LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN




PENGARUH PENERAPAN TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW
TERHADAP TINGKAT DEPRESI LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SALO

Tahun ke 1 (satu) dari rencana 1 (satu) tahun

Ns. NIA APRILLA, M.Kep (NIDN. 1022048706) Ketua
SYAFRIANI, M.Kes (NIDN. 1010048704) Anggota 1
AFIAH, S.ST, M.KM (NIDN. 1013128601) Anggota 2
Ns. DEVI EKA SAFITRI, M.Kep (1022068502)Anggota 3
YENI ROZANA (1814201229)
DEVI MAHARANI (1814201253)



UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSI
TAHUN 2021/2022

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah
Kementerian Sosial Direktorat Rehabilitasi Sosial (2007) menyebutkan lanjut usia
atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Undang-Undang
Kesejahteraan Lanjut Usia no 13/1998). Lansia terdiri dari dua kategori, yaitu lanjut usia
potensial (ayat 3) dan lanjut usiati dak potensial (ayat 4), dimana lanjut usia potensial adalah
lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan, atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang
tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
(Kementerian Sosial Direktorat Rehabilitasi Sosial, 2007). Berdasarkan definisi diatas,
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas dengan kemampuan
potensial dan tidak potensial dalam kemampuannya mencari nafkah sehingga tidak
tergantung dengan orang lain.
Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA, 2007)
melaporkan, pada tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia
7.998.543 orang (5,45%), tahun 2006 meningkat menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH
juga meningkat (66,2 tahun). Tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia mencapai 23,9 juta
atau 9,77% dan UHH sekitar 67,4 tahun. Tahun 2020 perkiraan penduduk lansia Indonesia
mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Pada tahun 2020 Indonesia
diperkirakan merupakan urutan ke 4 jumlah lansia paling banyak di dunia setelah Cina,
India dan Amerika Serikat (Departemen Kesehatan, 2001).
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia
harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk menyebabkan jumlah
penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya jumlah lansia
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang baik dari suatu negara, akan tetapi disisi lain
juga menimbulkan masalah tersendiri.
Proses menua dan menjadi tua merupakan hal yang alamiah dan pasti terjadi pada
setiap manusia. Usia lanjut merupakan suatu proses yang normal namun berjalan progresif
dan irreversibel. Perubahan pada lansia pada proses menua meliputi perubahan pada fungsi

fisiologis, kognitif dan psikososial. Penurunan kemampuan fisiologis tubuh pada lansia
merupakan penurunan menuju kearah kelemahan fungsi. Penurunan fisiologis pada lansia
menyebabkan keterbatasan pada fungsi motorik mereka sehingga membatasi kemampuan
interaksi sosial, terhambat dan menurunnya kemampuan fungsi sensorik dan panca indera
sehingga membuat kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu.
Masa lansia juga mengakibatkan perubahan-perubahan pada kesejahteraan hidup
dan psikologis pada lansia. Ketidaksiapan seseorang terhadap perubahan hidup pada diri
seseorang dapat mengakibatkan munculnya ketegangan jiwa yang berdampak terhadap
perubahan kemampuan fungsi adaptif diri seorang lansia. Keliat dkk, (1995) menyebutkan
aspek sosial yang berubah pada masa lansia diantaranya adalah masa pensiun yang berarti
merupakan waktu untuk menikmati hidup, lebih santai, melakukan hobi, ataupun aktifitas
sosial. Akan tetapi bagi sebagian lanjut usia, masa lansia merupakan masa pensiun yang
sering diartikan sebagai “kehilangan” dari hilangnya sumber keuangan, pasangan hidup,
teman, pekerjaan dan kegiatan serta kurangnya dan menurunnya rasa harga diri. Perubahan
ini akan lebih terasa bagi seseorang yang menduduki jabatan atau pekerjaan formal.
Individu tersebut akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini didapatkannya
seperti dihormati, diperhatikan dan diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai
waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul diluar lingkungan pekerjaannya, perasaan
kehilangan ini akan berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya
(DepKes, 2001).
Perubahan-perubahan pada lansia selama proses menua meliputi fungsi fisiologi,
kognitif dan psikososial dapat berpengaruh pada harga diri seorang lansia. Harga diri
menjadi hal yang penting bagi seorang lansia karena harga diri adalah rasa dihormati,
diterima, kompeten dan bernilai bagi lansia ynag didpatkan dari orang lain dan perasaan ini
menetap pada dirinya akibat interaksi dan penilaian orang lain terhadap dirinya. Orang
dengan harga diri rendah sering merasa tidak dicintai dan sering mengalami depresi dan
ansietas (Potter dan Perry, 2005). Mekanisme model kepribadian juga menjelaskan bahwa
penilaian diri yang negative dan harga diri yang rendah mempengaruhi system kepercayaan
individu sehingga menjadikannya sebagai stressor penyebab gangguan suasana perasaan
pada diri seseorang (Stuart, 2009).

Masalah psikologis yang terjadi pada lansia selain harga diri rendah yaitu depresi
atau gangguan suasana perasaan. Pada NANDA (2011) menjelaskan kondisi depresi
nampak pada individu dengan harga diri rendah kronik, dimana individu memiliki evaluasi
diri atau perasaan negative tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama.
Depresi lebih dikenal sebagai gangguan suasana perasaan dan merupakan disfungsi
neurobiologis yang menimbulkan perubahan respon emosional pada diri seseorang.
Stuart (2009) mengatakan secara umum rata-rata kejadian depresi pada lansia
berkisar 15% sampai 20% dengan prevalensi gejala depresi pada lansia di masyarakat dan
rumah perawatan berkisar 15% sampai 40%. Diagnose kondisi depresi pada lansia 80%
tidak dikenalipada sepanjang waktu, hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa gejala
depresi merupakan hal yang normal dari proses menua.
Angka kejadian gangguan mental diantara populasi usia lanjut menurut Skoog
(2011) dalam Canadian journal of psychiatry menyebutkan 20% lanjut usia yang berusia 65
tahun keatas mengalami gangguan mental tanpa dimensia. Gangguan cemas dan depresi
pada lansia memiliki prevalensi antara 6% sampai 12% dilaporkan terjadi pada lansia 65
tahun keatas. Chang dan Zalaquett (2005), Stens (2006) menyebutkan bahwa depresi pada
usia lanjut merupakan persoalan kesehatan utama yang terjadi pada populasi lansia. Angka
resiko kekambuhan pada individu dengan depresi dilaporkan sebesar 25% (Stuart, 2009).
Dampak kerugian akibat kondisi depresi pada lansia antara lain penderitaan
emosional dan penurunan kualitas hidup bagi lansia (Blazer, 2003) dan kerugian ekonomi
akibat biaya perawatn terhadap kondisi kesehatan terhadap kondisi depresi. Kerugin
ekonomi akibat masalah kesehatan jiwa berdasarkan hasil Riskesdas 2007 disebutkan
mencapai Rp 20 Trilliun, jumlah yang sangat besar dibandingkan jumlah yang dikeluarkan
Negara untuk dana Jamkesmas Rp 5,1 Trilliun dan kerugian akibat TBC Rp 6,2 Trilliun
(Kementerian Kesehatan, 2010). Melihat besarnya kerugian ekonomi pada penurunan
kemampuan produktif individu dengan depresi yang besar sehingga diperlukannya
penanganan dan terapi untuk mengatasi masalah depresi dan masalah depresi lansia
khususnya melalui praktik spesialis keperawatan jiwa.
Keperawatan jiwa merupakan bidang spesialisasi praktik keperawatan yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik
sebagai kiatnya. Pelayanan keperawatan jiwa bukan hanya ditujukan pada klien dengan

