
memungkinkan untuk trainer menggunakan konten kolaboratif dengan para peserta (Sîrghea,
2020).
Materi-materi yang terdapat dalam Volunteer Management Training, ada 5 modul
seperti yang dijelaskan pada tabel 1.


Tabel 1. Materi-materi Volunteer Management Training
MODUL 1 KERELAWANAN
Dalam modul ini berisikan
materi mengenai
pengertian tentang
kerelawanan, motivasi
untuk menjadi relawan.
Peserta VMT akan
diberikan refleksi
mendalam mengenai
kerelawanan, dengan
tujuan agar para leader
dari organisasi sosial agar
bisa memaknai relawan
dengan kriteria seperti
apa yang dibutuhkan oleh
organisasi mereka
Kisi-kisi modul :
a. Kontribusi
relawan

b. Peran relawan
c. Perjalanan
relawan
MODUL 2
RELAWAN DAN ORGANISASI
Dalam modul ini akan
dijelaskan secara detail
mengenai keterkaitan
antara relawan dan
organisasi, akan belajar
mengetahui cara
mengorganisir relawan
yang akan menjalankan
program sosial, serta
melihat lebih lanjut fokus
programnya pada bidang
yang dijadikan brand
Kisi-kisi modul :
a. Relawan dan
pembangunan
b. Relawan dan
organisasi
c. Memasarkan
kesempatan
relawan
d. Memilih dan
mencocokkan
relawan

Rahmawati et al., Pelaksanaan Volunteer Management Training untuk … | 288
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570
program. Peserta VMT
diberikan studi kasus
mengatasi tantangan
dalam program yang akan
dijalankan, namun
dengan keterbatasan
kuantitas relawan.
MODUL 3
ALAT PRAKTIS MANAJEMEN
KERELAWANAN
Modul ini membahas
mengenai tools apa saja
yang digunakan secara
praktis dalam
manajemen
kerelawanan, dan akan
memudahkan para
peserta untuk mengatur
strategi dalam merawat
relawan yang sudah
dimiliki oleh organisasi.
Peserta VMT akan praktik
secara langsung dalam
menerapkan tools yang
diberikan dalam
pelatihan.
Kisi-kisi modul :
a. Memahami
komunitas
b. Kapasitas
organisasi
c. Analisa
stakeholder

d. Dukungan,
supervise,
pengakuan
relawan

MODUL 4
RENCANA KERJA
Modul ini memuat kisi-
kisi yang digunakan untuk
menyusun rencana
program secara
terstruktur, baik rencana
kerja personal seorang
leader maupun rencana
kerja organisasi dalam
rencana aksi program
yang dimiliki, serta
nantinya akan nada
evaluasi dan
pengembangan program
dan kegiatan
Kisi-kisi modul :
a. Perencanaan
program
b. Pengembangan
program dan
kegiatan
MODUL 5 ADMINISTRASI
ORGANISASI
Modul ini memberikan
materi mengenai
administrasi organisasi,
yang merupakan usulan
dari penulis. Dengan
Kisi-kisi modul :
a. Pengolahan data
program sosial
b. Pengolahan kas
kecil

289 | Manajerial: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi, Volume 22 Issue 2, Desember 2023 Hal 279 – 292
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570

tujuan, agar organisasi
memahami
mengadministrasikan
setiap data relawan, aksi,
maupun penerima
manfaat, karena sangat
penting guna melihat
rekam jejak dinamika
organisasi sosial. Peserta
VMT dalam hal ini akan
praktik secara sederhana
mengenai administrasi
organisasi.
c. Arsip
dokumentasi

Tujuan pelaksanaan Volunteer Management Training agar leader organisasi sosial memiliki
pemahaman yang baik mengenai konsep kerelawanan dan manajemen relawan. Mampu
mengidentifikasi beberapa alat, metode, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
membantu mengelola relawan secara efektif, dapat menghasilkan rencana kerja secara garis
besar sebagai langkah awal untuk meningkatkan sistem manajemen kerelawanan di dalam
organisasi, dan mampu mengelola administrasi secara sederhana dan dapat menentukan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan administrasi. Para trainer dalam pelatihan
ini yaitu founder dari organisasi kerelawanan yang sudah berpengalaman, atau praktisi
voluntary consultant, dan ahli dalam bidang administrasi.

