JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari -Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |1

SOPHIST: JURNAL SOSIAL POLITIK KAJIAN ISLAM DAN TAFSIR
VOLUME 5 NOMOR 1 JANUARI-JUNI 2023
(HALAMAN 1-36)
DOI: 10.20414/sophist.v5i1.79




Prinsip Dan Asas Masyarakat Multikultural Perspektif
Tariq Ramadan

THEGUH SAUMANTRI
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
[email protected]

Abstract
Pluralism and inclusivity are important aspects that need to be understood in
the context of today’s multicultural society. However, in pluralistic societies,
conflicts often arise due to differences and disagreements among different
groups. This study aims to analyze the concepts of pluralism and inclusivity in
the thoughts of Tariq Ramadan, with a focus on the concepts of European
Muslim and Dar al-Shahadah. This research is a literature study with a
philosophical approach that aims to examine the ideas and concepts of the
figure. The results of this study indicate that in his thinking, Tariq Ramadan
emphasizes the importance of a critical, inclusive, and pluralistic approach to
Islam as well as advocating for reform in Islamic thought. His concepts of
European Muslim and Dar al-Shahadah offer a positive view of the role of
Muslim identity in an increasingly complex and changing global context in
creating a more just and harmonious society and teaching the importance of
recognizing and respecting the truth and human rights in all regions of the
world, regardless of religious and cultural differences.

Keywords: Tariq Ramadan, European Muslim, Pluralism, Inclusivity.

A. Pendahuluan
Pluralisme dan inklusivitas merupakan isu yang semakin
penting dalam konteks global dewasa ini. Semakin banyak negara
yang mengalami perubahan demografi dan menjadi semakin

_______________________________________________________________________________________
2|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


heterogen, sehingga memerlukan pemikiran dan praktik yang
inklusif dan pluralistik.
1
Namun, konflik dan ketidakadilan masih
sering terjadi akibat ketidakmampuan masyarakat dan negara
untuk mengakomodasi keberagaman tersebut .
2
Pluralisme merujuk
pada pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman nilai,
budaya, agama, bahasa, dan tradisi dalam masyarakat. Sementara
itu, inklusivitas adalah prinsip yang mendorong penerimaan dan
partisipasi semua individu dalam masyarakat, terlepas dari
perbedaan mereka. Kedua konsep ini penting karena membantu
masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan
terbuka, di mana semua orang merasa dihargai, diakui, dan
dihormati.
3

Lestari menjelaskan bahwa d alam masyarakat yang
pluralistik, konflik seringkali muncul karena perbedaan dan
ketidaksepakatan di antara kelompok yang berbeda. Oleh karena
itu, pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman sangat
penting untuk meminimalkan konflik dan mempromosikan

1
Zuly Qodir and Haedar Nashir, “Islamity, Humanity, Indonesianity, and
Culture: A Comparative Study on Ahmad Syafii Maarif, Nurcholis Madjid, and
Abdurrahman Wahid,” Afkaruna 15, no. 2 (2019),
https://doi.org/10.18196/AIIJIS.2019.0104.226-253.
2
Ahmad Khaerurrozikin, “Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di
Indonesia,” KALIMAH 13, no. 1 (March 31, 2015): 93,
https://doi.org/10.21111/klm.v13i1.280.
3
Daniel Lucas Lukito, “Eksklusivisme, Inklusivisme, Pluralisme, Dan
Dialog Antar Agama,” Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan 13, no. 2 (2012): 251+
79, https://doi.org/10.36421/veritas.v13i2.269.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |3

persatuan dalam masyarakat.
4
Sementara itu, inklusivitas adalah
kunci untuk memastikan bahwa semua orang merasa terlibat dan
diakui dalam kehidupan sosial dan politik. Tanpa inklusivitas,
sekelompok orang dapat diabaikan atau dikeluarkan dari partisipasi
masyarakat karena perbedaan mereka, seperti perbedaan dalam
agama, etnis, gender, atau orientasi seksual. Hal ini dapat
menciptakan ketidakadilan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat.
John Rawls mengemukakan bahwa inklusivitas dan
pluralisme adalah nilai-nilai penting dalam membangun
masyarakat yang adil dan harmonis. Dalam pandangannya ,
inklusivitas dan pluralisme memungkinkan setiap individu untuk
dihargai secara penuh, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang
ada. Inklusivitas juga memastikan bahwa setiap individu memiliki
akses yang sama terhadap sumber daya dan kesem patan yang ada
dalam masyarakat.
5
Sedangkan pluralisme menekankan bahwa
keberagaman merupakan kekayaan yang harus dihargai, dan bukan
sumber konflik.
6
Begitupun hal yang sama diungkapkan Syed
Muhammad Naquib al -Attas mengenai inklusivitas dan pluralisme.
Menurutnya, inklusivitas dan pluralisme adalah nilai-nilai penting

4
Julita Lestari, “Pluralisme Agama Di Indonesia: Tantangan Dan Peluang
Bagi Keutuhan Bangsa,” Al-Adyan: Journal of Religious Studies 1, no. 1 (August 6,
2020): 29+38, https://doi.org/10.15548/al-adyan.v1i1.1714.
5
Otto Gusti Ndegong Madung, “Konsep Liberalisme Politik John Rawls
Sebagai Jawaban Terhadap Tantangan Masyarakat Plural Dan Kritik Atasnya,”
DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA 18, no. 2 (October
6, 2022): 218+37, https://doi.org/10.36383/diskursus.v18i2.327.
6
Thomas Onggo Sumaryanto, “Kesalahan Konsep Antara Kebebasan
Beragama Dan Penistaan Agama Dalam Ruang Publik Indonesia,” Jurnal Hukum
Magnum Opus 4, no. 1 (2021),
https://doi.org/https://doi.org/10.30996/jhmo.v4i1.4403.

_______________________________________________________________________________________
4|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


dalam Islam, karena Islam mengakui keberagaman sebagai buah -
buahan dari kehendak Tuhan. Keberagaman harus dihargai dan
diakomodasi dalam masyarakat, dan tidak boleh dijadikan sebagai
sumber konflik atau diskriminasi.
7
al-Attas juga menekankan
bahwa inklusivitas dan pluralisme harus diimplementasikan secara
konkret dalam praktik kehidupan masyarakat, dan bukan hanya
menjadi retorika kosong.
8

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagama n
etnis, budaya, dan agama yang sangat kaya. Namun, keberagaman
tersebut juga menjadi tantangan dalam membangun masyarakat
yang harmonis dan inklusif.
9
Konflik dan diskriminasi sering terjadi
akibat perbedaan-perbedaan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
gagasan dan pemikiran yang mampu mengatasi masalah -masalah
tersebut dan membangun masyarakat yang lebih inklusif . Salah
satu tokoh pemikir yang dapat memberikan perspektif dalam
mengatasi masalah tersebut adalah Tariq Ramadan. Tariq Ramadan
adalah seorang intelektual Muslim kontemporer terkenal yang
berasal dari Swiss dan memiliki pandangan yang kritis dan inklusif
terhadap agama dan masyarakat. ia dikenal dengan pemikirannya

7
Iqbal Amar Muzaki and Ahmad Tafsir, “Pendidikan Multikultural Dalam
Perspektif Islamic Worldview,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 6, no. 1 (May 31,
2018): 57, https://doi.org/10.36667/jppi.v6i1.154.
8
Ahmad Sofyan Hadi, “Problem Multikulturalisme Dalam Pendidikan
Agama Islam,” At-Ta’dib 9, no. 2 (January 26, 2016), https://doi.org/10.21111/at-
tadib.v9i2.322.
9
Theguh Saumantri, “The Dialectic of Islam Nusantara and Its
Contribution To The Development of Religious Moderation In Indonesia,” Fokus:
Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan 7, no. 1 (2022): 57 +67,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29240/jf.v7i1.4295.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |5

yang mengkombinasikan tradisi Islam dan pemikiran Barat dalam
membangun pemahaman yang inklusif terhadap masyarakat
modern dan multikultural.
10