gangguan jiwa tetapi juga pada klien dengan berbagai masalah psikososial (Sulistawi, 2005)
yang termasuk didalamnya merupakan masalah depresi yang terjadi pada lansia.
Penelitian keperawatan jiwa yang berkaiatan terhadap penyelesaian masalah
psikologis pada lansia dengan depresi yang sudah dilakukan adalah dengan menggunakan
terapi reminissance antara lain oleh Syarniah (2010) melakukan penelitian untuk melihat
pegaruh terapi reminissance terhadap depresi pada lansia yang menunjukkan hasil penelitian
terjadi peningkatan harga diri dan terjadi penurunan secara bermakna pada kondisi depresi,
ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi social pada lansia. Nauli (2011) meneliti tentang
pengaruh logoterapi lansia dan psikoedukasi keluarga terhadap depresi dan kemampuan
memaknai hidup dan harga diri lansia.
Life review therapy dalam penyelesaian masalah pada lansia meliputi setiap tahap
tugas perkembangan lansia melalui proses pengingatan kembali masa kini dan masa lalu
sehingga lansia mampu menyelesaikan konflik yang belum selesai pada tugas
perkembangan sebelumnya sehingga memunculkan penerimaan diri, meningkatkan
integritas diri, meningkatkan harga diri dan rasa damai pada diri lansia sehingga diharapkan
mampu merubah suasana perasaan lansia. Wheeler (2008) menyebutkan life review therapy
mampu membangunkan kembali peristiwa hidup kedalam cerita hidup yang lebih positif,
sedangkan Keliat, dkk (1995) mengatakan life review therapy mampu membantu lansia
untuk melepaskan energy emosi dan intelektual sehingga dapat digunakan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pada saat ini.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2011) juga menunjukkan bahwa Pekanbaru
memiliki jumlah penduduk berusia lanjut yang tinggi yaitu sekitar 17.738 jiwa (Dinkes,
2011). Sedangkan seluruh lansia yang berada di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru
berjumlah 77 lansia (Destarina, Agrina, Dewi, 2014).
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
kepada lansia yang berjudul “Pengaruh Penerapan Terapi Kelompok Life Review Terhadap
Tingkat Depresi Lansia di wilayah kerja Puskesmas Salo”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan
penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengaruh penerapan terapi kelompok life review terhadap
tingkat depresi lansia di wilayah kerja Puskesmas Salo”.?”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



2.1.Konsep Lanjut Usia
2.1.1. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia dewasa tua yang dimulai
setelah masa pensiun atau pada usia 65-75 tahun (Potter dan Perry, 2005). Lansia
merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang terdiri dari fase prasenium yaitu lansia
yang berusia antara 55-65 tahun dan fase senium yaitu lansia yang berusia lebih dari
65 tahun (Nugroho, 2008). Pada masa ini, periode dimana sel-sel dalam tubuh telah
mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah mengalami kemunduran
sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu
sekitar usia 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun (Akhmadi, 2009). Menurut Depsos
(2007) menyebutkan bahwa lansia dibagi menjadi dua jenis, yaitu potensial dan non
potensial. Potensial adalah lansia yang masih dapat melakukan kegiatan sehari,
sedangkan non potensial adalah lansia yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya
dan atau begantung dengan orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
disimpulakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah memasuki masa pensiun atau
berusia diatas 60 tahun dan ditandai dengan masa kemunduran dimana sel-sel dalam
tubuh telah mencapai kemasakan dalam hal ukuran dan fungsi sehingga menyebabkan
penurunan dalam hal menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.

2.1.2. Batasan Lanjut Usia
Menurut Depkes RI (2009), kelompok lansia dibagi dalam 3 kelompok yaitu
kelompok usia presenelis (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (diatas 60 tahun), dan
kelompok usia resiko tinggi (diatas 70 tahun atau usia diatas 60 tahun dengan
masalah kesehatan). Organisasi kesehatan dunia, WHO, menyebutkan ada empat
tahap yaitu Usia Pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun,
lansia (elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun, Lansia Tua (old) ialah antara 75 dan 90

tahun, Lansia Sangat Tua (very old) ialah di atas 90 tahun. Sedangkan menurut
Maryam., et al (2008) lansia dibagi dalam lima klasifikasi, yaitu Pralansia yaitu
seseorang yang berusia antara 45–59 tahun, Lansia yaitu seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih, Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih, Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, dan Lansia tidak potensial yaitu lansia
yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain.

2.1.3. Tugas Perkembangan Lansia
Seiring tahap kehidupan, lansia mempunyai tugas perkembangan khusus. Ada
tujuh kategori tugas perkembangan utama lansia, yaitu (Potter and Perry, 2005):
1) Menyesuaikan terhadap penurunan fisik dan kesehatan
2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
4) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
5) Mempertahankan kepuasaan pengaturan hidup
6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
7) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

2.1.4. Tipe-tipe Lansia
Menurut Azizah (2011), lansia dalam mempresepsikan hidup saat menghadapi
masa tua bermacam-macam pemikirannya. Ada lima tipe lansia yang akan dijelaskan
dibawah ini, yaitu:
1) Tipe arif bijaksana. Pengalaman yang baik dapat membantu lansia dalam
menghadapi masa tuanya. Mereka dapat menyesuaikan diri, menyibukkan diri,
bersikap ramah, sederhana, dll.
2) Tipe mandiri. Lansia mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru
yang selektif dan bermanfaat.
3) Tipe tidak puas. Lansia mempunyai konflik lahir batin yang menentang proses
ketuaan karena adanya perubahan-perubahan yang bersifat menurun.

4) Tipe pasrah. Tipe lansia ini bersikap menerima semua nasib yang menimpa
dirinya.
5) Tipe bingung. Kaget, merasa kehilangan kepribadian masa mudanya dulu yang
perlahan hilang yang menyebabkan lansia merasa minder dan mengasingkan diri.

2.1.5. Proses Menua
Proses menua adalah menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti fungsinya secara perlahan-lahan sehingga
mengakibatkan peka terhadap infeksi dan kesulitan dalam memperbaiki kerusakan
(Darmojo, 2004). Proses ini pasti akan dilalui oleh setiap orang, tidak hanya dimulai
dari suatu ke waktu tertentu, tetapi sudah dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alami dan menua bukanlah suatu penyakit tetapi
berkurangnya daya tahan tubuh terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar
(Haigis et al., 2010). Pada usia tua terdapat banyak kemunduran yang dialami
manusia, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang keriput, rambut
memutih, gigi tanggal, penurunan pendengaran, mata rabun, gerakan lamban, dan
bentuk tubuh berubah (Nugroho, 2008).

2.1.6. Teori-teori tentang proses penuaan
Menurut Donlon (2007), teori-teori tentang proses penuaan ada 2, yaitu teori
Biologis dan Psikologis.
1) Teori Biologis
a) Teori jam genetik. Sel-sel yang berada didalam tubuh manusia hanya mampu
membelah beberapa kali yang kemudian akan mengalami deteriorasi.
b) Teori interaksi seluler. Sel-sel didalam tubuh manusia saling berinteraksi satu
sama lain selama keadaannya baik-baik saja. Namun setelah sel-sel sudah
menurun fungsinya maka interaksi sel satu dengan yang lainnya juga akan
melambat dan sel mengalami degenerasi.
c) Teori mutagenesis somatis. Setelah terjadi pembelahan sel (mutasi) yang
terjadi secara terus-menerus dan akhirnya akan terjadi kematian sel.

d) Teori pemakaian dan keausan. Secara biologis, sel-sel dan organ-organ
manusia akan semakin berkurang dan menurun fungsinya akibat terjadinya
keausan dan pemakaian (tear and wear) lalu menimbulkan deteriorasi.