5. KESIMPULAN
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan Volunteer Management
Training dapat meningkatkan kapabilitas organisasi. Dalam hal ini mendukung perubahan
organisasi sosial ke arah yang lebih baik dalam memaksimalkan pelaksanaan program sosial
yang berkelanjutan, selain itu untuk menunjang kemampuan leader dalam merawat
keberadaan relawan, tidak hanya sekedar berbekal kemauan saja, namun harus memiliki
kemampuan dalam meningkatkan keterampilan relawan saat di lapangan.
Para Leader organisasi sosial yang telah mengikuti Volunteer Management Training,
akan memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep dalam manajemen kerelawanan,
mampu menganalisis SWOT sebelum merencanakan program sosial, sehingga tidak sekedar
jalan sekali, namun bisa secara berkelanjutan, menghasilkan rencana kerja yang memiliki nilai
sesuai dengan visi dan misi organisasi sosial, dan yang tidak kalah penting mampu mengelola
administrasi secara keseluruhan dan bisa menentukan sumber daya manusia yang sesuai
dengan kompetensi administrasi. Dengan hal tersebut, organisasi sosial akan terus melihat
proses perubahan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat menjalankan program sosial secara
berkelanjutan dan akan terus mempertahankan eksistensinya di bidang sosial. Metode dalam
pelatihan Volunteer Management Training menggunakan metode ceramah sebagai langkah

Rahmawati et al., Pelaksanaan Volunteer Management Training untuk … | 290
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570
awal dalam memberikan apersepsi terhadap peserta, sebagai observasi trainer terkait dengan
pengetahuan awal mereka mengenai kerelawanan dan program sosial yang sudah dijalankan,
serta proses administrasi. Kemudian, untuk studi kasus, diberikan agar peserta dapat
mengolah dan menganalisis untuk menyelesaikan sebuah masalah dan tantangan di lapangan
ketika menjalankan program sosial, dengan metode Problem Based Learning, akan
menghasilkan sebuah solusi dalam permasalahan. Untuk meningkatkan Kerjasama, dan
menjalin hubungan baik antar peserta dilakukan adanya FGD (Focus Group Discussion) dengan
mendiskusikan suatu permasalahan dalam organisasi sosial yang sering muncul, sehingga
mendapatkan ide atau pendapat dari beberapa anggota yang ada di dalam FGD tersebut, dari
hal itu lah peserta mendapatkan pengalaman dalam menghadapi berbagai karakter
seseorang.

6. SARAN
Saran dari penulis, pelaksanaan Volunteer Management Training, agar tidak hanya fokus pada
manajemen kerelawanan dan pengembangan program sosial saja, namun diberikan
pengetahuan mengenai administrasi organisasi, agar para leader memahami pentingnya
tertib administrasi, dan agar nantinya bisa mencari sumber daya manusia yang sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan, dan memahami kriterianya. Selain itu, agar selalu diberikan
evaluasi dan monitoring pada setiap organisasi sosial yang termasuk alumni, supaya bisa
dipantau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan Volunteer Management Training.

7. DAFTAR PUSTAKA
Arpentieva, M. R., Retnawati, H., Akhmetova, T. A., Azman, M. N. A., & Kassymova, G. K.
(2021). Constructivist approach in pedagogical science. Iv, 12–17.
https://doi.org/10.31643/2021.02
Clary, E. G., Snyder, M., & Ridge, R. (1992). Volunteers’ motivations: A functional strategy for
the recruitment, placement, and retention of volunteers. Nonprofit Management
and Leadership, 2(4), 333–350. https://doi.org/10.1002/nml.4130020403
Dempsey-Brench, K., & Shantz, A. (2021). Skills-based volunteering: A systematic literature
review of the intersection of skills and employee volunteering. Human Resource
Management Review, 32(4), 100874. https://doi.org/10.1016/j.hrmr.2021.100874
Djojoningrat. (2009). Kapabilitas Organisasi - Kepemimpinan di Perkebunan Sawit. Journal
Information, 10(1969), 1–16.
Filantropi, I. (2021). Indonesia Kembali Jadi Negara Paling Dermawan di Dunia.
https://filantropi.or.id/indonesia-kembali-jadi-negara-paling-dermawan-di-dunia/
Gie, T. L. (2009). Administrasi Perkantoran Modern. Liberty.
Khushk, A., Dacholfany, M. I., Abdurohim, D., & Aman, N. (2022). Social Learning Theory in
Clinical Setting: Connectivism, Constructivism, and Role Modeling Approach. Health
Economics and Management Review , 3(3), 40–50.
https://doi.org/10.21272/hem.2022.3-04
Kusumaputri, E. S. (2018). Komitmen Pada Perubahan Organisasi. Deepublish.
https://www.google.co.id/books/edition/Komitmen_pada_Perubahan_Organisasi_