Dalam buku-bukunya seperti “In the Footsteps of the Prophet:
Lessons from the Life of Muhammad ”, “Western Muslims and the
Future of Islam”, dan “The Quest for Meaning: Developing a Philosophy
of Pluralism”, Ramadan membahas secara rinci mengenai
pemikirannya tentang pluralisme dan inklusivitas dalam konteks
dunia modern dan masyarakat multikultural. Hanik menerangkan
bahwa pluralisme sebuah realitas dunia modern dan suatu
kenyataan yang tak terhindarkan.
11
Oleh karena itu, penting bagi
masyarakat untuk menghargai keberagaman tersebut dan
melihatnya sebagai suatu kekayaan. Ramadan juga menolak
pendekatan eksklusif yang memaksakan satu cara pandang dan
menolak pandangan lain, karena dia percaya bahwa pluralisme
dapat menjadi landasan untuk pembangunan masyarakat yang
lebih adil dan harmonis.
12
Ramadan menekankan bahwa
inklusivitas harus diterapkan secara konkret dalam masyarakat,
melalui pembangunan sistem yang adil dan mengakomodasi
keberagaman individu-individu yang ada. inklusivitas harus

10
Ahmad Nabil Amir, “Tariq Ramadan: Inclusive and Plural Value in
Islamic Intellectual Tradition,” Al-Risalah 13, no. 1 (January 19, 2022): 50+73,
https://doi.org/10.34005/alrisalah.v13i1.1550.
11
Umi Hanik, “Pluralisme Agama Di Indone sia,” Jurnal Pemikiran
Keislaman 25, no. 1 (January 1, 2014), https://doi.org/10.33367/tribakti.v25i1.154.
12
Tariq Ramadan, What I Believe (Oxford: Oxford University Press, 2009).

_______________________________________________________________________________________
6|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


melibatkan partisipasi aktif dari seluruh individu dalam
masyarakat, tanpa terkecuali.
13

Dalam buku “What I Believe”, Tariq Ramadan memaparkan
pandangannya mengenai berbagai isu kontemporer, termasuk
pluralisme dan inklusivitas dalam masyarakat multikultural.
Ramadan mengemukakan bahwa dalam masyarakat multikultural,
pluralisme harus diterapkan sebagai landasan untuk menciptakan
kehidupan yang harmonis dan damai. Ramadan menyatakan bahwa
pluralisme dan inklusivitas harus diaplikasikan dalam praktik
keagamaan. Dia menolak pemahaman sempit yang mengekang
ajaran agama hanya pada satu interpretasi saja, dan memandang
bahwa pluralitas dalam pemahaman agama harus dihargai dan
diakui.
14
Ramadan berpendapat bahwa inklusivitas dalam praktik
keagamaan harus diterapkan dengan mengakomodasi
keberagaman individu dalam masyarakat, dan menekankan
pentingnya untuk tidak mengabaikan perbedaan dalam
pemahaman agama.
Dalam konteks masyarakat multikultural Indonesia,
pemikiran Tariq Ramadan tentang pluralisme dan inklusivitas
dapat menjadi inspirasi dalam membangun masyarakat yang lebih
harmonis dan inklusif. Selain itu, Pemikiran Tariq Ramadan
memiliki relevansi yang besar dalam kerukunan beragama karena

13
Ahmad Amir Nabil, “Tariq Ramadan Dan Faham Budaya Islam Yang
Toleran Dan Inklusif,” PERADA 4, no. 1 (June 1, 2021 ): 23+36,
https://doi.org/10.35961/perada.v4i1.292.
14
Tariq Ramadan, What I Believe.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |7

Tariq menganjurkan pandangan yang inklusif dan toleran terhadap
perbedaan agama dan kebudayaan. Dalam pandangannya Islam
adalah agama yang inklusif dan mempromosikan kerukunan
antarumat beragama. Kerukunan dan harmoni antarumat
beragama hanya dapat dicapai melalui pengakuan dan penghargaan
terhadap keberagaman, bukan dengan memaksakan satu agama
atau pandangan tertentu pada orang lain.
15

Namun, belum banyak penelitian yang mengkaji konsep
pluralisme dan inklusivitas sebagai asas dan prinsip hidup
masyarakat multikultural. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji pemikiran Tariq Ramadan tentang pluralisme dan
inklusivitas dalam masyarakat multikultural serta implikasinya
terhadap pembangunan masyarakat yang lebih inklusif dan
harmonis di Indonesia. Penelitian ini dih arapkan dapat
memberikan pemahaman dan wawasan yang lebih dalam mengenai
pemikiran Tariq Ramadan dan konsep pluralisme dan inklusivitas
dalam masyarakat multikultural.
Selain itu, pemikiran Tariq Ramadan juga dapat menjadi
inspirasi bagi masyarakat yang ingin membangun masyarakat yang
inklusif dan harmonis di Indonesia. Dalam konteks Indonesia,
pemikiran Tariq Ramadan dapat memberikan pemahaman yang
lebih dalam mengenai pentingnya kerukunan antaragama dan
inklusivitas dalam membangun masyarakat yang beragam .


15
Tariq Ramadan, The Quest for Meaning: Developing a Philosophy of
Pluralism (London: Penguin Books Ltd, 2012).

_______________________________________________________________________________________
8|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


B. Metodologi
Penelitian ini merupakan studi pustaka dengan pendekatan
filosofis untuk mengkaji ide dan gagasan Tariq Ramadan tentang
pluralisme dan inklusivitas dalam masyarakat multikultural.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan Tariq
Ramadan tentang pluralisme dan inklusivitas, serta untuk
mengeksplorasi relevansi pemikiran Ramadan dalam
mempromosikan kerukunan beragama dan sosial dalam
masyarakat multikultural. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi pustaka dengan pendekatan filosofis,
dengan menggunakan sumber primer karya -karya Tariq Ramadan
yang terkait dengan topik penelitian. Dengan menggunakan
pendekatan ini, diharapkan peneliti dapat memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang objek pembahasan dalam
penelitian ini.
Sebagai studi pustaka dengan pendekatan filosofis, analisis
data dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan dan
interpretasi terhadap sumber-sumber primer yang digunakan,
yaitu karya-karya Tariq Ramadan. Analisis data dilakukan dengan
membaca dan memahami secara seksama buku -buku tersebut,
kemudian mengidentifikasi ide-ide utama dan argumen-argumen
yang diungkapkan oleh Tariq Ramadan. Data yang dikumpulkan
akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan
filosofis, yaitu dengan mengkaji argumen -argumen yang
dikemukakan oleh ramadan dan menempatkannya dalam konteks

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |9

filosofis yang lebih luas.
16
Hasil analisis data tersebut kemudian
akan dijadikan dasar untuk menyusun argumentasi dalam
penelitian ini. Dalam menyusun penelitian, hasil analisis data akan
digabungkan dengan pemikiran dan konsep filosofis lain yang
relevan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
tentang konsep tentang pluralisme dan inklusivitas perspektif
Tariq Ramadan.
C. Pembahasan
1. Biografi dan landasan pemikiran Tariq Ramadan
Tariq Ramadan adalah seorang cendekiawan Muslim, filsuf,
dan aktivis sosial kelahiran Swiss pada tanggal 26 Agustus 1962. Dia
adalah cucu dari Hasan al-Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin,
sebuah gerakan Islam yang terkenal di seluruh dunia. Ramadan
tumbuh dalam keluarga yang sangat terlibat dalam politik dan
aktivisme Islam di Swiss. Ayahnya, Said Ramadan, adalah seorang
ulama dan aktivis politik yang dikenal sebagai tokoh penting dalam
gerakan Islam di Eropa.
Tariq Ramadan menempuh pendidikan di Jenewa dan
menerima gelar doktor di bidang Filsafat dan Studi Islam dari
Universitas Jenewa pada tahun 1992.
17
Dia kemudian melanjutkan
studinya di Inggris, di mana dia memperoleh gelar Master of Arts
dan Ph.D. di bidang Studi Islam dari Unive rsitas Oxford. Karir

16
Anton Bakker and Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat
(Yogyakarta: Kanisius, 2015).
17
Moh. Zeinudin, “Minoritas Muslim Di Barat (Studi Atas Pemikiran Tariq
Ramadan),” ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 12, no. 1 (January 22, 2011):
63+78, https://doi.org/10.14421/esensia.v12i1.702.