2) Teori Psikososial
a) Disengagement theory. Makin tua, biasanya seseorang akan menarik diri dari
lingkungannya dan berfokus pada dirinya sendiri.
b) Teori aktivitas. Konsep diri seseorang bergantung pada aktivitasnya. Semakin
sedikit aktivitas semakin berkurang pula kepuasaan hidupnya.
c) Teori kontinuitas. Kepribadian lansia tergantung dari penyesuaian terhadap
perubahan yang terjadi pada hidupnya.
d) Teori subkultur. Lansia yang dapat menyalurkan aspirasi dan menjalin
hubungan baik antar peer-group dapat meningkatkan penyesuaian pada masa
lansia.
e) Teori stratikasi usia. Lansia dan masyarakat lingkungannya saling
mempengaruhi dan berkaitan terhadap perubahan-perubahan dalam
masyarakat.

2.1.7. Aspek-aspek yang mempengaruhi penuaan
Banyak aspek yang mempengaruhi proses penuaan pada seseorang dimasa
tuanya (Azizah, 2011), antara lain:
1) Aspek Psikologi. Komponen yang berperan dalam kapasitas penyesuaian
lingkungan adalah pembelajaran, daya ingat, perasaan, kecerdasan, dan motivasi.
2) Aspek Biologis. Semakin tua, sel-sel dan organ-organ yang ada didalam diri
lansia akan semakin menurun. Semakin bagus kondisi kesehatan lansia, maka
akan semakin bagus proses adaptasinya.
3) Aspek Sosiologis. Lingkungan sosial sangat mempengaruhi proses penuaan.
Lansia yang berasal dari tempat yang sama akan memiliki pengalaman hidup
yang sama pula.

2.2.Depresi
2.2.1. Pengertian Depresi
Depresi lebih dikenal sebagai gangguan suasana perasaan pada diri seseorang dan
merupakan kondisi disfungsi neurobiologis yang menimbulkan perubahan respon
emosional pada diri seseorang yang Nampak pada perilaku yang ditampilkan (Videbeck,
2008). Stuart (2009) menyebutkan depresi merupakan gangguan kejiwaan yang ditandai
dengan suasana perasaan yang terdepresi, hilangnya minat atau kesenangan dalam hidup
seseorang.
2.2.2. Rentang respon emosional
Alam perasaan atau mood merupakan perpanjangan keadaan emosional yang
mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang (stuart, 2006). Stuart
(2006) menyebutkan bahwa alam perasaan merupakan emosi pada diri seseorang yang
kuat dan mempunyai arti yang sama dengan afek, keadaan perasaan, dan emosi. Emosi
atau alam perasaan dalam diri seseorang berperan penting terhadap kondisi afektif
individu terhadap suatu stressor sebagai pemicu timbulnya kondisi abnormal dalam hal
suasana perasaan yang dapat mengarah pada kondisi depresi. Jika memandang ekpresi
emosi dalam rentang sehat-sakit, akan tampak beberapa hal yang berkaitan yaitu respon
emosional, reasksi berduka yang tak terkomplikasi, supresi emosi, penundaan reaksi
berduka, dan mengarah pada kondisi depresi atau mania.

2.3.Factor predisposisi gangguan alam perasaan (Stuart, 2006)
2.3.1. Teori biologi
2.3.2. Teori agresi pada diri sendiri
2.3.3. Teori kehilangan objek
2.3.4. Teori organisasi kepribadian
2.3.5. Model kognitif
2.3.6. Model ketidakberdayaan yang dipelajari
2.3.7. Model perilaku

2.4.Factor presipitasi gangguan alam perasaan
Stuart (2006) membagi factor presipitasi pada gangguan alam perasaan menjadi 4
faktor utama, yaitu kehilangan keterikatan yaitu a) persepsi individu akan kehilangan yang
nyata atau dibayangkan seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan cinta, fungsi fisik,
kedudukan atau harga diri sebagai factor penyebab gangguan alam perasaan, b) peristiwa
besar dalam kehidupan merupakan pintu awal episode depresi yang mempengaruhi terhadap
menurunnya kemampuan penyelesaian masalah pada diri seseorang, c) adanya ketegangan
peran, d) perubahan fisiologis akibat penggunaan obat-obatan maupun penyakit fisik
(terpapar infeksi, neoplasma, ketidakseimbangan metabolic) dapat mencetuskan gangguan
alam perasaan.

2.5.Penilaian stessor
Penilaian stressor akibat interaksi factor-faktor predisposisi sangat berpengaruh
terhadap kemampuan penyelesaian masalah pada diri seseorang. Kemampuan kognitif,
afektif, fisiologis, perilaku dan social diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Pengaruh
interaksi antar factor penyebab gangguan alam perasaan menekankan pentingnya penilaian
individu terhadap situasi hidup yang dialaminya dan stressor terkait untuk keberhasilan
dalam menyelesaikan kondisi depresi atau masalah psikologis lainnya (Stuart, 2006).

2.6.Sumber koping
Sumber koping pada diri seseorang adalah status sosio ekonomi, keluarga, hubungan
interpersonal dan organisasi di lingkungan social seperti kelompok organisasi social di
masyarakat. Kurangnya sumber-sumber tersebut menambah stress pada individu (Stuart,
2006), sehingga diperlukan dukungan sumber koping dalam penyelesaian masalah bagi
seseorang.

2.7.Mekanisme koping
Penggunaan reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaaan mekanisme
pertahanan penyangkalan dan supresi berlebihan dalam upaya menghindari distress hebat
yang berhubungan dengan berduka. Depresi adalah kondisi keadaan berduka yang
berkepanjangan dengan menggunakan mekanisme represi, supresi, penyangkalan, dan

dissosiasi sedangkan mania merupakan cerminan dari depresi dengan perilaku yang berbeda
(Stuart, 2006).

2.8.Depresi pada Lansia
Prevalensi kondisi depresi pada lansia secara umum berkisar antara 15% sampai 20%
pada populasi lansia (Stuart, 2009). Lansia yang terdiagnosis gejala depresi hanya 15% dan
sisanya 85% tidak terdeteksi sebagai gejala depresi pada lansia. Kesenjangan ini disebabkan
adanya kesalahan pemahaman bahwa kondisi depresi bagian dari yang normal dari tahap
menjadi lansia, yaitu pemahaman yang salah bahwa lansia biasa untuk merasa sendiri, sepi,
berdiam diri, tidak banyak berkomunikasi dan tidak melakkan kegiatan baru atau pensiun
(Stuart, 2009).
Depresi pada lansia diawali dengan menurunnya ketertarikan terhadap aktifitas
sehari-hari dan menurunnya energi. Gejala depresi diikuti dengan meningkatnya perasaan
tidak berdaya dan bergantung pada orang lain, pembicaraan lebih berfokus pada masa lalu.
Adanya keluhan fisik tanpa adanya gangguan organik biasa dikeluhkan pada lansia dengan
depresi, keluhan nyeri pada kepala, leher, punggung dan perut tanpa ada bukti masalah secara
fisik (Stuart, 2009).
Wheeler (2008) dan Stuart (2009) menjelaskan bahwa gejala lain dari gejala depresi
mengeluhkan adanya perubahan dalam pola tidur, menurunnya berat badan, keluhan
gangguan berfikir, gangguan pencernaan, labil, menolak makan dan minum dan resiko bunuh
diri. Penyakit fisik pada lansia dapat menjadi penyebab sekunder depresi, begitupun
pengobatan rutin yang didapatkan lansia dapat menjadi penyebab depresi pada lansia. Stuart
(2009) menyebutkan bahwa 65% kondisi depresi pada seseorang dapat diatasi dengan
medikasi, akan tetapi kondisi depresi akan teratasi secara meningkat menjadi 85% bila
depresi diatasi dengan kombinasi antara medikasi dan psikoterapi.