291 | Manajerial: Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi, Volume 22 Issue 2, Desember 2023 Hal 279 – 292
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570

Perub/RchcDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=pengertian+kapabilitas&pg=PA76&prin
tsec=frontcover
Kwiotkowska, A. (2022). Organizational Capabilities and Social Entrepreneurship: A Fuzzy-set
Approach. European Research Studies Journal, XXV(Issue 1), 272–285.
https://doi.org/10.35808/ersj/2842
Mahyuddin, H. (2008). KAPABILITAS ORGANISASI PUBLIK Hasbi Mahyuddin *). AkMen JURNAL
ILMIAH, 313–320.
Millenia, H., Kardiman, Y., & Casmana, A. R. (2022). Global Citizen : Sekolah Relawan Depok
Strategy in Forming Global Citizens Based on Pancasila Values. 323–331.
Muhamadi, S., & Hasanah, A. (2019). Penguatan Pendidikan Karakter Peduli Sesama Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler Relawan. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 16(1), 95–114.
https://doi.org/10.14421/jpai.2019.161-06
Muhtadi, D. M. dan. (2020). Peran Sekolah Relawan Terhadap Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Program Naik Pangkat. Online Community, 1, 83–91.
Nasution, F., Alfan, K. S., Siregar, P. fatah, & Harahap, S. R. (2023). Pendekatan Konstruktivis
Sosial. ENTINAS: Jurnal Pendidikan Dan Teknologi Pembelajaran, 1(2), 400–406.
https://entinas.joln.org/index.php/2023/article/view/44
Nikolaos Tzenios Ph.D. (2022). Budget Management for the Non-Profit Organization.
International Journal of Global Economic Light, December, 9–13.
https://doi.org/10.36713/epra12022
Ramadhan, A. Z., & Suryaningrum, D. H. (2020). Analisis Penerapan Prinsip Good Governance
pada Kinerja Keuangan Organisasi Nirlaba. Public Management and Accounting
Review, 1(1), 1–9. https://doi.org/10.61656/pmar.v1i1.18
Relawan, S. (2022). Volunteer Development. Sekolah Relawan.
https://sekolahrelawan.org/volunteer-development
Requier, F., Andersson, G. K. S., Oddi, F. J., & Garibaldi, L. A. (2020). Citizen science in
developing countries: how to improve volunteer participation. Frontiers in Ecology
and the Environment, 18(2), 101–108. https://doi.org/10.1002/fee.2150
Sacchetti, S. (2023). Prosocial Organizational Capabilities in the Work-Integration Social
Enterprise. Voluntas, 34(5), 1036–1049. https://doi.org/10.1007/s11266-022-
00523-1
Same, A., McBride, H., Liddelow, C., Mullan, B., & Harris, C. (2020). Motivations for
volunteering time with older adults: A qualitative study. PLoS ONE, 15(5), 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0232718
Sîrghea, A. (2020). Is Connectivism A Better Approach To Digital Age? 489(Icdatmi), 151–15.
https://doi.org/10.2991/assehr.k.201212.033
Syarif, A. M. (2021). Model Edukasi Kerelawanan di Sekolah Relawan. Umbara, 6(1), 57.
https://doi.org/10.24198/umbara.v6i1.32640

Rahmawati et al., Pelaksanaan Volunteer Management Training untuk … | 292
DOI: https://doi.org/10.17509/manajerial.v22i2
ISSN: 1412-6613 & E-ISSN: 2527-4570
Trent, S. B., Allen, J. A., & Prange, K. A. (2020). Communicating our way to engaged
volunteers: A mediated process model of volunteer communication, engagement,
and commitment. Journal of Community Psychology, 48(7), 2174–2190.
https://doi.org/10.1002/jcop.22353
Yu, X. M., Chen, K., & Liu, J. T. (2022). Exploring How Organizational Capabilities Contribute
to the Performance of Social Enterprises: Insights from China. Sustainability
(Switzerland), 14(7). https://doi.org/10.3390/su14074363