_______________________________________________________________________________________
10|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


akademis Ramadan dimulai pada tahun 1994 ketika dia diangkat
sebagai dosen di Fakultas Studi Islam di Universitas Jenewa.
kemudian menjadi profesor tamu di berbagai universitas di seluruh
dunia, termasuk di Amerika Serikat dan Qatar.
Dijelaskan oleh Hirzun Haq bahwa Ramadan dikenal sebagai
seorang intelektual yang kritis dan berpengaruh di kalangan umat
Muslim dan non -Muslim. Dia sering menulis tentang isu -isu
sosial, politik, dan budaya, serta tentang agama Islam dan isu-isu
yang terkait dengannya. Namun, Ramadan juga kontroversial
karena pandangan-pandangannya yang kontroversial terkait
dengan isu-isu seperti hak LGBT, kebebasan berbicara, dan
hubungan antara Islam dan Barat. Dia telah dikecam oleh beberapa
kelompok yang menuduhnya mem iliki hubungan dengan gerakan
Islamisme dan terlibat dalam aktivitas ekstremis.
18

Pada tahun 2004, Ramadan dipecat dari posisinya di
Universitas Rotterdam setelah pemerintah Amerika Serikat
menolak visa kerjanya. Namun, pada tahun 2009, dia diangkat
sebagai profesor Studi Islam di Universitas Oxford dan menjadi
Direktur Pusat Penelitian Islam Kontemporer di Oxford. Selain itu,
aktif dalam kegiatan sosial dan politik di seluruh dunia. Dia terlibat
dalam beberapa organisasi, termasuk dalam Islamic Relief
Worldwide dan Amnesty International. Ramadan sering berbicara

18
Fardana Khirzul Haq, Muhammad Shulthoni, and Fahrudin Mukhlis,
“Tariq Ramadan’s View on Western Muslims Identity: Between Nation and God’s
Revelation,” Progresiva : Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam 11, no. 01 (June 14,
2022): 55+69, https://doi.org/10.22219/progresiva.v11i01.20496.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |11

tentang keadilan sosial dan perubahan politik, serta pentingnya
dialog antaragama dan kerjasama antarbudaya. Meskipun
kontroversial, Tariq Ramadan terus menjadi salah satu tokoh
penting dalam pemikiran Islam kontemporer dan aktivisme sosial
di seluruh dunia.
19

Pemikiran Ramadan didasarkan pada pemahaman Islam
yang inklusif dan pluralistik, serta menggabungkan tradisi Islam
dengan kehidupan modern. Ramadan mengambil pendekatan kritis
terhadap interpretasi literal Quran dan Sunnah, dan memandang
bahwa Islam dapat diterapkan secara relevan dalam konteks sosial
dan politik saat ini. Ia menekankan pentingnya memahami konteks
historis dan sosial dalam memahami ayat -ayat suci Islam, serta
menekankan pentingnya merangkul inklusivitas dan pluralisme
dalam masyarakat modern.
20

Ramadan memberikan pandangan terkait pentingnya dialog
antaragama, dan ia telah terlibat dalam dialog dengan para
pemimpin agama dan politisi di seluruh dunia. Ia juga menekankan
pentingnya partisipasi Muslim dalam politik dan masyarakat, dan
ia telah mempromosikan gagasan “European Muslim” yang
menggabungkan identitas Islam dengan identitas Eropa.
21
Dalam
pemikirannya, Ramadan menjelaskan pentingnya spiritualitas dan
nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari, serta pentingnya

19
Nor Faridah Mat Nong, Identiti Muslim Eropah: Perspektif Tariq Ramadan
(Jakarta: Gramedia, 2015).
20
Tariq Ramadan, The Quest for Meaning: Developing a Philosophy of
Pluralism.
21
Tariq Ramadan, To Be a European Muslim (Leicester: Islamic Foundation,
1999).

_______________________________________________________________________________________
12|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


menyeimbangkan kebutuhan fisik dan spiritual manusia.
Menurutnya Islam dapat memberikan kontribusi positif dalam
memecahkan masalah sosial dan politik global seperti kemiskinan,
ketidakadilan, dan konflik antaragama.
22

Tariq Ramadan juga berbicara tentang reformasi dalam
pemikiran Islam, terutama dalam konteks Eropa. Ia memandang
bahwa Islam perlu mengalami transformasi agar dapat relevan
dengan konteks Eropa yang pluralistik dan demokratis.
23
Menurut
Ramadan, reformasi Islam harus dilakukan melalui pendekatan
kritis terhadap interpretasi literal Quran dan Sunnah, dan
menggabungkan aspek-aspek Islam yang positif dengan nilai-nilai
modern seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan
individu. Islam harus merangkul perempuan sebagai bagian
integral dari masyarakat Muslim, dan menekankan pentingnya
memperjuangkan hak -hak perempuan dalam konteks agama dan
masyarakat.
24
Ia berpesan terkait peran pentingnya pendidikan dan
pengembangan diri dalam pemikir an Islam, dan memandang
bahwa pendidikan harus ditekankan sebagai cara untuk
memperkuat identitas Muslim dan mempromosikan pluralisme dan
inklusivitas.

22
Amir, “Tariq Ramadan: Inclusive and Plural Value in Islamic Intellectual
Tradition.”
23
Nong, Identiti Muslim Eropah: Perspektif Tariq Ramadan.
24
Abimanyu Iqbal Soesanto, “Radical Reform: Studi Analitis Konsep
Ijtihad Tariq Ramadan,” AL-MANHAJ: Jurnal Hukum Dan Pranata Sosial Islam 4,
no. 1 (June 22, 2022): 51+60, https://doi.org/10.37680/almanhaj.v4i1.1545.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |13

Hal yang paling menonjol dalam kiprahnya Ramadan ialah
terkait sikap memerangi terorisme dan kekerasan d alam bentuk
apapun, dan menolak pemahaman yang mengaitkan Islam dengan
kekerasan dan terorisme. Menurutnya terorisme dan kekerasan
adalah kejahatan yang tidak dapat dibenarkan dalam konteks
agama atau politik, dan menekankan pentingnya bekerja sama
untuk memerangi ekstremisme dan radikalisme dalam semua
bentuknya.
25

2. Pluralisme dan Inklusivitas dalam Konsep European Muslim
Konsep “European Muslim” yang dikemukakan oleh Tariq
Ramadan merujuk pada ide tentang identitas Muslim yang
diwujudkan dalam konteks keberadaan di Eropa.
26
Muslim yang
hidup di Eropa, mereka harus mencoba untuk menggabungkan
nilai-nilai Islam dengan budaya dan nilai-nilai Barat yang ada di
sekitar mereka. Menurut Nong, Konsep ini juga menekankan
pentingnya pengakuan dan penghormatan terh adap perbedaan
budaya dan agama dalam masyarakat Eropa yang semakin
multikultural.
27
Menurut Ramadan, menjadi seorang European
Muslim bukanlah tentang meniadakan atau menggantikan identitas
Muslim yang sudah ada, namun lebih tentang membentuk sebuah
identitas baru yang mencakup elemen dari kedua budaya. Oleh
karena itu dalam pandangan Ramadan, penting bagi Muslim Eropa
untuk membentuk dialog dengan masyarakat Eropa lainnya, agar