2.9.Terapi Kelompok Life Review
2.9.1. Cognitive behavior therapy (CBT)
Melalui CBT diharapakan terjadinya perubahan pikiran dan perilaku,
meningkatkan keterampilan dan kemampuan memodifikasi atau merubah emosi
lansia

2.9.2. Interpersonal psychotherapy (IP)
IP merupakan terapi yang melandaskan bahwa kondisi masalah kejiwaan pada
seseorang terjadi akibat hubungan interpersonal dalam konteks social, masalah yang
dapat diatasi dengan IP yaitu pada kondisi lansia yang mengalami gangguan
interpersonal, mengalami transisi peran, kondisi berduka, dan penurunan hubungan
interpersonal (Wheeler, 2008).
2.9.3. Psychodinamic Psycotherapy (PP)
PP merupakan terapi yang bertujuan untuk membantu lansia mengatur respon
emosional terhadap perubahan dan kehilangan yang diakibatkan kondisi menua dan
kematian dalam hidup melalui konfrontasi, klarifikasi dan interpretasi yang berfokus
pada masalah disini dan saat ini (Wheeler, 2008).
2.9.4. Reminiscence
Reminiscence menurut Burnside dan Haight (1992) merupakan proses
mengingat kembali pengalaman atau peristiwa masa lampau pada diri seseorang dan
berfokus pada memori yang menyenangkan (Wheeler, 2008). Terapi reminiscence ini
hanya member kesempatan pada lansia untuk mengingat memori tetapi tidak memberi
kesempatan kepada lansia untuk melakukan evaluasi terhadap hidup yang dijalani
sehingga sangat sulit dilakukan pada lansia yang lebih banyak memiliki memori
traumatic dalam hidupnya.
2.9.5. Life review therapy
Wheeler (2008) menjelaskan bahwa life review therapy merupakan
peninjauan restrospektif atau eksistensi, pembelajaran kritis dari sebuah kehidupan,
atau melihat sejenak kehidupan lampau seseorang.

2.10. Pedoman pelaksanaan terapi Kelompok Life Review
2.10.1. Pengertian Terapi Kelompok Life Review
Terapi life review adalah alat terapi yang dapat mengeksplorasi pengalaman
hidup masa lalu, kekuatan dan prestasi dari orang tua dan membawa cerita sampai
sekarang dalam rangka untuk mengatasi stadium akhir hidup seseorang integrias vs
putus asa sesuai teori Erikson. Tahap terapi ini merupakan tantangan utama orang

dewasa yang lebih tua dalam melestarikan pemeliharaan hidup sehat seseorang dalam
menghindari krisis seperti depresi (Mitchell, 2009 dalam Kelliat, 2014).
2.10.2. Tujuan Terapi Kelompok Life Review
Tujuan terapi life review menurut Capezuti & Gillespie, 2011dalam Kelliat
(2014) adalah sebagai berikut :
1) Mencegah dan mengurangi depresi
2) Meningkatkan kepuasan
3) Meningkatkan perawatan diri
4) Meningkatkan harga diri
5) Membantu lansia menghadapi krisis, kehilangan dan masa transisi
6) Meningkatkan kualitas hidup
7) Mengatasi keputusasaan
Terapi life review dalam bentuk grup memberikan stimulasi social dan
intelektual, memperkuat identitas personal, meningkatkan kesejahteraan dan
memelihara warisan budaya baik pribadi maupun keluarga (Mitchell, 2009 dalam
Kelliat, 2014).
2.10.3. Indikasi Terapi Kelompok Life Review
Indikasi medis terapi life review adalah depresi ringan-sedang demensia.
Indikasi diagnose keperawatan adalah harga diri rendah, ketidakberdayaan,
keputusasaan, isolasi social, koping individu tidak efektif, ansietas.
2.10.4. Prinsip Terapi Kelompok Life Review
Kelliat dkk, 1995 menyebutkan tahapan pada life review yaitu :
1) Ventilasi, mengekspesikan atau usaha penyelesian masalah
2) Eksplorasi, menggali lebih dalam masalah atau kejadian yang telah lampau dan
menjelaskannya
3) Elaborasi, meluaskan dengan focus pada gambaran masalah secara rinci
4) Katarsis, mengekspresikan perasaan sehingga energi psikis dilepaskan
5) Menerima masalahnya bila perasaan yang disupresikan sehingga energi psikis
dilepaskan
6) Mengintegrasikan kejadian yang dikenang dalam salah satu nilai system,
kepercayaan atau fantasi. Hasil akhir life review adalah melepaskan energi (emosi

dan intelektual) sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi saat ini.

Beberapa pertanyaan yang dijukan perawat untuk melaksanakan terapi life
review mengacu format Haight’s life review and experience (Haight, 1989 dalam
Collins, 2006) sebagai berikut :
1) Masa anak-anak
a) Apakah yang pertama kali yang paling diingat selama hidupmu? Coba ingat
jauh kebelakang semampunya
b) Apakah hal lain yang kamu ingat saat usiamu masih sangat muda?
c) Seperti apakah pengalaman masa kecilmu?
d) Seperti apakah orangtuamu? Apakah mereka orangtua yang keras atau lemah?
e) Apakah kamu mempunyai kakak atau adik? (ceritakan tentang mereka satu
persatu)
f) Apakah pernah seseorang yang dekat denganmu meninggal ketika kamu
sedang bertumbuh?
g) Apakah pernah orang yang penting bagimu pergi?
h) Apakah kamu ingat suatu peristiwa yang membuatmu menderita?
i) Apakah kamu ingat pernah mendapat suatu kecelakaan?
j) Apakah kamu ingat pernah berada pada situasi yang sangat berbahaya?
k) Apakah sesuatu yang dulunya sangat penting tapi telah hilang atau rusak?
l) Apakah rumah ibadah merupakan bagian penting dalam hidupmu?
m) Apakah kamu senang sebagai laki-laki atau perempuan?

2) Masa remaja
a) Apakah yang kamu pikirkan tentang diri dan hidupmu sebagai remaja, apa
yang kamu ingat pertama kali pada saat itu?
b) Hal apa saja yang paling berkesan dan terekam dimemorimu sebagai seorang
remaja?
c) Siapa saja orang yang penting bagimu? Ceritakan tentang mereka

d) Apakah kamu beribadah dirumah ibadah dan mengikuti perkumpulan anak
muda?
e) Apakah kamu pergi ke sekolah? Apakah sekolah berarti bagimu?
f) Apakah kamu pernah bekerja selama ini?
g) Ceritakan pengalaman-pengalaman tersulit selama masa remaja
h) Apakah kamu ingat bagaimana perasaanmu dimana tidak cukup tersedianya
makanan atau kebutuhan penting lainnya dalam hidupmu selama masa anak-
anak atau remaja?
i) Apakah kamu ingat bagaimana perasaanmu saat sendirian, merasa terbuang,
tidak mendapatkan cukup cinta dan kasih sayang selama masa anak-anak atau
remaja?
j) Apakah yang menyenangkan saat kamu remaja?
k) Apakah ada pengalaman pada masa remaja yang sangat tidak menyenangkan?
l) Berdasarkan yang kamu sampaikan, bagaimana rasa remaja menurutmu
apakah membahagiakan atau tidak?
m) Apakah kamu ingat penampilan pertama yang menarik perhatian dihadapan
banyak orang?