25
Soesanto.
26
Tariq Ramadan, To Be a European Muslim.
27
Nong, Identiti Muslim Eropah: Perspektif Tariq Ramadan.

_______________________________________________________________________________________
14|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


dapat mencapai pemahaman bersama dan menjaga perdamaian
serta toleransi antar agama.
28

Konsep “European Muslim” yang diusulkan oleh Ramadan ini
telah menjadi topik diskusi dan perdebatan yang menarik dalam
lingkup studi agama dan sosiologi di Eropa. Beberapa pengamat
mengkritik pendekatan Ramadan yang dianggap terlalu optimis
dan terlalu mengabaikan perbedaan yang mendasar antara budaya
dan agama yang sulit digabungkan.
29
Ada juga yang menganggap
bahwa konsep European Muslim terlalu dipengaruhi oleh pandangan
Barat dan kurang memperhatikan sisi -sisi keislaman yang lebih
tradisional. Meskipun begitu, konsep European Muslim tetap
menjadi sebuah konsep penting dalam studi agama dan sosiologi di
Eropa, dan menjadi topik diskusi dan perdebatan yang menarik
tentang identitas Muslim di tengah -tengah konteks
multikulturalisme dan globalisasi.
30
Namun demikian, konsep ini
tetap menjadi salah satu sumbangsih Ramadan dalam memikirkan
tentang identitas Muslim di era globalisasi dan multikulturalisme.
Ide European Muslim mengakui realitas bahwa umat Islam
sudah menjadi bagian dari masyarakat Eropa. Oleh karena itu, umat
Islam harus mencoba menggabungkan nilai -nilai Islam dengan

28
Nabil, “Tariq Ramadan Dan Faham Budaya Islam Yang Toleran Dan
Inklusif.”
29
Chandra Muzaffar, Muslim Today: Changes Within, Challenge Without
(Pakistan: EMEL Publications, 2011).
30
Damanhuri Damanhuri, “Kaum Minoritas Muslim Di Baratgan Dan
Masa Depan,” Analisis: Jurnal Studi Keislaman 12, no. 1 (2012),
https://doi.org/https://doi.org/10.24042/ajsk.v12i1.638.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |15

nilai-nilai dan budaya Eropa yang ada, dan menemukan cara untuk
menjalankan kehidupan mereka di tengah-tengah masyarakat yang
semakin multikultural. Dengan demikian, hal ini tidak berarti
bahwa umat Muslim harus meniadakan atau menggantikan
identitas Muslim mereka, namun justru membentuk identitas baru
yang mencakup elemen dari budaya Islam dan budaya Barat.
31

Dalam konteks ini, Ramadan memperkenalkan konsep “doble
appartenance”, yaitu kedua belah pihak harus mengakui dan
menghormati perbedaan budaya dan agama, dan mencari cara
untuk menjalin dialog dan kerjasama dalam mencapai pemahaman
bersama dan menjaga perdamaian dan toleransi antar agama.
32

Namun, konsep European Muslim yang diusulkan oleh Ramadan
juga menuai kritik dari beberapa pihak.
Dalam bukunya yang berjudul “What I Believe”, Ramadan
menyebut bahwa “European Muslim harus berintegrasi dengan
masyarakat setempat dan sekaligus mempertahankan identitas
mereka sebagai Muslim”.
33
Karen Armstrong, seorang penulis dan
ahli sejarah agama, mengatakan bahwa integrasi merupakan proses
saling mengenal dan memahami antara masyarakat yang berbeda.
34


31
Abdul Razak Abdulroya Panaemalae and Zaenuddin Hudi Prasojo,
“Islam and the West: Tariq Ramadan and the Discourse of Religion of Peace for a
Global Understanding,” Al-Albab 5, no. 2 (December 1, 2016): 237,
https://doi.org/10.24260/alalbab.v5i2.507.
32
Tariq Ramadan, Islam, the West and the Challenges of Modernity
(Leicester: Islamic Foundation, 2021).
33
Tariq Ramadan, What I Believe.
34
Muhamad Subekhi, “Akar Gerakan Politik Fundamentalisme Islam Di
Era Modern (Studi Terhadap Pemikiran Karen Armstrong),” Panangkaran: Jurnal
Penelitian Agama Dan Masyarakat 2, no. 1 (May 28, 2018): 23,
https://doi.org/10.14421/panangkaran.2018.0201-02.

_______________________________________________________________________________________
16|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


Begitu juga dengan John Esposito, seorang akademisi Islam di
Universitas Georgetown, memberi kan pendapatnya bahwa
European Muslim dapat memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat setempat jika mereka dapat mengintegrasikan nilai -
nilai Islam dengan nilai-nilai masyarakat pluralis
35

Dalam karyanya yang berjudul “Radical Reform: Islamic Ethics
and Liberation”, Ramadan menjelaskan:
“In Europe, Muslims must try to establish a presence that is both
confident and faithful, integrating themselves into their social
and economic environment while preserving their identity and
Islamic principles. There is no contradiction here: it is essential for
Muslims to recognize the importance of being citizens who are
fully committed to their society while at the same time remaining
faithful to their religious identity”.
36

Dalam argumentasinya ia menekankan pentingnya integrasi
bagi Muslim di Eropa. Integrasi bukanlah mengorbankan identitas
Muslim, melainkan memadukan identitas tersebut dengan nilai -
nilai masyarakat setempat. Ramadan mengajak Muslim di Eropa

35
Moh. Salman Hamdani, “John Louis Esposito Tentang Dialog Peradaban
Islam-Barat,” KOMUNIKA: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi 7, no. 1 (January 1,
1970), https://doi.org/10.24090/komunika.v7i1.362.
36
Tariq Ramadan, Radical Reform: Islamic Ethics and Liberation (Oxford:
Oxford University Press, 2008).

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |17

untuk berkontribusi dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat ,
sambil tetap mempertahankan nilai-nilai Islam.
37

Ramadan menjelaskan konsep European Muslim sebagai
Muslim yang memadukan identitas Muslim dan identitas Eropa.
Ramadan berpendapat bahwa Muslim di Eropa harus beradaptasi
dengan nilai-nilai masyarakat setempat dan berpartisipasi dalam
kehidupan sosial dan politik sebagai warga negara yang
bertanggung jawab. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dalam
buku “To Be a European Muslim": A Study of Islamic Sources in the
European Context” Ramadan menyatakan:
“The European Muslim is a Muslim who has a European identity,
who is rooted in European culture and history, and who is
committed to participating in the life of the European society as a
responsible citizen.”
38

Ramadan kembali menegaskan pentingnya integra si bagi
Muslim di Eropa. Dalam “Islam and the Arab Awakening ”, ia
berpendapat:
“European Muslims must be Europeans who are Muslims, not
Muslims who happen to live in Europe. This means that they
should be committed to the values and principles of the European

37
Tariq Ramadan, The Quest for Meaning: Developing a Philosophy of
Pluralism.
38
Tariq Ramadan, To Be a European Muslim.

_______________________________________________________________________________________
18|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


societies in which they live, while preserving their Islamic identity
and values.”
39

Dalam uraiannya menuturkan bahwa Muslim di E ropa harus
memadukan nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai masyarakat
setempat, sehingga terbentuklah European Muslim yang bukan
hanya Muslim yang tinggal di Eropa, melainkan Muslim yang juga
beridentitas Eropa.
Dalam konsep European Muslim, Tariq Ramadan
menekankan pentingnya pluralisme dan inklusivitas. Ia
menjelaskan bahwa Islam harus diartikan dalam konteks
masyarakat yang pluralistik dan inklusif, di mana beragam
identitas dan pandangan dapat diterima dan diakui.
40
Argumen
yang lain diungkapkan oleh yusdani bahwa Islam tidak boleh
dipandang sebagai identitas tunggal dan eksklusif, tetapi harus
disesuaikan dengan realitas mas yarakat multikultural yang
heterogen.
41
Dalam bukunya “Radical Reform: Islamic Ethics and
Liberation,” Ramadan menjelaskan menciptakan kerangka
pemikiran yang inklusif untuk mempromosikan toleransi dan
penghargaan terhadap perbedaan dalam masyarakat multicultural

39
Tariq Ramadan, The Arab Awakening: Islam and the New Middle East
(London: Penguin Books Ltd, 2012).
40
Abdulroya Panaemalae and Prasojo, “Islam and the West: Tariq
Ramadan and the Discourse of Religion of Peace for a Global Understanding.”
41
Yusdani Yusdani, “Pemikiran Dan Gerakan Muslim Progresif,” El-
Tarbawi 8, no. 2 (October 26, 2015): 146 +60,
https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol8.iss2.art3.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |19

serta mengembangkan dialog antar budaya dan agama untuk
mempromosikan pemahaman dan saling penghormatan.
42

Dalam bukunya yang berjudul “To Be a European Muslim,”
Ramadan menunjukkan bahwa pluralisme dan inklusivitas sangat
penting dalam mengembangkan identitas Muslim di Eropa. Ia
berpendapat bahwa Muslim di Eropa harus mengadopsi pendekatan
yang inklusif dan berdialog dengan masyarakat sekitar untuk
menciptakan kerangka pemikiran yang mempromosikan toleransi
dan penghargaan terhadap perbedaan.
43
Ramadan
mempertanyakan gagasan bahwa Islam tidak kompatibel dengan
demokrasi dan modernitas. Ia menekankan pentingnya pluralisme
dan inklusivitas dalam menciptakan masyarakat yang demokratis
dan inklusif di dunia Arab.
44

Dalam konteks konsep European Muslim, Islam dapat hidup
berdampingan dengan demokrasi dan pluralisme dalam
masyarakat multikultural. Konsep ini sangat relevan dengan
konsep pluralisme dan inklusivitas dalam masyarakat
multikultural, di mana beragam identitas dan pandangan diterima
dan diakui.
Relevansi pemikiran Tariq Ramadan dengan konsep
Pluralisme dan Inklusivitas dalam Masyarakat Multikultural sangat
erat karena ia memandang Islam sebagai agama yang inklusif dan
pluralistik. Islam menawarkan pandangan dunia yang inklusif,

42
Tariq Ramadan, Radical Reform: Islamic Ethics and Liberation.
43
Tariq Ramadan, To Be a European Muslim.
44
Tariq Ramadan, The Arab Awakening: Islam and the New Middle East.

_______________________________________________________________________________________
20|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


yang menghargai keberagaman dan mempromosikan kerukunan
antar umat beragama.
45
Konsep Pluralisme dan Inklusivitas dalam
Masyarakat Multikultural dapat ditemukan dalam bukunya yang
berjudul “In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of
Muhammad”. Dalam buku tersebut, Ramadan menyoroti
pentingnya kerukunan antara umat beragama dan menggambarkan
bagaimana Nabi Muhammad membangun hubungan yang baik
dengan pemeluk agama lain dan masyarakat non -Muslim.
46

Dalam bukunya yang berjudul “Radical Reform: Islamic Ethics
and Liberation”, Ramadan menulis bahwa Islam mengajarkan nilai -
nilai universal ini dan bahwa umat Muslim harus memperkuat
hubungan mereka dengan orang lain dengan mempromosikan
keadilan, persamaan, dan toleransi. Nilai-nilai universal seperti
kemanusiaan, keadilan, dan persamaan dalam menjalin hubungan
antarindividu dan kelompok.
47
Dengan demikian, pemikiran Tariq
Ramadan memiliki relevansi yang besar dengan konsep Pluralisme
dan Inklusivitas dalam Masyarakat Multikultural karena ia
memandang Islam sebagai agama yang inklusif dan pluralistik dan
menekankan pentingnya dialog antarbudaya dan antaragama serta

45
Theguh Saumantri, “Konstruksi Nilai-Nilai Moderasi Beragama Dalam
Perspektif Filsafat Agama,” Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 24, no. 2
(2022): 164 +80,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22373/substantia.v24i2.14854.
46
Tariq Ramadan, In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of
Muhammad (Oxford: Oxford University Press, 2007).
47
Tariq Ramadan, Radical Reform: Islamic Ethics and Liberation.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |21

memperkuat hubungan antarindividu dan kelompok dengan nilai -
nilai universal seperti kemanusiaan, keadilan, dan persamaan.
Masyarakat multikultural memiliki karakteri stik yang
berbeda dengan masyarakat yang homogen atau berbudaya
tunggal. Masyarakat multikultural terdiri dari berbagai kelompok
yang memiliki budaya dan bahasa yang berbeda -beda. Hal ini
membuat masyarakat multikultural memiliki keanekaragaman
yang sangat kaya. Masyarakat multikultural pun harus memiliki
sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan budaya, bahasa,
agama, dan ras. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat hidup
harmonis dan saling menghargai satu sama lain.
48

Konsep European Muslim merujuk p ada gagasan bahwa
Islam dapat menjadi bagian dari identitas Eropa yang multikultural.
Konsep ini menekankan pentingnya inklusivitas, dialog
antarbudaya dan pluralisme dalam membangun masyarakat yang
damai dan harmonis.
49
European Muslim juga mencakup
pandangan bahwa Islam dapat menjadi sumber inspirasi bagi
masyarakat Eropa, termasuk dalam konteks menciptakan
masyarakat yang inklusif dan pluralis.
50
Pendekatan European
Muslim dalam membangun hubungan antaragama di masyarakat

48
Subhan Hi. Ali Dodego and Doli Witro, “The Islamic Moderation and The
Prevention of Radicalism and Religious Extremism in Indonesia,” Dialog 43, no. 2
(December 21, 2020): 199+208, https://doi.org/10.47655/dialog.v43i2.375.
49
Zeinudin, “Minoritas Muslim Di Barat (Studi Atas Pemikiran Tariq
Ramadan).”
50
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis (Jakarta:
Perspektif, 2005).

_______________________________________________________________________________________
22|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


multikultural mencakup tiga prinsi p utama yaitu dialog
antarbudaya, kerjasama, dan kesetaraan.
Dialog antarbudaya diperlukan untuk memahami perbedaan
dan kesamaan antaragama serta menciptakan saling pengertian
dan penghormatan. Kerjasama antara pemeluk agama berbeda
diperlukan untuk mencapai tujuan yang sama, seperti perdamaian
dan kesejahteraan sosial. Sementara itu, kesetaraan antaragama
penting untuk menghindari diskriminasi dan menciptakan ruang
yang sama bagi semua pemeluk agama.
51

Dalam konsep European Muslim, keberagaman dipandang
sebagai sumber kekayaan dan bukan sebagai ancaman bagi
masyarakat. Hal ini tercermin dalam pendekatan inklusif terhadap
pemeluk agama yang berbeda, di mana Islam dipandang sebagai
bagian integral dari masyarakat multikultural. European Muslim
menekankan bahwa keberagaman agama dan budaya harus
dihargai dan dijadikan sebagai modal untuk menciptakan
masyarakat yang harmonis dan saling menghormati.
52
Sebagai
upaya mencapai tujuan pluralisme dan inklusivitas, European
Muslim menekankan pentingnya pendidikan dan per an masyarakat
dalam membangun hubungan yang baik antaragama. Pendidikan
harus mengajarkan nilai -nilai inklusivitas dan kerukunan
antaragama sejak dini, sementara masyarakat harus berpartisipasi

51
Zakyi Ibrahim, “Islam and Pluralism,” American Journal of Islam and
Society 27, no. 4 (October 1, 2010): i+vi, https://doi.org/10.35632/ajis.v27i4.1282.
52
Zeinudin, “Minoritas Muslim Di Barat (Studi Atas Pemikiran Tariq
Ramadan).”