3) Keluarga dan rumah
a) Bagaimana selama ini orangtuamu menjalani kehidupan perkawinan?
b) Bagaimana orang lain dalam kehidupan keluargamu selama ini?
c) Bagaimana suasana didalam keluargamu sejak dahulu hingga kini?
d) Pernahkah kamu mendapat hukuman saat kecil? Untuk apa? Siapa yang
memberikan hukuman? Siapa yang menjadi “boss” pada saat itu?
e) Ketika kamu menginginkan sesuatu dari orangtua, bagaimana caranya
sehingga kamu mendapatkan apa yang diinginkan?
f) Orang yang seperti apa yang disukai oleh orangtuamu?
g) Siapa orang terdekat dikeluargamu?
h) Siapa dikeluargamu yang paling kamu sukai? Dalam hal apa?

4) Masa dewasa
a) Tempat apa yang menurutmu adalah tempat yang religious menurutmu?
b) Ceritakan tentang kejadian-kejadian penting yang terjadi selama usia dewasa
c) Kehidupan mana yang kamu sukai, ketika usia 20an atau 30an?
d) Orang seperti apakah dirimu sekarang ini? Apakah kamu menikmatinya?
e) Ceritakan tentang pekerjaanmu. Apakah kamu menikmati pekerjaanmu?
Apakah gaji yang kamu dapatkan cukup untuk hidup?
f) Apakah hubunganmu dengan orang lain berjalan baik?
g) Apakah kamu menikah? Seperti apa suami/istrimu? Mengapa belum menikah?
h) Apakah kamu piker menikah lebih baik atau bahkan lebih buruk? Apakah
kamu menikah lebih dari 1 kali?
i) Secara keseluruhan apakah kamu mendapatkan kebahagiaan atau tidak dari
perkawinanmu?
j) Menurutmu, apakah seks itu penting?
k) Hal apa yang paling sulit kamu temukan selama masa dewasa ini? (orang yang
dekat denganmu meninggal atau pergi? Sakit atau mendapat kecelakaan?
Sering pindah tempat tinggal atau tempat kerja? Merasa kesepian, merasa
terbuang, atau pernah merasa diperlukan?


. Kerangka Konseptual Penelitian
3.1.1. Kerangka Teori
input proses output





Mekanisme
koping :
represi,
supresi,
penyangkalan,
dan dissosiasi

Sumber :
Stuar (203)
Factor predisposisi :
 Teori biologi
 Teori agresi pada
diri sendiri
 Teori kehilangan
objek
 Teori organisasi
kepribadian
 Model kognitif
 Model
ketidakberdayaan
yang dipelajari
 Model perilaku

Sumber : Stuart
(2006)
Depresi :
Ringan,
sedang, berat

Sumber :
Towsend
(2003),
Penilaian
terhadap
stressor :
Kognitif,
afektif,
fisiologis,
perilaku

3.1.2. Kerangka Konsep










Terapi life
review,
reminiscence,
cognitive
behavior therapy,
interpersonal
psychotherapy,
psychodinamic
psychotherapy.

Sumber :
Wheeler (2008),
Kelliat (1995),
Stuart (2009)
Factor presipitasi :
 Kehilangan yang
nyata atau
bayangan
 Peristiwa besar
dalam kehidupan
 Ketegangan peran
 Gangguan
fisiologis

Sumber : Stuart
(2006)

Variabel dependen

Tingkat depresi pada
lansia :
Ringan
Sedang
Berat
Variabel independen

Life review therapy
1. Masa anak-anak
2. Masa remaja
3. Keluarga dan
rumah
4. Masa dewasa
Variabel pengganggu

Umur, jenis kelamin,
pendidikan, status
perkawinan, riwayat
perkawinan, riwayat
pakerjaan, status
kesehtan, lama tinggal
di panti wreda, alasan
masuk panti wreda

Adapun kerangka prosedur penelitian yang akan dilakukan, dapat digambarkan sebagai berikut:


Kelompok Eksperimen




Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Kontrol



Pretest Posttest
3.2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
A Variabel Dependen
1 Tingkat depresi
lansia
Keadaan emosional
atau psikis pada lansia
yang menyebabkan
pesimistis, masa depan
suram dan tidak
bergairah atau
semangat menjalani
kehidupan
Kuesioner …… Depresi
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
Interval
Tingkat depresi
lansia setelah
dilakukan life
review therapy

life review
therapy
Tingkat depresi
lansia sebelum
dilakukan life
review therapy
Tingkat depresi
lansia
Tidak dilakukan
life review
therapy

Tingkat depresi
lansia

B Variabel Independent
1 Life Review
Therapy
Terapi yang dilakukan
pada lansia melalui 4
sesi kegiatan yang
mana menceritakan
pengalaman masa lalu
lansia kedalam cerita
hidup yang positif
untuk menurunkan
depresi
Kemampuan
lansia dalam
mengikuti
terapi
pengalaman
hidup melalui
isian atau cek
list
1. Dilakukannya
life review
therapy
2. Tidak
dilakukannya
life review
therapy

Nominal

3.3. Hipotesis
3.3.1. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada perbedaan tingkat depresi antara lansia yang dilakukan life review therapy
dengan yang tidak dilakukan life review therapy di wilayah kerja Puskesmas Salo.

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Diketahuinya tingkat depresi lansia pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum diberikan terapi kelompok life review (pretest).
1.3.2.2. Diketahuinya tingkat depresi lansia pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah diberikan terapi kelompok life review (posttest).
1.3.2.3. Diketahuinya perbedaan rata-rata (mean) tingkat depresi lansia pada
kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan terapi kelompok life
review (pretest dan posttest).
1.3.2.4. Diketahuinya perbedaan rata-rata (mean) tingkat depresi lansia pada
kelompok kontrol sebelum dan setelah diberikan terapi kelompok life review
(pretest dan posttest).
1.3.2.5. Diketahuinya perbedaan rata-rata (mean) tingkat depresi lansia pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberikan terapi
kelompok life review (posttest).

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Adapun
manfaat penelitian ini adalah:
1.4.1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pemahaman peneliti tentang terapi kelompok life review dan
pengaruhnya dalam menurunkan tingkat depresi lansia.

1.4.2. Bagi Lansia yang mengalami depresi
Akan memberikan suatu alternatif terapi yang lebih murah dan aman dalam
menurunkan tingkat depresi lansia, serta tidak menimbulkan efek samping yang
negatif bagi pengguna terapi kelompok life review.
1.4.3. Bagi Ilmu Keperawatan
Memberikan suatu alternatif baru bagi perawat dalam membantu menurunkan tingkat
depresi lansia.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan quasi eksperiment pretest dan posttest with control
group dimana peneliti tidak melakukan randomisasi pada alokasi sampel untuk kelompok
perlakuan dan kelompok control, sehingga penentuan criteria inklusi digunakan untuk
meminimalisir ketidakseimbangan karakteristik antara kelompok (Dharma, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh life review therapy terhadap tingkat depresi
lansia.
Tabel 4.1. Desain Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol



Keterangan :
X : perlakuan (intervensi) life review therapy
O1 : tingkat depresi kelompok eksperimen sebelum dilakukan life review therapy
O2 : tingkat depresi kelompok eksperimen setelah dilakukan life review therapy
O3 : tingkat depresi kelompok kontrol sebelum dilakukan life review therapy
O4 : tingkat depresi kelompok control setelah dilakukan life review therapy

4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010:115).