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |23

aktif dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan
menghormati keberagaman.
Dalam kesimpulannya, konsep European Muslim mewakili
pendekatan inklusif dan pluralis dalam membangun masyarakat
multikultural yang damai dan harmonis. Konsep ini menekankan
pentingnya dialog, kerjasama, dan kesetaraan antaragama, serta
menghargai keberagaman agama dan budaya sebagai sumber
kekayaan. Dalam konteks menciptakan hubungan yang baik
antaragama, European Muslim memandang pendidikan dan peran
masyarakat sebagai kunci penting dalam membangun hubungan
yang baik antaragama dan menciptakan masyarakat yang inklusif
dan pluralis.
3. Konsep Dar al-Syahadah (Space of Testimony)
Pembahasan sebelumnya membahas tentang konsep
European Muslim sebagai alternatif bagi Muslim dalam
berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan bersama di
masyarakat Eropa. Namun, konsep tersebut tidak dapat
direalisasikan sepenuhnya jika pemahaman tentang kekuasaan
kolonialisme masih bertahan dalam konteks “Dar al-Islam” dan
“Dar al-Harbi”.
53
Oleh karena itu, Tariq Ramadan menemukan suatu
kondisi baru dalam ruang yang lebih terbuka untuk memberikan
perlindungan bagi minoritas Muslim dengan memperkenalkan
konsep Dar al-Shahadah. Dar al-Shahadah adalah ruang kesaksian

53
Hasnan Bachtiar, “Dar Al-’Ahd Wa Al-Shahadah: Upaya Dan Tantangan
Muhammadiyah Merawat Kebinekaan,” MAARIF 14, no. 1 (June 30, 2019): 67+101,
https://doi.org/10.47651/mrf.v14i1.50.

_______________________________________________________________________________________
24|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


tentang keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dengan sepenuh jiwa
dan akal fikiran, bahwa Dia-lah yang menurunkan wahyu kepada
Rasul-Nya (Muhammad SAW) sebagai dasar utama untuk menjadi
seorang Muslim yang sejati.
54

Konsep Dar al-Shahadah merupakan salah satu konsep
penting dalam pemikiran Islam yang sering kali digunakan untuk
memahami hubungan antara dunia Muslim d an non-Muslim.
Secara harfiah, Dar al-Shahadah berarti “wilayah kesaksian” atau
“wilayah kesaksian kebenaran ”. Konsep ini berasal dari
pemahaman bahwa dunia terbagi menjadi dua wilayah, yaitu Dar
al-Islam (wilayah Islam) dan Dar al-Harb (wilayah perang).
Menurut pemikiran Islam tradisional, Dar al-Islam adalah wilayah
yang diperintah oleh pemerintah Muslim dan di mana syariat Islam
diterapkan. Sementara itu, Dar al-Harb adalah wilayah yang belum
dikuasai oleh pemerintah Muslim atau wilayah di mana syariat
Islam tidak diterapkan. Namun, konsep Dar al-Shahadah
memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai hubungan
antara dunia Muslim dan non-Muslim.
55

Dar al-Shahadah diartikan sebagai wilayah di mana
kebenaran diterima dan diakui, tidak peduli apakah wilayah
tersebut dikuasai oleh Muslim atau non-Muslim. Dalam konteks

54
Tariq Ramadan, The Messenger: The Meanings of the Life of Muhammad
(London: Allen Lane, 2007).
55
Ahmad Nabil Amir, Tasnim Abdul Rahman, and Sofyan Alvin, “Tariq
Ramadan: Eksponen Islam M oden,” ALDIN: Jurnal Dakwah Dan Sosial Keagamaan
7, no. 1 (2021), https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35673/ajdsk.v7i1.1827.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |25

ini, kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran universal dan
bukan hanya kebenaran agama. Oleh karena itu, Dar al-Shahadah
dapat diartikan sebagai wilayah di mana kebenaran diterima dan
dihargai, baik itu dalam aspek keagamaan maupun dalam aspek
kebenaran universal. Dalam konteks hubungan antara dunia
Muslim dan non-Muslim, konsep Dar al-Shahadah mengajarkan
bahwa meskipun ada perbedaan dalam keyakinan agama, kedua
wilayah dapat hidup berdampingan d engan damai dan saling
menghargai. Hal ini berarti bahwa meskipun daratan atau wilayah
tersebut dikuasai oleh non-Muslim, namun jika kebenaran dan hak
asasi manusia dihargai dan diakui, maka wilayah tersebut dapat
dianggap sebagai bagian dari Dar al-Shahadah.
56

Konsep Dar al-Shahadah (Space of Testimony) dalam
pemikiran Tariq Ramadan merujuk pada gagasan tentang
menciptakan ruang di mana individu Muslim dapat menyatakan
kesaksian mereka tentang keimanan dan keyakinan mereka,
sementara juga menghargai hak-hak individu non-Muslim dalam
masyarakat multikultural. Dar al-Shahadah harus dianggap sebagai
ruang yang inklusif, di mana individu dari latar belakang dan
keyakinan yang berbeda -beda dapat berinteraksi dan saling
menghormati satu sama lain. Menciptakan ruang semacam ini
adalah penting untuk mempromosiakan kerukunan antar umat
beragama, karena hal ini dapat membantu mengurangi ketegangan

56
Khirzul Haq, Shulthoni, and Mukhlis, “Tariq Ramadan’s View on
Western Muslims Identity: Between Nation and God’s Revelation.”

_______________________________________________________________________________________
26|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


dan konflik yang mungkin muncul dalam masyarakat
multikultural.
57

Menurut Tariq Ramadan, akidah, syariat, dan spiritualitas
adalah inti penting yang menjadi tolok ukur dalam pembentukan
Muslim dalam pembangunan konsep negara Dar al-Shahadah.
Ramadan menjelaskan bahwa terminologi “Shahada” memiliki dua
inti penting, yaitu pertama, sebagai kesaksian terhadap Tuhan,
seluruh ciptaan-Nya, dan membangun identitas seorang Muslim
dengan kalimat “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan-Nya”. Kedua, hubungan yang erat antara tanggung jawab
akidah seorang Muslim yang didasarkan pada ayat al -Quran yang
berbunyi “Kami menjadikan kamu umat yang terpilih dan adil agar
kamu menjadi saksi bagi seluruh manusia tentang kebenaran dan
keadilan.” Ini adalah dasar bagi konsep penyaksian “idea of
Shahada” dan keberadaan pencipta dalam bentuk rohani dan
moral.
58

Konsep Dar al-Shahadah dapat menjadi cara untuk
mempromosikan pluralisme dan inklusivitas dalam masyarakat
multikultural, karena memberikan ruang bagi minoritas Muslim
untuk mengembangkan identitas keagamaan mereka dan
membangun hubungan harmonis dengan masyarakat non -Muslim.