4.2.2. Sampel
O1 X O2

O3 O4

Sampel adalah objek yang diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010:115). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia di wilayah kerja
Puskesmas Salo yang mengalami depresi dengan kriteria inklusi yang memenuhi
syarat dalam penelitian.
4.2.2.1. Kriteria Inklusi:
1) Lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Salo
2) Usia lansia 60 tahun keatas
3) Kesadaran kompos mentis, kooperatif, dan dapat berkomunikasi secara
wajar
4) Bersedia menjadi responden

4.2.2.2. Kriteria Eksklusi:
1) Lansia dengan penurunn kesadaran atau dengan gejala psikotik
2) Tidak mampu berkomunikasi secara wajar
3) Tidak bersedia menjadi responden

4.3. Waktu dan Lokasi Penelitian
4.3.1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal penelitian
hingga sidang hasil yaitu 1-30 Januari 2022
4.3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Salo

4.4. Alat Pengumpulan Data (Instrumen Penelitian)
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
kuesioner dan lembar observasi

4.5. Teknik Pengumpulan Data
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur
apa yang di ukur (Notoatmodjo, 2010:164).

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
di percaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010:168).

4.6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
4.6.1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan
peneliti sebelum memulai penelitian, yaitu:
1) Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing, selanjutnya
peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian ke institusi pendidikan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
2) Setelah mendapat surat izin penelitian dari institusi pendidikan, selanjutnya
peneliti meminta izin kepada Direktur Panti Jompo Tresna Wreda Khusnul
Khotimah Pekanbaru untuk mengadakan penelitian.
3) Peneliti memilih dan menentukan sampel penelitian sebagai kelompok yang
diberikan perlakuan dan kelompok control sesuai dengan kriteria inklusi.
4) Melakukan pengecekan kembali kriteria inklusi responden.
5) Memberikan penjelasan dan meminta kesediaan responden yang sesuai dengan
kriteria inklusi bahwa responden akan diteliti dan bila bersedia dipersilahkan untuk
menandatangani informed consent.

4.6.2. Tahap Pelaksanaan
4.6.2.1. Pretest
Pada tahap pelaksanaan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan
pretest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui
tingkat depresi responden. Pelaksanaan pretest ini dilakukan selama 15 menit.
Data hasil durasi yang didapatkan tersebut selanjutnya di catat pada lembar
observasi.

4.6.2.2. Intervensi (Perlakuan)
Pada tahap ini untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan life
review therapy, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan
life review therapy

4.6.2.3. Posttest
Setelah perlakuan life review therapy selesai diberikan, peneliti kembali
melakukan posttest pada hari terakhir kepada subjek penelitian kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol dengan mengukur tingkat depresi pada
lansia. Pada kelompok eksperimen, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana int ervensi yang telahdilakukan berpengaruh pada penurunan tingkat
depresi responden.
Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan life review
therapy juga dilakukan posttest untuk menilai tingkat depresi. Hasil
perhitungan durasi kemudian di catat pada lembar observasi.

4.7. Teknik Analisis Data
4.7.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan paket program komputer.
Langkah-langkah dalam pengolahan data yang dilakukan adalah:
1) Editing yaitu setelah lembar observasi selesai di isi oleh peneliti kemudian
selanjutnya di periksa kelengkapan data dan kejelasan isi data.
2) Coding yaitu untuk mempermudah peneliti dalam pengumpulan data maka peneliti
memberi kode berupa angka pada lembar observasi.
3) Entry atau Processing yaitu data yang telah berbentuk ”kode” (angka atau huruf)
kemudian dimasukkan dalam program atau ”software” komputer yang selanjutnya
akan diolah menggunakan paket program komputer.
4) Cleaning yaitu data yang sudah selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali dari
kemungkinan adanya kesalahankesalahan kode, ketidaklengkapannya dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

5) Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh peneliti.

4.7.2. Analisis Data
4.7.2.1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah untuk mendeskripsikan distribusi dari masig-
masing variable yang diteliti. Pada penelitian ini, variable yang dideskripsikan
melalui analisis univariat adalah variable independen yaitu life review therapy,
variable pengganggu yaitu karakteristik lansia yang meliputi umur, jenis
kelamin, pendidikan, status perkawinan, riwayat pekerjaan, status kesehatan.
Data yang diperoleh dikumpulkan dan dipersentasekan serta disajikan dan
diinterpretasikan. Data yang berbentuk kategorik disajikan dalam bentuk
persentase dan frekuensi. Sedangkan data numeric disajikan dalam bentuk
mean, median dan standar deviasi.
4.7.2.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk menguji hubungan yang signifikan pengaruh life
review therapy terhadap tingkat depresi pada lansia. Uji analisis bivariat
dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian tentang apakah ada
pengaruh penerapan terapi kelompok life review terhadap tingkat depresi lansia
di wilayah kerja Puskesmas Salo.Apabila nilai p value < α dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh penerapan terapi kelompok life review terhadap tingkat
depresi lansia di panti jompo Tresna Wreda Khusnul Khotimah Pekanbaru.

4.8. Etika Penelitian
4.8.1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Hidayat, 2009:83).
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti sebelum
penelitian dilakukan yang bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian yang dilakukan serta dampaknya yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Peneliti perlu mempertimbangkan hakhak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian. Di samping itu,
peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau
tidak memberikan informasi (berpartisipasi) (Notoatmodjo, 2010:203). Jika subjek
bersedia diteliti, maka lembar persetujuan tersebut harus ditandatangani oleh orang tua
atau wali dari anak autisme tersebut. Jika sampel menolak, peneliti tidak boleh
memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
4.8.2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,
2009:83).
4.8.3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan atau disajikan
sebagai hasil penelitian (Hidayat, 2009:83).

BAB V
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Salo pada tanggal 06 – 10 Juni
2021 dengan 15 responden lansia yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Salo
Tabel 1
Karakteristik Responden berdasarkan Usia, Pendidikan, dan Jumlah Kunjungan Lansia
ke Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Salo
No Karakteristik Responden f %
1. Usia
a. Middle Age (45-59
Tahun)
b. Elderly (60-70
Tahun)
c. Old (75-90 Tahun)


Total

1

11

3

15


7
73
20
100

2. Pendidikan
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
Total

4
10
1
0
15

27
67
6
0
100

3. Jumlah kunjungan
ke Posyandu lansia
a. Tidak pernah
b. 1 kali
c. Lebih dari 1
kali
Total


9
3
3

15


6
20
20

100

Berdasarkan Tabel 1 diatas diketahui bahwa lebih dari sebagian lansia yang berumur 60-
70 Tahun yaitu sebanyak 12 orang (73%). Berdasarkan tingkat pendidikan lebih dari sebagian
lansia yang berpendidikan SD/Sederajat yaitu sebanyak 10 orang (67%). Berdasarkan jumlah
kunjungan lansis ke posyandu lansia dalam 1 tahun terakhir lebih dari sebagian lansia tidak
pernah dikunjungi oleh keluarga dalam 1 tahun terakhir terhitung sejak awal tahun 2021 yaitu
sebanyak 9 orang lansia (60%).

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Lansia Sebelum dilakukan Life Review Therapy di
Desa Sipungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo
No Tingkat Depresi lansia
sebelum Life Review
Therapy
F %
1. Depresi Sedang (6-10) 9 60%
2. Depresi Berat(11-15) 6 40%

Total 15 100%

Berdasarkan Tabel 2 diatas, diketahui hasil analisa menunjukkan bahwa lebih dari
sebagian lansia di Panti Werdha Rumah Bahagia Bintan Kepulauan Riau mengalami depresi
sedang (6-10) sebelum diberikan terapi Life Review yaitu sebanyak 9 lansia atau sebanyak 60%.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Lansia Sesudah dilakukan Life Review Therapy di
Desa Sipungguk wilayah Kerja Puskesmas Salo
No Tingkat depresi lansia
sesudah Life Review
Therapy
F %
1 Normal 15 100%
2 Depresi Sedang (6-10) 0 0%
3 Depresi Berat (11-15) 0 0%
Total 15 100%

Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa hasil analisa menunjukkan setelah
diberikannya terapi Life Review pada umumnya terjadi penurunan tingkat depresi pada lansia
menjadi normal (100%).
Tabel 4

Perbedaan rata-rata Penurunan Tingkat Depresi Lansia Sebelum dan Sesudah dilakukan
Life Review Therapy di Desa Sipungguk wilayah Kerja Puskesmas Salo
Variabel N Mean Std. p-value

Deviation
Pre Test 15 9.26 2021
Post Test 15 4. 13 0.990 0.00

Berdasarkan Tabel 4 diatas, didapatkan hasil analisa terhadap 15 responden sebagai
berikut : (1) Nilai rata-rata dari 15 responden diatas menunjukkan nilai sebelum dilakukan
intervensi/Life Review Therapy adalah 9 dan setelah dilakukan intervensi/Life Review Therapy
adalah 4. (3) Nilai Standar deviasi dari 15 responden diatas menunjukkan nilai sebelum
dilakukan intervensi/Life Review Therapy adalah 2.016 dan nilai setelah dilakukan
intervensi/Life Review Therapy adalah 0.990. (4) Berdasarkan output “Test Statistics” dalam
tabel 4.4 diatas, diketahui p-value bernilai 0.000 karena nilai 0.000 lebih kecil dari <0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa “Ho ditolak”, atau dengan kata lain ada “Pengaruh Life Review
Therapy terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Lansia Sebelum dan Sesudah dilakukan
terapi di Desa Sipungguk Wiayah Kerja Puskesmas Salo.

BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi dari 15 indikator penilaian tingkat depresi
pada lansia, diketahui hasil analisa menunjukkan bahwa lebih dari sebagian lansia (60%) yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Salo mengalami depresi sedang sebelum dilakukan terapi
Life Review, yaitu sebanyak 9 orang atau dengan kata lain lansia dengan depresi berat sebanyak 6
orang atau (40%) dari total 15 responden. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan ketidakgairahan
hidup, kemurungan, kelesuan, putus asa dan perasaan tidak berguna (Aswanira et al., 2015).
Beberapa lansia biasanya menunjukkan sikap tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya
sudah memasuki usia lanjut sehingga banyak lansia yang mengalami gangguan depresi karena
tidak bisa menerima keadaannya (Sunaryo et al., 2016). Hasil penelitian keseluruhan yang
didapat peneliti dari 15 indikator pertanyaan Geriatric Depression Scale (GDS) pada lansia,
indikator yang paling banyak sebelum diberikan Life Review Therapy adalah bahwa lansia telah
meninggalkan banyak kegiatan dan minat/kesenangannya, dengan arti lain lansia cenderung
mengurung diri dikamar dan tidak melakukan banyak kegiatan. Selain itu lansia sering merasa
bosan dengan berbagai hal ini juga merupakan salah satu dari 15 indikator pertanyaan ciri-ciri
lansia dengan depresi. Selanjutnya lansia sering merasa tidak berdaya karena proses menua,
proses menjadi tua menyebabkan sebagian lansia tidak bisa menerima kenyataan bahwa banyak
perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, dengan perubahan-perubahan yang terjadi tersebut
lansia lebih lemah secara fisik, lansia membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan
berbagai aktivitas, hal tersebut yang dapat membuat lansia berpikir bahwa dirinya tidak berdaya
lagi.

Sesuai hasil dari penelitian sebelumnya terkait dengan Depresi pada Lansia yang di teliti
oleh Kristina Pae (2017) tentang perbedaan tingkat depresi lansia yang tinggal di Panti Werdha
dan tinggal di Rumah, didapatkan hasil bahwa adanya sebagian besar lansia yang berada di
Wilayah Kerja Puskesmas Salo mengalami depresi sedang yaitu 10 responden (62,5%) dan
lansia yang tinggal dirumah mengalami depresi ringan yaitu 14 responden (51,9%) (Pae, 2017).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakuka oleh Aswanira, Rumentalia and
Vausta, (2015) bahwa Prevalensi depresi lansia yang tinggal di panti werdha mencapai angka
50%, sedangkan untuk lansia di komunitas antara 10–15%. Tingginya stressor dan peristiwa-
peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan kemungkinan lanjut usia
mengalami kecemasan, kesepian sampai pada tahap depresi.
Peneliti berasumsi bahwa lansia yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Salo lebih
dari sebagian mengalami depresi sedang, umumnya depresi disebabkan karena adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Perubahan-perubahan tersebut meliputi,
penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi (kemampuan) seksual, perubahan yang
berkaitan dengan pekerjaan (pensiun), perubahan peran sosial dimasyarakat, kehilangan
pasangan hidup, kesepian, resiko terkena penyakit, dan perubahan aspek psikososial (hal-hal
yang dapat berhubungan dengan pikiran, perasaan, dan hubungan antar sesama
manusia).Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikannya teknik Life
Review Therapy lansia dengan depresi yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Salo mengalami
penurunan tingkat depresi yaitu sebanyak 15 orang lansia atau 100%. Indikator yang paling
meningkat sesudah dilakukannya Life Review Therapy adalah bahwa lansia merasa dirinya
sangat berharga, bahwa siklus kehidupan yang sudah dilaluinya begitu berharga, dan lansia lebih
bersyukur atas kehidupan yang telah diberikan.

Dengan menceritakan kembali pengalaman hidupnya dapat meningkatkan gairah hidup
dan harga diri lansia, Hasil akhir dari mengenang kehidupan yang lalu adalah untuk melepaskan
energi (emosi dan intelektual sehinggadapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
pada saat ini). Life ReviewTherapy dapat merubah suasana perasaan dan menurunkan depresi
yaitu adanya penerimaan diri (acceptance), pemulihan diri (restoration of self), dan pemulihan
diri dari kesedihan (resolution of griet). Life ReviewTherapy mengintegrasikan pengalaman-
pengalaman pada masa kini dan masa yang akan datang. Hasil dari integrasi ini adalah
penerimaan diri, identitas diri yang kuat dan memberi arti dan makna hidup. Hal ini sesuai
dengan teori yang terdapat dalam Aswanira, Rumentalia and Vausta, (2015) dijelaskan bahwa
Life Review Therapydapat membawa seseorang lebih akrab pada realita kehidupan. Life review
therapy membantu seseorang untuk mengaktifkan ingatan jangka panjang dimana akan terjadi
mekanisme recall tentang kejadian pada kehidupan masa lalu hingga sekarang. Dengan cara ini,
lansia akan lebih mengenal siapa dirinya dan dengan recall tersebut, lansia akan
mempertimbangkan untuk dapat mengubah kualitas hidup menjadi lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya. Life reviewtherapy akan mengurangidepresi dan meningkatkan kepercayaan
diri, kesejahteraan atau kesehatan psikologis, dan kepuasan hidup.
Sesuai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Nati Aswanira (2015) tentang Efek Life
Review Therapy dengan Depresi pada lansia, dengan sampel sebanyak 28 lansia diantaranya
didapatkan depresi ringan hingga sedang. Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,002, dimana
adanya pengaruh pemberian Life Review Therapy untuk mengatasi depresi pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Teratai Palembang (Aswanira et al., 2015). Hal ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ni Putu Nariska Rahayuni (2015) meneumukan
adanya pengaruh yang signifikan terapi Reminiscence terhadap Stres pada lansia. Peneliti