57
Prihma Sinta Utami, “Urgensi Internalisasi Nilai Kemuhammadiyahan
Berbasis Wawasan Kebangsaan Dengan Konsep Negara Pancasila Sebagai Darul
Ahdi Wa Syahadah,” Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan 4, no. 2 (July 15,
2019): 63+70, https://doi.org/10.24269/jpk.v4.n2.2019.pp62-70.
58
Tariq Ramadan, In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of
Muhammad.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |27

Dar al-Shahadah sebagai salah satu solusi untuk mengatasi
konflik dan ketidakadilan dalam masyarakat multikultural. konsep
Dar al-Shahadah juga menunjukkan bahwa kebenaran dan hak asasi
manusia harus diakui dan dihargai, tanpa terbatas pada perbedaan
agama dan budaya. Dar al-Shahadah harus diartikan sebagai
wilayah di mana kebenaran universal diterima dan dihargai, bukan
hanya kebenaran agama tertentu. Oleh karena itu, semua wilayah di
dunia dapat dianggap sebagai bagian dari Dar al-Shahadah jika
kebenaran dan hak asasi manusia diakui dan dihargai di sana.
59

Dalam konteks hubungan antara dunia Muslim dan non -
Muslim, Ramadan berpendapat bahwa konsep Dar al-Shahadah
dapat membantu memperkuat nilai pluralisme dan inklusivitas
dalam masyarakat multikultural. Pemahaman yang luas mengenai
konsep ini dapat membantu mengatasi perbedaan agama dan
budaya dalam masyarakat, sehingga masyarakat dapat hidup
bersama dengan damai dan saling menghormati perbedaan. Dar al-
Shahadah tidak hanya mengacu pada hubungan antara dunia
Muslim dan non-Muslim, tetapi juga dapat diterapkan dalam
hubungan antara umat Islam yang berbeda-beda.
60

Dalam konteks ini, Bambang Qomaruzzama n dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa konsep Dar al-Shahadah yang
diusulkan oleh Ramadan merupakan ide atau kerangka yang

59
Nong, Identiti Muslim Eropah: Perspektif Tariq Ramadan.
60
Nor Faridah binti Mat Nong, “Konsep European Muslim Dan Dar Al
Shahadah Dalam Pembent ukan Identiti Muslim Kontemporari Menurut Tariq
Ramadan,” in Ar-Raniry International Conference on Islamic Studies (ARICIS), 2016,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22373/aricis.v1i0.976.

_______________________________________________________________________________________
28|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


komprehensif untuk tetap mempertahankan agama dalam
masyarakat yang mayoritas non -Muslim serta dalam medan
dakwah yang lebih terbuka di seluruh Eropa. Konsep ini
memberikan ruang bagi kebebasan dan toleransi yang lebih luas
kepada umat Muslim un tuk memenuhi tanggung jawab mereka
tanpa menimbulkan ancaman bagi pihak lain.
61

Pendekatan Ramadan dalam menggunakan konsep ruang
(space) daripada rumah (house) lebih fleksibel karena teknologi
informasi sekarang melampaui batas -batas fisik dan
memungkinkan pengaksesan ke dalam dunia maya dan ruang
angkasa. Ramadan memainkan peran penting dalam
mempromosikan peran agama yang sewajarnya serta
memperkenalkan konsep kerohanian sebagai bagian dari penjagaan
jiwa (Tazkiyat al-nafs) untuk generasi Muslim di Eropa. Peneliti
juga melihat tantangan yang dihadapi oleh Ramadan terutama
dalam hal dakwah di negara non -Muslim. Pendekatan ini hanya
dapat diterapkan dalam negara yang memiliki politik yang benar-
benar demokratis dan tidak pada negara yang sedang mengalami
konflik seperti Palestina dan negara lainnya. Oleh karena itu,
Ramadan memberikan kontribusi yang berharga dalam
membangun tamadun Islam dengan konsep Dar al-Shahadah dan

61
Bambang Qomaruzzam an and B Busro, “Tolerance Islam Theology of
Education Hermeneutic Reading of Tariq Ramadan Thought,” QIJIS (Qudus
International Journal of Islamic Studies) 7, no. 2 (December 26, 2019): 203,
https://doi.org/10.21043/qijis.v7i2.5128.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |29

ideologi dakwah yang positif dan ideal di negara -negara Eropa
kontemporer.
D. Penutup
Tariq Ramadan merupakan seorang pemikir Muslim
kontemporer yang mengusung gagasan tentang pluralisme dan
inklusivitas dalam konteks masyarakat multikultural.
Pemikirannya mendorong pendekatan kritis, inklusif, dan
pluralistik terhadap Islam, dan menekankan pent ingnya
memperkuat identitas Muslim dalam konteks global yang semakin
kompleks dan berubah. Ramadan juga menekankan pentingnya
reformasi dalam pemikiran Islam, termasuk melalui pendekatan
kritis terhadap interpretasi literal Quran dan Sunnah, serta
menggabungkan aspek-aspek Islam yang positif dengan nilai-nilai
modern seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan
individu.
Ramadan juga menyoroti pentingnya membangun
kemampuan diri dan memperkuat ikatan sosial di antara umat
Muslim Eropa, sehingga merek a dapat saling mendukung dan
membantu dalam menghadapi tantangan yang mereka hadapi
dalam proses integrasi di Eropa. Ramadan memandang konsep
European Muslim sebagai sebuah proyek yang kontinu dan
memerlukan kolaborasi dan dialog terus -menerus antara umat
Muslim dan masyarakat Eropa untuk mencapai tujuan tersebut.
konsep Dar al-Shahadah yang diajarkannya mengajarkan
pentingnya mengakui dan menghargai kebenaran dan hak asasi

_______________________________________________________________________________________
30|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


manusia dalam semua wilayah di dunia, tanpa terbatas pada
perbedaan agama dan budaya . Hal ini dapat membantu
memperkuat nilai pluralisme dan inklusivitas dalam masyarakat
multikultural serta meningkatkan persatuan dan solidaritas di
antara umat Islam.
Tariq Ramadan mendorong pendekatan yang kritis, inklusif,
dan pluralistik terhadap Islam, serta memperjuangkan pluralisme
dan inklusivitas dalam konteks masyarakat multikultural.
Pemikirannya memberikan sumbangan yang signifikan dalam
pembangunan tamadun Islam dengan konsep European Muslim
yang ideal di dalam negara Eropa postmodern.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulroya Panaemalae, Abdul Razak, and Zaenuddin Hudi Prasojo.
“Islam and the West: Tariq Ramadan and the Discourse of
Religion of Peace for a Global Understanding.” Al-Albab 5, no. 2
(December 1, 2016): 237.
https://doi.org/10.24260/alalbab.v5i2.507.
Amir, Ahmad Nabil. “Tariq Ramadan: Inclusive and Plural Value in
Islamic Intellectual Tradition.” Al-Risalah 13, no. 1 (January 19,
2022): 50+73. https://doi.org/10.34005/alrisalah.v13i1.1550.
Amir, Ahmad Nabil, Tasnim Abdul Rahman, and Sofyan Alvin.
“Tariq Ramadan: Eksponen Islam Moden.” ALDIN: Jurnal
Dakwah Dan Sosial Keagamaan 7, no. 1 (2021).

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |31

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35673/ajdsk.v7i1.1827.
Bachtiar, Hasnan. “Dar Al-’Ahd Wa Al-Shahadah: Upaya Dan
Tantangan Muhammadiyah Merawat Kebinekaan.” MAARIF 14,
no. 1 (June 30, 2019): 67 +101.
https://doi.org/10.47651/mrf.v14i1.50.
Bakker, Anton, and Achmad Cha rris Zubair. Metodologi Penelitian
Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 2015.
Damanhuri, Damanhuri. “Kaum Minoritas Muslim Di Baratgan Dan
Masa Depan.” Analisis: Jurnal Studi Keislaman 12, no. 1 (2012).
https://doi.org/https://doi.org/10.24042/ajsk.v12i1.638.
Dodego, Subhan Hi. Ali, and Doli Witro. “The Islamic Moderation
and The Prevention of Radicalism and Religious Extremism in
Indonesia.” Dialog 43, no. 2 (December 21, 2020): 199+208.
https://doi.org/10.47655/dialog.v43i2.375.
Gusti Ndegong Madung, Otto. “Ko nsep Liberalisme Politik John
Rawls Sebagai Jawaban Terhadap Tantangan Masyarakat Plural
Dan Kritik Atasnya.” DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN
TEOLOGI STF DRIYARKARA 18, no. 2 (October 6, 2022): 218+37.
https://doi.org/10.36383/diskursus.v18i2.327.
Hadi, Ahmad Sofyan. “Problem Multikulturalisme Dalam
Pendidikan Agama Islam.” At-Ta’dib 9, no. 2 (January 26,
2016). https://doi.org/10.21111/at-tadib.v9i2.322.
Hamdani, Moh. Salman. “John Louis Esposito Tentang Dialog
Peradaban Islam-Barat.” KOMUNIKA: Jurnal Dakw ah Dan

_______________________________________________________________________________________
32|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


Komunikasi 7, no. 1 (January 1, 1970).
https://doi.org/10.24090/komunika.v7i1.362.
Hanik, Umi. “Pluralisme Agama Di Indonesia.” Jurnal Pemikiran
Keislaman 25, no. 1 (January 1, 2014).
https://doi.org/10.33367/tribakti.v25i1.154.
Ibrahim, Zakyi. “Islam and Pluralism.” American Journal of Islam
and Society 27, no. 4 (October 1, 2010): i +vi.
https://doi.org/10.35632/ajis.v27i4.1282.
Khaerurrozikin, Ahmad. “Problem Sosiologis Pluralisme Agama Di
Indonesia.” KALIMAH 13, no. 1 (March 31, 2015): 93.
https://doi.org/10.21111/klm.v13i1.280.
Khirzul Haq, Fardana, Muhammad Shulthoni, and Fahrudin
Mukhlis. “Tariq Ramadan’s View on Western Muslims Identity:
Between Nation and God’s Revelation.” Progresiva : Jurnal
Pemikiran Dan Pendidikan Islam 11, no. 01 (June 14, 2022): 55+
69. https://doi.org/10.22219/progresiva.v11i01.20496.
Lestari, Julita. “Pluralisme Agama Di Indonesia: Tantangan Dan
Peluang Bagi Keutuhan Bangsa.” Al-Adyan: Journal of Religious
Studies 1, no. 1 (August 6, 2020): 29 +38.
https://doi.org/10.15548/al-adyan.v1i1.1714.
Lukito, Daniel Lucas. “Eksklusivisme, Inklusivisme, Pluralisme,
Dan Dialog Antar Agama.” Veritas: Jurnal Teologi Dan Pelayanan
13, no. 2 (2012): 251 +79.
https://doi.org/10.36421/veritas.v13i2.269.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |33

Muzaffar, Chandra. Muslim Today: Changes Within, Challenge
Without. Pakistan: EMEL Publications, 2011.
Muzaki, Iqbal Amar, and Ahmad Tafsir. “Pendidikan Multikultural
Dalam Perspektif Islamic Worldview.” Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam 6, no. 1 (May 31, 2018): 57.
https://doi.org/10.36667/jppi.v6i1.154.
Nabil, Ahmad Amir. “Tariq Ramadan Dan Faham Budaya Islam
Yang Toleran Dan Inklusif.” PERADA 4, no. 1 (June 1, 2021): 23+
36. https://doi.org/10.35961/perada.v4i1.292.
Nong, Nor Faridah Mat. Identiti Muslim Eropah: Perspektif Tariq
Ramadan. Jakarta: Gramedia, 2015.
Nor Faridah binti Mat Nong. “Konsep European Muslim Dan Dar Al
Shahadah Dalam Pembentukan Identiti Muslim Kontemporari
Menurut Tariq Ramadan.” In Ar-Raniry International Conference
on Islamic Studies (ARICIS) , 2016.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22373/aricis.v1i0.976.
Qodir, Zuly, and Haedar Nashir. “Islamity, Humanity,
Indonesianity, and Culture: A Comparative Study on Ahmad
Syafii Maarif, Nurcholis Madjid, and Abdurrah man Wahid.”
Afkaruna 15, no. 2 (2019).
https://doi.org/10.18196/AIIJIS.2019.0104.226-253.
Qomaruzzaman, Bambang, and B Busro. “Tolerance Islam
Theology of Education Hermeneutic Reading of Tariq Ramadan
Thought.” QIJIS (Qudus International Journal of Islamic Studies) 7,
no. 2 (December 26, 2019): 203.

_______________________________________________________________________________________
34|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


https://doi.org/10.21043/qijis.v7i2.5128.
Saumantri, Theguh. “Konstruksi Nilai-Nilai Moderasi Beragama
Dalam Perspektif Filsafat Agama.” Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu
Ushuluddin 24, no. 2 (2022): 164 +80.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22373/substantia.v24i2.148
54.
*** . “The Dialectic of Islam Nusantara and Its Contribution To
The Development of Religious Moderation In Indonesia.” Fokus:
Jurnal Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan 7, no. 1 (2022): 57+
67. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29240/jf.v7i1.4295.
Sinta Utami, Prihma. “Urgensi Internalisasi Nilai
Kemuhammadiyahan Berbasis Wawasan Kebangsaan Dengan
Konsep Negara Pancasila Sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah.”
Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan 4, no. 2 (July 15, 2019):
63+70. https://doi.org/10.24269/jpk.v4.n2.2019.pp62-70.
Soesanto, Abimanyu Iqbal. “Radical Reform: Studi Analitis Konsep
Ijtihad Tariq Ramadan.” AL-MANHAJ: Jurnal Hukum Dan Pranata
Sosial Islam 4, no. 1 (June 22, 2022): 51 +60.
https://doi.org/10.37680/almanhaj.v4i1.1545.
Subekhi, Muhamad. “Akar Gerakan Politik Fundamentalisme Islam
Di Era Modern (Studi Terhadap Pemikiran Karen Armstrong).”
Panangkaran: Jurnal Penelitian Agama Dan Masyarakat 2, no. 1
(May 28, 2018): 23.
https://doi.org/10.14421/panangkaran.2018.0201-02.

JURNAL SOPHIST
Vol. 5. No.1 Januari Juni 2023
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural... |35

Sumaryanto, Thomas Onggo. “Kesalahan Konsep Antara Kebebasan
Beragama Dan Penistaan Agama Dalam Ruang Publik
Indonesia.” Jurnal Hukum Magnum Opus 4, no. 1 (2021).
https://doi.org/https://doi.org/10.30996/jhmo.v4i1.4403.
Tariq Ramadan. In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life
of Muhammad. Oxford: Oxford University Press, 2007.
*** . Islam, the West and the Challenges of Modernity. Leicester:
Islamic Foundation, 2021.
*** . Radical Reform: Islamic Ethics and Liberation. Oxford: Oxford
University Press, 2008.
*** . The Arab Awakening: Islam and the New Middle East. London:
Penguin Books Ltd, 2012.
*** . The Messenger: The Meanings of the Life of Muhammad .
London: Allen Lane, 2007.
*** . The Quest for Meaning: Developing a Philosophy of Pluralism.
London: Penguin Books Ltd, 2012.
*** . To Be a European Muslim. Leicester: Islamic Foundation,
1999.
*** . What I Believe. Oxford: Oxford University Press, 2009.
Thoha, Anis Malik. Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis. Jakarta:
Perspektif, 2005.
Yusdani, Yusdani. “Pemikiran Dan Gerakan Muslim Progresif.” El-
Tarbawi 8, no. 2 (October 26, 2015): 146 +60.
https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol8.iss2.art3.

_______________________________________________________________________________________
36|
Theguh Saumantri
Prinsip dan Asas Multikultural...
JURNAL SOPHIST
Vol. 5 No.1 Januari-Juni 2023


Zeinudin, Moh. “Minoritas Muslim Di Barat (Studi Atas Pemikiran
Tariq Ramadan).” ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 12, no. 1
(January 22, 2011): 63 +78.
https://doi.org/10.14421/esensia.v12i1.702.