berasumsi dari total 15 responden menunjukkan respon yang positif saat pelaksanaan penelitian,
lansia juga tampak lebih relaks setelah menceritakan kembali pengalaman hidupnya,
kepercayaan diri lansia menjadimeningkat. Lansia dengan depresi yang menjalani pengobatan
dengan menggunakan teknik Life review therapy dapat sembuh sempurna dan lebih menikmati
kehidupan mereka. Life Review Therapy memiliki pengaruh besar dalam mengatasi depresi pada
lansia mulai dari depresi ringan hingga depresi berat, kegiatan Life Review Therapy berbicara
tentang kehidupan masa lalu lansia menjadi aktivitas yang vital dan umum karena aktivitas ini
menggambarkan suatu penelaahan terhadap arti sentral dari kehidupan lansia (Pae, 2017).
Aswanira dan Vausta (2015) menjelaskan bahwa life review therapy mempunyai fungsi
positif psikoterapeutik dengan memberikan kesempatan kepada lansia untuk menyelesaikan
masalah, mengorganisasi dengan tahapan ventilasi (mengekspresikan) atau usaha awal untuk
penyelesaian masalah, eksplorasi dengan lebih menjelaskan kejadian-kejadian yang lampau
(menggali lebih dalam masalahnya), elaborasi atau meluaskan dengan difokuskan pada
gambaran yang lebih rinci dari masalah, ekspresi perasaan yang disupresikan sehingga energi
psikis tersebut dilepaskan, menerima masalahnya bila ekspresi perasaan tersebut sempurna dan
memadai, mengintegrasikan kejadian yang dikenang dalam salah satu nilai sistem, kepercayaan
dan fantasi. Hasil akhir dari mengenang kehidupan yang lalu adalah untuk melepaskan energi
(emosi dan intelektual sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada
saat ini). Dari beberapa teori dan hasil penelitian terkait yang telah dipaparkan, maka dapat
diketahui bahwa Life Review Therapy mempunyai pengaruh pada penurunan tingkat depresi pada
lansia. Peneliti sendiri mengakui bahwa lansia dengan depresi membutuhkan suatu terapi yang
dapat membantu mengatasi masalah psikologis dari lansia tersebut. Life Review Therapy dapat
membawa seseorang lebih akrab pada realita kehidupan. Life review therapy membantu

seseorang untuk mengaktifkan ingatan jangka panjang dimana akan terjadi mekanisme
recalltentang kejadian pada kehidupan masa lalu hingga sekarang. Dengan cara ini, lansia akan
lebih mengenal siapa dirinya dan dengan recall tersebut, lansia akan mempertimbangkan untuk
dapat mengubah kualitas hidup menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Terapi ini
dinilai cocok dengan lansia karena kegiatan Life Review Therapy ini yaitu dengan mengajak
lansia untuk menceritakan tentang pengalaman-pengalaman berharga yang dialami oleh lansia di
sepanjang hidupnya.

BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lebih dari sebagian lansia (60%) di Wilayah Kerja Puskesmas Salo mengalami depresi
sedang yaitu sebanyak 9 orang sebelum diberikan Life Review Therapy.Semua lansia (100%) di
Panti Werdha Rumah Bahagia Bintan Kepulauan Riau tidak mengalami depresi yaitu sebanyak
15 orang setelah diberikan Life Review Therapy. Terdapat pengaruh Life Review Therapy
terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesas Salo Tahun 2021 (p
value 0,000 atau (p=<0.05).
A. Saran
1. Aspek Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan pengetahuan baru bagi perawat
dan mahasiswa keperawatan dalam meningkatkan ilmu keperawatan, sebagai sumber
referensi dan menjadi bahan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan, serta sebagai
bahan bacaan untuk mahasiswa ilmu keperawatan universitas pahlawan tuanku tambusai.
2. Aspek Praktis
a. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai sumber
referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya dan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang pengaruh terapi life review terhadap penurunan stress pada lansua metode
penelitian yang berbeda yaitu dengan menggunakan kelompok kontrol.

b. Bagi Puskesmas Salo
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan menambah ilmu
pengetahuan bagi petugas puskesmas tentang pengaruh terapi life review terhdap tingkat
depresi lansia di wilayah kerja puskesmas salo
c. Bagi Responden
Diharapkan kepada responden untuk selalu mengunjungi posyandu lansia di puskesmas
salo, selalu berolahraga dan menjaga pola makan serta melakukan hal yang bermanfaat
bagi lansia
d. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi pustaka di perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

DAFTAR PUSTAKA

Aswanira, N., Rumentalia and Vausta (2015) ‘Life Review Therapy’, 18(3), pp. 139–142.

Batam, D. K. K. (2018). Data Lansia Tahun 2017-2018 Kota Batam. Batam.

Dharma, K. K. (2015) Metodologi Penelitian Keperawatan. 4th edn. Edited by Jusirman and A.
Maftuhin. Jakarta: CV. Trans Info Media.


Donsu, J. D. T. (2016) Metodologi Penelitian Keperawatan. I. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS.

Muhith, A. (2015) Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Cetakan I. Yogyakarta:
Andi.

Munirah, S. et al. (2015) ‘The effectiveness of group reminiscence therapy for loneliness ,
anxiety and depression in older adults in long-term care : A systematic review’, Geriatric
Nursing. Elsevier Inc. doi: 10.1016/j.gerinurse.2015.05.004.

Pae, K. (2017) ‘Perbedaan Tingkat Depresi pada Lansia yang Tinggal di Panti Werdha dan yang Tinggal
di Rumah Bersama Keluarga’ Jurnal Ners LEntera, Vol 5, No. 1 Maret 2017,

Priyoto (2015) Nursing Intervention Classification (NIC) dalam Keperawatan Gerontik. Cetakan
I. Edited by P. P. Lestari. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Rahayuni, N. P. N., Utami, P. A. sani and Swedarma, K. E. (2015) ‘Pengaruh terapi
reminiscence terhadap stres lansia di banjar luwus baturiti tabanan bali 1’, Jurnal
Keperawatan sriwijaya, 2(2355), pp. 130–138

Ratnawati, E. (2018) Asuhan Keperawatan Gerontik. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Rn, H. H., Rn, Y. C., & Chen, P. (2015). Reminiscence Therapy Improves Cognitive Functions
and Reduces Depressive Symptoms in Elderly People With Dementia : A Meta-Analysis
of Randomized Controlled Trials. Journal of the American Medical Directors
Association, 1–8. https://doi.org/10.1016/j.jamda.2015.07.010

Siverov, J. and Bu, R. (2018) ‘The effect of reminiscence therapy on quality of life , attitudes to
ageing , and depressive symptoms in institutionalized elderly adults with cognitive
impairment : A quasi-experimental study’, International Journal of mental Health
Nursing. doi: 10.1111/inm.12442.

Sunaryo et al. (2016) Asuhan Keperawatan Gerontik. I. Edited by P. Christian. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET